Está en la página 1de 15

AUDIT INTERNAL

“SURVEY PENDAHULUAN”

SURVEY PENDAHULUAN

4.1. Merencanakan Audit Internal


Kompleksitas operasi yang terdapat pada perusahaan saat ini mungkin
sulit dan membuat frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap
mereka mengetahui kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai
dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka ketahui pada saat audit telah
selesai. Survei pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk
memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk
mendukung kesuksesan audit.
Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang
dihabiskan untuk survei pendahuluan bisa produktif. Survei pendahuluan yang
baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang
tepat akan menunjang keberhasilan audit. Jika survei pendahuluan
dilaksanakan dengan baik, maka survei tersebut akan menjadi lebih dari
sekedar cara untuk mendapatkan pemahaman yang efektif, melainkan juga
menjadi penentu keberhasilan audit.
Terlepas dari pendekatan audit yang dipilih, survei pendahuluan
merupakan sarana penting untuk membuat auditor lebih memahami tujuan,
proses, risiko, dan kontrol yang terkait dengan audit. Auditor internal
sebaiknya melakukan survei dalam langkah dasar : melakukan studi awal,
mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi, mengamati,
membuat bagan alir, dan melaporkan.

4.1.1 Melakukan Studi Awal


Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas
kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan
dokumen-dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek
audit. Pada banyak kondisi, studi awal akan dilakukan di kantor pusat,
meskipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi secara
elektronik dari lokasi yang jauh. Jika audit merupakan satu diantara
serangkaian penugasan rutin, auditor akan terlebih dahulu melihat dokumen
permanen untuk operasi tertentu. Dokumen berisikan salinan laporan audit
terdahulu dan jawaban-jawaban serta informasi relevan lainnya tentang
aktivitas yang akan diaudit.
Kertas kerja penugasan sebelumnya dapat menunjukkan pendekatan
yang dilakukan auditor lain atas penugasan tersebut, meskipun pendekatan
yang sama mungkin tidak layak untuk audit tahun ini. Namun penelaahan
kertas kerja terdahulu dapat menjadi langkah maju dalam proses untuk
memperoleh pemahaman. Studi awal juga harus mencakup penelaahan
saksama atas bagan organisasi dan pernyataan tanggung jawab dengan
kewenangan. Penelaahan harus dilakukan secara saksama atas kata-kata yang
tertera. Pernyataan wewenang dan tanggung jawab sering kali dibuat oleh
orang yang melakukan aktivitas tersebut. Dalam beberapa hal, pernyataan
tersebut bisa dilebih-lebihkan dan auditor harus skeptis menyikapinya.

4.1.2 Pendokumentasian
Pendokumentasian mencakup beberapa langkah yang akan mengarah
pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar
pengingat dan daftar isi awal untuk kertas kerja merupakan beberapa hal yang
dilakukan pada saat pendokumentasian. Auditor juga membuat kuisioner yang
akan digunakan dalam wawancara dan diskusi dengan manajer klien dan yang
lainnya.
a) Daftar Pengingat, tidak dirancang untuk menghambat inisiatif atau
kreativitas. Daftar tersebut menyederhanakan proses perencanaan
dengan membantu auditor melakukan pekerjaan secara terorgansasi dan
dengan langkah awal yang minimum. Daftar pengingat membantu
auditor mengorganisasikan kertas kerja mereka dan membuat tahap
audit selanjutnya lebih sederhana untuk dikerjakan.
b) Daftar Isi, sebelum auditor mulai melakukan instruksi-instruksi yang
terdapat pada daftar, sebaiknya siapkan dulu daftar isi di bagian
pertama kertas kerja. Langkah ini dilakukan sebelum tahap perencanaan
audit. Daftar isi akan memaksa auditor untuk mendaftar masalah-
masalah tertentu yang harus ditangani seiring dengan kemajuan
penugasan dan membuat acuan kertas kerja. Dengan sedikit variasi,
daftar isi, serta dokumen dan catatan yang dirujuk akan bisa diterapkan
pada banyak penugasan audit.
c) Pengurangan Biaya, pengurangan biaya secara langsung memengaruhi
laba perusahaan. Pada umumnya manjemen mengharapkan penugasan
audit internal menghasilkan pengurangan biaya, maupun peningkatan
operasi. Beberapa usulan pengurangan biaya dari auditor berasal dari
kombinasi kondisi yang ada, keberuntungan, kecerdikan, dan
kecakapan memahami masalah. Namun pencarian pengurangan biaya
dapat dilakukan menggunakan suatu metode jika auditor mengetahui
apa yang harus diperhatikan. Dalam banyak kasus, pengurangan biaya
terjadi hanya karena seorang auditor sangat memerhatikan proses,
potongan peralatan, laporan, laporan komputer, atau sebuah daftar, dan
kemudian menanyakan pertanyaan seperti :
 Bagaimana mengyederhanakan aktivitas-aktivitas ini?
 Bagaimana meningkatkan proses ini?
 Apakah laporan ini dapat dihilangkan atau digabungkan dengan yang
lain?
 Apakah alur kerja ini dapat dirotasi ulang dan dibuat lebih ekonomis?
 Apakah tahap ini dapat dihilangkan seluruhnya?

