Está en la página 1de 14

“HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULILI KOTA PALU”

UNTAD

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

Eri Wijaya Hafid


NIM N20115038

DEPARTEMEN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bayi yang baru lahir akan mengalami perubahan fisiologis karena adanya

transisi dari sirkulasi janin atau plasenta ke respirasi independen bayi. Masa

transisi tersebut merupakan masa yang sangat rentan bagi bayi, bayi akan

mengalami masalah kesehatan seperti asfiksia dan infeksi jika tidak

mendapatkan perawatan. Perawatan bayi baru lahir merupakan kegiatan

kompherensif yang meliputi perawatan higiene, pemberian lingkungan yang

aman dan nyaman, perlindungan terhadap infeksi dan pemenuhan nutrisi

(Yudha, 2008).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang

yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu,

pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar

proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Hidayanti, 2011). ASI

merupakan makanan terbaik untuk bayi dan anak, tetapi akan menjadi masalah

bila anak tidak dapat mengkonsumsi ASI dengan cukup karena beberapa

kondisi. Penggunaan PASI (Pengganti ASI), seperti susu formula, menjadi

alternative yang dapat digunakan (Hidayanti, 2011). Penelitian ilmiah terbaru

dari UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund)

menyebutkan bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki kemungkinan

untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Peluang itu 25 kali

lebih tinggi dari bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif (Hidayanti,

2011).
Ada 2 faktor penting yang mempengaruhi keputusan orang tua dalam

pemberian susu formula pada anak yaitu faktor internal dan factor eksternal.

Faktor internal antara lain latar belakang sosial ekonomi yang mencakup

psikologis, kesehatan fisik, pendidikan dan pengetahuan, gaya hidup,

demografi serta pendapatan keluarga. Sedangkan faktor eksternal yang

mempengaruhi keputusan orang tua dalam pemberian susu formula pada anak

yaitu lingkungan, pekerjaan ibu, harga susu dan pengaruh iklan susu di media

(Heni, 2012). Ibu muda ada kecenderungan untuk memberikan susu yang tidak

baik pada bayi dan pemberian susu formula di kalangan ibu muda sudah

menjadi salah satu trend di Indonesia. Karakteristik ibu terkait umur ibu,

menunjukkan bahwa ibu yang berusia 23,4 tahun memberikan susu formula

pada bayinya sebesar 62%, sedangkan yang berusia antara 25-46 tahun sebesar

38% (Ismiati, 2008). Seseorang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas

akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI eksklusif karena pola

pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang tingkat pendidikan rendah

(Arifin, 2004). Hasil penelitian tentang karakteristik ibu yangmemberikan susu

formula pada bayi yaitu tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa ibu yang

memberikan susu formula dengan tingkat pendidikan SD sebesar 51%, Sekolah

Menengah Atas 26% dan pendidikan tinggi 22% (Ismiati, 2008). Ibu yang

memiliki pengetahuan kurang tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

cenderung memiliki perilaku yang kurang baik dalam pemberian ASI eksklusif

dan beranggapan makanan pengganti ASI (susu formula) dapat membantu ibu

dan bayinya, sehingga ibu tidak lagi memberikan ASI secara ekslusif kepada
bayinya (Purwanti, 2004). Cakupan ASI Eksklusif secara nasional hanya

38,0% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Provinsi Sulawesi tengah

menempati tempat tertinggi dalam kategori proses mulai menyusui > 48 jam

yaitu sebesar 26,4% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Cakupan pemberian

ASI eksklusif di Kota Palu pada tahun 2013 adalah sebesar 52,03%. Cakupan

ini masih jauh jika dibandingkan dengan target yang harus dicapai sebesar

80%. Cakupan pemberian ASI eksklusif ini mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar 55,75%. Puskesmas Bulili adalah salah satu dari 12

puskesmas yang ada di Kota Palu. Selama 3 tahun berturut-turut, cakupan

pemberian ASI eksklusif Puskesmas Bulili berada pada 3 terendah dengan

persentasi sebesar 34,47% untuk tahun 2011, 36,73% untuk tahun 2012 dan

31,30% untuk tahun 2013 (Dinkes Kota Palu, 2013).

Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bulili

Palu pada 5 orang ibu menunjukkan bahwa dari 5 orang ibu muda (umur < 30

tahun) 4 diantaranya memberikan susu formula pada saat bayinya berusia 0-6

bulan. Dari ke empat ibu yang memberikan susu formula, masing-masing

memiliki pendidikan terakhir SD 1 orang, SMA 1 orang dan perguruan tinggi 2

orang. Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan bahwa dari 4 orang ibu yang

memberikan susu formula pada bayinya, 3 diantaranya mengetahui tentang

pengertian ASI eksklusif dan 1 orang lainnya tidak mengetahui tentang

pengertian ASI eksklusif. Hasil wawancara untuk status pekerjaan, dari 4 orang

ibu, 2 diantaranya bekerja dan 2 orang lainnya berstatus ibu rumah tangga.
Berdasarkan uraian diatas dan melihat tingginya pemberian susu formula

pada bayi, menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai

hubungan karakteristik ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6

bulan di wilayah kerja Puskesmas Bulili Palu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat

diajukan adalah:

1. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian susu

formula pada bayi usia 0-2 tahun ?

2. Bagaimana pengetahuan gizi ibu pemilik balita usia 0-2 tahun di wilayah

tersebut ?

3. Apakah tindakan ibu pemilik balita usia 0-2 tahun dalam pemberian susu

formula sudah sesuai dengan prosedur yang dianjurkan ?

4. Apakah ada hubungan antara promosi susu formula dengan tindakan pemberian

ASI Eksklusif?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dilakukannya penelitian

ini adalah:

1. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian susu

formula pada bayi usia 0-2 tahun

2. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu pemilik balita usia 0-2 tahun di

wilayah tersebut

3. Mengetahui tindakan ibu pemilik balita usia 0-2 tahun dalam pemberian susu

formula sudah sesuai dengan prosedur


4. Mengetahui hubungan antara promosi susu formula dengan tindakan pemberian

ASI Eksklusif?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para ibu pemilik balita

tentang susu formula dan pentingnya ASI Eksklusif.

2. Memberikan informasi kepada ibu pemilik balita bahwa iklan susu formula

ditelevisi dapat membentuk persepsi dan perilaku ibu dalam memberikan susu

formula.

3. Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan melalukan

penelitian sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bernutrisi, berenergi tinggi yang

mudah untuk dicerna yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui

proses laktasi (Munasir, 2008). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa dan garam-garam organik yang dibekali enzim pencerna,

sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI (Ulil

Albab, 2013).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal, dan tidak diberikan minuman dan

makanan lain (termasuk air jeruk, madu, dan air gula) sampai bayi berumur 6

bulan (Zakaria, 2014).

ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi karena

mengandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI tidak dapat

tergantikan oleh susu sapi/formula karena ASI terdesain khusus untuk bayi,

sedangkan komposisi susu sapi atau susu formula yang sudah diformulasikan

khusus untuk bayi sangat berbeda, sehingga tidak dapat menggantikan ASI

(Ulil Albab, 2013).

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu pada bayi tanpa tambahan

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

nasi dan tim sampai dengan usia 6 bulan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI

sedini mungkin setelah persalinan dan diberikan tanpa jadwal serta tidak diberi
makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Ulil

Albab, 2013).

Pemberian ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sampai umur 6

bulan sesuai kebutuhan bayi tanpa memberikan makanan pralektal seperti air

gula atau air tajin kepada bayi baru lahir, atau minuman lain kecuali sirup obat.

Proses menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir dengan memberikan

kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama, yang bernilai gizi tinggi).

Perilaku menyusui dilakukan sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada

malam hari (Ulil Albab, 2013).

B. Kandungan Nutrisi ASI

Kandungan nutrisi yang terdapat dalam ASI adalah karbohidrat, protein,

lemak, mineral, air dan vitamin. Zat karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa

yang jumlahnya akan berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh

kembang bayi. Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin.

Galaktosa merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga

merupakan kebutuhan nutrisi medula spinalis, yaitu untuk pembentukan mielin

(selaput pembungkus sel saraf). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium

fosfor dan magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang,

terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan perkembangan

tulang (Ulil Albab, 2013).

Protein dalam ASI merupakan bahan yang sangat cocok bagi bayi

karena unsur protein hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan

sebagai bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI
merupakan kelompok protein whey yang bentuknya lebih halus, lembut dan

mudah dicerna. Kadar lemak dalam ASI secara otomatis berubah setiap kali

diisap oleh bayi (Ulil Albab, 2013).

Lemak diperlukan sebagai energi, dan dibutuhkan oleh otak untuk

membuat mielin, sedangkan mielin merupakan zat yang melindungi sel saraf

otak dan akson agar tidak mudah rusak bila terkena rangsangan. Mineral yang

terkandung dalam ASI berupa zat besi dan kalsium dengan kadar yang relatif

rendah, tetapi cukup dan stabil untuk bayi sampai usia enam bulan (Ulil Albab,

2013).

