Está en la página 1de 31

ANALYSZING FINANCING ACTIVITIES

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA ANALISA LAPORAN


KEUANGAN

OLEH:

MARTHA APRILISA /120110150026

RENI MARRINA /120110150027

DWI LAURAN L./120110150062

PINGKAN KLARA S.G./120110150110

AILEEN LOUISA/120110150112
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaanNya,
penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi para pembaca.
Harapan saya, semoga makalah ini menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami
mohon maaf bila ada kesalahan dan kami berharap para pembaca dapat memberikan masukan
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini kedepannya. Terima kasih.

Bandung, 15 Maret 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (atau selanjutnya disebut ADHI), berawal dari Architecten-
Ingenicureen Annemersbedrijf Associatie Selleen de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V.
(Associatie N.V.), sebuah perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi, dan pada 11 Maret
1960 ditetapkan sebagai PN Adhi Karya.

Dalam tonggak sejarah ADHI, proses nasionalisasi ini menjadi momentum pemacu
pembangunan infrastruktur di Indonesia. Kemudian berdasarkan pengesahan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia, sesuai Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1974, sejak 1 Juni
1974 status PN Adhi Karya berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Adhi
Karya. Di tahun 2004, ADHI menjadi perusahaan konstruksi pertama yang sahamnya tercatat
di Bursa Efek Indonesia. Sejak itu, sebagai Perseroan terbuka, ADHI terdorong untuk
senantiasa memaksimalkan kinerjanya untuk kepentingan setiap pemangku kepentingan,
termasuk bagi kemajuan industri konstruksi Indonesia yang semakin pesat. Dalam menyikapi
semakin ketatnya persaingan industri konstruksi, Perseroan meredefinisi visinya, yaitu
Menjadi Perusahaan Konstruksi Terkemuka di Asia Tenggara. Perseroan juga meluncurkan
tagline “Beyond Construction”, yang maknanya menegaskan motivasi Perseroan untuk
merambah ke bidang usaha lain yang masih terkait dengan bisnis inti Perseroan.

Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekuitas, atau keduanya. Kewajiban
merupakan utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran dimasa
depan dalam bentuk uang, jasa, atau aset lainnya. Kewajiban merupakan klaim pihak luar atas
aset dan sumber daya perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan
atau operasi dan biasanya didahulukan dari pada pemegang ekuitas. Kewajiban pendanaan
merupakan seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel berjangka panjang dan obligasi,
pinjaman jangka pendek, dan sewa.

Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan dalam perusahaan
untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Terdapat dua
sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (pemilik atau pemegang saham) dan
kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi aktivitas pendanaan tergantung
pada kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk
pendanaan. Investor menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian
atas investasi, setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected return)
dan risiko.

Dengan banyaknya prestasi dari PT Adhi Karya, kami berusaha untuk menganalisis aktivitas
pendanaan PT Adhi Karya dengan beberapa macam analisis yang akan kami lakukan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana keadaan debt financing and evaluate dari implikasi menganalisis
aktivitas pendanaan pada PT Adhi Karya?

1.2.2 Bagaimana menganalisis dan mengintepretasikan leases dan implikasi pada


laporan keuangan pada PT Adhi Karya?

1.2.3 Bagaimana menganalisis contigent liabiity dislcosures and risk pada PT Adhi
Karya?

1.2.4 Bagaimana mengidentifikasi off-balance sheet fnancing and risk analysis pada
PT Adhi Karya?

1.2.5 Bagaimana menganalisis capital stock pada PT Adhi Karya?

1.2.6 Bagaimana menganalisis retained earnings dan distribusi deviden pada PT Adhi
Karya?

1.2.7 Bagaimana menganalisis liabilities at the edge of equity pada PT Adhi Karya?

1.2.8 Bagaimana menganalisis postretirement disclosures and assess their

consequences for firm valuation and risk pada PT Adhi Karya?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui dan mengerti keadaan debt financing and evaluate dari impilkasi
menganalisis aktivitas pendanaan pada PT Adhi Karya

1.3.2 Mengetahui dan mengerti menganalisis dan mengintepretasikan leases dan


impilakasi pada laporan keuangan pada PT Adhi Karya?

