Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
Defisiensi Insulin
glukoneogenesis hiperglikemia
Koma Aterosklerosis
Kematian
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren
Resiko Injury
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM
lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan
karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati
perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan
inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia
atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien
DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut.
Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran
menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi
pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya
tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala
kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih
jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler < 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa <80 80-200 >200
- Plasma vena
- Darah kapiler
<110 110-120 >126
<90 90-110 >110
1
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
H. Pengkajian
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
2
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
3
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS
1) Pengkajian
a) Identitas klien
Nama : Ny.R
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan Guru
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SPG
Alamat : Jl. DPRD Kota Padang Panjang
Suku Bangsa : Koto
Tanggal didata : 4 Desember 2010
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus
b) Keluhan utama
Ny.R mengatakan bahwa ada gangguan penglihatan seperti rabun, rasa
kesemutan pada tungkai serta merasa lemah.
4
Region
A. Dimana reaksinya
Pada bagian mata dan tungkai.
B. Apakah menyebar
Ny.R mengatakan rasa lemah-lemah terasa sampai ke badan dan lengan.
Severity (menganggu aktivitas)
Ny.R mengatakan bila sedang kambuh sakitnya sangat menganggu aktivitas
karena membuat klien susah untuk berjalan.
Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Klien mengatakan gula darahnya tinggi sekitar 2 tahun lalu setelah diperiksa
ke dokter.
5
e) Riwayat kesehatan keluarga
1. Klien mengatakan orangtuanya mempunyai penyakit gula darah juga.
2. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan orangtua meninggal karena usianya yang sudah tua
dan kakak tertua meninggal karena kecelakaan.
f) Genogram
Ket:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal Serumah
: Sudah meninggal
6
g) Riwayat/keadaan psikososial
A. Bahasa yang digunakan
Bahasa daerah (minang)
B. Persepsi klien tentang penyakitnya
Klien menganggap penyakitnya sulit untuk disembuhkan/tidak mungkin
sembuh. Klien bersyukur masih bisa beraktivitas walaupun terbatas.
C. Konsep diri
1. Body image
Klien mengatakan badannya tidak gemuk dan tidak menyulitkan klien
untuk beraktivitas.
2. Ideal diri
Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada Allah SWT agar
diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalani hari tuanya.
3. Harga diri
Kien senang tinggal bersama keluarga karena tercukupi semua
kebutuhannya, dan bebas melakukan apa saja yang diinginkan.
4. Peran diri
Klien adalah istri dari suami, ibu dari anak dan nenek dari cucunya.
5. Personal identity
Klien merupakan warga penduduk asli bukan pendatang.
D. Keadaan emosi
Emosi klien dalam keadaan stabil.
E. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara
Klien tampak memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang
diberikan kepadanya.
F. Hubungan dengan keluarga
Harmonis dengan keluarga yang ada (suami, 3 orang anak, dan 6 orang
cucu).
G. Hubungan dengan orang lain
Baik, klien mau menyapa dan bergaul dengan siapa saja yang ditemuinya.
7
H. Kegemaran
Menanam bunga dan membenahi kebun bunga.
I. Daya adaptasi
Klien dapat beradaptasi dengan tetangga dekat rumah, ikut kelompok
bunga, pengajian dan arisan.
J. Mekanisme pertahanan diri
Klien memiliki pertahanan diri yang efektif.
h) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Klien dalam kondisi baik.
2) Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg
N : 70x/i
P : 24x/i
S : 37OC
BB : 35 kg
TB : 150 cm
3) Pemeriksaan head to toe
1) Kepala dan rambut
Kepala : bentuk kepala simetris dan kulit
kepala tampak bersih.
Rambut : rambut tipis, ubanan, berminyak
dan tidak berbau.
Wajah : bentuk wajah simetris
2) Mata
Bentuk : simetris terhadap wajah
Ketajaman penglihatan : kurang baik sehingga menggunakan
alat bantu penglihatan.
Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterus
Pupil : isokor (kanan dan kiri)
8
Pemakaian alat bantu : memakai kaca mata saat membaca
3) Hidung
Bentuk : simetris
Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan bau
Perdarahan : tidak ada
4) Telinga
Bentuk : simetris antara kanan dan kiri
Lubang telinga : terdapat serumen tapi dalam batas
normal
Ketajaman pendengaran : kurang mendengar karena sudah tua
5) Mulut dan faring
Keadaan bibir : mukosa bibir kering
Keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan gusi, gigi
terlihat bersih dan lengkap.
Keadaan lidah : tidak ada perdarahan
6) Leher
Tyroid : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
bening
Suara : klien mengeluarkan suara dengan kata-kata
yang jelas
Denyut nadi karotis : teraba
Vena jugularis : teraba
7) Kulit
Kebersihan klien : klien tampak bersih
Warna : kulit sawo matang
Turgor : sedang
Kelembaban : kulit kering
Payudara dan ketiak : tidak diperiksa (klien tidak bersedia)
8) Thorax
Bentuk : simetris antara kanan dan kiri
9
Pernafasan : 24x/i, irama teratur
Tidak ada kesulitan bernafas saat istirahat
9) Paru
Palpasi getaran udara : terdengar dan teratur
Perkusi : bunyi resonan
Auskultasi : bunyi nafas teratur
10) Jantung
Inspeksi : tampak gerakan jantung ke permukaan
dada secara teratur
Palpasi : lokasi: sebelah kiri dalam rongga dada
Perkusi : batas jantung: apex: ruang intercostal 4-5.
Auskultasi : bunyi normal (dullness), frekuensi 80x/i,
murmur tidak ada.
11) Abdomen
Bentuk : simetris antara kanan dan kiri
Benjolan : tidak ada
Tanda nyeri tekan : tidak ada
Tanda ascites : tidak ada
Hepar : tidak ada pembengkakan
12) Genitalia : tidak dilakukan (klien tidak bersedia)
13) Ekstremitas
Kesimetrisan otot : simetris
Pemeriksaan edema : tidak ada edema
Kekuatan otot : 44444/55555
Tidak ada kelainan pada ekstremitas dan kuku
14) Neurologis
1. Tingkat kesadaran
GCS: 15, E: 6, M: 4, V: 5
10
2. Status mental
Klien masih dapat berorientasi dengan baik (waktu, tempat dan
orang)
Ingatan klien masih kuat (klien masih ingat masa lalunya)
Klien berkeinginan untuk sembuh
3. Fungsi motorik
Cara berjalan : normal
Test jari hidung : klien dapat menyentuh hidung
Pronasi dan supinasi test : klien mampu membolak-balikkan
telapak tangan
Romberg test : klien mampu berdiri tanpa bantuan
4. Fungsi sensorik
Test tajam tumpul : klien dapat membedakan benda
tajam dan tumpul
Test panas dingin : klien dapat membedakan benda
panas dan dingin
Membedakan 2 titik : klien dapat membedakan 2 titik
11
nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK, tidak ada penggunaan diuretic,
tidak ada riwayat penyakit ginjal.
c. Pola makan dan minum
1. Gejala (subjektif)
Diit tipe
Ada selera makan
Alergi terhadap makanan tidak ada
Menghindari makanan yang manis-manis
2. Tanda obyektif
BB: 35 kg
TB: 150 cm
3. Waktu makan yaitu: pagi, siang dan malam
4. Jumlah dan jenis makanan: 1 piring sekali makan dan jenis makanan
adalah makanan biasa.
d. Personal hygiene
Pemeliharaan tubuh/mandi 2x sehari
Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x sehari
Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau panjang
e. Aktivitas
Klien memiliki kegiatan rutin seperti mengantarkan cucu ke sekolah,
menanam bunga, membenahi kebun bunga serta pengajian.
