Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Oleh:
Kelompok 5
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
PENDAHULUAN
Pemerintah yang atau tata kelola yang baik ditandai dengan tiga pilar utama yang
merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah
partisipasi, transparasi, dan akuntabilitas. Untuk meminimalkan terjadinya pemerintahan
yang menyimpang dan tidak akuntabel diperlukan sistem akuntabilitas publik yang baik.
Sistem akuntabilitas yang baik memerlukan saluran-saluran pertanggung jawaban yang
tersistem dengan baik sehingga dapat mencegah terjadinya praktik penyimpangan dalam
pemerintah oleh karena itu untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pemerintah
maka diterapkanya fungsi yang harus ada dalam proses akuntabilitas publik adalah fungsi
pemeriksaan atau audit.
1. Pemerikasaan keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pmeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
pusat dan daerah. Penyataan ini dilakukan untuk memberikan penyatan opini
tentang tingkat kewajaran informasi yang di sajikan dalam laporan keuangan
pemerintah.
2. Pemeriksaan kinerja
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek
efektivitas. Tujuannya adalah untuk mengindentifikasi hal-hal yang perlu menjadi
perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja
dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara atau daerah
diselenggarakan secara ekonomis dan efisien, serta memenuhi sasarannya secara
efektif.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Maksudnya adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus yang tidak
termasuk didalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Hal ini
termasuk pemeriksaan atas keuangan dan pemeriksaan investigasi.
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak luar eksekutif (dalam hal ini DPR/DPRD dan
masyarakat) lebih menekakan pada amanat apakah seorang pemimpin tersbut sudah
menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diamanatkan, semntara itu pengawas secara
internal lebih berupa pengendalian internal dan pengendalian manajemen, yang berada
dibawah kendali eksekutif (pemerintah daerah) dan dilakukan untuk memastikan strategi
dijalankan dengan baik sehingga tujuan tercapai. Penguatan fungsi pengawasan dapat
dilakukan melalui optimalisasi peran DPR/DPRD sebagai kekuatan penyeimbang antara
ekskutif dengan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan melalui
LSM serta organisasi sosial kemasyarakatan di daerah.
Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang
dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan
latar belakang institusional dan hukum, di mana audit sektor publik pemerintah
mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas
dibanding audit sektor swasta. Secara umum, ada tiga jenis audit dalam audit sektor
publik, yaitu audit keuangan (financial audit), audit kinerja (performance audit), dan audit
investigasi (investigation audit) (Bastian,2003).
Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan
pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan
diotorisasi serta dicatat secara benar. Audit keuangan dibagi menjadi audit atas laporan
keuangan dan audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan. Audit atas laporan
keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan apakah laporan keuangan dan entitas
yang diaudit telah menyajikan secara wajar tentang posisi keuangan, hasil operasi atau
usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Audit Kinerja
Audit kinerja atau sering dikenal dengan performance audit atau value for money
audit merupakan jenis audit yang relatif baru dalam organisasi sektor publik (Mahmudi,
2007).
Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan, dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Menurut SKPN, yang dimaksud dengan audit kinerja adalah pemeriksaan
atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit atas aspek ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas. Audit kinerja pada sebuah program pemerintah meliputi juga audit atas
kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan serta pengujian terhadap
pengendalian internal (Sandha dan Bastian, 2008).
Secara proses dan teknik pengauditan, antara audit keuangan dan audit kinerja
tidak ada perbedaan yang mendasar. Bahkan definisi audit kinerja dapat diturunkan dari
audit keuangan. Perbedaan di antara keduanya terletak pada objek yang diaudit, fokus
audit, dan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan audit
(Mahmudi,2007).
Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah ekonomi,
yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat
meminimalisasi input resources yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran
yang boros dan tidak produktif. Konsep kedua dalam pengelolaan organisasi sektor publik
adalah efisiensi, yang berarti pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu
atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Dapat disimpulkan
bahwa ekonomi mempunyai arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio
terbaik antara output dengan biaya (input).
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan bahwa suatu entitas telah
memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya (karyawan, gedung, ruang, dan
peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien. Selain itu juga bertujuan untuk
menentukan dan mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis
atau tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sistem
informasi, prosedur administrasi, dan struktur organisasi.
Audit Efektivitas
Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas.
Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome sering kali
dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat
dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan.
Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau
manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya
dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk
mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada
beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu
program, yaitu mengukur dampak atau pengaruh, evaluasi oleh konsumen dan evaluasi
yang menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil. Evaluasi terhadap pelaksanaan
suatu program hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau
realistis, apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai
hasil.
Audit Investigasi
Sesuai dengan peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007 bahwa SPKN atau standar
pemeriksaan keuangan negara adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. SPKN dinyatakan dalam bentuk
pernyataan standar pemeriksaan yang selanjutnya disebut PSP. SPKN ini berlaku untuk
semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas , program kegiatan serta fungsi
yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
sesuai dengan peraturan perundang-undang. SPKN ini berlaku bagi :
Audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta meniai kewajaran laporan keuangan
sektor publik tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap undang-undang
dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, auditor sektor publik juga memeriksa dan
menilai tingkat ekonomis , efisiensi serta efetivitas dari semua entitas , program , kegiatan
serta fungsi yang dilakukan pemerintah. Dengan demikian , bila kualitas auidt sektor publik
rendah akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum terhadap pejabat pemerintah dan akan
muncil kecurangan , korupsi kolusi serta berbagai ketidakberesan.
Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang utuh dan tidak parsial atas SPKN. Media
sederhana yang dapat dilakukan untuk memulai suatu pemahaman terhadap SPKN
adalah melalui sosialisasi. Namun kadang kala sosialisasi tidak berjalan efektif karena
hanya sekedar penyampaiann. Oleh karena itu perlu dibuat suatu sosialisasi yang dapat
membuat pihak memahami makna SPKN sehingga memahami apa yang ajan
dilaksanakan. Sosialisasi dibperuntukan bagi :
Dengan sinergisitas hasil sosialiasasi ketiga pihak tersebut secara baik maka
kualitas pemeriksaan BPK RI yang bernilai tambah bagi pihak yang diperiksa dapat
terwujud . ingat pemeriksaan bernilai tambah ditentukan oleh 3 faktor simultan dan
baiknya kualitas
1. Hasil pemeriksaan
2. Kemampuan untuk memahami hasil pemeriksaan
3. Tindak lanjut atas hasil pemeriksaan setelah diadaptasikan dengan kondisi
Selain itu tantangan dimasa yang akan datang auditor atau pemeriksa
sebagaimana telah dijelaskan oleh ritonga (2010) adalah adanya amanat UU Nomor 17
Tahun 2003 untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual. Salah satu kondisi yang
menjadi syarat untuk dapat menerapkan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah
daerah adalah adanya dukungan dari pemeriksa keuangan.
Berikut ini merupakan kedudukan BPK hingga nilai-nilai dasar yang menjadi acuan bagi
BPK untuk bekerja :
Berkaitan dengan adanya lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang baru
didirikan beberapa tahun lalu, maka, BPK adalah badan yang memeriksa keuangan
instansi-instansi pemerintah ataupun pejabat pemerintah. Hasil audit BPK merupakan
indikator apakah terlah terjadi penyelewengan dalam penggunaan APBN atau tidak. Hasil
audit BPK sangat berarti bagi KPK yang berperan sebagai penyidik dan penyelidik yang
akhirnya melakukan penuntutan pada sidang di pengadilan tindak pidana korupsi.
Salah satu fungsi yang harus ada dalam proses akuntabilitas publik adalah fungsi
pemeriksaan atau auditing. Fungsi pemeriksaan berbeda dengan fungsi pengawasan.
Secara konsepsional, pelaksanaan pemeriksaan APBN/APBD sangat berbeda dari aspek
pengawasan. Namun, secara operasional , antara pengawasan dan pemeriksaan
memang sulit dipisahkan. Sebagai bagian dari pelaksanaan fungsi pengawasan dari
pimpinan, pemeriksaan keuangan secara internal, tidak bisa lepas dari keharusan untuk
melakukan pengawasan , yaitu membandingkan hasil yang seharusnya terjadi dengan
yang benar-benar terjadi.
Berdasarkan landasan hukum , kewenangan BPK telah diatur didalam UUD 1945
Pasal 23E. BPK berperan untuk senantiasa melaporkan hasil auditnya kepada lembaga
yang kompeten untuk memberantas korupsi. Validitas data BPK dapat dijadikan data awal
bagi penegak hukum untuk melakukan penyidikan atas indikasi korupsi yang dilaporkan,
laporan BPK yang akurat juga akan menjadi alat bukti dalam pengadilan.
REFERENSI
Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi. 2015. Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi
SektorPublik. Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.