Está en la página 1de 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas perkenaNya, makalah asuhan
keperawatan yang berjudul “BAYI YANG DILAHIRKAN PADA IBU DIABETES
MELITUS “ dapat saya selesaikan dengan baik. Seperti yang kita ketahui di Indonesia
penyakit Diabetes Melitus begitu menggandrungi masyarakat baik wanita, pria, orang
berekonomi rendah mau tinggi. Kejadian Diabetes Melitus khususnya pada bayi
dengan ibu Diabetes di Indonesia sangat memprihatikan seperti penyakit favorit di
masyarakat. Semoga dengan membaca makalah ini pembaca dapat mengetahui dan
mengambil hal yang positif dan negatif tersebut. Makalah ini disusun sebagai berikut :

1. Definisi dari Diabetes Melitus.

2. Patofisiologi dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita Diabetes Melitus.

3. Etiologi dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita Diabetes Melitus ?

4. Bagaimana manifestasi klinik dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
Diabetes Melitus.

5. Prognosis dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita Diabetes Melitus.

6. Klasifikasi dari Diabetes Melitus.

7. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan.

Terimakasih kami sampaikan kepada semua sumber yang telah melengkapi


isi makalah ini.keterbatasan dalam banyak hal tentulah kaya tidak dapat memenuhi
seluruh kriteria yang diharapkan pembaca. Harapan kami semoga dapat memberi
pencerahan bagi para pembaca. Amin.

Semarang , Agustus 2017

i
DAFTAR IS

Cover… ................................................................................................................

Kata pegantar… ................................................................................................... i

Daftar isi…........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN… ............................................................................... 1.

A. Latar Belakang.. .................................................................................... 1.

B. Rumusan Masalah… ............................................................................. 1.

C. Tujuan…. .............................................................................................. 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA… ................................................................... 3.

1. Definisi dari Diabetes Melitus… ........................................................... 3.

2. Patofisiologi Bayi pada Ibu DM…. ....................................................... 3.

3. Etiologi Bayi pada Ibu DM… ................................................................ 4.

4. Manifestasi klinik Bayi pada Ibu DM… ................................................ 4.

5. Prognosis Bayi pada Ibu DM… ............................................................. 5.

6. Klasifikasi dari Diabetes Melitus… ....................................................... 6.

7. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan….............................. 6.

8. Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Ibu DM… .............................. 7.

BAB III PENUTUP… ........................................................................................ 13.

A. Simpulan… ........................................................................................... 13.

B. Saran… .................................................................................................. 13.

DAFTAR PUSTAKA… ..................................................................................... 14.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan


toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa
membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG
asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin.

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita


yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan
mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam
post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat
diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa
darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg%
berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. Pada
wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa
darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam
pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test
tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil,
kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan
kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa , 25% kemungkinan
akan berkembang menjadi DM.

DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan


professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang
akan dating, juga saat persalinan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Diabetes Melitus ?

1
2. Bagaimana patofisiologi dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
Diabetes Melitus ?

2
2

3. Bagaimana etiologi dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
Diabetes Melitus ?

4. Bagaimana manifestasi klinik dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita Diabetes Melitus ?

5. Bagaimana prognosis dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
Diabetes Melitus ?

6. Apa saja klasifikasi dari Diabetes Melitus ?

7. Apa saja pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan?

8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada bayi dengan ibu Diabetes Melitus ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa definisi dari Diabetes Melitus.

2. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita Diabetes Melitus.

3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita Diabetes Melitus.

4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinik dari bayi yang dilahirkan


oleh ibu yang menderita Diabetes Melitus.

5. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita Diabetes Melitus.

6. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari Diabetes Melitus.