12
2) Analisa data
DS:
Klien mengatakan
makannya sedikit
Klien mengatakan
kurang nafsu makan
DO: Diuresis osmotik Kekurangan volume cairan
Turgor sedang
Kulit kering
Klien terlihat lemah
DS:
Klien mengatakan
sering haus
Klien mengatakan
bahwa badan teras
lemas
DO: Penurunan fungsi Resiko terjadi injury
Katarak penglihatan
Klien terlihat meraba-
rama ketika berjalan di
tempat yang agak gelap
Klien
DS:
Klien mengatakan
pandangannya kabur
Klien mengatakan sulit
mau berjalan-jalan kalau
agak gelap
Klien mengatakan
pernah terbentur pada
tiang
13
3) Prioritas masalah keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,
lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
3. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
14
4) Intervensi
Nama klien: Ny.R Umur: 63 tahun
Alamat: Jl.DPRD Kota Padang Panjang Tanggal pengkajian: 4 Desember 2010
Dx medis: DM
Diagnosa TUM TUK Kriteria Standar Intervensi
keperawatan
1. Resiko Setelah Setelah 3x30 menit
tinggi dilakukan kunjungan, lansia
gangguan tindakan mampu:
nutrisi : keperawatan 1) Mengenal
kurang dari selama 12x masalah
kebutuhan kunjungan, gangguan nutrisi :
berhubunga lansia mampu kurang dari Respon verbal Diabetes mellitus 1.1.1 Kaji pengetahuan
n dengan mengatasi kebutuhan pada merupakan sekelompok lansia tentang DM
penurunan penurunan penyakit DM kelainan heterogen yang 1.1.2 Diskusikan dengan
masukan fungsi tulang dengan: ditandai oleh kenaikan lansia tentang
oral, 1.1 Menyebutkan kadar glukosa dalam darah pengertian DM
anoreksia, definisi Diabetes atau hiperglikemia. dengan gambar atau
mual, Melittus lembar balik serta
peningkatan leaflet
metabolisme 1.1.3 Beri reinforcement
protein, positif atas jawaban
lemak. lansia
DO:
TD 110/80 1.2 Menyebutkan 3 dari 4 penyebab DM: 1.2.1 Kaji pengetahuan
Respon verbal
mmHg penyebab DM a) Faktor genetik lansia tentang
N 70x/i b) Faktor-faktor
penyebab DM
S 37OC 1.2.2 Diskusikan dengan
15
P 24x/i imunologi lansia tentang
Lansia c) Faktor lingkungan
penyebab DM
tampak dengan gambar,
kurus d) Faktor-faktor resiko : lembar balik atau
Lansia - Usia (resistensi
leaflet
tampak 1.2.3 Motivasi lansia untuk
susah insulin cenderung menyebutkan
makan kembali penyebab
meningkat pada usia
DM
DS: di atas 65 th) 1.2.5 Beri reinforcement
Lansia - Obesitas
positif atas jawaban
mengatakan lansia
makannya - Riwayat keluarga
sedikit
Lansia
mengatakan 1.3 Menyebutkan Respon verbal, 1.3.1 Diskusikan dengan
3 dari 5 tanda-tanda DM:
kurang tanda-tanda DM redemonstrasi lansia tentang tanda-
- Gangguan
nafsu makan dan psikomotor tanda DM dengan
penglihatan karena
gambar, leaflet atau
katarak
lembar balik
- Rasa kesemutan pada
1.3.2 Motivasi lansia untuk
tungkai
menyebutkan
- Kelemahan otot
kembali tanda-tanda
(neuropati perifer)
DM
- Poliuria, polidipsia,
1.3.3 Beri pujian atas
polifagia
jawaban dan
- Gula Darah tinggi
redemonstrasi lansia
16
Setelah 2x30 menit
kunjungan, lansia
mampu:
2) Mengambil
keputusan untuk
merawat diri pada
lansia DM dengan
cara:
2.1 Menjelaskan Respon verbal Akibat lanjut DM: 2.1.1 Diskusikan dengan
akibat lanjut a. Komplikasi akut lansia akibat lanjut
penyakit bila 1) Hipoglikemia dari DM dengan
tidak diobati 2) Diabetes Ketoasidosis gambar, lembar balik
3) Syndrom Hiperglikemia atau leaflet
Hiperosmolar Non Ketotik 2.1.2 Evaluasi kembali
(SHHNK) tentang pengetahuan
lansia setelah diberi
b. Komplikasi Kronik penjelasan
1) Komplikasi 2.1.3 Beri reinforcement
Makrovaskuler positif apabila lansia
2) Komplikasi mampu menjelaskan
Mikrovaskeler kembali apa yang
a) Retinopati Diabetik telah didiskusikan
b) Nefropati Diabetik
c) Neuropati Diabetikum
(1) Polineuropati Sensorik
(2) Neuropati Otonom
(Mononeuropati)
2.2 Memutuskan Respon verbal Lansia memutuskan untuk 2.2.1 Motivasi lansia untuk
untuk merawat merawat diri sendiri merawat diri sendiri
diri sendiri 2.2.2 Beri reinforcement
17
positif atas keputusan
lansia
18
Respon verbal, Cara merawat diri dengan 3.2.1 Diskusikan dengan
redemonstrasi DM: lansia tentang cara
dan psikomotor Anjurkan lansia mandi merawat diri dengan
menggunakan air gambar, lembar balik
hangat dan leaflet
Ajarkan lansia 3.2.2 Beri reinforcement
mengatur posisi yang positif atas jawaban
nyaman saat dan redemonstrasi
tidur/duduk lansia
Ajarkan lansia
melakukan kompres
hangat bila nyeri
datang
19
cc kemudian diminum. positif atas jawaban
4 butir biji rambutan dan redemonstrasi
disangrai hingga kering klien
kemudian ditumbuk
halus. Setelah itu
bubuk biji rambutan
direbus dengan air
secukupnya, kemudian
diminum selagi hangat.