d) Catatan Kesan, informasi yang tercatat dalam catatan kesan tidak


mencerminkan kompilasi tujuan dari fakta-fakta yang
terdokumentasidengan baik. Namun demikian, catatan tersebut tetap
bernilai karena manajemen tidak hanya memerahtikan fakta-fakta nyata
dalam audit, tetapi juga memerhatikan aspek manusia yang terlibat dalam
audit. Kadang kala pekerjaan yang buruk bisa jadi merupakan akibat dari
kebiasaan ceroboh, moral yang jelek, kelelahan, kebosanan, struktur
organisasi yang tidak layak, alur kerja yang tidak efisien, supervisi yang
kurang memadai, perseteruan dengan organisasi lain, fasilitas dan
peralatan yang tidak dijaga dengan baik atau tidak memadai, dan
lingkungan secara umum. Kelemahan seperti ini bisa berdampak besar
bagi produktivitas. Jika kondisi-kondisi yang tidak dapat dikuantifikasi
seperti ini terjadi, auditor harus membuat manajemen memerhatikannya.
Catatan kesan tidak dibuat untuk diberikan kepada manajemen.
Fungsinya adalah sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika merasa
sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Catatan
kesan dapat membantu mengidentifikasi gejala-gejala kemunduran yang
membutuhkan perhatian khusus dan membutuhkan perbaikan dalam
hubungan dengan karyawan, kondisi kerja, manajemen atau pengawas.

e) Kuesioner, penelaahan awal yang dilakukan auditor internal di akntor


mereka sendiri normalnya akan memberikan pandangan yang cukup bagi
auditor untuk menghasilkan pertanyaan pertanyaan cerdas tentang entitas
yang diaudit. Bentuk kuesioner dengan susunan pertanyaan pada sisi kiri
halaman dan jawaban pada sisi kanan merupakan bentuk yang berguna
dan bisa menjadi catatan agenda pertemuan. Halaman tersebut kemudian
dapat disisipkan di kertas kerja tanpa harus disalin ulang. Kuisioner
informal ini bisa diperluas atau dipersempit sesuai kondisi. Jenis
pertanyaan bisa bervariasi, tergantung pada apakah audit yang diusulkan
bersifat organisasional atau fungsional. Kuesioner dapat menjadi
semacam persiapan akan datangnya auditor. Kuesioner juga dapat
menghilangkan sedikit keengganan dan rasa curiga mengenai audit yang
akan dilakukan dan melibatkan supervisor klien sebagai mitra sejak awal.
Kuesioner dapat memberi peluang bagi karyawan manajemen untuk
memahami diri mereka sendiri, karena pertanyaan yang disiapkan
dengan baikdapat berfungsi sebagai lembar evaluasi diri yang efektif.

