Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
2.4. Gejala Klinis dan Kelainan pada Organ Komponen VACTERL ................ 7
2.4.1. Vertebra..................................................................................................... 7
ii
iii
PENDAHULUAN
Tracheoesophageal fistula dan atau Esophageal atresia, Renal anomalies dan Limb
gejala yang tumpang tindih dengan VACTERL. Pasien VACTERL juga dapat
1 dari 10.000 sampai 1 dari 40.000 bayi yang lahir hidup. Kondisi ini dipastikan
secara klinis dengan adanya malformasi yang disebutkan di atas. Sebaiknya ada
bukti klinis atau laboratorium atau pemeriksaan radiologi, untuk mengetahui salah
satu dari banyak kondisi serupa, karena diagnosis bandingnya relatif banyak. 2
Imaging) MRI. Penting untuk menemukan kelainan organ kongenital dan memulai
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
malformasi pada vertebra, anal, tracheo-oesophageal dan radius. Pada tahun 1974,
Temtamy dan Miller memasukkan ventricular septal defect dan arteri umbilikal
tunggal pada huruf ‘V’. Tetapi pada tahun 1975 istilah ini di ubah menjadi
VACTERL oleh Kaufman dan Nora (dimana huruf ‘C’ merupakan singkatan dari
Cardiac anomalies dan ‘L’ termasuk limb daripada anomali radial). VACTERL
atau Esophageal atresia, Renal anomalies dan Limb defects. Masih belum ada
klinisi dan periset memerlukan kehadiran setidaknya tiga fitur komponen untuk
diagnosis. Yang lain telah menekankan penekanan pada fitur "inti" tertentu seperti
diagnosis banding cukup luas, analisis klinis dan laboratorium tidak menghasilkan
2
3
Anorektum :
-Urakus Persisten
-Atresia anus dengan fistula
Kardiovaskular :
-Defek septum ventrikel
-Paten Duktus Arteriosus
-Tetralogi Fallot
-Transposisi arteri besar
-Arkus aorta ganda / rotasi ke kanan
-Koartasio aorta
-Dekstrokardia
-Arteri umbilical tunggal
-Anomalous pulmonary venous drainage
-Vena kava superior kiri
Fistula Trakeo-oesophageal
Esophageal Atresia
Renal Anomali
-Agenesis / Disgenesis
-Ektopia
-Ginjal tapal kuda (Horseshoe kidney)
-Hidronefrosis
-Refluks vesiko-ureteral
-Katup posterior uretral
-Anomali Pelvi-ureteric junction
Defek anggota gerak :
-Radial dysplasia / aplasia
-Ibu jari hipoplastik / triphalangeal
-Polidaktili (dapat berupa polydactyly thumb)
-Sindaktili
-Radio-ulnar sinostosis
2.2. Epidemiologi
penelitian yang berbeda, sehingga angka kejadian VACTERL juga bervariasi pada
pada tahun 2011, insidensi penyakit ini diperkirakan sekitar 1 dari 10.000 sampai 1
dari 40.000 bayi yang lahir hidup. Menurut jurnal yang ditulis Lorenzo D. Botto,
dkk tahun 1997 memperkirakan angka kejadian VATER antara kurang dari 0,4-5,1
4
publikasikan pada tahun 1983 angka kejadian VACTER adalah 1,6 / 10.000 angka
kelahiran hidup.2,6,7
2.3. Etiologi
kelainan beberapa gen ataupun kromosom yang sering dikaitkan dengan copy
number variations (CNV). Copy number variations (CNV), baik penambahan atau
pengurangan DNA, telah ditemukan pada regio yang biasa terdapat di genom
mencerminkan variansi populasi normal. Namun, CNV yang lebih besar, yang
sering timbul de novo, sering dikaitkan dengan penyakit manusia. Anomali yang
diamati dalam asosiasi VACTERL ini tumpang tindih dengan beberapa kondisi
monogenetik yang terkait dengan mutasi pada gen tertentu, mis. Townes Brocks
(SALL1), sindrom Feingold (MYCN) atau anemia Fanconi. Sejauh ini asosiasi
beberapa jalur sinyal utama dalam embriogenesis juga terlibat pada model hewan
percobaan. Selain pensinyalan klasik Sonic hedgehog, ini termasuk gangguan jalur
yang melibatkan sinyal asam Hoks dan asam retinoat. Karena banyak dari jalur ini
5
berinteraksi dengan cara yang kompleks dan masih belum sepenuhnya dipahami,
mungkin lebih baik menganggap jalur ini sebagai jaringan berpotongan luas yang
terlibat dalam jalur pensinyalan perkembangan embrio. Dengan kata lain, mutasi
pada gen yang dikenal sebagai bagian penting dari satu jalur pensinyalan mungkin
sebenarnya memiliki banyak efek di jaringan yang luas yang melibatkan banyak
jalur. Fakta bahwa pasien dengan anemia Fanconi dapat diamati untuk memiliki
lain untuk etiologi yang lebih umum, karena anemia Fanconi menghasilkan
malformasi bawaan, serta masalah medis lainnya seperti gangguan hematologis dan
* Abstrak Shin dkk. [2011], American Society of Human Genetics; ** abstrak Hilger
dkk. [2012], European Society of Human Genetics; NA = data tidak tersedia; ICSI =
injeksi intrasitoplasmik; CNV berulang diketik tebal.
terlibat. Pengaruh yang dilaporkan meliputi ibu yang diabetes, yang dapat
7
menyebabkan fitur asosiasi VACTERL karena beberapa faktor (hal ini pada
akhirnya dapat dikaitkan dengan jalur sinyal umum). Faktor-faktor ini meliputi efek
langsung hiperglikemia, stres oksidatif dan oksigen reaktif, interaksi dengan jalur
perkembangan utama tertentu pada pasien yang rentan secara genetis, dan karena
pasien dengan disfungsi mitokondria terkait. Selain diabetes ibu, faktor lingkungan
lain yang dilaporkan meliputi pengobatan infertilitas, dan paparan in utero pada
senyawa yang mengandung estrogen dan / atau progesteron, statin, dan timbal.
Sekali lagi, laporan ini harus diperhatikan dengan hati-hati, karena hubungan antara
Sementara ada bukti kuat untuk hubungan antara diabetes ibu dan cacat lahir,
2.4.1. Vertebra
Kelainan anatomi vertebra bisa berupa kelainan yang terjadi ketika segmentasi,
fusi dari osifikasi maupun kelainan tidak terbentuknya vertebra (aplasia). Kelainan
ketika fusi dari osifikasi menyebabkan adanya celah pada vertebra (vertebral cleft)
baik celah pada arkus vertebra maupun pada korpus vertebra. Jika celah pada
vertebra ini sangat lebar maka dapat memungkinkan spinal cord keluar dari jalur
normalnya dan terbentuk meningokel ataupun varian lainnya. Oleh karena itu
apabila ditemukan kelainan vertebral cleft pada rontgen dapat dilanjutkan dengan
modalitas radiologi lainnya untuk menilai spinal cord. Begitu pula sebaliknya. 9,10
8
Vertebra normal memiliki tiga pusat ossifikasi primer: satu terletak di korpus
dan dua berada di setiap pedikel. Pusat ossifikasi primer ini mengeras dengan
pengerasan enchondral, dan fusi bersamaan pada usia 7 tahun. Pusat ossifikasi
sekunder berkembang di kemudian hari dan fusi dengan tulang belakang pada usia
25 tahun.11
arch) atau elemen vertebra posterior (lengkungan saraf posterior), yang merupakan
kegagalan fusi dari pusat ossifikasi primer ini. Penyebab traumatis juga dapat
menyebabkan vertebral cleft (Gambar 2.1). Pentingnya mengenali celah ini adalah
intervensi.11
- Cleft vertebrae koronal: timbul saat pusat ossifikasi terletak di ventral dan dorsal.
Hal ini terlihat pada radiografi vertebra lateral sebagai pita radiolusen vertikal di
- Cleft vertebrae sagital: timbul ketika pusat ossifikasi terletak di sisi kanan dan kiri
korpus vertebra. Hal ini terlihat pada rontgen anteroposterior sebagai pita
- Sebuah cleft terletak di posterior artikulasi sendi facet dengan margin reguler.
Vertebral body clefts adalah anomali kongenital dimana ada dua pusat ossifikasi
di korpus vertebra (yang pada vertebra normal satu pusat ossifikasi). Kegagalan
kedua pusat ini untuk fusi membuat celah kartilaginous di antaranya akan terlihat
sebagai celah di kemudian hari. Ini paling sering terdapat pada vertebra
Butterfly vertebra dihasilkan dari peleburan parsial dari dua pusat ossifikasi
sagital pada cleft vertebra di tengah, yang membentuk deformitas vertebra (Gambar
2.2).11
Retroisthmic cleft adalah vertebral cleft langka yang terjadi pada lamina
dan L5.11
Retrosomatic cleft adalah vertebral cleft yang terjadi pada pedikel (posterior
korpus vertebral) karena hipoplasia atau aplasia pedikel (Gambar 2.1. b). Tidak ada
riwayat trauma adalah fakta penting yang mendukung diagnosis. Hal ini paling
Spina bifida adalah cacat pada elemen arkus posterior dari vertebra manapun.
Hal ini terjadi biasanya pada prosesus spinosus (Gambar 2.1.d), dan paling sering
ditemukan pada vertebra lumbalis. Ini akibat kegagalan tabung saraf untuk menutup
antara 9 sampai 57%. Berikut ini beberapa jenis dysraphism tulang belakang yang
ditemukan11,12:
melalui spina bifida di luar kanal tengah, namun di bawah permukaan kulit.
spina bifida di luar kanal tengah di dalam ruang subarachnoid yang melampaui
dural dan subarachnoid, herniasi melalui spina bifida di luar permukaan kulit
(Gambar 2.3).
