Está en la página 1de 15

Artikel utama: penyembuhan tulang

Proses alami penyembuhan patah tulang dimulai ketika tulang terluka dan jaringan sekitarnya berdarah,
membentuk hematoma fraktur. Darah menggumpal untuk membentuk bekuan darah terletak di antara
fragmen patah. Dalam beberapa hari pembuluh darah tumbuh menjadi seperti jelly matriks bekuan
darah. Pembuluh darah baru membawa fagosit ke daerah, yang secara bertahap menghapus bahan non-
layak. Pembuluh darah juga membawa fibroblas di dinding pembuluh dan kalikan ini dan menghasilkan
serat kolagen. Dengan cara ini bekuan darah digantikan oleh matriks kolagen. Karet konsistensi kolagen
memungkinkan fragmen tulang untuk bergerak hanya sejumlah kecil kecuali kekuatan parah atau
berkelanjutan diterapkan.

Pada tahap ini, beberapa fibroblas mulai meletakkan matriks tulang dalam bentuk monomer kolagen. Ini
monomer secara spontan berkumpul untuk membentuk matriks tulang, yang kristal tulang (kalsium
hidroksiapatit) yang disimpan di antara, dalam bentuk kristal yang tidak larut. Ini mineralisasi matriks
kolagen menegang dan berubah menjadi tulang. Bahkan, tulang adalah matriks kolagen mineral, jika
mineral dilarutkan dari tulang, menjadi karet. Penyembuhan kalus tulang rata-rata cukup mineral untuk
muncul di X-ray dalam waktu 6 minggu pada orang dewasa dan kurang pada anak-anak. Ini awal
"tenunan" tulang tidak memiliki sifat mekanik yang kuat tulang dewasa. Oleh proses renovasi, tulang
anyaman diganti dengan matang "pipih" tulang. Seluruh proses dapat memakan waktu hingga 18 bulan,
tetapi pada orang dewasa kekuatan penyembuhan tulang biasanya 80% dari normal dengan 3 bulan
setelah cedera.

Beberapa faktor dapat membantu atau menghalangi proses penyembuhan tulang. Misalnya, bentuk
nikotin menghambat proses penyembuhan tulang, dan gizi yang memadai (termasuk asupan kalsium)
akan membantu proses penyembuhan tulang. Stres berat-bearing pada tulang, setelah tulang telah
sembuh cukup untuk menanggung berat badan, juga membangun kekuatan tulang. Meskipun ada
kekhawatiran teoretis tentang NSAID memperlambat laju penyembuhan, tidak ada cukup bukti untuk
menahan menjamin penggunaan jenis ini analgesik pada patah tulang sederhana. [2]
1. Fraktura/Fracture/Patah Tulang

Fraktura tulang atau patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang dan/atau tulang rawan baik
seluruhnya atau hanya sebagian yang sebagian besar terjadi akibat ruda paksa/benturan. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang
menyebabkan fraktur radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.

Penyebab

Patah tulang merupakan akibat dari cedera, kelebihan beban, seperti kecelakan mobil, olah raga atau
karena jatuh. benturan, tekanan, gaya langsung, gaya tidak langsung (gaya yang terjadi pada suatu
bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relative lemah, sehingga akhirnya bagian tersebut
yang patah), gaya puntir. Sedangkan Fraktur patologis, disebabkan oleh adanya faktor patologis: tumor,
infeksi, osteoporosis tulang.

Faktor yang mempengaruhi jenis dan beratnya patah tulang:

Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang

Usia penderita

Kelenturan tulang

Jenis tulang.

Patah Tulang Tertutup

Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak melukai/merobek
daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya
semakin parah dan menusuk daging/kulit hingga menimbulkan luka berdarah.

Patah Tulang Terbuka

Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging dan kulit
yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka.

Gejala Patah Tulang

Terjadi perubahan bentuk (deformitas) pada anggota badan yang patah. Cara yang paling baik untuk
menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.

Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.

Bengkak, disertai memar/perubahan warna di daerah yang cidera.

Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, fungsi terganggu (Fungsiolaesa)

Terdengar suara berderak (krepitasi) pada daerah yang patah (tidak perlu dibuktikan dengan
menggerakkan bagian cidera tersebut)

Darah bisa merembes dari tulang yang patah (kadang dalam jumlah yang cukup banyak) dan masuk
kedalam jaringan di sekitarnya atau keluar dari luka akibat cedera.
Bagian tulang yang patah terlihat pada luka

Penanganan

Pertahankan posisi

Cegah infeksi

Atasi syok dan pendarahan

Pembidaian, adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah. Dilakukan
dengan cara menempatkan benda keras di daerah sekeliling tulang. Tujuannya:

(1) Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah

(2) Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah

(3) Memberi istirahat pada anggota badan yang patah

(4) Mengurangi rasa nyeri

(5) Mempercepat penyembuhan

Pemasangan gips

Pengobatan:

(1) Antibiotika (2) ATS (Anti Tetanus Serum) (3) Anti inflamasi (anti radang) (4)
Analgetik/pengurang rasa sakit

2. Fisura

Fisura merupakan fraktur yang disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau oleh cedera terus menerus
yang cukup lama. Fisura dapat diperbaiki karena periosteum akan membentuk kalus (sambungan).
Patah Tulang? Bawahlah ke Dokter Sebelum Terlantar

Oleh : dr. Mohammad Shahreza. Masyarakat Indonesia terkadang memiliki ketakutan sendiri untuk
membawa keluarga yang menderita patah tulang ke rumah sakit atau dokter.

Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ketidaktahuan masyarakat tentang pengobatan patah
tulang secara medis, maraknya berbagai macam perawatan patah tulang secara non medis yang
terkadang tidak bertanggung jawab, ketakutan akan biaya perobatan yang mahal dan sebagainya.
Tulisan ini berusaha memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang patah tulang, dan
perawatannya secara medis.

Patah tulang secara umum terjadi oleh karena: (1) kecelakaan lalu lintas, (2) jatuh dari ketinggian, (3)
kecelakaan kerja, (4) kecelakaan di rumah tangga (domestik) dan (5) patah tulang patologis akibat tumor
tulang atau keadaan lain misalnya karena keroposnya tulang. Di Kota Medan, penyebab terbanyak
terjadinya patah tulang ialah oleh karena kecelakaan lalu lintas. Budaya tertib lalu lintas yang rendah,
serta semakin banyaknya jumlah kendaraan ditengarai menjadi penyebab meningkatknya angka
kejadian kecelakaan lalu lintas.

Patah tulang dapat dibagi menajdi patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup berdasarkan ada
tidaknya hubungan antara tulang dengan lingkungan sekitar. Patah tulang terbuka ditandai dengan
adanya luka robek yang dapat berukuran kecil berupa seukuran ujung pulpen, maupun luka robek lebar
yang bahkan dapat menampakkan tulang itu sendiri (disebut dengan nama bone expose). Pada patah
tulang terutup, tidak terdapat hubungan langsung antara tulang yang patah dengan lingkungan luar
tubuh. Tentu saja hal ini membuat resiko infeksi pada patah tulang terbuka semakin besar.

Komplikasi Patah Tulang

Jika tulang yang patah dibiarkan tanpa perawatan yang baik, maka akan muncul berbagai penyulit atau
komplikasi. Komplikasi umum yang sering dijumpai pada pasien patah tulang adalah:

1. Kaku sendi

Kaku sendi ini beradasarkan pengamatan penulis adalah disebabkan oleh perawatan secara non medis
dengan cara membidai atau meluruskan tulang dengan cara memakaikan kayu atau papan di tungkai
atas maupun bawah penderita. Bidai ini sering dipakai melewati dua sendi (di atas dan di bawah bagian
tulang yang patah). Pembidaian dalam waktu yang lama (bahkan bisa sampai berbulan-bulan) sudah
pasti akan membuat sendi menjadi kaku.