4.1.3 Bertemu Klien


Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi
auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan.
Dalam pembahasan dengan manajer dan supervisor, auditor menjelaskan
tujuan,sasaran, dan standar operasi, serta risiko bawaannya. Auditor internal
juga ingin mengenali gaya manajemen yang diterapkan. Pertemuan tersebut jelas
mencerminkan hal penting dalam audit dan dengan mencurahkan perhatian ke
berbagai hal dalam pertemuan dapat membantu mendorong terciptanya hasil-
hasil yang positif.
a. Mengatur Jadwal Pertemuan, waktu dan tempat pertemuan harus
diatur terlebih dahulu. Jika memungkinkan, hindari kunjungan
mendadak, meskipun audit yang tidak diberitahukan terlebih dahulu
mungkin perlu untuk dilakukan dalam audit kas, audit keamanan, atau
hal-hal lain yang cukup rawan. Bila tidak ada hal-hal khusus seperti ini,
pemberitahuan terlebih dahulu lebih sopan dan akan dihargai serta tidak
merugikan audit. Klien yang siap akan memberikan lebih banyak
informasi, dan kesalahan informasi yang disengaja oleh klien akan
cenderung dideteksi dalam pelaksanaan audit sesungguhnya.
b. Wawancara, teknik-teknik wawancara yang baik membuat orang
merasa nyaman, membuat mereka ingin memberi informasi, bekerja
sama dalam audit, dan mudah-mudahan membuat penugasa audit
berhasil. Sebaliknya, teknik-teknik tanya jawab yang tidak baik
menciptakan sikap permusuhan, menyebabkan orang menahan atau
memberikan informasi yang salah, dan kemungkinan menyebabkan
kegagalan audit. Wawancara bukanlah sebuah tindakan tunggal,
melainkan bagian dari sebuah proses. Wawancara yang sukses
didasarkan pada penerapan saksama enam langkah penting : persiapan,
penjadwalan, pembukaan, pelaksanaan, mengajukan pertanyaan,
penutupan, dan pencatatan.

4.1.4 Mengumpulkan Bahan Bukti


Survei pendahuluan akan berlangsung lancar dan sistematis apabila
auditor internal memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin
dicapai. Dalam kebanyakan audit, informasi penting dapat diklasifikasikan ke
dalam empat fungsi dasar manajemen : perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan kontrol. Setiap kelompok informasi mencakup beberapa
langkah:

1) Perencanaan :
 Tentukan tujuan aktivitas atau organisasi, baik jangka panjang maupun
jangka pendek.
 Dapatkan salinan kebijakan, arahan, dan prosedur.
 Dapatkan salinan anggaran.
 Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.
 Tentukan apakah rencana untuk masa datang telah dibuat.
 Tanyakan jika ada ide-ide perbaikan yang belum direalisasikan.
 Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau yang
membantu menetapkannya.
2) Pengorganisasian :
 Dapatkan salinan bagan organisasi
 Dapatkan salinan deskripsi jabatan
 Tanyakan ubungan dengan organisasi lain
 Telaah tata letak fisik, catatan peralatan serta lokasi dan kondisi aktiva.
 Tentukan perubahan-perubahan organisasional apa yang dilakukan akhir-
akhir ini atau sejak audit terakhir.
 Dapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan dan tanggung
jawab yang diemban.
 Dapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan dan
tanggungjawab yang diemban
 Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat, dan ukuran kantor cabang.
3) Pengarahan:
 Dapatkan salinan instruksi operasional bagi karyawan
 Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa
dipahami
 Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan
arah kerja yang memadai
 Tentukan apakah kewenangan dama dengan tanggungjawab
 Pada badan-badan pemerintah, tentukan masalah-masalah penting yang
akan menarik minat legislatif atau publik.
 Identifikasikan hambatan-hambatan bagi kemampuan organisasi untuk
melaksanakan tugas-tugas yang diembannya.
4) Kontrol
 Dapatkan salinan standar dan pedoman kerja tertulis.
 Telaah sistem dan alur kerja
 Telaah data finansial historis, kenali tren nya
 Telaah laporan finansial
 Identifikasi aktivitas atau prosedur