12
sumsum tulang belakang yang merupakan dilatasi kanal tengah (Gambar 2.4).
Bisa kongenital (primer) atau sekunder akibat trauma dan tumor maupun cidera
oleh septum tulang atau kartilaginosa yang terletak di antara korpus dan
normalnya.
mana syrinx dan ruang subarachnoid sekitarnya herniasi melalui defek spina
➢ Lesi lipomatous
cord.
2.10).
➢ Sindrom tethered spinal cord: tethering cord berarti bahwa spinal cord
cord dicirikan secara klinis oleh defisit sensor ekstremitas ekstremitas bawah
yang progresif, cara jalan spastik, atrofi otot, serta disfungsi usus dan kandung
kemih. Usia penderita sindrom ini terlihat bervariasi antara kelahiran dan 15
tahun. Cukup banyak angka kejadian tethered spinal cord pada pasien
tanpa VACTERL, kejadian TSC adalah 7,9% pada mereka dengan atresia anal dan
beberapa kasus dapat dikaitkan dengan nyeri punggung bawah dan linu
panggul.
Tabel 2.2. Temuan MRI abnormal pada spinal cord anak-anak dengan malformasi
anorektal12
Usia tipe letak Intraspinal Conus Filum yang Siringomelia
pasien malformasi lipoma medullaris menebal
anorektal letak rendah
6 bulan Rendah √ √ - √
7 tahun Tinggi √ √ √ -
9 tahun Rendah - √ - -
17 tahun Tinggi √ - √ -
Kelainan yang sering terlihat pada pasien asosiasi VACTERL adalah kelainan
berupa skoliosis dan dapat juga disertai spinal dysraphism. Skoliosis ringan
18
biasanya tidak memberikan gejala klinis, akan tetapi pada penderita skoliosis
sedang dan berat akan memberikan gejala klinis serta memerlukan pengobatan dan
penanganan khusus.16
● Adanya deformitas yang khas berupa punggung yang melekuk dan tulang
Hal ini timbul pada skoliosis yang berat (sudut Cobb lebih dari 60°) biasanya
vertebra regio thorakalis, hal ini dapat menimbulkan komplikasi yang berupa
3. Rasa sakit dipunggung atau back pain akibat adanya penekanan saraf dari
4. Rasa tidak nyaman dan keterbatasan bergerak atau berada dalam suatu
posisi tertentu, hal ini diakibatkan adanya inflamasi kronis dari sendi tulang
belakang dan sakroiliaka, asimetris dan cedera dari otot dan ligamentum.
kompleks yang melibatkan anus, rektum, saluran kemih dan saluran genital.
Insidensi di seluruh dunia adalah 1 per 5000 kelahiran hidup, walaupun kondisi
berdasarkan pada posisi rektal pouch terhadap puborektal, ada tidaknya fistula,
anal stenosis.20–22
Pada tahun 1984 Wingspread mengklasifikasikan kelainan ini menjadi tiga tipe
yaitu letak tinggi, intermediate dan letak rendah. Klasifikasi Krickenbeck adalah
Tabel 2.5. Perbandingan Klasifikasi Wingspread dan Krickenbeck pada Pasien Laki-
laki20
Tipe MAR Klasifikasi Wingspread (1984) Klasifikasi Krickenbeck (2005)
Letak rendah Stenosis anal, fistula Stenosis anal, imperforate anus
anokutaneus tanpa fistula, fistula
rektoperineal
Letak Anal agenesis tanpa fistula
menengah atau dengan fistula rektouretral
Agenesis anal or anorektal tanpa
bulbar
fistula atau dengan rektouretral
Letak tinggi Atresia rektal, agenesis
bulbar, rektouretral prostatik, atau
anorectal tanpa fistula atau
fistula rektovesikal *
dengan fistula rektouretral
prostatik
*MAR ini dipertimbangkan sebagai kedua-duanya baik tipe menengah dan tipe tinggi.
Fistula perineal
Fistula rektovestibular
Fistula rektovagina
Kloaka persisten
Atresia rektum
Gambar 2.16.
Kemungkinan
lokasi fistula
pada perempuan
dengan MAR (a)
MAR tipe
rendah memiliki
lubang eksternal
di perineum (1)
atau area
vestibular (2).
Dikutip dari :
Alamo L. 20
24
Gambar 2.17. Kloaka dengan kanal umum lebih panjang dari 3 cm.
Dikutip dari : Cohen R.26
Gambar 2.19. Kemungkinan lokasi fistula pada pria dengan MAR. (a) MAR tipe
rendah memiliki pembukaan anokutan eksternal pada skrotum (1) atau
perineum (2, 3). (b) MAR tingkat menengah dan tinggi meluas ke arah
anterior ke pangkal penis (1), bulbar (2) atau prostat (3) uretra, atau kandung
kemih (4). Dikutip dari : Alamo L.20
Fistula perineal
Fistula rektobulbar
Fistula rektoprostatika
Atresia rektum
Pada kebanyakan kasus MAR, anus tidak berlubang atau tidak ditemukan dan
pada komponen enterik distal dapat terbentuk fistula ke saluran kemih, saluran
kelamin, atau perineum. Tidak adanya anal dimple biasanya menandakan atresia
anus letak tinggi. MAR dapat hadir dalam sejumlah besar sindrom dan asosiasi
anomali kongenital lainnya. Kehadiran kelainan anorektal secara klinis terlihat pada
27
beberapa hari pertama kehidupan dan biasanya memerlukan koreksi bedah awal.
Gambar 2.20. Perineum datar (tidak Gambar 2.21. Mekonium pada meatus
tampak anal dimple) diasosiasikan uretra, menunjukkan adanya
dengan kelainan letak tinggi. fistula dari rektum ke saluran
Dikutip dari : Holschneider A.M. 23 kemih. Dikutip dari : Holschneider
A.M. 23
kongenital merupakan cacat yang umum terjadi. Shunt intrakardiak, terutama VSD,
sering terlihat. Pada kebanyakan pasien, VSD umumnya merupakan salah satu dari
beberapa defek jantung yang ada. Arteri umbilikal tunggal tercatat hadir lebih
umum di asosiasi VACTERL, dan disarankan oleh Temtamy et al. segera setelah
deskripsi awal bahwa V dalam VATER harus mencakup vaskular, selain kelainan
- Ventricular Septal Defect (VSD) (22-58%) dengan atau tanpa gagal jantung /
dilatasi LV
- Trunkus arteriosus
- Co-arctation of aorta
GAMBAR 2.23.
Sistem
klasifikasi
secara
anatomis
untuk VSD.
Dikutip dari :
Mann D.L.30
Gambar 2.24. Skematik Atrial Septal Defect (ASD), tipe ostium secundum. A. Panah
menunjukkan arus shunted dari atrium kiri (LA) menuju atrium kanan (RA).
B. Skema representasi aliran darah melalui ASD yang tidak rumit,
mengakibatkan pembesaran RA, ventrikel kanan (RV), dan arteri pulmonalis
(PA). Ao, Aorta; IVC, Inferior Vena Cava; LV, Left Ventricle; SVC, Superior
Vena Cava. Dikutip dari : Leonard S. Lilly.29
30
Pasien dengan VSD kecil biasanya tetap bebas gejala. Sebaliknya, 10% bayi
dengan VSD memiliki cacat besar dan akan mengembangkan gejala awal gagal
jantung kongestif, termasuk takipnea, kurang makan, gagal tumbuh kembang, dan
sering mengalami infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Pasien dengan VSD
dipersulit oleh penyakit vaskular paru dan shunt yang terbalik dapat terjadi dengan
VSD.29
Temuan pemeriksaan fisik yang paling umum pada VSD adalah murmur
holosistolik kasar yang paling baik didengar di perbatasan sternal kiri. Defek
jantung yang lebih kecil cenderung memiliki murmur paling keras karena gejolak
aliran yang besar yang mereka sebabkan. Getaran sistolik biasanya bisa teraba di
daerah murmur. Selain itu, gemuruh middiastolic sering terdengar di apeks karena
menurun. Pada pasien tersebut, suara penutupan pulmonik yang keras (P2), dan
Sebagian besar bayi dengan ASD tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini
biasanya dideteksi dengan adanya murmur pada pemeriksaan fisik. Jika terjadi
gejala, termasuk dispnea saat melakukan aktivitas, kelelahan, dan infeksi saluran
Tetralogi Fallot adalah bentuk paling umum dari penyakit jantung kongenital
sianosis pada masa kanak-kanak. Tetralogi Fallot memiliki empat anomali yang
32
menjadi ciri khas kondisi ini, seperti : (1) VSD, (2) stenosis pulmonalis subvalvular
karena penyumbatan dari posisi yang salah septum infundibular (sering dengan
stenosis katup pulmonalis), (3) sebuah “overriding aorta” yang menerima darah
dari kedua ventrikel, dan (4) hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh
Dispnea dapat terjadi setelah pengerahan tenaga saat beraktifitas, makan, atau
tangisan saat terjadi vasodilatasi sistemik pada shunt kanan-ke-kiri yang meningkat.
sesekali pingsan.29
dengan "melipat" arteri femoralis, sehingga mengurangi shunt kanan ke kiri dan
Etiologi atresia esofagus (AE) adalah akibat kegagalan pemisahan trakea dan
diantara 3500 – 5000 kelahiran. Kurang lebih 20% dari pasien AE menderita
kelainan kongenital kompleks yang dikenal dengan sindroma VACTERL dan 50-
Gejala klinis atresia esofagus (AE) segera timbul beberapa jam setelah lahir.
