Está en la página 1de 16

Tanggal Inisiatif 14 Februari 2012

Kategori Perbaikan Pemberian Pelayanan kepada Masyarakat


Kriteria :

Memperkenalkan pendekatan baru dalam memberikan perawatan pada anak dan keluarga
Meningkatkan efisiensi pelayanan pada anak dengan hospitalisasi
Meminta umpan balik dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan pada anak
dengan hospitalisasi

Keadilan dan kemudahan akses pelayanan pada kelompok rentan terutama anak dan
keluarga dengan hospitalisasi

Membangun kemitraan dengan instansi negeri dan swasta dalam memberikan pelayanan
kepada anak dan keluarga dengan hospitalisasi

Ringkasan Singkat

“Macepat, Lima Cara Tepat, Keluarga Cermat Anak Sehat” merupakan inovasi yang
diterapkan di Ruang Cilinaya RSUD Badung Mangusada dari tahun 2012.Dalam budaya
Bali, macepat mengandung makna lantunan tembang dari kisah kehidupan sehari-hari.
Istilah macepat juga dapat dilafalkan sebagai “Ma…cepat…”, yang bisanya diucapkan
oleh seorang anak memanggil Ibunya Mama atauMa dan meminta sesuatu agar si anak
mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cepat. Sesuai namanya, inovasi ini memiliki
lima pokok kegiatan yang terdiri dari: 1) mendongeng, 2) permainan Ngalih Timpal, 3)
foto groufie, 4) penyuluhan “Mari Berbagi”, dan 5) berdoa bersama. Inovasi ini bertujuan
untuk memperkenalkan pendekatan inovatif perawatan anak, meningkatkan efisiensi
pelayanan perawatan anak di ruang rawat inap, meminta umpan balik secara aktif dari
masyarakat, meningkatkan kemudahan akses pelayanan bagi kelompok rentan yaitu anak
yang sakit dan keluarganya dan membangun kemitraan antara petugas kesehatan dengan
masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan para pemangku kebijakan. Inovasi ini
dilaksanakan sebagai tindak lanjut teridentifikasinya beberapa permasalahan di ruang
perawatan anak yaitu lama hari rawat yang panjang, tingginya kecemasan pasien dan
keluarga yang dirawat, ketidakpedulian antar penunggu pasien dan rendahnya kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan.
Semenjak inovasi ini dilakukan dari tahun 2012, terjadi perubahan yang cukup signifikan
yang diukur setiap tahunnya sampai tahun 2015. Ada lima keluaran dari inovasi ini yaitu
lamanya hari rawat pasien menjadi dari 6-7 hari menjadi 3-4 hari, menurunnya kecemasan
pasien dan keluarga, komunikasi yang lebih baik antara penunggu pasien, meningkatnya
kepuasan pasien dan keluarga dari 60% menjadi 100%. Inovasi ini bersifat bersifat
komprehensif karena menggabungkan antara kearifan lokal dengan budaya modern dengan
sasaran utama dari inovasi ini adalah masyarakat rentan yang terdiri dari anak-anak yang
sedang dirawat dan keluarga pasien dengan tingkat stres tinggi serta berasal dari golongan
sosial ekonomi menengah ke bawah. Inovasi ini juga low cost dan telah mendapat
dukungan dari Bupati Badung yang mempunyai komitmen tinggi terhadap program
kesehatan anak, dukungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Badung dalam pemantauan
kesehatan anak, dan Direktur RSUD Badung Mangusada sebagai pengampu dan pengawas
inovasi ini. Oleh sebab itu, inovasi ini memiliki potensi besar untuk dapat dilaksanakan
secara berkelanjutan dalam upaya perbaikan pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakannya inisiatif ini?

ANALISIS MASALAH

Latar Belakang

Peranan Pemerintah Kabupaten Badung khususnya Bupati Badung sangat besar dalam
menginisiasi kemajuan rumah sakit dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan menuju
peningkatan taraf hidup masyarakat. Langkah tersebut diawali dengan perubahan pengelolaan
Rumah Sakit (RS) melalui pembenahan Sumber Daya Manusia (SDM) dan tata kelola RS. Di
samping itu, perhatian terhadap kesehatan anak juga semakin meningkat seiring dijadikannya
Kabupaten Badung sebagai Kabupaten Layak Anak.