Akibatnya sering dijumpai pasien datang ke poliklinik dengan riwayat patah tulang berbulan-bulan
dengan keluhan sendi yang sudah kaku, sehigga penderita kekurangan kualitas hidup karena tidak bisa
jongkok, tidak bisa melipat siku, dan lain sebagainya.

2. Malunion (tulang menyatu, tapi bengkok atau pincang)

Hal ini sering dijumpai pada patah tulang paha dan tulang kering. Tulang yang patah memang telah
sembuh dalam pengertian tidak ada lagi gerakan di tempat patahan tulang, akan tetapi penyembuhan
terjadi dalam posisi yang salah, yakni terjadi pemendekan ataupun membengkok. Akibatnya pasien
berjalan dengan pincang.

3. Nonunion (tulang tidak menyatu)


Jika tulang yang patah dibiarkan, maka salah satu komplikasinya adalah non-union atau tulang tidak
menyatu. Hal ini disebabkan oleh karena di antara ujung-ujung tulang yang patah itu tumbuh jaringan
lunak dan jaringan ikat yang menghalangi penyatuan tulang. Hal ini ditandai dengan masih dapat
bergeraknya tulang yang patah secara bebas. Dapat juga dijumpai sendi palsu (false joint atau
pseudoarthrosis)

4. Fracture disease atau oligodystrophy

Kondisi ini merupakan komplikasi patah tulang yang ditandai dengan bengkaknya anggota gerak,
mengecilnya (atrofi) otot di sekitar tulang tersebut, dan kekakuan sendi. Komplikasi ini membuat
penderita menjadi cacat dan tidak produktif lagi.

5. Kelumpuhan

Jika tulang yang patah menciderai syaraf, seperti pada misalnya patah tulang belakang, atau patah
tulang lengan atas, maka komplikasi yang dapat terjadi ialah kelumpuhan. Yang umum terjadi, patah
tulang belakang, akibat kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dari ketinggian misalnya, maka dapat menekan
syaraf tulang belakang (spinal cord) yang berakibat pada kelumpuhan anggtoa gerak atas, atau bawah,
atau kedua-duanya.

Penderita kecelakaan lalu lintas yang tidak memakai helm misalnya, dapat mencederai tulang belakang
lehernya (cervical spine), yang dapat merusak syaraf tulang belakang leher, dan berakibat kelumpuhan
anggota gerak atas dan bawah. Penderita patah tulang lengan atas (tulang humerus) juga dapat
mengakibatkan cidera saraf radialis, sehingga tangan menjadi lumpuh layu atau sering disebut keplek
menurut orang awam.

6. Infeksi

Kami juga sering menjumpai, penderita patah tulang datang ke rumah sakit dalam keadaan sudah
terinfeksi. Infeksi ini dapat terjadi pada patah tulang terbuka dan tertutup, namun lebih beresiko pada
patah tulang terbuka. Pada patah tulang terbuka, oleh karena adanya hubungan atau kontak antara
tulagn yang patah dengan dunia luar, maka segala macam jenis kuman dan bakteri dapat masuk
menginfeksi tulang tersebut. Infeksi tulang memerlukan perawatan yang intensif.

Komplikasi yang sudah disebutkan di atas, terjadi karena tidak benarnya perawatan yang diberikan
kepada penderita patah tulang. Perawatan yang tidak bertanggung jawab telah memberikan beban yang
besar kepada penderita. PEnderita patah tulang kehilangan kualitas hidupnya, pincang, cacat sehingga
tidak mampu lagi bekerja untuk menafkahi keluarganya.

Oleh karenanya, jika Anda atau keluraga, teman, sahabat Anda mengalami patah tulang akibat
kecelakaan atau apapun, janganlah ragu untuk memeriksakan dan membawanya ke dokter spesialis
bedah tulang (orthopaedi). Jika tidak ada dokter spesialis bedah tulang di sekitar Anda, maka bawalah ke
dokter bedah umum yang ada. Jika tidak ada, maka bawalah ke dokter umum yang ada di sekitar Anda.
Tujuannya adalah semata-mata agar pasien pendeirta patah tulang mendapatkan perawatan yang
berkualitas.