Bayi terlihat mengeluarkan cairan berlebihan dari mulut, tersedak dan bahkan
terlihat sianosis. Secara khas, gejala muncul semakin nyata saat pertama pemberian
34
makan. Perut terlihat semakin distensi akibat udara yang masuk ke lambung melalui
fistula trakeo-esofagus (FTE) di bagian distal atau perut terlihat cekung pada pasien
yang menderita AE tanpa FTE atau AE dengan FTE proksimal. Pasien dengan FTE
tipe H biasanya timbul keluhan setelah waktu lama, seperti riwayat keluhan
tersedak ketika makan, batuk, sianosis, pneumonia rekuren atau kronis, dan perut
kembung.32,35
adanya cairan dalam perut fetus, dan tampak kantung esofagus bagian proksimal
berupa bayangan anekhoik di bagian tengah leher atau bagian atas torak fetus. Ada
atau tidaknya FTE serta ukuran FTE menentukan jumlah cairan dalam perut dan
komponen VACTERL lainnya, dan pencitraan khusus dari ginjal dan saluran kemih
berulang dan gagal ginjal dini. Kelainan ginjal terdapat pada sekitar 50-80%
akronim Congenital Anomalies of the Kidney and Urinary Tract (CAKUT). Gagal
35
ginjal.1,4,36
- hidronefrosis terisolasi : yaitu dilatasi unilateral pelvis dengan atau tanpa dilatasi
natal dan menetap ketika setelah lahir dapat disebabkan karena malformasi ureter.
- refluks vesika-ureter (VUR) : yaitu refluks urine dari vesika urinaria ke dalam
junction.
Gambar 2.28. Fitur non refluks (normal) dan refluks ureter dari pasien dengan
vesicoureteric reflux (VUR). Saluran ureter melintasi dinding kandung kemih
(bagian intravesikal, A, B, atau C) dan terowongan miring melalui submukosa
(bagian submukosa, A, B, atau C) sebelum keluar dari lubang ureter. Lubang
ureter nonrefluxing memiliki terowongan submukosal yang lebih panjang
(ditunjukkan dalam A) dibandingkan dengan lubang refluks pada pasien
dengan VUR (ditunjukkan pada B atau C). Pada beberapa pasien, lubang
ureter dapat ditempatkan sangat lateral pada dinding kandung kemih (C).
Dikutip dari : Vize P.D.37
36
-agenesis renal : dikatakan renal agenesis jika ginjal tidak terbentuk. Kecurigaan
adanya agenesis ginjal berawal dari USG antenatal dimana cairan amnion
berkurang. Karena cairan amnion terbanyak berasal dari urine fetus. 36,37
- disgenesis :Disgenesis ginjal adalah istilah yang luas, yang didefinisikan sebagai
perkembangan abnormal ginjal termasuk ukuran, bentuk, atau struktur ginjal. Ini
kecil, pada biopsi mengandung nefron secara signifikan lebih sedikit dari biasanya,
namun tidak mengandung jaringan yang tidak berdiferensiasi (tidak seperti ginjal
displasia). Meskipun ada sedikit nefron pada ginjal hipoplasia, glomerulus dan
-ektopia : Renal ektopia mengacu pada kondisi di mana ginjal berada dalam lokasi
abnormal dan terjadi dengan kejadian yang berkisar antara 1: 500 dan 1: 1200.
Kemungkinan lokasi ektopia ginjal meliputi lokasi panggul, perut, dan toraks. 36
-ginjal tapal kuda (Horseshoe kidney): Anomali fusi ginjal yang paling umum
adalah ginjal tapal kuda (horseshoe kidney), yang terjadi ketika ginjal bergabung di
kutub dimana kedua ginjal dihubungkan oleh isthmus. Anomali ini diidentifikasi
pada kira-kira 1 dari 400-500 individu. Fusi pada pole bagian bawah terjadi pada 95 %
kasus.36
perkembangan beberapa sistem organ janin. Secara khusus, produksi urin janin
paru. Agenesis ginjal bilateral dan kondisi lain di mana jaringan ginjal fungsional
menyebabkan kematian janin. Bayi yang lahir dengan agenesis ginjal bilateral
umumnya meninggal sesaat setelah lahir sekunder akibat gagal ginjal dan
hipoplasia paru.36
Jika kelainan renal dengan fungsi renal yang masih baik atau jika 1 renal masih
dapat mengkompensasi kelainan renal yang lain maka gejala klinis dapat tidak
terlihat. 36
Gambar 2.30. Grade I VUR adalah refluks ke dalam ureter saja. Grade II
melibatkan refluks ke dalam sistem pyelocalyceal yang tidak melebar. Grade
III dilatasi collecting system. Grade IV melibatkan pelebaran yang lebih luas
dengan menumpulkan kaliks dan ureter yang tortuos, dan grade V dilatasi
massive dari collecting system dan ureter dengan tortuos yang parah.
Dikutip dari : Ephraim V.R.K.36
38
Horseshoe kidney biasanya tidak bergejala pada sebagian besar kasus dan dapat
dideteksi sebagai temuan insidental pada pencitraan abdomen karena alasan lain.
umum termasuk infeksi saluran kemih, sakit perut, dan hematuria berat. Pada anak
kecil yang baru didiagnosis dengan ginjal tapal kuda atau mereka yang memiliki
diagnosa VATER, namun anomali anggota gerak yang lebih luas telah dilaporkan
telah ditambahkan ke dalam daftar cacat tambahan yang mungkin terjadi pada
penderita asosiasi VACTERL. Deskripsi klasik termasuk anomali radial ray juga
dikenal sebagai radial club hand. Klasifikasi deformitas ini awalnya digambarkan
dengan gradasi aplasia radial ringan sampai berat telah direvisi dengan beberapa
defisiensi humerus dan keterlibatan bervariasi gen tulang karpal. Identifikasi dini
fisik awal dan operasi. Pemeriksaan rontgen biasanya berperan pada skrining awal
kemajuan terapi.1
39
-Radial defisiensi : merupakan istilah lain untuk radial club hand atau
defisiensi tulang radius dengan tingkat keparahan tertentu. Kelainan ini bisa berupa
menyertai banyak kondisi kongenital lainnya. Hipoplasia ibu jari yang klasik
merupakan suatu bagian dari defisiensi longitudinal radial. Ini mungkin menyertai
berbagai derajat hipoplasia distal radial atau absensi tulang radius, atau mungkin
pada ibu jari sehingga ibu jari terlihat panjang seperti jari yang lainnya.39
bawaan yang paling sering terlihat pada anak-anak. Bentuk yang paling umum jari
ekstra atau kaki adalah bayangan cermin dari jari yang berbatasan langsung dengan
jari ekstra. Jari tambahan mempunyai persaingan untuk mendapatkan tendon yang
mengaktifkan jari atau kaki itu. Sangat penting untuk menentukan fungsi tendon
pada jari ekstra sehingga dapat dilakukan pemindahan tendon kepada jari yang
fungsional. Jari ekstra yang paling umum terdapat pada jari kelima, jempol tangan,
jari kaki kelima dan jempol kaki. Tidak jarang, jempol dan jempol ekstra dalam
bentuk sindaktili.1,41
-Sindaktili : Sindaktili (berasal dari bahasa Yunani: Syn = bersama, dactylos = jari)
atau jari webbing merupakan salah satu anomali kongenital pada tangan yang sering
40
ditemukan di berbagai daerah lainnya. Interdigital webbing atau fusi jari biasanya
merupakan anomali tersendiri, tetapi dapat juga terjadi bersamaan dengan kelainan
jaringan lunak atau tulang tangan dan malformasi sistem organ lainnya, mencakup
banyak sindrom lainnya. Sindaktili terjadi pada masa pertumbuhan janin minggu
ke 5-6 kehamilan. Hal ini dikarenakan kegagalan “kematian sel terprogram” atau
tangan.39
pemisahan prenatal normal radius dan ulna. Sambungan persisten antara kedua
jarang terjadi. Sambungan awalnya berupa kartilago dan tidak terdiagnosis sampai
sering dengan kelainan kerangka yang melampaui defisiensi radial. Ini termasuk
lengan bawah yang pendek dan / atau tulang ulna yang membengkok, siku yang
tidak dapat fleksi atau dengan fleksi terbatas, dan tidak adanya atau hipoplasia
tulang skafoid dan tulang karpal lainnya. Hipoplasia ibu jari dapat hadir dan terdiri
dari hipoplasia otot intrinsik dan / atau ekstrinsik thenar, hipoplasia elemen
kerangka dengan atau tanpa ketidakstabilan artikular, kehadiran dasar ibu jari
(pouce floutant), atau ketiadaan ibu jari. Jari-jari dapat menunjukkan fleksi terbatas,
41
dengan digit radial lebih terpengaruh daripada digit ulnaris. Selain manifestasi
CRLD di tangan, jaringan lunak di sisi radial pergelangan tangan dan lengan bawah
sangat berkontribusi terhadap angulasi radial plat tangan pada ulna distal. Ekstensor
radial yang cacat sering membentuk tether berserat ke sisi radial pergelangan
tangan. Kombinasi ini menghasilkan presentasi klasik dari pergelangan tangan yang
CLRD diklasifikasikan oleh Bayne dan Klug menjadi empat tipe. Tipe I adalah
bentuk paling ringan. Terdapat epifisis radial distal dengan penyimpangan radial
ringan pada tangan. Hipoplasia ibu jari bisa terlihat. Tipe II menunjukkan
pertumbuhan jari-jari yang terbatas pada sisi distal dan proksimal. Miniatur tulang
radius terlihat dengan penyimpangan radial pergelangan tangan. Pada tipe III ada
absensi parsial radius, paling umum pada distal dua pertiga dengan penyimpangan
radial parah dari pergelangan tangan. Tipe IV adalah tipe yang paling umum dan
Gambar 2.31. Klasifikasi tangan klub radial. Sistem klasifikasi yang paling umum
digunakan untuk defisiensi forearm radial memiliki empat kategori. Tipe I:
Tulang radius pendek tapi siku, pergelangan tangan, dan tangan normal.