RSUD Badung Mangusada merupakan RS milik Pemerintah Daerah Kabupaten Badung yang
melayani total penduduk Badung sejumlah 601.265 jiwa. Pada tahun 2011 RSUD Badung
Mangusadamenambah ruang rawat inap anak yang sebelumnya masih tergabung dengan
ruang rawat dewasa dengan nama ruang Jempiring, kemudian berganti nama menjadi Ruang
Cilinaya pada tahun 2012. Sesuai dengan data di buku pendaftaran Ruang Cilinaya (2011)
terdapat 889 anak yang dirawat, dengan kasus terbanyak adalah demam berdarah (156 kasus)
disusul dengan diare (57 kasus) dan pneumonia (54 kasus). Sebagian besar pasien (65%)
menggunakan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) sebanyak 6,6%. Besarnya jaminan kesehatan yang digunakan
masyarakat yang berasal dari bantuan pemerintah mengindikasikan sebagian besar
masyarakat yang dilayani di Ruang Cilinaya adalah masyarakat kurang mampu.

Efisiensi dan kepuasan masyarakat merupakan tolak ukur penting keberhasilan suatu
pelayanan kepada masyarakat. Akan tetapi, kepuasan masyarakat pengguna pelayanan di
Ruang Cilinaya masih tergolong rendah di tahun 2011 terbukti dari catatan di Ruang Cilinaya
yang terekam dalam dokumentasi (selanjutnya disebut “Buku Cinta”), menunjukkan
hanya60% keluarga yang puas dengan pelayanan di ruangan tersebut. Lamanya pasien
menjalani perawatan (hospitalisasi) di Ruang Cilinaya masih tergolong panjang yaitu 6-7
hari dan berdampak pada kecemasan anak dan keluarga. Setidaknya 32% anak dan keluarga
mengalami kecemasan berat dan 34% panik yang terlihat saat anak yang dirawat menangis,
menolak untuk masuk ke ruang perawatan, tidak mau minum obat dan selalu mendekap
orang tuanya. Selain itu, ekspresi keluarga juga menunjukkan ketegangan serta mudah
tersinggung, bersikap individual dengan tidak mengenal dan tidak berkomunikasi antar
sesama keluarga paasien.

Dari uraian tersebut di atas, terdapat dua kelompok masalah pelayanan yang perlu mendapat
penanganan segera. Masalah pertama terkait dengan kualitas pelayanan, yang terdiri dari:

1. Panjangnya lama hari perawatan pasien (6- 7 hari) yang melebihi standar Kementerian
Kesehatan

2. Tingginya kecemasan pasien dan keluarga yang dirawat

3. Rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan


Masalah kedua terkait dengan perubahan sosio-kultural masyarakat dimana para keluarga
yang menunggu anak yang sedang dirawat menunjukkan ketidakpedulain dengan sistem
perawatan di RS dan tidak saling kenal antar sesama keluarga pasien. Jika tidak ditangani
dengan baik, kedua masalah tersebut dapat berpengaruh terhadap anak antara lain dapat
menghambat proses penyembuhan anak, mengganggu tumbuh kembang, perkembangan
emosi serta kecerdasan anak. Pengaruhnya terhadap keluarga berupa meningkatnya stress,
pandangan tidak baik terhadap kualitas pelayanan dan biaya perawatan. Oleh karena itu
dipandang perlu untuk membuat program inovasi dalam mengatasi permasalahan tersebut
dengan berfokus pada perbaikan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Program Inovasi
yang dibuat oleh RSUD Badung Mangusada ini disebut “MACEPAT” dengan sasaran utama
anak yang sedang dirawat beserta keluarganya.

Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inisiatif ini telah
memecahkan masalah tersebut?

PENDEKATAN STRATEGIS

Inovator “ MACEPAT” adalah kepala ruang Cilinaya, yang sebelumnya melakukan


observasi terhadap kondisi pasien dan keluarga selama hospitalisasi. Hasil tersebut kemudian
dilaporkan kepada Bidang Pelayanan dan Direktur RS, sehingga dibentuk tim inovasi serta
diberlakukannya Standar Prosedur Operasional dari kegiatan serta selalu berkoordinasi dengan
tim dan instansi pendidikan dalam melakukan evaluasi program.