Biaya Perobatan

Perlu diketahui oleh masyarakat, jika masyarakat memakai kartu Jamkesmas, maka seluruh biaya
perawatan yang meliputi biaya pemeriksaan oleh dokter, biaya operasi, biaya kamar perawatan dan
obat-obatan, serta biaya implant (atau plat) ditanggung oleh negara melalui program Jamkesmas. Di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sendiri, setiap harinya dilakukan rata-rata empat
operasi patah tulang kepada masyarakat (baik pengguna Jamkesmas, Jamkesda, Medan Sehat, Askes
maupun pasien umum).

Ironi memang, terkadang masyarakat mau mengeluarkan biaya berjuta-juta untuk berobat patah tulang
kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya, sementara jika dibawa ke rumah sakit umum, maka biaya perobatannya sudah
ditanggung oleh negara alias gratis.

Dalam pengamatan penulis, pihak Jasa Raharja juga memberikan santunan kecelakaan kepada penderita
kecelakaan lalu-lintas. Biaya ini dapat digunakan untuk meringankan beban pasien yang mengalami
kecelakaan apalagi jika pasien tersebut harus sampai menjalani operasi yang memerlukan biaya yang
juga tidak sedikit.

Terus terang, kami sebagai dokter, sangat sering menerima pasien patah tulang terlantar (artinya sudah
berbulan-bulan menderita karena patah tulang) di poliklinik. Tentu saja, sudah pastilah berbeda hasilnya
jika patah tulang ini segera diatasi secara medis, dibandingkan jika sudah terlantar berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun.

Perumpamaannya adalah seperti menyuci baju kotor yang sudah berbulan-bulan sudah tidak diicuci.
Sungguh sangat kasihan melihat kondisi pasien yang datang seperti itu. Tetapi, sebagai dokter, sudah
merupakan kewajiban kemanusiaan kami untuk berusaha memberikan yang terbaik kepada seluruh
pasien yang datang. Yang perlu dipahami ialah: hasil akhir dari pearawatan pasien patah tulang terlantar
tentu lebih jelek dibandingan patah tulang yang baru.

KETAKUTAN MASYARAKAT

1. Setiap patah tulang harus diamputasi

Amputasi adalah sebuah kata yang sangat menakutkan. Ada anggapan dalam masyarakat bahwa setiap
patah tulang akan diamputasi. Hal ini tidaklah benar seluruhnya. Bahkan, hanya sebagian kecil patah
tulang yang berujung pada amputasi. Amputasi pada patah tulang terjadi jika: (1) patah tulang disertai
dengan terputusnya pembuluh dasar besar yang memperdarahi bagian tubuh tersebut. (2) sebagian
besar bagian tubuh (tangan atau kaki) tersebut sudah hilang dan tidak dapat disambung lagi. Begitupun,
jika rusaknya atau robeknya pembuluh darah terjadi di bawah enam jam, maka diusahakan dilakukan
penyambungan pembuluh darah.

2. Setiap Patah Tulang Harus Dioperasi

Tidak semua patah tulang memerlukan tindakan operasi. Pada anak-anak pada umumnya, dilakukan
perawatan medis secara non operasi, misalnya dengan pemasangan gips ataupun traksi. Pada usia
dewasa, memang pada umumnya dilakukan tindakan operasi karena pada orang dewasa tarikan-tarikan
otot tidak memungkinkan untuk dilakukan pemasangan gips. Selain itu, dengan dilakukan operasi (fixasi
interna atau externa), maka pasien dapat langsung menggerakkan anggota tubuhnya yang cidera pada
keesokan harinya, dan berguna untuk mencegah kekakuan sendi.