42
Tipe II: Radius miniatur, yang pendek dengan epifisis proksimal dan distal,
ulna mungkin sedikit membengkok dan tangan dan pergelangan tangan
mengalami deviasi ke arah radial. Tipe III: Tulang radius sebagian tidak ada,
ulna membengkok, dan tangan dan pergelangan tangan dengan posisi deviasi
ke arah radial, pronasi, dan fleksi radial. Tipe IV: Tulang radius sama sekali
tidak ada, ulna mungkin membengkok, serta tangan dan pergelangan tangan
berada dalam posisi yang sama dengan Tipe III.
Dikutip dari : Rayan G.M.39
Gambar 2.32. Deformitas lengan bawah kiri Gambar 2.33. Aplasia ibu jari
dengan deviasi radial pada pergelangan dan jari-jari seorang anak
tangan dan ibu jari tidak ada. dengan defisiensi radial
Dikutip dari : Rayan G.M.39 tipe IV.
Dikutip dari : Rayan G.M.39
Gambar 2.34. Klasifikasi sindaktili. Para ahli bedah lebih menyukai sistem yang
mencakup 4 tipe digital webbing. Pada tipe kompleks, tampak penyatuan
tulang yang dapat terbentuk dorsal buckling atau angulasi ke perifer jari
terdekat. Pada tipe complicated tampak penyatuan tulang, polidaktili,
konfigurasi tulang phalang yang aneh dan dapat ditemukan lempeng
pertumbuhan abnormal. Dikutip dari : Rayan G.M.39
43
secara garis besar dibagi menjadi proses diagnosis VACTERL baik prenatal
Imaging tulang belakang dan spinal cord pada pasien pediatrik membutuhkan
pengetahuan tentang anatomi normal dan varian normal, terutama yang terlihat
pada ultrasound, untuk mencegah rujukan yang tidak tepat untuk pencitraan dan
berhubungan dengan jantung dan paru-paru serta menilai kemajuan pasien dan
punggung.
pencitraan yang dilakukan meliputi posisi tegak, supinasi dan posisi membungkuk.
2.5.1. Rontgen
rontgen. Salah satu komponen yang dapat dievaluasi dengan rontgen adalah
kelainan pada vertebra. Anomali vertebral adalah salah satu anomali yang paling
penting dan umum yang telah dilaporkan pada kira-kira 60-95% pasien VACTERL.
● Lateral tegak
● Oblik
Lengkung primer tidak akan mengalami perubahan atau hanya sedikit perubahan
dapat memperlihatkan seluruh tulang belakang dengan satu kali pencitraan. Filter
juga diperlukan mengingat adanya perbedaan ketebalan tubuh dan perbedaan gaya
Posisi ini bertujuan untuk melihat adanya lengkungan atau kurva pada tulang
belakang secara jelas dan menilai derajat kurva apakah terdapat kurva mayor atau
bahkan adanya kurva minor. Biasanya pada posisi ini akan tampak rotasi pada
Posisi lateral thorakal dan lumbal akan tampak adanya rotasi pada torak dan
pelvis pada posisi ini akan tampak adanya kiposis akibat adanya rotasi dari korpus
vertebra, diskus yang menyempit bahkan terkadang tidak jelas tampak prosesus
spinosus. 46,47
Prosedur ini dilakukan dua kali dengan melakukan pengambilan pertama berupa
berupa membungkuk maksimal ke arah kiri (left bending). Tujuan dari pencitraan
46
membungkuk maksimal ke arah kanan dan kiri adalah untuk melihat apakah
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kelainan yang terdapat pada sendi
zigapophiseal dari vertebra. Pada keadaan normal sendi ini akan tampak dengan
jelas dan foto daerah lumbal akan tampak 5 joint dengan membentuk scottie dogʼs
sign. 46,47
Kurva mayor atau juga yang disebut dengan kurva primer merupakan kurva dari
skoliosis dengan sudut kurva terbesar dibandingkan dengan sudut kurva lainnya
yang terdapat pada vertebra dan hal ini biasanya terbentuk pertama. Kurva minor
atau kurva sekunder merupakan kurva dari skoliosis yang mempunyai sudut lebih
kecil dibandingkan dengan sudut lainnya, dan biasanya terbentuk setelah kurva
primer. Kurva sekunder disebut juga dengan kurva kompensasi karena terbentuk
kurva verebra. Kurva primer dan sekunder dapat juga dikategorikan menjadi kurva
struktural untuk kurva primer dan non struktural untuk kurva sekunder, walaupun
hal ini tidak berkaitan dengan penyebab dari skoliosis seperti pada definisi
struktural dan non struktural ‘skoliosis. Kurva struktural pada kategori diatas
mempunyai arti bahwa kurva tersebut tidak dapat di manipulasi atau dikoreksi
dengan bending ke ipsilateral dan sebaliknya untuk kurva non struktural masih
47
skoliosis. Kurva struktural mempunyai sudut lebih dari 25° setelah dilakukan
bending ipsilateral.46,49,50
lebih kecil dari 50° sedangkan metode Cobb digunakan pada pengukuran
1. Metode Ferguson
1. Tentukan letak end vertebrae yaitu vertebra-vertebra yang terletak pada akhir
2. Tentukan letak apek vertebrae yaitu vertebra yang paling terotasi yang terletak
3. Pada tiap ketiga vertebra yang sudah ditentukan di tandai dengan sebuah titik
4.Hubungkan titik apex vertebrae dan titik kedua end vertebrae dengan sebuah
garis lurus. Besarnya sudut kelengkungan ditentukan oleh sudut yang terbentuk
2. Metode Cobb
rotasi. Metode Cobb termasuk cara yang cukup sulit akan tetapi merupakan
Sudut Cobb pada skoliosis terbentuk dari perpotongan dari dua garis, yang
satu garis yang paralel dengan endplate superior dari korpus vertebra dari kurva
dan garis kedua adalah garis yang paralel dengan endplate inferior dari korpus
1. Tentukan letak top vertebrae dari lengkungan (curve) yaitu vertebra yang
3. Buat garis tegak lurus yang berpotongan dari garis hayal yang sejajar dengan
memeperhatikan disc spaces. Ukurlah sudut dari perpotongan garis diatas yang
4. Sudut yang tebentuk dari garis-garis tegak lurus adalah sudut dari lengkungan.
Gambar 2.37. (a). Diagram pengukuran sudut berdasarkan sudut Cobb, pertama
dengan membuat garis yang tegak lurus terhadap garis putus-putus
yang dibuat dari permukaan endplate bagian superior top vertebra
dan garis putus-putus yang dibuat dari permukaan endplate bagian
inferior bottom vertebra, kemudian perpotongan dari kedua garis
tersebut memebentuk sudut b (Cobb Angel). (b). Pengukuran
sudut Cobb menggunakan workstation. Dikutip dari : Kim H.47
IV 51–75
51
Gambar 2.39. Gambaran skoliosis struktural dan non struktural pada seorang pasien
wanita berumur 14 tahun. Pada gambaran foto thorakolumbal AP tampak
skoliosis dekstro skoliosis dibagian atas torak (segmen diantara garis-garis
putus-putus) dengan sudut Cobb 58,8 ° dan levoskoliosis dibagian atas
52
trakolumbal (segmen diantara garis solid) dengan sudut Cobb 32,6 .(b) Foto
ke lateral kanan menunjukan sudut Cobb berubah menjadi 32°(> 25 °)
pada segmen skoliosis bagian thorakal, hal ini menunjukan suatu kurva
yang bersifat struktural. (c) Foto ke lateral kiri menunjukan sudut Cobb
15 ° (< 25°) pada segmen thorakolumbal skoliosis, menunjukan suatu non
struktural kurva. Dikutip dari : Kim H.47
seberapa jauh rotasi dari korpus vertebra sangat penting dalam mendiagnosa
skoliosis. Metode Nash-Moe merupakan cara untuk melihat sejauh mana rotasi
terjadi dan melihat pedikel dari vertebra sebagai indikator. Korpus vertebra di bagi
oleh 3 garis khayal dan pengukuran sejauh mana rotasi terjadi berdasarkan letak
Gambar 2.40. Diagram dari tigkatan atau Grading rotasi dari kolumna vertebralis
sepanjang segmen yang mengalami skoliosis berdasarkan metode Nash-Moe,
dilihat dari posisi pedikel terhadap garis khayal vertiakal yang membagi 3
kolumna ke arah lateral. A. Posisi netral (tidak ada rotasi), B. grade : 1, C.
grade : 2, D. grade : 3. E. grade :4. Dikutip dari : Kim H.47
lurus dengan proses pertumbuhan tulang belakang. Berdasarkan hal ini diatas,
mencapai keadaan tulang belakang yang matur tergantung dari keparahan sudut
Cobb, jika sudut Cobb kurang dari 30° pada tulang yang sudah matur, kurva
pada keadaan tulang belakang yang sudah matur akan mengalami progresifitas
Frekuensi progresifitas dari suatu skoliosis bergantung pada penyebab dan jenis
skoliosis anak dan skoliosis kongenital. Hanya 5 % dari kejadian skoliosis pada
remaja yang menjadi progresif dengan sudut Cobb lebih dari 30 °. 12,17
berdasarkan :
1.Usia
skoliosis (usia 0-3 tahun), juvenile skoliosis (usia 4-10 tahun) dan adolescent
skoliosis (usia 11-18 tahun). Pada infantile skoliosis paling sering terjadi pada anak
54
laki-laki dibandingkan anak perempuan (ratio 3,5 :1) dan jenis skoliosis yang sering
terjadi levoskoliosis.51,52
dibandingkan laki-laki dengan (ratio 4:1) untuk juvenile, (ratio : 8:1) untuk
Skoliosis idiopatik pada remaja berdasarkan morfologi dan kurva yang terbentuk
a.King classification
mememotong garis tengah di bagian kurva torak dan lumbal, biasanya kurva lumbal
Tipe King III : Jenis skoliosis yang hanya bagian kurva thorak yang memotong
garis tengah.