Inisiatif program

Sinergisitas pemikiran Bupati Badung dengan Direktur RSUD Badung Mangusada tercermin
dalam visi dan misi rumah sakit. Selanjutya, dibuatlah ruang pelayanan anak yang terpisah
dengan perawatan orang dewasa dan dilengkapi fasilitas penunjang sesuai dengan program
inovasi “Macepat”, akronim dari Lima Langkah Tepat :

a. Dalam budaya Bali “Macepat” mengandung makna lantunan tembang dari


kisah kehidupan sehari-hari
b. Istilah “Macepat” juga dapat dilafalkan sebagai “Ma…cepat…”, yang bisanya
diucapkan oleh seorang anak memanggil Ibunya Mama atauMa dan meminta
sesuatu agar si anak mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cepat

c. Keluarga cermat berarti keluarga yang dengan teliti dan seksama memilih
tempat dan cara perawatan anak

d. Anak sehat yang dimaksudkan berarti anak yang pulih dari kondisi sakit

Jenis, Tujuan dan Sasaran Inovasi:

1. Jenis Inovasi

a. Mendongeng

Mendongeng (di Bali dikenal dengan mesatua) merupakan budaya yang mengakar dan
patut dipertahankan. Mendongeng adalah menceritakan sesuatu yang mengandung nilai,
nasihat, moral dan ketokohan yang baik serta mendidik bagi anak-anak. Saat ini budaya
mendongeng mulai ditinggalkan, seiring perkembangan teknologi,
kemajuan smartphone dan tayangan televisi.

Sasaran inovasi ini adalah keluarga dan anak yang dirawat di Ruang Cilinaya. Ketua tim
memperkenalkan inovasi mendongeng saat hari pertama pasien
menjalani hospitalisasi. Inovasi mendongeng dilakukan setiap malam dimana orang tua
pasien menjadi penutur sementara tim akan melaksanakan kegiatan mendongeng setiap
hari Selasa dan Jumat pukul 10.30 WITA setelah pasien diperiksa dokter.

b. Permainan “Ngalih Timpal” (mencari teman)

Permainan Ngalih Timpal merupakan upaya untuk memfasilitasi sejumlah orang dalam
proses komunikasi yang sehat, jujur, rileks dan terhindar dari rasa tegang sehingga
tercipta interaksi sosial yang lebih positif dan berimplikasi pada efektifitas pelayanan
yang diberikan.

Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali seminggu. Tim mengumpulkan penunggu pasien dan
mengelompokkan dalam 2 grup. Grup A diminta menuliskan nama, alamat dan pekerjaan
pada kertas dalam waktu 15 detik, kemudian kertas digulung dan dimasukkan pada kotak
lalu dikocok. Selanjutnya Grup B dipersilahkan mengambil kertas, membaca dan pada
hitungan ketiga Grup B mencari nama dari grup A sesuai dengan kertas yang dipegang.
Masing-masing diberikan waktu untuk berinteraksi selama 5 menit kemudian mereka
diminta kembali ke kelompoknya. Ketua tim mempersilahkan kedua grup maju ke depan
secara bergantian menyebutkan identitas yang diajak berinteraksi. Penilaian terletak pada
kemampuan individu menyebutkan identitas peserta permaian.

c. Foto Groufie

Foto groufie merupakan aktifitas berfoto bersama teman, sahabat dan keluarga termasuk
petugas kesehatan. Sasaran inovasi ini adalah pasien dan keluarga yang sedang dirawat.
Dengan kegiatan ini diharapkan anak dan keluarga yang dirawat lebih mengenal satu
dengan lainnya serta untuk mengalihkan perhatian dari “cemas saat sakit” menjadi
“senang meskipun sakit”. Inovasi ini diselenggarakan saat keadaan umum pasien sudah
membaik.

d. Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan diberi nama ”Mari Berbagi” dapat dilakukan baik secara kelompok
maupun perorangan. Kegiatan berkelompok dilaksanakan 2 minggu sekali dikoordinir
oleh tim Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS). Sedangkan kegiatan perorangan
dilaksanakan setiap pasien pulang atau saat petugas kesehatan melakukan tindakan.
Materi “Mari Berbagi” tidak hanya terbatas pada penyuluhan di bidang kesehatan, tetapi
juga dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kemampuan keluarga pasien dalam
memahami sistem pelayanan dan administrasi di rumah sakit.
e. Berdoa

Berdoa bersama merupakan wujud kebersamaan dalam memuja Tuhan yang sangat
diperlukan khususnya saat perawatan di rumah sakit, yang oleh hampir semua orang
dianggap sebagai krisis dalam kehidupan. Berdoa dilaksanakan saat pergantian jaga yang
difasilitasi oleh ketua tim jaga melibatkan semua komponen yang berada di dalam ruang
perawatan.

Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil?

Output

Output merupakan hasil dari suatu proses baik berupa data maupun informasi yang telah diolah.
Ada 5 keluaran utama yang paling terlihat dari inovasi ini.

a. Lama rawat

Ruang Cilinaya memiliki 22 tempat tidur. Kasus terbanyak di tahun 2015 adalah
Dengue Hemoragic Fever (DHF), Dengue Fever (DF) dan Gastroenteritis (GE).
Berdasarkan data, lama hari perawatan pasien menurun menjadi 3-4 hari di tahun
2015, dimana sebelumnya tercatat 6-7 hari tahun 2011,5-6 hari tahun 2012, 4-5 hari
di tahun 2013 dan 2014. Bed occupancy rate (BOR) yang merupakan prosentase
pemakaian tempat tidur,tahun 2011 menunjukkan sebesar 50%, tahun 2012 sebesar
75%, tahun 2013 sebesar 90%, tahun 2014, 80% dan tahun 2015 ,85%. Angka ini
sesuai dengan standar Kementrian Kesehatan.

b. Menurunnya kecemasan pasien dan keluarga

Jumlah anak yang menangis, yang menolak perawatan serta kesan keluarga yang
cukup rileks di ruangan merupakan sebuah indikator menurunnya kecemasan yang
dialami oleh pasien. Berdasarkan data kuisioner yang diberikan kepada pasien
diketahui bahwa pada tahun 2012 sebagian besar pasien mengalami kecemasan
katagori panik yaitu sebanyak 40.2%, kecemasan berat 35,5%, kecemasan sedang
20,4%, dan kecemasan ringan 3,9%, kemudian tahun 2013 didominasi oleh pasien
yang mengalami kecemasan katagori panik yaitu sebesar 38%, kecemasan berat 35%,
kecemasan sedang 16%, kecemasan ringan 11%, namun pada tahun 2014 kecemasan
panik 21,5%, kecemsasan sedang 15,8%, kecemasan ringan yaitu sebesar 35,1%,
pada tahun 2015 sebagian besar anak berada pada katagori panic sebesar 3%,
kecemasan berat 8%, kecemasan sedang 19%, kecemasan ringan 70%, ini
menunjukkan pada awal pelaksanaan inovasi masih belum memberikan dampak yang
signifikan terhadap penurunan kecemasan pasien namun seiring pembenahan pada
program yang dijalankan pada tahun 2014 sudah mulai menunjukkan peningkatan
yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien.

c. Komunikasi yang lebih baik antara penunggu pasien

Hal ini terlihat dari ekspresi penunggu pasien pada saat berkomunikasi dengan
keluarga pasien yang lain menjadi lebih rileks dan keluarga mampu menyampaikan
keluhan anaknya serta keluhan mereka dengan baik serta mampu menerima informasi
antar penunggu pasien dengan baik pula.Dari 136 peserta permainan 43 %,mampu
menyebutkan lebih dari dua nama peserta permainan,29,1% menyebutkan lebih dari
empat nama dan 24,25 % menyebutkan lebih dari enam nama peserta permainan.

d. Meningkatnya kepuasan pasien dan keluarga

Keluarga yang tadinya mengeluh tentang kurangnya keramahan petugas, kurangnya


sarana pendukung, setelah dilakukan inovasi ini tidak mengeluh lagi dan tingkat
kepuasan meningkat dari 60% menjadi 100%.

También podría gustarte