100 gram labu parang
/labu kuning dan 100
gram labu bligo/ labu
tangkus ditim,
kemudian dimakan.
10 lembar daun salam
dan 30 gram daun
ceplukan direbus
dengan 400 cc air
hingga tersisa 200 cc,
kemudian airnya
diminum selagi hangat.
1 daun lidah buaya,
cuci bersih, durinya
dibuang. Potong-
potong seperlunya,
rebus dengan 3 gelas
air sampai tersisa
setengah gelas. Setelah
dingin saring dan
minum sehabis makan.
20
Minum 3x sehari,
masing-masing
setengah gelas.
21
5.2 Mengunjungi Respon verbal 5.2.1 Beri reinforcement
pelayanan Pada kunjungan yang tidak positif atas tindakan
kesehatan direncanakan, lansia dapat lansia untuk
menunjukkan kartu berobat mengunjungi
bila mengalami gangguan pelayanan kesehatan
kesehatan
22
5) Catatan perkembangan
No Implementasi Evaluasi
Dx 1 Hari/tanggal: Sabtu/4 desember 2010
Jam 09.00-10.30 WIB
23
1.3.3 Memberi pujian atas jawaban yang
benar dari lansia
“ya…benar”
A: Resiko tinggi
gangguan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
belum teratasi
P: Rencana intervensi
dilanjutkan
24
cara pencegahan DM
“cara pencegahan penyakit DM:……… S:
3.1.2 Memberi reinforcement positif atas Lansia mengatakan
jawaban lansia “cara pencegahan
“iya…benar buk..” penyakit
DM…………”
3.2.1 Mendiskusikan dengan lansia tentang Lansia mengatakan
cara merawat diri dengan DM “cara merawat diri
“Cara merawat diri dengan DM……” dengan DM………”
3.2.2 Memberi reinforcement positif atas Lansia mengatakan
jawaban lansia “saya akan mencoba
“ya…ibuk benar…” merawat diri sendiri”
Lansia mengatakan
4.1.1 Diskusikan dengan lansia tentang cara “kaki kiri masih sering
pengobatan tradisional dengan gambar, sakit dibawa berjalan
lembar balik atau leaflet jauh”
4.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban
dan redemonstrasi lansia O:
TD 110/80 mmHg
N 70x/i
P 24x/i
S 37 OC
Lansia masih tampak
memijit-mijit kaki
kirinya setelah berjalan
jauh
Lansia masih tampak
lemah dan kurang
makan
A: Resiko tinggi
gangguan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
belum teratasi
P: Rencana intervensi
dihentikan
(keterbatasan waktu
untuk implementasi)
25
DAFTAR PUSTAKA
Soesilo P. Jakarta, 5 Maret 2009. Tanaman Obat Alternatif (TOA) Diabetes Mellitus
(Kencing Manis). Diakses dari http://tanamanobatalternatif.blogspot.com
Materi Kuliah Keperawatan. 2009. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II. Diakses dari
http://tutorialkuliah.blogspot.com
http://www.smallcrab.com/diabetes/509-pencegahan-diabetes
26