Tipe King IV : Jenis skoliosis yang terjadi sepanjang thorak dimana lumbal ke 5
berapa pada posisi di tengah dengan sakrum akan tetapi posisi lumbal ke 4 miring
ke arah kurva.
55
Tipe King V : jenis skoliosis dimana terdapat kurva ganda pada thorak dan
menunjukan adanya kemiringan dari vertebra thorakal 1 kearah kurva paling atas.
Kelemahan dari klasifikasi berdasarkan King adalah profil sagital dari skoliosis
tidak dievaluasi dan tidak memperhitungkan adanya dua atau tiga kurva utama.
klasifikasi Lenke berdasarkan 4 aspek yaitu (a) tipe kurva, (b) modifikasi
fleksibilitas dari kurva, (c) modifikasi thorakal dari aspek sagital, (d) Lumbar spine
modifier. Dari aspek koronal dapat dievaluasi berupa fleksibiltas kurva pada
pemeriksaan radiologi koreksi bending lateral dengan sudut lebih 25° maka
dikatakan kelainan kurva tersebut struktural. Dari sagital dapat di evaluasi berupa
adanya hiperkiposis apabila sudut lebih dari 20° di segmen proksimal thorak atau
diperbatasan thorak dan lumbal. Lenke membagi jenis kurva berdasarkan lokasi
diantaranya :
56
1.Proksimal thoraxic (torak bagian atas) : jenis kurva dengan apeks diantara
2. Main thoraxic (thorak utama) : kurva dengan apaks diantra vertebra thorakal 3
dan lumbal 4.
Penentuan fleksibilitas kurva ditentukan dari jenis kurva yang bersifat struktural
apabila didapat dari hasil foto bending lateral kanan atau kiri yang menunjukan
Tipe I (main thoraxic) : kurva skoliosis hanya pada thorak dan merupakan kurva
Tipe II (double thoraxic) : Terdapat 2 kurva skoliosis pada torak, dimana kurva
minor merupakan kurva struktural dan yang lain adalah non struktural.
Tipe III (double major) : terdapat 2 kurva mayor baik itu kurva mayor di daerah
Tipe IV (triple major) : terdapat 3 buah kurva yang bersifat struktural dimana
di lumbal dan merupakan struktural dan kurva minor merupakan non struktural.
kurva mayor pada thorakolumbal atau lumbal yang bersifat struktural dan kurva
57
lainnya adalah kurva thorak yang juga bersifat struktural akan tetapi dengan sudut
A( Tidak ada
sampai kurva
ringan)
B(Kurva
Moderat)
C (Kurva
besar)
Kriteria
kemungkinan
struktural
sagital (untuk
menentukan Kifosis
tipe kurva Proksimal
spesifik) Kifosis Thorakik
Kifosis Kifosis Thorakol +
Proksimal Proksimal umbal Thorakol
Thorakik Thorakik umbal
*T5-12 sagital modifier alignment: -,N,+
-: <10 ⁰ , N : 10-40, + : > 40.
58
Kepentingan dalam menentukan jenis skoliosis dari aspek sagital adalah untuk
hiperkiposis. Penilaian aspek sagital torak yaitu dengan melihat alignmen atau
lengkungan dari vertebra thorakal 5 sampai thorakal 12 dengan sudut Cobb kurang
normal dan lebih + 40 ° disebut hiperkiposis. Penilaian lain dalam klasifikasi Lanke
adalah penilaian terhadap vertebra lumbalis terhadap garis vertikal dari sentral os
sakrum. Apabila garis Central Sacral Vertical Line (CSVL) berada diantara dua
pedikel tulang lumbal dikategorikan menjadi “A” dan apabila CSVL menyentuh
pedikel maka dikategorikan menjadi “B” dan apabila CSVL mememotong bagian
Rontgen merupakan modalitas pilihan untuk skrining kelainan vertebra pada bayi
Gambar 2.45. Perkembangan kurva vertebra yang cepat pada pasien dengan
hemivertebra tersegmentasi sepenuhnya dari 32 bulan (A) sampai usia 3 tahun
(B) dan usia 4 tahun (C). Sebuah rontgen postoperatif (D) menunjukkan
penempatan perangkat fusi vertebra posterior yang dapat diperpanjang, yang
masih memungkinkan beberapa pertumbuhan tulang belakang abnormal
berlanjut dengan mempertahankan atau mengendalikan deformitas.
Perkembangan kurva pada skoliosis kongenital sangat terkait dengan jenis
60
pada rongga pelvis di daerah sekitar anorektal. Dapat dilakukan posisi “knee chest”
tinggi ( lebih dari 1 cm) atau letak rendah (kurang dari 1 cm). Pemeriksaan rontgen
hubungan antara anus, vesika urinaria dan atau saluran genital. Pemeriksaan
61
rontgen pada pasien ARM salah satunya berfungsi sebagai skrining kelainan
2.5.2. Fluoroskopi
Gambar 2.50 Voiding cystourethrogram (VCUG) pada tiga pasien yang berbeda.
(a), (b) dan (c). (a) dan (b) VCUG menunjukkan refluks vesikoureteral dengan
grade yang berbeda; (a) ureter kanan tidak terlihat VUR dan tampak VUR
grade II pada ureter kiri, (b) tampak VUR grade III pada ureter kanan dan
grade I pada ureter kiri. (b dan c) fistula vaginourethral (*) dengan atresia anal.
Dikutip dari : Khalid S.44
2.5.3. Ultrasonografi
pemeriksaan rutin USG prenatal. Adanya temuan pada masa kehamilan dapat
ketika masa kehamilan. Adanya temuan anomali kongenital pada masa kehamilan
ultrasound biasanya diperoleh dengan neonatus pada posisi dekubitus lateral atau
pronasi. Sedikit fleksi pada tulang belakang memungkinkan jendela yang lebih baik
Saraf tulang belakang yang normal adalah hipoekoik dengan permukaan dorsal
dan ventral hiperekoik serta kompleks pusat yang dihasilkan dari antarmuka
commissure putih ventral myelinated dan ujung sentral fisura anterior median.
sumsum tulang belakang bervariasi tergantung dari tingkat: lebih besar dan oval
pada tingkat serviks, thorak bagian bawah, dan thorakolumbal, sementara lebih
kecil dan bulat pada tingkat lumbal thorak bagian atas dan tengah, di mana secara
ke aspek superior L3 (Gambar 2.51). Pada bagian distal, ujung filum memanjang
dari ujung conus medullaris sampai ujung kaudal kanal vertebra sakral. Terminum
filum memiliki sinyal homogen agak hiperekoik dan ketebalan normal 1-2 mm.
Gambar 2.53. USG tulang belakang normal pada neonatus laki-laki berusia 1 hari
dengan beberapa kelainan kongenital. Potongan longitudinal (A) dan melintang
(B) menunjukkan anatomi normal. Perhatikan dura, sentral echo kompleks
(panah) dan conus medullaris (tanda bintang). Struktur berlabel lainnya
termasuk vertebra (T12-L4); SP, prosesus spinosus; CE, cauda equina; CSF,
cairan serebrospinal; T, prosesus transversus; VNR, ventral nerve root; dan
DNR, dortral nerve root. Dikutip dari : Coley B.D.15
65
Gambar 2.54. Ventriculus terminalis Gambar 2.55. Kista filar pada bayi laki-
pada seorang anak perempuan laki berusia 6 minggu dengan
berusia 3 bulan dengan dimple lipatan gluteal asimetris.
yang dalam. Sonografi longitudinal Sonogram longitudinal
menunjukkan distensi fokal distal menunjukkan kista hipoekoik
central spinal canal (panah) di fusiform midline (tanda panah) di
lumbar cord tepat di atas konus bawah konus medullaris (tanda
medullaris (tanda bintang) bintang).