4.1.5 Pengamatan
Pengamatan dalam arti umum, terus dilakukan selama survei
pendahuluan. Melalui pengamatan yang gigih dan tanya jawab yang cerdas,
suditor internal mampu untuk :
a) Tujuan, sasaran, dan standar
Selama survei pendahuluan, auditor internal harus menentukan tujuan
aktivitas yang diaudit, bukan tujuan audit yang ditetapkan selanjutnya,
melainkan tujuan aktivitas itu sendiri. Mendapatkan gambaran tujuan
aktivitas yang tepat dan kesesuaian misinya dengan sasaran strategis
perusahaan merupakan cerminan profesionalisme auditor internal. Auditor
internal harus mengetahui sasaran aktivitas yang akan mereka periksa
sebelum melakukan apa yang tertera si program audit dan melakukan
pekerjaan lapangan. Mendefinisikan sasaran dan standar bukanlah
pekerjaan mudah. Dalam beberapa unit organisasi, tujuan bisa dengan jelas
dinyatakan atau tidak dinyatakan sama sekali. Jika terdapat kondisi tujuan
dan sasaran tidak tersedia maka auditor internal harus menanyakan kepada
manajemen agar dapat diperbaiki. Berikut ini penyebab tujuan tidak
dinyatakan dengan jelas :
 Sengaja agar kebijakan dan prosedur manajemen tidak dapat
mngidentifikasi tujuan program dengan jelas.
 Sasaran dan standar bisa jadi belum dipahami oleh orang-orang yang
bertanggung jawab untuk memenuhinya.
 Faktor-faktor seperti faktor sosiologis, ekonomis dan manusia tidak
mempertimbangkan secara menyeluruh ketika menetapkan sasaran dan
standar.
 Tujuan dan sasaran awal bisa jadi berubah, namun pernyataan formal
tentang perubahan tersebut belum pernal dilakukan.
Jika sasaran dan standar belum ditetapkan dan tidak ada kesepakatan yang
bisa dicapai, maka hal ini merupakan kelemahan. Penetapan standar dan
sasaran dapat diukur manajemen atau menjadi alat ukur kinerja manajemen
itu sendiri menjadi dasar bagi praktik bisnis yang baik dan bagi prinsip –
prinsip manajemen yang dapat diterima. Manajer memiliki tanggung jawab
untuk menetapkan sasaran dan standar untuk mereka sendiri atas
karyawannya. Jika mereka tidak memiliki hal ini, maka auditor internal harus
mengakui bahwa fungsi manajemen yang utama tidak dilakukan.
Saat melakukan survei, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan
tepat tujuan, sasaran dan standar yang seharusnya atau sedang diupayakan
untuk dimiliki organisasi klien. Auditor harus mencoba untuk menentukkan
apakah:
 Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk organisasi klien
 Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi suatu
rancangan besar bagi perusahaan.
 Orang – orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran dan standar
berpartisipasi dalam penetapannya.
 Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam
pencapaiannya.
 Tujuan secara realistis mempertimbangkan sumber daya yang tersedia
bagi aktivitas.
 Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan
kendali eksternal.
 Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk
mencapai lebih dari apa yang bisa mereka capai.
 Laporan formal dan periodik disiapkan untuk menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan dan terpenuhinya sasaran dan standar.
 Tujuan, sasaran, dan standar secara periodik dievaluasi ulang dan
difenisikan ulang.

b) Menilai kontrol untuk mencapai tujuan


Auditor internal dihadapkan pada sejumlah kontrol potensial ketika mereka
melakukan survei pendahuluan: kebijakan organisasi atau agensi, prosedur,
manual, instruksi khusus, laporan, daftar, register, formulir, pembagian
tugas, sistem persetujuan, pengawasan dan lainnya. Jika auditor berusaha
mengidentifikasi kontrol yang diterapkan, karena memang merasa perlu
melakukannya, maka langkah ini akan memiliki beberapa makna. Cara
paling produktif untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kontrol adalah
dengan mengenali masalah dan kemudian mencari kontrol yang
mengidentifikasi atau mencegah masalah tersebut atau mencari kontrol yang
bisa mengurangi resiko. Cara lain untuk mengaitkan masalah terhadap
kontrol adalah dengan memusatkan perhatian pada resiko. Dimanapun
resiko berada, suatu kontrol seharusnya diharapkan untuk membantu
mencegah dampak buruk dari resiko. Penentuan kecukupan kontrol
merupakan kompetensi profesional berdasarkan pengalaman, pelatihan dan
pertimbangan. Auditor internal bisa menentukkan apakah kontrol yang ada
telah memadai untuk menghilangkan atau melindungi dari resiko.