7. Untuk mengetahui apa saja pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan.

8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Ibu DM


3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes Melitus adalah penyakit kronik yang komplek yang
dikarakterisasikan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
hiperglikemi dan perkembangan dari mikrovaskuler (kental kapiler),
arterisklerosis, makrivaskuler komplikasi dan neuropatik (gangguan struktus dan
fungsi ginjal).
B. Patofisiologi
Tidak ada satupun peristiwa fisiologik atau biokimia yang dapat
menjelaskan banyaknya manifestasi klinik yang ditemukan pada penyakit ini.
Urutan patogenik yang mungkin terjadi adalah hiperglikemia ibu mneyebabkan
hiperglikemia janin dan respon kelenjar pankreas janin mengakibatkan timbulnya
hiperinsulinemia janin; hiperinsulinemia dan hiperglikemia janin kemudian
mengakibatkan peningkatan uptek glukosa dan sintesis glikogen oleh hati,
peningkatan lipogenesis dan sintesis protein. Temuan patologik yang bertalian
adalah hipertfogi dan hiperplasi pulau Langerhans pankreas,disertai kenaikan yang
tidak sebanding dengan jumlah sel-sel beta, kenaikan berat plasenta dan
organ-organ janin, kecuali otak ; hipertrofi miokardium; peningkatan jumlah
sitoplasma dalam sel-sel hati dan hematopoiesis ekstra-medula. Pelepasan
plasenta, akan menghentikan infus glukosa ke bayi neonatus, tanpa memberi
pengaruh yang sebanding dengan hiperinsulinisme; akibatnya, pada bayi akan
timbul hipoglikemia dan lipolisis yang menipis selama jam pertama setelah
kelahiran.
Hiperinsulinisme telah ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
sedang menderita diabetes dan pada bayi yang dilahirkan pada ibu diabetes yang
insulin-dependent, tanpa disertai adanya antibodi insulin. Kelompok yang pertama
mempunyai kadar insulin puasa plasma yang lebih tinggi secara cukup berarti,
dibandingkan dengan bayi neonatus normal, walaupun memiiki kadar glukosa
yang sama; mereka memberi respon segera dengan kenaikan insulin plasma dan
mengasimilasikan glukosa lebih cepat. Setelah pemberian arginin, mereka juga

4
mempunyai respon insulin yang meningkat dan kecepatan penghilang glukosa
yang menigkat, dibanding pada bayi normal. Sebaliknya,

5
6

kecepatan penggunaan glukosa puasa menurun. Kadar asam lemak bebas


yang lebih rendah pada bayi yang dilahirkan pada ibu diabetes insulin-dependen
mungkin mencerminkan hiperinsulinemia yang mereka alami. Dengan
pengendalian diabetes yang baik selama prenatal, insiden mkarosomia menurun.
Walaupun hiperinsulinisme mungkin merupakan penyebab utama
hipoglikemia, penurunan respon epinefrin dan glukagon yang terjadi mungkin
merupakan faktor yang membantu terjadinya hipoglikemia. Kadar kortisol dan
hormon pertumbuhan normal.
C. Etiologi
1. Ibu penderita diabetes (bayi beresiko untuk terjadi hipoglikemia)
2. Multipara
3. Ibu dengan predisposisi genetik untuk bayi dengan berat badan berlebihan
4. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara
kortisol dan insulin pola sintesis surfakton.
D. Manifestasi Klinik
Bayi yang dilahirkan oleh ibu diabetes dan ibu yang menderita diabetes
kehamilan sering memperlihatkan persamaan yang mengejutkan. Mereka
cenderung berbadan besar dan gemuk, akibat peningkatan lemak badan dan
pembesaran visera, disertai wajah yang menggembung dan pletorik, mirip dengan
wajah penderita yang mendapat kortikosteroid. Akan tetapi, bayi seperti ini
mungkin berat badan lahirnya normal atau rendah, terutama kalau dilahirkan
sebelum aterm atau kalau pada ibu menderita penyakit vaskular.
Bayi cenderung kelihatan “ mudah gugup dan terkejut”, gemetar dan
terangsang berlebihan, selama 3 hari pertama kehidupan, walaupun dapat pula
terjadi hipotonia, lalergi dan aktivitas menyusu buruk. Mereka mungkin
memperlihatkan beberapa manifestasi hipoglikemia. Tanda-tanda dini ini lebih
mungkin berhubungan dengan hipoglikemia dan hipokalsemia yang timbul
kemudia; abnormalitas ini dapat juga terjadi bersama-sama. Asfiksia atau
hiperbilirubinemia perinatal dapat pula menimbulkan tanda-tanda yang sama.
Kadang-kadang hipomagnesemia dapat dihubungkan dengan hipokalsemia.
Sekitar 75 % bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes dan
25 % bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes kehamilan akan
mengalami hipoglikemia ( kurang dari 30 mg/ dl glukosa ), tetapi hanya sebagian
kecil saja yang memperlihatkan tanda dan geajala-gejala. Kemungkinan bayi
7