15
Dikutip dari : Coley B.D. Dikutip dari : Coley B.D.15
Gambar 2.57. Spina bifida. (a) Potongan aksial pada tulang belakang lumbosakral
yang menunjukkan vertebra terbuka (panah) dan lipatan membran
meningokel. (b) Potongan sagital pada tulang belakang lumbal yang
menunjukkan membran menonjol mielomeningokel (panah). (c) modus
rendering maksimum tulang belakang menunjukkan pelebaran ke arah
lateral pada prosesus vertebra lateral, dengan pelebaran kanal tulang
belakang (panah). (d) Foto janin dengan spina bifida. Dikutip dari : Kang
Y.R.60
Gambar 2.58. USG prenatal atresia anorektal. (a) Potongan aksial pada perut
bagian bawah janin yang menunjukkan pelebaran saluran usus rektosigmoid
(panah). (b). Potongan aksial pada perut bagian bawah janin dan pelvis
menunjukkan dilatasi traktus intestinalis bagian bawah dengan kalsifikasi
intraluminal yang merupakan enterolithiasis (panah) (c). Potongan sagital
pada perut bagian bawah janin menunjukkan dilatasi traktus intestinalis (Int)
67
kehamilan 18 minggu, namun pada kasus dengan faktor resiko tinggi dapat
dilakukan pada usia kehamilan 12-13 minggu. USG kardiak terbaik dilakukan
darah.60
Gambar 2.61. Ekokardiografi Atrial Septal Defek (ASD) tipe sekundum dari
subxiphoid window: (a) Pandangan long-axis. Anak panah menunjukkan ASD
tipe sekundum. (b) Color-Doppler memperlihatkan arah aliran darah pada
pandangan short-axis. CT, krista terminalis; FO, fossa ovale; LA, atrium kiri;
RA, atrium kanan; RPA, arteri pulmonalis kanan; SLB, superior limbic band;
SVC, vena cava superior. Dikutip dari : Lai W.W.61
GAMBAR 2.62. USG prenatal dengan atresia esofagus A dan B, lambung tidak
tervisualisasi. Potongan aksial (A) dan kiri parasagital (B) dari abdomen
janin menunjukkan polihidramnion (F) dan nonvisualisasi lambung di lokasi
yang diharapkan di kuadran kiri atas (panah) karena atresia esofagus. C dan
D, atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus. Citra transversal abdomen
(gambar C) dan potongan koronal oblik pada toraks janin (T) dan abdomen
(A; gambar D) menunjukkan perut kecil (panah) di kuadran kiri atas karena
sebagian pengisian perut oleh fistula tracheoesophageal. Tampak juga
polihidramnion (F). Dikutip dari : Hertzberg B.S.62
69
Gambar 2.66. USG prenatal asosiasi VACTERL. Hasil pemeriksaan USG yang
menunjukkan anomali kongenital ini adalah (a) radius aplasia; (b) agenesis
ginjal unilateral; (c) hidronefrosis; dan (d) tulang belakang yang abnormal,
dengan tulang belakang bentuk baji (panah) atau hemispondilus. Dikutip
dari : Kang Y.R.60
penyebab lain seperti tumor dan kelainan neuromuskuler akan sangat baik apabila
evaluasi melalui pencitraan CT Scan dan MRI seperti adanya kompresi dari diskus
sampai adanya malformasi organ akibat skoliosis yang progresif. Pada keadaan
neuromuskuler adalah adanya skoliosis dengan segmen pendek dan tampak adanya
Peranan MRI pada kasus skoliosis menjadi modalias utama apabila ditemukan
(a) skoliosis yang menyebabkan kelainan saraf ataupun skoliosis akibat dari
kelainan saraf,
(c) skoliosis idiopatik murni yang disertai adanya sakit yang bermakna dari
tulang belakang. Keadaan skoliosis idiopatik remaja yang memiliki kurva mayor
daerah lumbal yang mengarah ke kiri merupakan indikasi untuk dilakukan MRI
Peran MRI sebagai alat skrining pada semua kasus skoliosis kongenital masih
merupakan kontroversial, dengan beberapa ahli percaya bahwa MRI harus dibatasi
pada evaluasi pre-operasi. Jika tidak ditangani sebelum operasi, kelainan intraspinal
Gambar 2.68. Seorang wanita 26 tahun dengan skoliosis tipe dekstroskoliosis (a)
dengan sudut Cobb 60° direncanakan untuk dilakukan operasi atas indikasi
progresifitas kurva, pasien ini disertai adanya defisit neurologis, (b) tampak
pada gambaran MRI T2WI preoperatf sagital servikal adanya syringomyelia
(panah putih) dan gambaran beak like appearance dari herniasi tonsil ke
foramen magnum (kepala panah). Dengan adanya kelainan ini perludilakukan
dekompresi dari kranial fossa posterior sebelum dilakukan koreksi terhadap
kurva skoliosis. (c) Post operatif hasil MRI T2WI tampak berkurang
syringomyelia (panah hitam) dan adanya koleksi cairan (kepala panah hitam).
Dikutip dari : Greenspan A.47
74
Karena tidak ada tes laboratorium objektif yang tersedia untuk diagnosisnya,
setidaknya tiga komponen untuk diagnosis (VAC/VATE, dll). Selain itu, karena
fenotipe heterogen dan kelimpahan cacat tumpang tindih sindrom lainnya, asosiasi
VACTERL biasanya dianggap sebagai diagnosis eksklusi tanpa bukti yang jelas
untuk diagnosis alternatif atau tumpang tindih seperti Coloboma, anomali Jantung,
Hall. Kehadiran fitur lain yang tidak biasa terlihat di asosiasi VACTERL mungkin
tindih. Perlu disebutkan bahwa 5-10% pasien dengan anemia Fanconi (FA)
76
diobati secara terpisah dari asosiasi VACTERL karena karakteristik inti FA seperti
Tabel 2.8. Penyakit monogenik yang tumpang tindih dengan asosiasi VACTERL3
Malformasi Fitur karakteristik yang
Sindrom OMIM Lokus Gen Anomali vertebral yang tumpang membedakan dengan
tindih VACTERL association
Anaemia Fanconi 227650; 16q24; Xp22 FANCA; Fenotip yang sama dengan V, A, C TE, R, L Anomali haematologis; perubahan
dengan VACTERL-H 300514 FANCB,dkk.* VACTERL tapi frekuensi pigmentasi; hidrosephalus
rendah
Sindrom Alagille 118450 20p12; JAG1; Paling sering “butterfly V, C, R Jaundice dengan konjugasi
1p12-p11 NOTCH2 vertebra” daripada hiperbilirubinemia; wajah
hemivertebrae, dan fusi dismorphic; perubahan posterior
vertebrae embriotoxon dan pigmentasi retinal
Sindrom basal cell 109400 9q22; 1p32; PTCH1; PTCH2; Fusi multipel korpus V, L Keratokist Odontogenik rahang;
nevus 10q24-q25 SUFU vertebral dan tulang rusuk palmar atau plantar pits; kalsifikasi
bilamellar falks serebri; basal cell
tumours
Sindrom Baller– 218600 8q24 RECQL4 Fusi tulang rusuk dan “flat V, A, C, R, L Kraniosinostosis; mikrosephali
Gerold vertebrae”
sindrom DiGeorge 188400 22q11 TBX1 Hemivertebra V, C, R, L Abnormalitas Thymik ;anomali
(sindrom penghilangan conotruncal kardiak; wajah
22q11.2) dismorphis; hipokalsemia
Sindrom Feingold 164280 2p23-24 N-MYC Tidak adanya vertebra V, C, TE, R, L Mikrosephali; brakimesophalang
sakral kelima dan fusi C5–
C7 dalam 1 kasus
Sindrom McKusick– 236700 20p12 MKKS Anomali vertebra pada 1 V, C, L Hidrometrokolpos; malformasi
Kaufman kasus gastrointestinal
Sindrom CHARGE 214800 8q12 CHD7 Skoliosis idiopathic C, TE, R Koloboma; atresia /stenosis koanal
tanpa anomali ;hipoplasia/aplasia semisirkular, etc.
vertebra
Sindrom Pallister–Hall 146510 7p14.1 GLI3 NA A, C, R, L Hipothalamik hamartoma; bifid
epiglottis; abnormalitas
kraniofasial
Sindrom Townes– 107480 16q21.1 SALL1 NA A, C, R, L Telinga displastik dengan gangguan
Brocks pendengaran impairment; disabilitas
kecerdasan.
Sindrom Holt–Oram 142900 12q24 TBX5 NA C, L NA
Pada tahun l927, Fanconi menggambarkan sebuah keluarga di mana tiga anak
laki-laki berusia antara 5 dan 7 menderita pansitopenia dan cacat lahir. Berdasarkan
pengamatannya pada keluarga ini dan lainnya, kriteria utama Fanconi untuk
sindrom ini bergantung pada konsep klinisi tentang fenotipe FA. Dalam sebuah
anggota keluarga yang terkena dampak pertama yang mendapat perawatan medis
untuk kelainan genetik, dan saudara kandung mereka yang terkena dampak, Glanz
dan Fraser mengamati bahwa ada sedikit anomali kongenital di antara saudara yang
dengan fitur fenotip ringan hanya didiagnosis mengikuti diagnosis FA pada anggota
keluarga lain yang terkena dampak dan bukan karena presentasi fenotipik mereka.