ASI juga terdiri dari 88% air yang berguna untuk melarutkan zat-zat

yang terdapat di dalamnya. ASI sebagai sumber air yang relatif tinggi dapat

meredakan rangsangan haus dari bayi. Vitamin yang terdapat dalam ASI cukup

lengkap yaitu terdiri dari vitamin A, D, dan C, sedangkan golongan vitamin B

selain riboflavin dan asam panthothenik kandungannya masih kurang

(Isty’aroh, Setyowati, & Afifah, 2013)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasional
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antar variabel, tanpa
melakukan perubahan, tambahan, dan manipulasi terhadap data yang telah
ada (Fikri, 2013). Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hubungan promosi susu formula dengan pengambilan keputusan keluarga
dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Arjasa
Kabupaten Jember. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross
Sectional karena pada penelitian ini objek diukur dan dikumpulkan secara
simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu secara bersamaan
(Fikri, 2013).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang hubungan promosi susu formula dengan pengambilan
keputusan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Bulili kota Palu ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bulili
dimana yang terdiri dari 2 kelurahan yaitu kelurahan Petobo dan kelurahan
Birobuli Selatan, waktu penelitian yaitu antara bulan April-Mei 2018.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan yang hanya memberikan ASI sebagai makanan
bayinya di wilayah kerja Puskesmas Bulili kota Palu yang berjumlah 33
keluarga.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel pada penelitian ini adalah keluarga yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
yang hanya memberikan ASI sebagai makanan bayinya, serta memenuhi
kriteria inklusi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
Nonprobability Sampling, yaitu teknik total sampling. Menurut Fikri (2013),
total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Tehnik total sampling digunakan karena menurut
Fikri (2013), jumlah populasi yang relatif kecil, maka seluruh populasi
dijadikan sampel penelitian, dan semakin besar sampel mendekati populasi,
maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, sehingga besar sampel
dalam penelitian ini berjumlah 33 keluarga.
3.3.2 Kriteria Subyek Penelitian
Kriteria subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Fikri,
2013). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Keluarga yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang hanya
memberikan ASI sebagai makanan bayinya
2) Keluarga (inti) yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bulili
3) Keluarga bersedia menjadi responden.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Adapun kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Keluarga menolak menjadi responden
2) Keluarga yang sedang sakit saat pengambilan data
3) Keluarga dengan salah satu anggota keluarga (suami atau istri)
yang tidak ada saat pengambilan data
4) Keluarga yang nomaden atau berpindah-pidah tempat
tinggalnya.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
Data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data sumber yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari
hasil pengukuran, pengamatan, survey dan lain-lain (Fikri, 2013).
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah data hasil pendataan
mengenai promosi susu formula dan pengambilan keputusan
keluarga dalam pemberian ASI eksklusif kepada sampel secara
langsung dengan menggunakan kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang diperoleh dari pihak lain
atau data primer yang sudah diolah oleh pengumpul data menjadi
bentuk tabel atau diagram (Fikri, 2013). Data sekunder penelitian
ini berupa data jumlah bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Bulili, serta data cakupan ASI eksklusif di Kota Palu dan wilayah
kerja Puskesmas Bulili.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek
dan pengumpulan karakteristik subyek dalam penelitian (Nursalam,
2008). Teknik pengumpulan data untuk mengetahui promosi susu
formula dan pengambilan keputusan keluarga dalam pemberian ASI
eksklusif, peneliti menggunakan kuesioner yang diberikan kepada
responden.
b. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner yang dilakukan
sendiri oleh responden kuesioner diisi oleh responden dengan
didampingi oleh peneliti, peneliti menjelaskan tentang pertanyaan
yang mungkin belum jelas oleh responden kemudian menarik
kembali kuesioner yang telah diisi serta menganalisa data yang
sudah terkumpul sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
3.5 Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengolah

data agar dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang tepat maka diperlukan cara

analisis yang benar. Pada penelitian ini statistik yang digunakan adalah statistik

parametris. Setelah data terkumpul diseleksi reliabilitas dan validitasnya,

selanjutnya sebelum dilakukan analisis data yaitu deskriptif dan analisis regresi

melalui pengujian hipotesis (korelasi/hubungan) dan terlebih dahulu dilakukan

uji persyaratan analisis.


DAFTAR PUSTAKA.

Isty’aroh, Setyowati, & Afifah, E. (2013). Prediktor Pengambilan Keputusan

untuk Menyusui Eksklusif pada Ibu Paska Bedah Sesar. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 16(1), 47–54.

Ulil Albab, F. (2013). Hubungan Promosi Susu Formula Dengan Pengambilan

Keputusan Keluarga Dalam Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja

Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember. Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Jember.

Zakaria, R. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Ibu dalam

Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila

Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Factors Related to Measures Of

Exclusive Breast-Feeding Mothers In The Working Area of The District.

JIKMU, 5(2), 281–293.

También podría gustarte