Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
turunkan utuh seperti bentuk nya saat ini niscaya terasa berat beban taklif
ini di atas pundak kami dan tentu kami malah tidak masuk islam. Tetapi,kami
menerimanya sedikit-sedikit dan memahaminya satu persatu dengan cara
yang lemah lembut,tidak ada paksaan dan pembebanan yang disertai teror.
Sehingga,sempurna agama dan tercakuplah utuh semua syariat di dalam
nya.”
Oleh karna itu setiap imam atau hakim berhak menentukan kadar
hukuman yang bisa membuat jerah bagi pelakunya, ini menurut imam Abu
Hanifah. Adapun Abu Yusuf dan Muhammad berpendapat bahwa pelaku
homoseksual dijatuhi hukuman seperti hukuman orang yang melakukan
zina.
Merupakan aib yang mencoreng muka jika ada orang yang berani dan
gampang menuduh orang lain berbuat zina. Aib bagi keduanya di mata
masyarakat sekitarnya.
Ada juga hikmah lain, misalnya agar tidak mudah menuduh orang lain
seenaknya sendiri. Dan, ia kemudian akan ditolak segala hak-hak hukumnya,
tidak di terima pengaduan darinya, juga gugatan dan kesaksian sampai ia
bertobat. Ketentuan dalam penentuan hukum ini berdasaerkan dua hal.
1. Dera zina sebanyak 100 kali dan si penuduh 80 kali lebih kecil karena si
penuduh lebih kecil dosanya dari pada si pezina. Atas dasar
pertimbangan ini, Allah swt, mengurangi deranya. Pengurangan yang
realitas yang di landaskan atas dasar keadilan.
2. Qadzaf atau menuduh berbuat zina adala berita bohong. Maka, Allah
melarang, menerima kesaksiannya agar ia bertobat. Dan,
sebuahkesaksian tidak dapat di terima kecuali oleh orang-orang yang
jujur. Ada satu ucapan yang lahir dari sini, “Balasan diberikan sesuai
dengan jenis suatu pekerjaan.”
Disamping itu , ada juga hikmah lain yakni Allah swt. Bermaksud
menggabungkan siksa fisik (dera) dan siksa psikis (tidak di terimanya
kesaksian). Sehingga, dilain kesempatan ia tidak kembali melakukan hak
yang sama.
Hikmah Hukuman atas Budak Setengah dari Orang Merdeka
Dispensasi ini merupakan wujud kasi saying Allah swt kepada kaum
hamba sahaya yang memposisikan dirinya sebagai kaum hamba sahaya
yang di hina dan selalu menghamba tanpa di gaji. Sehingga, keadilan dan
ramhat menjadi adil dan utuh mencakup kaum merdeka dan hamba sahaya.
Allah berfirman,
Tetapi, tidak untuk satu kasus yaitu pencuriaan. Semuanya, baik yang
merdeka maupun hamba sahaya, dihukum sama karena dalil yang
menunjukkan masih bersifat umum. Firman Allah,
Hikmah dari adanya sanksi potong kaki, ini bila pencuri melakukan dua
kali pencurian; atau sanksi penjar, bila dia sudah berulang kali mencuri,
adalah agar dia tidak berbuat zalim. Dengan disisakannya tangan dan kaki,
maka masih ada kemungkinan baginya untuk mencari rezeki. Sebab, maksud
dan tujuan pemotongan adalah untuk memberi pelajaran berharga,
sebaiknya potong tangan atau kaki dilakukan di depan orang banyak. Jika
ada orang yang berpendapat untuk memotong kedua tangan dan kaki orang
yang telah berulang kali melakukan pencurian, barangkali pendapatnya itu
disandarkan pada hikmah yang lain.
Hal ini termasuk persoalan yang realisitis, bahkan bagi suatu bangsa
yang biadab sekalipun. Bangsa-bangsa yang memiliki undang-undang
negara, sepakat bahwa dalam inti undang-undang mereka disebutkan,
”Barangsiapa yang membunuh, maka ia akan dibunuh.”
Menurut hemat saya, hikmahnya adalah apabila seorang pembunuh
tidak dibunuh, maka akan menyulut api kedengkian dalam diri keluarga
orang yang terbunuh atau wali terbunuh. Sebab, darah orang yang dibunuh
adalah hak bagi keluarga orang yang dibunuh atau walinya. Tugas orang
yang dibunuh (ketika ia belum meninggal) adalah membalas dendam atas
darah yang dialirkan oleh pembunuh. Apabila sang terbunuh tidak bisa
melaksanakan tugas tersebut, maka keluarga terbunuh akan menyiksa
sampai mati orang yang membunuh. Ketika keluarga terbunuh tidak
membunuh sang pembunuh, maka sang pembunuh meminta keluarganya
agar membunuh orang-orang yang dijumpainya dari keluarga terbunuh.
Akhirnya pembunuhan berlangsung dari antar individu menjadi antar
keluarga, kemudian antar suku dan antar golongan. Setelah itu kesedihan
berada dimana-mana.
Adapun hikmah diyat (yaitu yang diambil dengan cara damai) adalah
demi kemanfaatan ganda antara dua kubu yang bersitegang. Ketika sang
pembunuh mau membayar uang kepada keluarga terbunuh dengan cara
damai, maka disitu terdapat sisi keuntungan bagi mereka untuk menunjang
kebutuhan hidup mereka. Ini dari satu sisi.