"FA klasik". Keterlambatan diagnosis pada sebagian besar pasien FA, bahkan yang
78
di kalangan dokter mengenai gambaran klinis yang terkait dengan sindrom ini. 64
Kelainan yang melibatkan sistem saraf pusat, sistem gastrointestinal dan sistem
rangka, selain cacat sinar radial (yaitu jari-jari dan kelainan jempol) telah
atresia dubur, kelainan jantung, fistula trakeoesofagus, anomali ginjal, dan radial
mengalami kegagalan sumsum tulang dan mempunyai hasil tes positif kerusakan
demikian, klinisi harus mengenali tumpang tindih fenotip FA dengan sindrom lain
ini dan tidak disesatkan oleh 'label diagnostik' yang sudah ada sebelumnya. Antara
tahun 1927 dan 2001 1.300 kasus FA dilaporkan secara bervariasi dalam literatur.
dibuat ketika anemia aplastik atau leukemia berkembang pada individu dengan
individu yang terkena yang berdasarkan kriteria klinis memiliki anemia aplastik
idiopatik dan fenotipikal tampak normal. DEB dan mitomycin C (MMC) adalah
jenis zat yang paling banyak digunakan untuk diagnosis FA. Pengalaman ekstensif
dengan pengujian MMC dan DEB telah menunjukkan sensitivitas, spesifisitas dan
bawaan yang diketahui terkait dengan FA atau AA pada usia berapapun, atau pasien
dengan MDS dengan kelainan sitogenetik yang kompleks, memiliki sampel darah
kandung pasien FA juga harus diskrining. Klinisi harus mengetahui bahwa tes
kerusakan kromosom juga dapat diterapkan pada pemeriksaan sel janin yang
alternatif untuk FA, seperti analisis siklus sel dengan menggunakan metode flow
untuk membedakan antara individu FA dan non-FA. Meskipun jelas bahwa durasi
seperti berikut :
Gambar 2.72. (a) Rontgen thoraks dan abdomen anteroposterior, (b), rontgen lateral
dada dan abdomen. Ada tabung nasogastrik (panah) yang tergulung di
kerongkongan proksimal dengan udara di usus distal, konsisten dengan atresia
esofagus dengan fistula distal. Kateter arteri umbilikalis kiri (panah) juga
terlihat. Dikutip dari : Herman T.E.65
anomali pada vertebra, kardiak, fistula trakeoeophagus, renal, dan anggota gerak.
Organ yang sangat mirip dengan VACTERL, hanya tidak adanya kelainan
awalnya digambarkan oleh Feingold pada tahun 1975, ditandai oleh pewarisan
hipoplastik ibu jari, dan brachymesophalangy dengan clinodactyly jari kedua dan
kelima. Secara sindrom juga melibatkan jari kaki kedua dan ketiga, serta keempat
dan kelima. Kira-kira satu dari tiga pasien memiliki atresia esofagus atau duodenum
atau keduanya. Anal atresia telah dilaporkan dalam satu kasus pada sebuah jurnal
di tahun 2000.66,67
• Intestinal Atresias
Sebuah atresia gastrointestinal ada pada hampir 40% kasus sindrom Feingold.
Atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeo-esofagus paling sering terjadi
(25%). Yang kedua paling sering adalah atresia duodenum atau stenosis. Selama
operasi, yang terakhir kadang-kadang disebabkan oleh pankreas annular. Satu kasus
terdapat multipel atresia jejunum dan satu lagi dengan atresia anal juga telah
• Anomali Kardiovaskular
patent ductus arteriosus. Hanya tiga yang memiliki cacat jantung lainnya. Seorang
83
pasien meninggal pada periode neonatal karena atresia trikuspid, VSD, dan
gangguan arkus aorta. Yang lain memiliki stenosis trikuspid ringan. Seorang pasien
• Anomali ginjal
meremehkan. Dilatasi ringan pelvis ginjal, ginjal kecil, dan pelvis ekstrarenal
merupakan varian minor. Namun, pasien kami yang terakhir memiliki hidronefrosis
di satu sisi, dan displasia kistik di sisi lain, yang memerlukan nefrektomi.
• Kelainan vertebra
Tidak adanya vertebra sakral kelima dan fusi C5-C7 terdeteksi pada satu anak
• Kelainan lainnya
Sedikitnya empat pasien yang dilaporkan tuli. Dua kasus memiliki ketulian
lengkap unilateral, dan satu kasus memiliki gangguan pendengaran nada rendah
bilateral. Pasien lain mengalami ketulian lengkap secara bilateral karena tidak
a. b. c. d.
Gambar 2.79. Rontgen anteroposterior tangan kiri (a), tangan kanan (b) diperoleh pada
usia 2 tahun. Rontgen anteroposterior kaki kiri (c) dan kaki kanan (d) pada periode
neonatal. Tangan menunjukkan ukuran phalang medial yang kecil pada jari kedua
dan kelima (mata panah). Sedikit deformitas fleksi pada sendi interphalangeal
proksimal jari ketiga dan keempat. Kaki menunjukkan ukuran phalang medial yang
kecil pada jari kedua dan keempat (panah). Dikutip dari : Herman T.E.68
85
kelainan organ yang ditemukan dan perlu kerjasama multidisiplin bidang ilmu.
yang perlu segera dilakukan. Pengobatan ortopedi kelainan anggota gerak dan
neonatal dan pasca bedah khusus telah menghasilkan prognosis keseluruhan yang
Salah satu yang paling penting dalam mengelola pasien dengan asosiasi VACTERL
penting bagi masyarakat awam namun penting secara medis, seperti anomali
vertebralis yang dapat menyebabkan sakit punggung parah di kemudian hari, atau
fungsi ginjal. Klinisi yang menangani pasien VACTERL harus selalu mengingat
keparahan komponen organ VACTERL pada pasien. Selain itu, setiap pasien harus
kehidupan normal tanpa masalah yang mengancam jiwa, namun sebagian besar
86
Tabel 2.9. Anomali kongenital, temuan klinis, terapi dan konsekuensi jangka panjang
pada kelainan vertebra penderita VACTERL.44
Anomali Temuan klinis Terapi Konsekuensi
Jangka Panjang
Segmentasi • Dapat • Observasi • Deformitas dan
dan asimtomatik. • Operasi : nyeri ketika
formasi • Kurvatura spinal -Fusion in situ dewasa.
defek yang abnormal -Epiphysiodesis • Komplikasi
dengan dan nyeri -Eksisi vertebra kardiopumonal
kongenital punggung abnormal jika kurva
skoliosis skoliosis
melebihi 60-65⁰
Sindrom • Kaki club dan • Operasi orthopedi • Vesikouretral
regresi kontraksi, dan urologi refluks dan
kaudal pinggang yang tergantung disfungsi renal
sempit, malformasi dan progresif.
hipoplastik otot komplikasi. • Gangguan
gluteal. berjalan.
• Gangguan
berjalan.
• Paresis
sensorimotor.
• Neurogenik
bladder.
Spina • Peningkatan alpha • Tidak perlu terapi • Gejala
bifida fetoprotein untuk spina bifida neurologis
maternal okulta • Nyeri punggung
• Defek yang besar • Operasi penutupan • Deformitas
dapat disertai defek dan jika orthopedi
gejala neurologis. diperlukan operasi • Gangguan
• Nyeri punggung. shunt fungsi urologi
• Inkontinensia ventrikuloperitoneal
vesika urinaria (karena
atau usus hidrocephalus).
• Paraplegia
• Deformitas spinal
atau tungkai
bawah
Anomali • Asimptomatik, • Tidak memerlukan
tulang deformitas pada terapi.
rusuk bentuk thoraks.
87
Tabel 2.10. Temuan klinis, terapi dan konsekuensi jangka panjang pada malformasi
anorektal penderita VACTERL44.
Temuan klinis Terapi Konsekuensi
Jangka Panjang
• Bayi baru lahir tidak buang • Operasi : • Konstipasi
air besar dalam 24-48 jam o Kolostomi sementara • Inkontinensia
pertama setelah lahir. menunggu operasi
• Anus yang hilang atau anoplasty.
berada di tempat abnormal. o Anoplasty.
• Kotoran keluar melalui
vagina, basis penis, scrotum
atau uretra.
• Perut terlihat kembung.
Tabel 2.11. Anomali kongenital, temuan klinis, terapi dan konsekuensi jangka
panjang pada anomali kardiak penderita VACTERL44
Anomali Temuan klinis Terapi Konsekuensi
Jangka Panjang
VSD • Gejala shunt • Dapat menutup spontan • Sindrom
kiri ke kanan jika defek kecil, jika eisenmanger
atau tidak menutup dapat (shunt kiri ke
asimtomatis dilakukan operasi. kanan menjadi
kanan ke kiri)
ASD • Biasanya • Biasanya tidak • Hipertensi
bergejala ketika memerlukan operasi, pulmonal yang
dewasa sebagai penanganan medis menuju sindrom
gagal jantung. gagal jantung atau eisenmanger .
atrial fibrilasi ketika • Emboli
dewasa. paradoksal.
• Atrial fibrilasi.
PDA • Murmur • Obat : • Tidak ada.
o Prostaglandin
untuk membuatnya
tetap terbuka.
o Indometasin :
untuk menutupnya.
• Penutupan secara
endovaskular.
• Operasi penutupan
(baik dengan klip
ataupun ligasi)
88
Tabel 2.12. Anomali kongenital, temuan klinis, terapi dan konsekuensi jangka
panjang pada atresia esofagus dengan atau tanpa fistula, penderita
VACTERL44
Tabel 2.13. Anomali kongenital, temuan klinis, terapi dan konsekuensi jangka
panjang pada kelainan renal kongenital penderita VACTERL44
Anomali Temuan klinis Terapi Konsekuensi
Jangka Panjang
Agenesis • Jika unilateral • Terapi medis ketika • Hipertensi
renal dan terisolasi, dewasa atau pada sekunder,
(biasanya biasanya akhirnya peningkatan
unilateral) asimtomatis memerlukan resiko infeksi
atau refluks transplantasi ginjal. renal,
vesikouretral nefolithiasis dan
pada ginjal gagal ginjal.
kontralateral
dan kelainan
genitourinari
lainnya
(perempuan)
dan absensi vas
deferens
ipsilateral pada
pria.