3. Operasi itu menakutkan dan menyakitkan

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka perawatan sebelum, selama
dan setelah operasi dilaksanakan tanpa ras nyeri. Bahkan, sekarang nyeri menjadi suatu komponen yang
dievaluasi terus-menerus setiap hari, dan menjadi tanda vital pasien.
4. Biaya Operasi Mahal

Jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan pasien jika berobat ke pengobatan alternatif, maka
kita tidak bisa mengatakan pengobatan patah tulang secara medis adalah lebih mahal. Bahkan jika
pasien menggunakan kartu jamkesmas atau jamkesda, maka biaya perobatan, termasuk biaya operasi
dan biaya implant ditanggung oleh pihak jamkesmas. Hanya beberapa hal yang tidak ditanggung oleh
oihak jamkesmas sejauh ini, yakni biaya implant ganti sendi total (total joint arthroplasty), seperti ganti
sendi panggul dan lutut.

APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?

Penulis menyadari bahwa pencegahan adalah selalu lebih baik, dan lebih murah daripada pengobatan.
Berhentilah merokok sebelum radang paru atau tumor paru menyerang Anda. Berhentilah minum
alcohol sebelum Anda terkena hepatitis. Selalulah menggunakan helm, patuhilah rambu lalu lintas,
jangan membonceng lebih dari satu orang, patuhilah lampu lalu lintas. Itulah cara untuk mencegah atau
mengurangi angka kejadian kecelakaan lalu lintas. Himbauan ini memang harus selalu diulang-ulang oleh
berbagai pihak. Kalau kita melihat kesemrawutan lalu lintas di Kota Medan, dan tidak tertibnya kita
berlalu lintas, maka kita tentu tidak heran melihat banyaknya angka kejadian kecelakaan lalu lntas di
Kota Medan tercinta ini.

Jika kecelakaan atau patah tulang sudah terjadi, maka segeralah bawa ke rumah sakit terdekat. Di Kota
Medan, terdapat puluhan rumah sakit, baik negeri maupun swasta yang dapat memberikan pelayanan
spesialistik patah tulang. Menurut data PABOI Cabang Sumatera Utara, terdapat 26 orang dokter
spesialis bedah Orthopaedi dan Traumatologi di Kota Medan dan sekitarnya.

Jika penderita menggunakan Jamkesmas, Jamkesda, atau Medan Sehat, maka Rumah Sakit H. Adam
Malik Medan dan RSUP Pirngadi merupakan 2 rumah sakit pemerintah yang dapat melayani penderita
dengan kartu Jamkesmas, Jamkesda, Medan Sehat. Selain rumah sakit pemerintah, terdapat beberapa
rumah sakit swasta yang menerima pasien dengan kartu Jamkesmas, Jameksda, dan Medan Sehat
tersebut.

Penderita patah tulang yang lebih cepat ditangani, tentulah akan lebih baik kondisinya daripada yang
datang dalam keadaan terlambat. Oleh karenanya, bawalah penderita patah tulang ke rumah sakit atau
dokter terdekat untuk mendapat perawatan yang terbaik.

Proses penyembuhan tulang

Ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal oleh jaringan parut tetapi
mengalami regenerasi sendiri. Tahapan penyembuhan tulang meliputi :

a. Inflamasi

Dengan adanya patah tulang tubuh berespon sama seperti adanya cedera. Terjadi perdarahan dan
hematoma pada jaringan yang cedera tempat terjadinya patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami
devitalisasi karena terbungkusnya pasokan darah. Tempat cedera di invasi makrofag (sel darah putih
besar), yang membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi pembengkakan dan nyeri.

b. Proliferasi sel

Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuknya benang-benang fibrin dalam
jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Osteoblast dan fibroblast (berkembang dari osteosit, endotel dan sel periosteum) akan
menghasilkan kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matrik kolagen pada patahan tulang. Tejadi
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,
osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matrik tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki
aliran darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami
patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Setelah terbentuk osteoid dari periosteum
tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada
tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak strukturkalus. Tulang yang sedang
aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

c. Pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh dan mencapai sisi lain sampai
celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan oleh jaringan fibrus, tulang rawan,
dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara
langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Diperlukan waktu 3-4 minggu
untuk menggabungkan fragmen tulang di tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fragmen tulang
tidak dapat lagi di gerakkan.

d. Osifikasi

Pada osifikasi selain terjadi pembentukan matrik tulang (serabut kolagen dan substansi dasar) juga
terjadi pengerasan mineral (disini garam calsium). Diserabut kolagen dalam suatu lingkungan
elektronegatif. Serabut kolagen memberikan kekuatan memberikan kekuatan terhadap tarikan tulang
dan kalsium memberikan kekuatan terhadap penekanan pada tulang.

