Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
Emboli cairan keuban dapat terjadi bila ada pembukaan pada dinding
pembuluh darah dan dapat terjadi pada wanita tua/ usia lebih dari 30 tahun,
sindrom janin mati, multiparitas, janin besar intrauteri, insiden yang tinggi
kelahiran dengan opersi, meconium dalam cairan ketuban dan kontraksi uterus
yang kuat. Dua puluh lima persen wanita yang mendetita keadaan ini mninggal
dalam waktu 1 jam. Emboli air ketuban aau EAK (amniotic fluid embolism)
merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1:8000 sampai 1
:80.000 kelahira. Dalam kenyataannya emboli cairan tidak selalu membawa
kematian pada tiap kasus 75% wanita meninggal sebagai akibat langsung emboli.
Sisanya meninggal akibat perdarahan yang tidak terkendali. Meskupun jarang
terjadi, tetapi bila edema cairan ketuban terjadi pada wanita, maka akan
menyumbat aliran darah keparu yang bila meluas akan mengakibatkan
penyumbatan dijantung, sehingga iskemik dan kematian jantung secara mendadak
1
bias terjadi. Karena wanita tersebut akan megalami gangguan pernafasan, syok,
hipotermi, dispnea, batuk, hipotensi perubahan pada membrane mukosa akibat
hipoksia cardiac arrest. Koagulopati atau perdarahan parah karena tidak adanya
penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien). Resiko embili cairan ketuba tidak
bias diantisipasi jauh-jauh hari karena emboli paling sering terjadi saat persalinan.
Dengan kata lain, perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan yang lancer-lancar
saja, bukan jaminan ibu aman dar ancaman EAK. Sementara bila di persalinan
sebelumnya ibu m mengalami EAK, belum tentu juga kehamilan selanjutnya akan
mengalami kasus serupa begitu juga sebaliknya.
B. Etiologi
1. Multiparitas
2
C. Manifestasi klinis
2. Dispnea
3. Batuk
4. Sianosis perifer dan perubahan pada membrane mukosa akibat dari hipoksia.
5. Janin bradycardia sebagai respon terhadap hipoksia, denyut jantung dapat turun
hingga kurang dari 110 denyut jantung janin dapat turum hingga kurang dari
110 denyut permenit. Jika penurunan ini berlangsung selama 10 menit atau
lebih itu adalah bradycardia. Sebuah tingkat 60 bpm atau kurang lebih 3-5
menit mungkin menunjukkan bradycardia terminal.
6. Pulmonary edema
7. Cardiac arrest
9. Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC
terjadi di 83% pasien)
D. Patofisiologi
3
masalah tapi pada beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang
mengakibatkan kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis.
Selain itu jika air ketuba tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu
dan sumbatan aliran darah kejantung. Akibatnya timbul dua gangguan sekaligus,
yaitu pada jantung dan paru-paru. Damayanti, 2014.
E. Pemeriksaan diagnostik
5. Keluaran urin dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
6. Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukkan infiltrate. Scan
paru dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai dengan proses emboli paru.
4
F. Penatalaksanaan
11. Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan
sediaan trombosit.
12. Darah segar diberikan untuk memenui kekurangan darah, perlu diperhatikan
agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan dalam sirkulasi darah.
5
G. Komplikasi
1. Edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah
jantung kanan.
3. Kematian
4. Koma
1.2. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
6
BAB II
KASUS
ASUHAN KEPARAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Ny. N
Usia : 38 tahun
Pekerjaan :
Suku :
b. Keluhan utama
7
Pasien mengatakan perut terasa mules, sesak, merasa ada dorogan yang kuat dari
janin.
c. Riwayat kesehatan
G4P3A0H3
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
2. Diagnose keperawatan
8
3. Intervensi keperawatan
Terapi oksigen
9
berikan melalui sistem
humadifier
Monitor pernapasan
10
- Catat onset, karakteristik, dan
lamanya batuk
Peningkatan koping
11
proses penyakit
- Berikan penilaian dan
diskusikan respon alternatif
terhadap situasi
- Gunakan pendekatan yang
tenang
- Sediakan informasi aktual
mengenai diagnosis
Terapi relaksasi
12
3. Daya tahan otot - Berkolaborasi dengan ahli
terapi fisik
- Pertimbangkan komitmen
klien
- Bantu pasien mengeksplorasi
tujuan personal
- Bantu klien untuk memilih
aktivitas
- Bantu klien untuk tetap fokus
pada kekuatan
- Bantu klien untuk
memperoleh sumber-sumber
yang diperlukan
- Dorong aktivitas kreatif yang
tepat
- Bantu klien memperoleh
transportasi untuk aktivitas
- Bantu klien mengidentifikasi
aktivitas yang diinginkan
Manajemen energi
13
aktivitas
- Monitor asupan nutrisi
- Konsul dengan ahli gizi
- Negosiasikan waktu makan
Manajemen lingkungan
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep
teori beserta asuhan keperawatan emboli cairan ketuban, meskipun emboli cairan
ketuban jarang ditemukan, namun sebagai tim medis harus tetap waspada akan
terjadinya emboli cairan ketuban, sehingga secara tidak langsung dapat
mengurangi mortalitas ibu dan bayi.
15
DAFTAR PUSTAKA
16