c) Mengevaluasi resiko
Auditor internal yang profesional akan mampu dengan jelas
mengidentifikasi resiko yang mengintai dalam beberapa aktivitas.
Kesalahan yang disengaja bukan satu-satunya yang berbahaya bagi
organisasi. Catatan yang diselewengkan lebih karena kesalahan pegawai
bukan karena ketidak jujuran atau niat buruk. Mengidentifikasi semua
resiko akan sulit, karena risiko-risiko muncul seiring dengan perubahan
praktik bisnis. Dalam survei pendahuluan untuk aktivitas – aktivitas tertentu
harus diidentifikasi dan kontrol yang dibutuhkan untuk melindungi dari
eksposur tersebut juga harus diidentifikasi dan dievaluasi. Contoh – contoh
eksposur yang mungkin dihadapi adalah: persediaan cek kosong, stempel
tanda tangan, kemanan pabrik, penanganan barang-barang sisa, alat uji yang
tidak dikapitalisasi.
d) Menentukan kontrol untuk meminimalkan risiko
Ketika auditor internal telah mengenali resiko mereka harus mencari kontrol
yang dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau
tidak efektif harus didiskusikan segera dengan manajer klien. Jika
kesepakatan tentang tindakan perbaikan dicapai dan tindakan perbaikan
yang memadai diambil, upaya audit selanjutnya akan lebih mudah. Namun
jika manajer tidak bisa diyakinkan dan membutuhkan bukti bahwa resiko
tersebut memang ada dan kontrol memang lemah, auditor harus membuat
program pengujian purposif bukan pengujian berdasarkan sampel untuk
mendukung bukti dan signifikansi resiko.
e) Membuat penentuan risiko
Auditor internal tidak dapat menuntut diterapkannya kontrol yang biasanya
melebihi resiko yang harus dihadapi. Penentuan resiko memberikan
rumusan matematis untuk mengevaluasi potensial risiko yang dihadapi
dalam aktivitas-aktivitas manajemen.

4.2. Manajemen yang efektif


Selama survey pendahuluan dan khususnya selama wawancara dengan
manajemen operasional, auditor internal bisa menilai manajer. Tidak ada
kontrol yang lebih baik daripada manajemen yang memiliki pengetahuan,
gampang ditemui dan berpandangan luas. Jika gaya manajemen memang
seperti ini, manajer itu sendiri merupakan auditor internal. Jika manajemen
efektif, auditor internal dapat mengurangi cakupan audit.
Masalah manajemen bukanlah kesalahan manajer operasi. Orang-orang
ini bisa jadi bekerja di bawah kendala yang menghambat mereka melakukan
pekerjaan dengan efektif. Keluhan mereka akan batasan yang dikenakan
terhadap mereka bisa jadi tidak didengar oleh manajemen eksekutif. Bila
auditor internal mendeteksi kelemahan yang terjadi akibat kendala tersebut,
mereka harus menyajikan kondisi dan penyebabnya ke manajemen yang lebih
tinggi.

4.3. Manajemen yang Efektif


Selama survei pendahuluan khususnya dalam wawancara dengan
manajemen operasional auditor internal bisa menilai manajer. Tidak ada
kontrol yang lebih baik daripada manajemen yang memiliki pengetahuan,
gampang ditemui dan berpandangan luas. Jika manajemen efektif auditor
internal dapat mengurangi cakuoan audit. Bila auditor internal mendeteksi
kelemahan yang terjadi akibat kendala mereka harus menyajikan kondisi dan
penyebabnya ke manajemen yang lebih tinggi.