Kebanyakan tulang mengalami penyembuhan melalui osifikasi endokondral Pembentukan kalus mulai
mengalami penulangan 3-4 minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat
elektronegatif. Pada patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu 3-4
bulan Pada osifikasi intra membranus dimana tulang tumbuh di dalam membrane, terjadi pada tulang
wajah dan tulang tengkorak, maka ketika tengkorak mengalami penyembuhan terjadi union secara
fibrus.

e. Remoddeling

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke
susunan structural sebelumnya. Remodeling membutuhkan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-
tahuntergantung beratnya modifikasi tulang yang di butuhkan, fungsi tulang dan pada kasus yang
melibatkan tulang kompak dan kanselus stress fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami
penyembuhan dan remodeling lebih cepat dari pada tulang kortikal kompakkhususnya pada titik kontak
langsung. Ketika remodeling telah sempurna, muatan permukan patah tulang tidak lagi negative.

Tulang terdiri atas 2 jenis jaringan yaitu jaringan kompak (padat atau kortikal) dan jaringan tulang
konselus (trabekulus / spongus) yang terdapat pada bagian epifis dan diafisis pada masing-masing tulang.

Prinsip Umum Pengobatan Fraktur


Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik
dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: lokasi fraktur, bentuk fraktur, teknik yang
sesuai untuk pengobatan, dan komplikasi yang mungkin terjadi selama/sesudah pengobatan.

Reduction; reduksi fraktur bila perlu


Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Posisi yang baik
adalah bila terdapat alignment dan aposisi yang sempurna.

Retention; imobilisasi fraktur.

Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

PENGERTIAN

Fraktur adalah hilangnya continuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian.
Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

ETIOLOGI

Trauma musculoskeletal yang dapat mengakibatkan fraktur adalah ;

Trauma langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang . Hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif
dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

Trauma tidak langsung. Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.
Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak tetap utuh.

KLASIFIKASI FRAKTUR

1. Fraktur Tertutup (Simple Fracture).

Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur
tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

2. Fraktur Terbuka (Compound Fracture).

Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).

3. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture).

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed
union, non-union, dan infeksi tulang.
FAKTOR PENYEMBUHAN FRAKTUR

Usia penderita. Waktu penyembuhan tulang anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini
terutama disebabkan aktivitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum serta proses
pembentukan tulang pada bayi sangat aktif. Apabila usia bertambah, proses tersebut semakin berkurang.

Lokasi dan konfigurasi fraktur. Lokalisasi fraktur memegang peranan penting. Penyembuhan fraktur
metafisis lebih cepat daripada fraktur diafisis. Disamping itu, konfigurasi fraktur seperti fraktur
transversal lebih lambat penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih
banyak.

Pergeseran awal fraktur. Pada fraktur yang periosteumnya tidak bergeser, penyembuhannya dua kali
lebih cepat dibandingkan dengan fraktur yang bergeser.

Vaskularisasi pada kedua fragmen. Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik,
penyembuhannya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur memiliki vaskularisasi yang jelek sehingga
mengalami kematian, pembentukan union akan terhambat atau mungkin terjadi non-union.

Reduksi serta imobilisasi. Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih
baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan
pembuluh darah yang mengganggu penyembuhan fraktur.

Waktu imobilisasi. Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union,
kemungkinan terjadinya non-union sangat besar.

Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak. Adanya interposisi jaringan, baik
berupa periosteum maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya akan menghambat vaskularisasi kedua
ujung fraktur.

Faktor adanya infeksi dan keganasan local.