89
Tabel 2.14. Temuan klinis, terapi dan konsekuensi jangka panjang pada kelainan
anggota gerak kongenital penderita VACTERL 44
Temuan klinis Terapi Konsekuensi Jangka
Panjang
• Secara fisik terlihat • Fisioterapi. • Disfungsi.
abnormal pada • Operasi rekonstruksi atau
tangan, kaki operasi plastik
maupun jari-
jarinya.
BAB III
RINGKASAN
Tracheoesophageal fistula dan atau Esophageal atresia, Renal anomalies dan Limb
defects. Anomali vertebral adalah salah satu anomali yang paling penting dan
umum yang telah dilaporkan pada kira-kira 60-95% pasien VACTERL. Banyak
kelainan beberapa gen ataupun kromosom yang sering dikaitkan dengan copy
number variations (CNV). Copy number variations (CNV), baik penambahan atau
pengurangan DNA, telah ditemukan pada regio yang biasa terdapat di genom
manusia. CNV yang lebih besar, yang sering timbul de novo, sering dikaitkan
dengan penyakit manusia. Anomali yang diamati dalam asosiasi VACTERL ini
tumpang tindih dengan beberapa kondisi monogenetik yang terkait dengan mutasi
pada gen tertentu. Oleh karena itu perlu kerja sama multidisiplin ilmu dalam
90
91
Tabel 3.1. Ringkasan kelainan vertebra dan tulang rusuk serta temuan modalitas
radiologi 44
Tipe kelainan Modalitas radiologi Temuan pemeriksaan radiologi
vertebra
• USG pre-natal dan • Korpus vertebra yang asimetris
MRI atau defek fokal pada sisi
Defek kolumna vertebra – defek pada
segmentasi dan ossifikasi.
formasi dengan • X-ray / CT scan dan • Sering terlihat vertebra bentuk
skoliosis MRI baji. Langsung mengarahkan ke
kongenital anomali tulang. Pada skoliosis,
tampak kurvatura abnormal
vertebra.
• Tampilan dapat bervariasi karena
berbagai macam tingkat
keparahan regresi. Pada
umumnya :
o Disgenesis atau hipogenesis
korpus vertebra lumbosakral.
o Level atresia biasanya
dibawah lumbal 1.
o Truncated spinal cord yang
terputus di atas level yang
• USG antenatal
diharapkan.
o Penyempitan kanalis spinalis
yang parah.
Sindroma regresi • Tulang sakrum yang tidak ada
kaudal atau hipoplasia, conus terminalis
letak lebih tinggi dari yang
diharapkan, CRL (crown lump
length) kurang dari normal,
anggota gerak fetus dalam posisi
Budha.
• MRI • Berguna untuk evaluasi
keberadaaan stenosis kanal
spinalis, bentuk khas “wedge-
shaped” konus terminalis dapat
terlihat.
• Abdominal X-ray • Cukup baik untuk evaluasi
tulang-tulang secara
anteroposterior.
Spina bifida • USG pre-natal dan • Pusat osifikasi dorsal / pedikel
atau MRI lateral terlihat terentang, elemen
posterior berbentuk huruf V.
92
Tabel 3.4. Ringkasan gambaran radiologi pada anomali atresia esofagus dengan dan
tanpa fistula trakeoesofagus44
Modalitas radiologi Temua radiologis
kelainan organ yang ditemukan dan perlu kerjasama multidisiplin bidang ilmu.
memiliki masa hidup normal tanpa masalah yang mengancam jiwa, namun
1. Misser SK, Mitha TA, Shaik AS. 2013. Neonatal imaging diagnosis. South
6(1):56.
3. Chen Y, Liu Z, Chen J, Zuo Y, Liu S, Chen W, et al. 2016. The genetic
6. Botto LD, Khoury MJ, Mastroiacovo P, Castilla EE, Moore CA, Skjaerven R,
7. Khoury MJ, Cordero JF, Greenberg F, James LM, Erickson JD. 1983. A
8. Brosens E, Eussen H, Van Bever Y, Van Der Helm RM, Ijsselstijn H, Zaveri
HP, et al. 2013. VACTERL association etiology: The impact of de novo and
96
97
10. Solomon BD, Baker LA, Bear KA, Cunningham BK, Giampietro PF, Hadigan
11. Al-Tubaikh J.A., Reiser M.F. 2009. Congenital diseases and syndromes : an
12. Leung M.W.Y., Wong B.P.Y., Fan T.W., Chao N.S.Y., Chung K.W., Kwok
13. Kuo M.F., Tsai Y., Hsu W.M., Chen R.S., Tu Y.K., Wang H.S. 2007. Tethered
14. O’Neill B.R., Yu A.K., Tyler-Kabara E.C. 2010. Prevalence of tethered spinal
16. Kliegman R.M., Stanton B.M.D., Geme J. St., Schor N.F. 2016. Nelson
17. Cassar-Pullicino V.N., Eisenstein S.M. 2002. Imaging in Scoliosis: What, why
18. Errico T., Lonner B., Moulton A. 2009. Radiologic imaging of spinal
20. Alamo L., Meyrat B.J., Meuwly J-Y, Meuli RA, Gudinchet F. 2013. Anorectal
33(2):491–512.
21. Alamo L, Laswad T, Schnyder P, Meuli R, Vial Y, Osterheld M-C, et al. 2010.
22. Calvo-Garcia MA, Kline-Fath BM, Levitt MA, Lim F-Y, Linam LE, Patel MN,
et al. 2011. Fetal MRI clues to diagnose cloacal malformations. Pediatr Radiol.
41(9):1117–28.
https://pedsurg.ucsf.edu/conditions--procedures/anorectal-malformation.aspx
26. Cohen R., Windsor A. 2014. Anus : surgical treatment and pathology. 352 p.
99
27. Standring S. 2008. Gray’s Anatomy : the Anatomical Basis of Clinical Practice.
30. Mann D.L., Zipes D.P., Libby P., Bonow R.O., Braunwald E. 2015.
31. Hryhorczuk A.L., Lee E.Y., Eisenberg R.L. 2013. Esophageal Abnormalities
32. Walters M, Robertson RL. 2017.Pediatric Radiology: The Requisites. Edisi ke-
33. Swischuk LE. 2003. Imaging of the newborn, infant, and young child. Edisi
34. Devos AS, Blickman JG. 2016. Radiological Imaging of the Digestive Tract in
International Publishing.
Publishers. 539 p.
100
36. Barakat AJ, Gil Rushton H. 2016. Congenital Anomalies of the Kidney and
37. Vize P.D., Woolf A.S., Bard J.B.L. 2003. The Kidney: From Normal
38. Ephraim V.R.K., Battula S.R. 2015. Horseshoe kidney: a review article. Int J
39. Rayan G.M., Upton J. 2014. Congenital hand anomalies and associated
40. Laub DR. 2015. Congenital Anomalies of The Upper Extremity : Etiology and
41. Weiner DS. 2004.Pediatric Orthopedics for Primary Care Physicians. Edisi ke-
42. C.R. Bhatt, C.D. Mehta. 2011.Case Report: Congenital Radioulnar Synostosis
India.;60(2):236–8.
43. Khalid S., Faizan M., Alam M., Hassan F., Zaheer S., Khalid M.
47. Kim H., Kim H.S., Moon ES, Yoon C-S, Chung T-S, Song H-T, et al. 2010.
;30(7):1823–42.
48. Luk KDK, Don AS, Chong CS, Wong YW, Cheung KM. 2008. Selection of
49. Malfair D., Flemming A.K., Dvorak M.F., Munk P.L., Vertinsky A.T., Heran
Roentgenol. ;194:S8–22.
50. Watanabe K., Kawakami N., Nishiwaki Y., Goto M., Tsuji T., Obara T., et al.
51. Yochum T.R., Rowe L.J. 2005.Yochum and Rowe’s essentials of skeletal
Wilkins.
52. Errico T.J., Lonner B.S., Moulton A.W. 2009.Surgical management of spinal
53. Grubb S.A., Lipscomb H.J., Coonrad R.W. 1988. Degenerative adult onset
54. Maiocco B., Deeney V.F., Coulon R., Parks P.F. 1997. Adolescent idiopathic
55. Anitha H., Lenke L.G. 2014. Lenke’s Scoliosis Classification Using Image
56. Lenke L.G, Betz R.R, Harms J., Bridwell K.H., Clements D.H., Lowe T.G., et
57. Poretti A., Huisman TAGM. 2016. Neonatal Head and Spine Ultrasonography.
58. Lowe L.H., Johanek A.J., Moore C.W. 2007. Sonography of the Neonatal
Spine: Part 1, Normal Anatomy, Imaging Pitfalls, and Variations That May
59. Kang Y.R., Koo J. 2017. Ultrasonography of the pediatric hip and spine.
Ultrasonography; 36(3):239–51.
61. Lai W.W., Mertens L.L., Cohen M.S., Geva T. 2009. Echocardiography in
Adult. 1-796 p.
62. Hertzberg B.S., Middleton W.D. 2016. Ultrasound : The Requisites. Edisi ke-
103
63. Goethem J.W.M. van, Hauwe L. van den, Parizel P.M, Paul M., Algra P.R.
2007. Spinal imaging : diagnostic imaging of the spine and spinal cord.
Springer; 602 p.
64. Auerbach A.D. 2009. Fanconi anemia and its diagnosis. Mutat Res;668(1–
2):4–10.
65. Herman T.E., Siegel M.J. 2009. Fanconi’s anemia, type A presenting as
30:73.
66. Celli J., van Bokhoven H., Brunner H.G. 2003. Feingold syndrome: clinical
Perinatol ; 24(9):568–70.