4.4. Kendala Manajemen yang efektif


Kondisi – kondisi berikut mungkin merupakan kendala-kendala yang harus
dihadapi :
 Meminta manajer menghabiskan waktu mereka untuk memperbaiki
masalah dan bukan merencanakan pencegahan masalah.
 Menahan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang
dapat diterima.
 Memberi tanggung jawab tanpa mendelegasikan kewenangan yang
diperlukan.
 Mementingkan jadwal dibandingkan hal lain, termasuk kualitas, biaya,
keamanan, ekologi dan kebutuhan manusia.
 Tidak melibatkan manajemen operasi dan supervisi dalam penetapan
sasaran dan tujuan.
 Menciptakan sindrom ketakutan di perusahaan secara keseluruhan.
 Menghambat kreatifitas
 Tidak memberikan manajer operasi informasi yang diperlukan untuk
mengukur produktivitas mereka sendiri.
 Tidak menginformasikan manajer operasi rencana, tujuan, dan sasaran
perusahaan.
 Tidak menempatkan manajer yang tepat untuk perusahaan
4.5. Indikator Manajemen yang Efektif
4.4.1 Aspek Manusia
Pegawai merupakan urat nadi perusahaan. Kontrol yang baik tidak dapat
menjamin bahwa semua aktivitas akan dilaksanakan dengan baik kecuali
terdapat pegawai yang kompeten untuk melakukannya. Auditor internal harus
objektif dalam menyatakan pendapatnya namun, ketika melakukan survei atas
aktivitas dan menentukan cakupan audit, mereka harus mempertimbangkan
orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Cara menilai aspek manusia ini
dengan menelaah catatan dan praktik-praktik pegawai. Penelaahan bisa jadi
tidak memungkinkan auditor membuat penentuan definitif, namun bisa
memberikan sinyal bahaya dan mempengaruhi program audit. Auditor bisa
mengajukan pertanyaan – pertanyaan.
Jika jawaban menunjukkan kondisi yang memuaskan, auditor bisa
mengurangi tingkat keandalan sampel yang diharapkan dari hasil pengujian.
Dengan kata lain, auditor bisa mengambil kesimpulan dengan memeriksa sedikit
sampel. Jika survei menunjukkan praktik kepegawaian yang tidak memuaskan,
auditor mungkin perlu memeriksa dengan lebih ketat memperluas sampel, serta
mencatat ketidakefektifan dan ketidakefisienan kinerja.

4.4.2 Pengamatan Fisik


Hal-hal yang abstrak sulit dipahami dan digambarkan. Pengamatan pribadi
memberi gambaran yang berkesan di pikiran kita. Auditor harus keluar sendiri
dan melihat sendiri fasilitas, tata letak fisik, proses, aliran bahan baku dan
dokumen. Pengamatan pribadi menggambarkan apa yang terjadi dan bagaimana
terjadinya. Pengamatan fisik selayaknnya berlangsung dalam dua tahap. Pada
tahap pertama, auditor internal harus berkeliling fasilitas perusahaan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi, kondisi dan tata
letak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai
kebijakan, prosedur dan bagan organsasi.
Pada operasi yang kompleks, mungkin auditor perlu melakukan tahap
selanjutnya yang sering disebut “penelusuran”. Selama penelusuran, auditor
mungkin menelaah beberapa aktivitas kerja dari awal sampai akhir, dan
menyiapkan bagan alir. Dengan memeriksa tindakan, langkah-langkah, prosses
dan pekerjaan dan kemudian menelusuri alirannya melalui sistem, auditor
internal dapat memperoleh informasi praktis mengenai, bagaimana program atau
aktivitas sebenarnya dilakukan, dibutuhkan berbagau tahap proses, hasil
pekerjaan dalam kerangka organisasi , persyaratan hukum dan akal sehat serta
ada tidaknya kontrol manajemen yang dibutuhkan. Penelusuran membantu
auditor menilai ketaatan dengan kebijakan dan prosedur serta menentukan
apakah control memang berfungsi. Penelusuran juga memberikan identifikasi
kelemahan dan masalah potensial dengan cepat dan efisien.