Cairan synovial. Cairan synovial yang terdapat pada persendian merupakan hambatan dalam
penyembuhan fraktur.

Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan
meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur. Akan tetapi, gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur
tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.

Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu sampai 4 bulan. Secara kasar, waktu penyembuhan pada
anak ½ waktu penyembuhan orang dewasa. Faktor lain yang mempercepat penyembuhan fraktur adalah
nutrisi yang baik, hormone-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, dan steroid anabolic,
seperti kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan).

KOMPLIKASI FRAKTUR

1. Komplikasi Awal
Kerusakan Arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar, dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan
oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

Sindrom kompartemen. Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang saraf,
dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan
yang terlalu kuat.

Fat Embolism Syndrome (FES). Adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Ditandai dengan gangguan pernafasan,
tahikardi, hipertensi, tahipnea, dan demam.

Infeksi. Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma ortopedi,
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tetapi dapat juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF & OREF)
dan plat.

Nekrosis Avaskular. Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan
nekosis tulang.

Syok. Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga
menyebabkan oksigenasi menurun.

2. Komplikasi Lama

Delayed Union. Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke tulang menurun.

Non-union. Adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi
sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi, tetapi dapat
juga terjadi bersama-sama infeksi.

Mal-union. Adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang
berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, pemendekan, atau union secara menyilang, misalnya pada
fraktur tibia-fibula.

PENATALAKSANAAN FRAKTUR

Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada


patah tulang dapat terpenuhi.

Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih
lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak
bawah.
Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau
dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu
dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.

Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup
yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan
melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada
teknik ini.

Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama,
yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.

Penatalaksanaan pembedahan.

Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner),
misalnya pada fraktur jari.

Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation).

Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal Fixation). Fiksasi eksternal
digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan
dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk).

Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari 5 fase, yaitu :

Fase hematoma

Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam
system haversian mengalami robekan dalam daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara
kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan
mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah
kedalam jaringan lunak.

Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari daerah fraktur akan kehilangan
darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskular tulang yang mati pada sisi – sisi
fraktur segera setelah trauma.

Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.

Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan.
Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel – sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum
untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagi
aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka
penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel – sel mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam jaringan
lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel – sel
osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat
dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah
fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi
jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung tulang sehingga
merupakan suatu daerah radioluscen.

Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.

Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)

Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari
osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh
matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam – garam kalsium pembentuk suatu
tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada pemeriksaan radiolgis kalus atau woven
bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan – lahan diubah menjadi tulang yang
lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di
resorpsi secara bertahap.

Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya
fraktur.

Fase remodeling

Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian yang meyerupai bulbus
yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini perlahan – lahan terjadi
resorpsi secara osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara
perlahan – lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi system
haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum.

Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya
fraktur.

Berikut Proses Penyembuhan Fraktur tulang:


* Inflamasi

Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama bila ada cedera di tempat lain dalam
tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada
tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah.
Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar) yang akan membersihkan
daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri. Tahap inflmasi berlangsung beberapa hari
dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.

* Proliferasi sel

Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin,
membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast.

Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endostel, dan sel periosteum) akan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar. Kalus
tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi
gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan
potensial elektronegatif.

* Pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah
sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan
tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara
langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu 3-4 minggu agar
fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis, fragmen tulang tidak
bisa lagi digerakkan.
* Osifikasi ( penulangan kalus )

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu setelah patah tulang melalui proses
penulangan endokondral. Mineral terus-menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu
dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif. Pada patah tulang panjang orang dewasa
normal, penulangan memerlukan waktu 3-4 bulan.

* Remodelling

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke
susunan struktural sebelumnya. Remodelling memerlukan waktu berbulan-bulan samapai bertahun-
tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang
melibatkan tulang kompak dan kanselus , stress fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami
penyembuhan dan remodeling lebih cepat dari pada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik
kontak langsung. Ketika remodeling telah sempurna, muatan permukaan patah tulang tidak lagi
bermuatan negatif.

También podría gustarte