mengalami hipoglikemia akan meningkat dan kadar glukosa kemungkinan besar


lebih rendah, kalau glukosa dalam tali pusat atau pada ibu yang sedang berpuasa
tinggi. Biasanya titik terendah konsentrasi glukosa darah pada bayi tercapai antara
1-3 jam; pemulihan spontan dimulai pada 4-6 jam.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu diabetes mengalami takipnea selama 5 hari
pertama kehidupan. Gejala ini bersifat sementara akibat hipoglikemia, hipotermia,
polisitemia, payah jantung atau edema serebri akibat trauma atau afiksia kelahiran.
Terdapat insiden penyakit membran hialin yang leih tinggi pada bayi yang
dilahirkan pada ibu diabetes, dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu
normal, yang lahir pada usia kehamilan yang sebanding; keadaan ini mungkin
akibat pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pada sintesis surfaktan.
Kardiomegali lazim ditemukan ( 30 % ) dan payah jantung terjadi pada 5-10 %
bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabtes. Hipertrofi dan sekat
asimetris dapat terjadi dan dimanifestasikan sebagai stenosis hipertrofik subaorta
idiopatik. Perkembangan neurologik dan pusat-puat perkapuran cenderung
menjadi imatur dan berhubungan dengan ukuran otak ( yang tidak mengalami
penambahan ) dan lebih berhubungan dengan kehamilan dibandingkan dengan
berat badan total. Juga terdapat peningkatan insiden perbilirubinemia, polisitemia
dan trombosis vena renalis; yang terakhir ini harus dicurigai kalau dapat diraba
adanya suatu masa pada bagian sisi tubuh, hematuria dan trombositopenia.
Insiden anomali kongenital meningkat 3 kali pada yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita diabetes; paling lazim ditemukan anomali jantung dan rangaka. Pada
bayi ini dapat juga ditemukan adanya distansi abdomen akibat kelembatan
sementarara perkembangan kolon sebelah kiri, yang dinamakan sindroma kolon
kecil kiri ( small left colon syndrome ).
E. Prognosis
Insiden diabetes melitus di kemudian hari pada bayi yang lahir pada ibu
yang menderita diabetes berkisar antara 1-7 %. mereka memperlihatkan
perkembangan fisik yang normal, tetapi pada bayi yang memikiki ukuran badan
yang berlebihan ini cenderung menjadi obesitass pada masa anak-anak dan
diteruskan sampai masa dewasa. Masih terdapat ketidaksepakatan tentang apakah
terdapat sedikit peningkatan risiko gangguan perkembangan kkecerdasan yang
tidak berhubungan dengan hipoglikemia; hipoglikemia simtomatik mungkin
memperbesar risiko bayi.
8

F. Klasifikasi Diabetes Melitus


1. Type I ( IDDM ) : DM yang berganyung pada insulin
2. Type II ( NIDDM ) : Orang tidak bergantung pada insulin, tetapi dapat diobati
dengan insulin, muncul > 50 tahun.
3. Diabetes Laten : Subklinis atau diabetes hamil, uji toleransi gula tidak normal.
Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diit saja.
G. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan
1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes
( diabetik )
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidramnion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai
dengan lahir
mati
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan
kematian
4. Pengaruh DM terhadap kala nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5. Pengaruh DM terhadap bayi
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b. Janin besar (makrosomia)
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa
9

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN IBU DM


1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan (Allen Carol V. 1993 : 28). Data subyektif terdiri dari
1) Biodata atau identitas pasien :
a) Bayi meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin
b) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
(Talbott Laura A, 1997 :
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus makrosomia yaitu
i. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, pola
makan, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
ii. Riwayat persalinan sebelumnya dan juga riwayat dari
keluarga.
iii. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa
tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas
kesehatan.
iv. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia
kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
b) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang
perlu dikaji :
i. Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
ii. Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan
sistem pusat pernafasan.
c) Riwayat post natal, Yang perlu dikaji antara lain :
10

i. Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit


kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS
(7-10) asfiksia ringan.
ii. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm
³ 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal
(34-36 cm). Adakah kelainan congenital.
3) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan makrosomia merupakan
pola makan dan nutrisi/pemenuhan nutrisi dan cairan, muntah
aspirasi, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi,
asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
a) Kebutuhan parenteral
b) Bayi makrosomia menggunakan D10%
c) Kebutuhan nutrisi enteral
d) BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
e) BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
f) BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
g) Kebutuhan minum pada neonatus :
i. Hari ke 1 = 50-60 cc/kgBB/hari
ii. Hari ke 2 = 90 cc/kgBB/hari
iii. Hari ke 3 = 120 cc/kgBB/hari
iv. Hari ke 4 = 150 cc/kgBB/hari
v. Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200
cc/kgBB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1)
4) Pola eliminasi
a) Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
b) BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
c) BAK : frekwensi, jumlah
5) Latar belakang sosial budaya
a) Kebudayaan yang berpengaruh terhadap makrosomia adalah
ketergantungan obat-obatan tertentu.
11

b) Kebiasaan ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan


kalori dan lemak.
6) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat
gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian
serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Lain halnya dengan makrosomia karena memerlukan perawatan yang
intensif dan monitoring.
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui
atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)
1) Keadaan umum
Pada neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan
hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan
yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2) Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm
beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko
terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 °C. Sedangkan suhu normal
tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per
menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 :
87).
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik
pasien untuk menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
3) Kulit
12