4.4.3 Pembuatan Bagan Alir


Dengan menyampaikan bagan alir suatu proses dapat dipotret dan dapat
memberikan gambaran sistem dan merupakan sarana untuk menganalisa operasi
yang kompleks - analisa yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci.
Pembuatan bagan alir yang formal harus distandarisasi dalam departemen audit.
Semua auditor harus menggunakan bentuk yang sama dan mengikuti instruksi.
Namun tidak semua bagan alir harus rinci dan formal, beberapa auditor mungkin
merasa bahwa bagan yang sederhana memberikan gambaran sistem yang mudah
dibaca dan memenuhi kebutuhan mereka.

4.4.4 Pelaporan
Survei yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan sejumlah
informasi yang bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-
hal penting dan masalah yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah
pemeriksaan lanjutan diperlukan. Jika survei memberikan keyakinan adanya
sistem, kontrol, pengawasan dan manajemen yang baik maka bisa menjadi dasar
keputusan untuk tidak dilakukannya audit. Kebanyakan auditor internal merasa
perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya survei yang dilakukan. Hasil
survei ini perlu dibuatkan laporan dengan fokus pada kecukupan control bukan
efektivitas kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus melakukan
audit. Selama penelaahan hasil-hasil survei dengan manajemen, pelaporan
temuan positif dan negatif bisa jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien.
Pendekatan ini mengkomunikasikan apa yang dicari auditor internal, kerja sama
yang sehat, objektif, tidak bias terhadap penilaian operasi.
Dengan informasi yang dikumpulkan selama survei, mungkin laporan
berharga bisa disiapkan. Namun akan menjadi lebih bijak untuk secara hati-hati
menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi pada
kecukupan—bukan pada efektivitas control dan menunjukkan dasar keputusan
untuk terus melakukan audit. Dalam situasi program audit akan disiapkan dan
pekerjaan lapangan akan dilakukan mungkin berguna untuk membuat ringkasan
basil survei dan melaporkannya secara informal ke manajemen. Kadang-kadang,
informasi yang mencukupi akan diperoleh selama survei untuk
merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum pengujian substantif dilakukan.
Dalam kasus ini, pengamatar. internal harus dibahas dengan manajer klien
sebelum program audit disiapkan. Jika manajemen puas dengan analisis auditor
dan bersedia mengambil tindakan perbaikan, hasil survei final, tergantung pada
tindak lanjut normal atas tindakan perbaikan yang dilakukan.
Auditor juga harus mengidentifikasi aktivitas yang tidak akan di audit dan
menjelaskan alasannya. Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya
harus dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan audit.

4.4.5 Membuat Anggaran Survei


Anggaran dibuat dengan berpatokan pada perkiraan waktu yang
dibutuhkan auditor. Tidak ada standar untuk anggaran survey pendahuluan. Jika
audit yang dilakukan merupakan audit rutin maka perkiraan waktu dapat segera
ditentukan. Jika terjadi perubahan signifikan dalam tujuan, prosedur, system
operasi, otomatisasi, organisasi, manajemen, dan karyawan akan mempengaruhi
waktu yang diperlukan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah. Semua
faktor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran survey. Tetapi bahkan
jika auditor merasa cukup memahami aktivitas, mereka harus selalu waspada
akan dua faktor yang dapat berubah yaitu orang dan perilaku mereka.
Tujuan survei adalah agar lebih mengenal. Makin kenal auditor dengan
aktivitas yang ada, maka makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan survei. Juga, jika audit bersifat rotasional dan kertas
kerja sebelumnya memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan, sasaran,
standar, dan kontrol operasi, bersama dengan bagan alir, bagan organisasi,
dan dokumen-dokumen lainnya, yang dibutuhkan untuk memperbarui
informasi tersebut.
Semua faktor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran survei,
mereka harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah, yaitu orang
dan perilaku mereka. Tidak ada jaminan bahwa baik orang ataupun tingkah laku
mereka akan tetap sama dari ke tahun. Jadi pemahaman bisa saja hanya ilusi.
Berdasarkan survei informasi dari praktisi, estimasi yang wajar mungkin 10 persen
hingga 20 persen dari total anggaran untuk proyek audit.

También podría gustarte