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna


biru, pada bayi makrosomia terdapat lanugo dan verniks di
lipatan-lipatan kulit.
4) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
5) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan
refleksi terhadap cahaya.
6) Hidung
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan penumpukan
lendir.
7) Mulut
Bibir berwarna merah, ada lendir atau tidak.
8) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10) Thorax
Bentuk simetris, tidak terdapat tarikan intercostal, perhatikan
suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100
kali per menit.
11) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran
bayi.
12) Umbilikus
Tali pusat normal, perhatikan ada pendarahan atau tidak,
adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
13) Genitalia
13

Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan


letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan
lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan,
kadang perdarahan.
14) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air
besar serta warna dari faeses.
15) Ekstremitas
Warna merah, gerakan lemah/kuat, akral dingin/hangat,
perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau
keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Cedera b/d trauma kelahiran sekunder terhadap makrosomia

b. Resiko cedera b/d perubahan glukosa darah, cairan dan elektrolit

c. Kurang pengetahuan orang tua b/d kurang informasi tentang perawatan


bayi.

3. Rencana Tindakan keperawatan

a. Untuk diagnosa Cedera b/d trauma kelahiran sekunder terhadap


makrosomia

1) Laporkan gejala-gejala cedera kelahiran pada dokter

2) Dokumentasikan tujuan pengkajian pada catatan perawatan dan


perbaiki pada setiap pergantian shift

3) Ubah posisi dari satu sisi ke sisi lain setiap 2 jam

4) Implementasikan dan pertahankan bebat, popok khusus, dll sesuai


pesanan

b. Untuk diagnosa Resiko cedera b/d perubahan glukosa darah, cairan dan
elektrolit
14

1) Lakukan pemantauan glukosa darah heelstik, setiap 1 jam 3 kali,


laporkan nilai-nilai di bawah 45 mg% dan lakukan tes glukosa serum
segera sesuai pesanan

2) Observasi terhadap tanda dan gejala distres pernafasan

3) Pantau kadar elektrolit dan Ht sesuai pesanan

4) Lakukan pemberian makanan pada 2 sampai 3 jam usia dengan


formula atau air dextrose 5 % sampai 10 % sesuai pesanan, ikuti
jadual pemberian makan

5) Kaji perubahan tingkat kesadaran setiap 4 jam

6) Kaji tanda vital setiap 4 jam

7) Observasi terhadap gejala perdarahan intrakranial dan


kejangPertahankan pemberian glukosa parenteral sesuai pesanan

8) Kolaborasi Pemberian hidrokortison bila pemberian glukosa tidak


efektif

9) Berikan suhu lingkungan normal

10) Pertahankan suhu pada 36,5oC

11) Berikan suplemen elektrolit sesuai pesanan

c. Untuk diagnosa Kurang pengetahuan orang tua b/d kurang informasi


tentang perawatan bayi

1) Diskusikan dengan orang tua tentang tanda dan gejala hipoglikemia


untuk dilaporkan kepada perawat atau dokter

2) Tekankan pentingnya pemberian makan teratur

3) Tekankan pentingnya perawatan prenatal dini dan baik untuk


kehamilan selanjutnya

4) Ajarkan pemberian obat-obatan bila diindikasikan termasuk nama,


tujuan, dosis, waktu pemberian, dan efek samping

4. Intervensi
15

a. Cedera b/d trauma kelahiran sekunder terhadap makrosomia

1) Melaporkan gejala-gejala cedera kelahiran pada dokter

2) Mendokumentasikan tujuan pengkajian pada catatan perawatan dan


perbaiki pada setiap pergantian shift

3) Mengubah posisi dari satu sisi ke sisi lain setiap 2 jam

4) Mengimplementasikan dan pertahankan bebat, popok khusus, dll


sesuai pesanan

b. Resiko cedera b/d perubahan glukosa darah, cairan dan elektrolit

1) Melakukan pemantauan glukosa darah heelstik, setiap 1 jam 3 kali,


laporkan nilai-nilai di bawah 45 mg% dan lakukan tes glukosa serum
segera sesuai pesanan

2) Mengobservasi terhadap tanda dan gejala distres pernafasan

3) Memantau kadar elektrolit dan Ht sesuai pesanan

4) Melakukan pemberian makanan pada 2 sampai 3 jam usia dengan


formula atau air dextrose 5 % sampai 10 % sesuai pesanan, ikuti
jadual pemberian makan

5) Mengkaji perubahan tingkat kesadaran setiap 4 jam

6) Mengkaji tanda vital setiap 4 jam

7) Mengobservasi terhadap gejala perdarahan intrakranial dan


kejangPertahankan pemberian glukosa parenteral sesuai pesanan

8) Mengkolaborasikan Pemberian hidrokortison bila pemberian glukosa


tidak efektif

9) Memberikan suhu lingkungan normal

10) Mempertahankan suhu pada 36,5oC

11) Memberikan suplemen elektrolit sesuai pesanan

c. Kurang pengetahuan orang tua b/d kurang informasi tentang perawatan


bayi
16

1) Mendiskusikan dengan orang tua tentang tanda dan gejala


hipoglikemia untuk dilaporkan kepada perawat atau dokter

2) Menekankan pentingnya pemberian makan teratur

3) Menekankan pentingnya perawatan prenatal dini dan baik untuk


kehamilan selanjutnya

4) Mengajarkan pemberian obat-obatan bila diindikasikan termasuk


nama, tujuan, dosis, waktu pemberian, dan efek samping

5. Evaluasi

a. Setelah dilakukannya tindakan keperawatan Bayi tidak mengalami cedera


yang tak teridentifikasi /tak teratasi atau gejala sisa neurologis

b. Setelah dilakukannya tindakan keperawatan bayi mampu mempertahankan


cairan kadar glukosa darah normal.

c. Setelah dilakukannya tindakan keperawatan Orang terdekat muapun orang


tua mampu mengungkapkan gejala buruk pada bayi.Orang tua/orang
terdekat mampu memenuhi kebutuhan khusus bayi
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Penyakit Diabtes Melitus adalah penyakit kronik yang komplek yang


dikarakterisasikan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
hiperglikemi dan perkembangan dari mikrovaskuler (kental kapiler),
arterisklerosis, makrivaskuler komplikasi dan neuropatik (gangguan struktus
dan fungsi ginjal).

2. Secara patofisiologis penyakit DM tidak ada satupun peristiwa fisiologik atau


biokimia yang dapat menjelaskan banyaknya manifestasi klinik yang
ditemukan pada penyakit ini.

3. Etiologi terdiri dari : Ibu penderita diabetes (bayi beresiko untuk terjadi
hipoglikemia), Multipara, Ibu dengan predisposisi genetik untuk bayi dengan
berat badan berlebihan dll

4. Manifestasi Klinik : Bayi yang dilahirkan oleh ibu diabetes dan ibu yang
menderita diabetes kehamilan sering memperlihatkan persamaan yang
mengejutkan.

5. Klasifikasi Diabetes Melitus yaitu type I ( IDDM ), type II ( NIDDM ), dan


Diabetes Laten..

6. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan meliputi Pengaruh


kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM, Pengaruh penyakit gula
terhadap kehamilan, Pengaruh penyakit terhadap persalinan , Pengaruh DM
terhadap kala nifas, dan Pengaruh DM terhadap bayi

B. Saran

Oleh karena itu penting sekali mengetahui dan waspada jika memiliki
garis keturunan DM karena kan sangat berisiko seklai terhadap generasi
berikutnya. Ditambah dengan wanita yang sebagian besar mengalami proses
persalinan. Untuk itu menjaga gula darah agar tetap seimbang menjadi suatu
keharusan.

17
.

DAFTAR PUSTAKA

BEHRMAN, Richard E. Ilmu Keperawatan Anak : Nelson/Richard E. Behrman,


Victor C. Vaughan ; alih bahasa, Moela Radja Siregar.-Ed. 12.- jakarta : EGC
Penerbit Buku Kedokteran, 1998
Arvin Behrman Kliegmen.1996, Ilmu Kesehatan Anak “Nelson“ edisi 15 volume I.
Jakarta : EGC
Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo
http://www.rafani.co.cc/2009/07/asuhan-keperawatan-pasien-makrosomia.html
http://zhukma.blogspot.com/2009/06/laporan-pendahuluan-makrosomia.html

18

También podría gustarte