1.3.3 Mengetahui dan mengerti menganalisis contigent liabiity dislcosures and risk
pada PT Adhi Karya?

1.3.4 Mengetahui dan mengerti mengidentifikasi off-balance sheet fnancing and risk
analysis pada PT Adhi Karya?

1.3.5 Mengetahui dan mengerti menganalisis capital stock pada PT Adhi Karya?

1.3.6 Mengetahui dan mengerti menganalisis retained earnings dan distribusi deviden
pada PT Adhi Karya?

1.3.7 Mengetahui dan mengerti menganalisis liabilities at the edge of equity pada PT
Adhi Karya?

1.3.8 Mengetahui dan mengerti menganalisis postretirement disclosures and assess


their consequences for firm valuation and risk pada PT Adhi Karya?
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Debt Financing and Evaluate its Implications for Analysis

Utang, atau kewajiban keuangan, mengacu pada dana yang telah dipinjam secara eksplisit
oleh perusahaan dari berbagai penyedia modal. Perusahaan dapat meminjam langsung dari
investor dengan menerbitkan surat berharga seperti obligasi yang disebut hutang publik.
Perusahaan juga dapat meminjam dari lembaga keuangan, seperti bank, dalam bentuk
pinjaman yang disebut hutang pribadi. Utang selalu memiliki biaya pinjaman yang eksplisit,
biasanya melalui pembayaran bunga. Inilah sebabnya mengapa kewajiban keuangan juga
disebut kewajiban berbunga.

Hal yang membedakannya dari ekuitas adalah bahwa utang memiliki jangka waktu, artinya,
jumlah pinjaman atau pokok pinjaman harus dilunasi pada saat jatuh tempo. Utang yang
memiliki persyaratan lebih dari satu tahun disebut hutang jangka panjang. Contoh hutang
jangka panjang adalah obligasi, surat hutang, dan surat berharga yang diterbitkan untuk
publik (hutang publik). Di neraca, hutang jangka panjang diklasifikasikan sebagai kewajiban
tidak lancar. Namun, sebagian hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun dari
tanggal neraca diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar dan disebut bagian lancar dari
hutang jangka panjang.

Perusahaan juga meminjam uang dalam jangka pendek. Selain fleksibilitasnya, Pinjaman
jangka pendek menawarkan suku bunga yang lebih rendah daripada hutang jangka panjang.
Namun, pinjaman jangka pendek lebih berisiko karena kebutuhan pembayaran dalam waktu
dekat. Contoh pinjaman jangka pendek adalah revolver, potongan tagihan, dan surat
berharga.

Utang jangka pendek terutama digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan kebutuhan
likuiditas lainnya. Pinjaman jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar dan
disajikan di neraca sebagai item baris yang disebut pinjaman bank, surat berharga, atau
catatan jangka pendek.

Bentuk tidak langsung dari pinjaman jangka panjang adalah leasing. Perusahaan-terutama di
industri tertentu seperti perusahaan penerbangan dan ritel-mengakuisisi sebagian besar aset
mereka melalui sewa.

Dalam hal ini, kami akan mencoba untuk menganalisis financing activities PT ADHI
KARYA pada element debt financing.

Financing activities pada PT ADHI KARYA dalam laporan keuangan nya pada elemen “debt
financing” baik jangka pendek dan jangka panjang adalah :
a. Utang Bank dan Lembaga Keuangan Lain nya
Utang Bank dan Surat Utang Jangka Menengah mengalami peningkatan sebesar Rp 1,7
triliun atau 155, 0 % menjadi 2,8 triliun pada tahun 2016 dari Rp 1,1 triliun pada tahun 2015.
Peningkatan ini terjadi pada PT Adhi Karya disebabkan karena penambahan kredit bank yang
akan digunakan untuk tambahan modal kerja.

b. Utang Obligasi

Obligasi yang diterbitkan dikelompokkan dalam kategori liabilitas keuangan yang diukur
dengan biaya perolehan, diamortisasi sehingga biaya emisi obligasi langsung dikurangkan
dari hasil emisi dalam rangka memperlihatkan hasil emisi neto obligasi tersebut. Selisih
antara hasil emisi neto dengan nilai nominal merupakan diskonto atau premium yang
diamortisasi selama jangka waktu obligasi tersebut dengan metode suku bunga efektif.
Perusahaan telah menerbitkan "Obligasi berkelanjutan I ADHI tahap I Tahun 2012, yaitu :
- Obligasi seri A Dengan Tingkat Bunga Tetap, senilai Rp375.000.000.000 dengan
jangka waktu 5 (lima) tahun dengan suku bunga tetap sebesar 9,35% dengan pembayaran
kupon bunga setiap 3 (tiga) bulan.
- Obligasi Seri B dengan bunga tetap senilai Rp250.000.000.000 dengan jangka waktu
7 (tujuh) tahun dengan suku bunga tetap sebesar 9,8% dengan pembayaran kupon bunga
setiap 3 (tiga) bulan.
Kemudian Perusahaan telah menerbitkan juga Obligasi berkelanjutan I ADHI Tahap II Tahun
2013, yaitu :

- Obligasi seri A Dengan Tingkat Bunga Tetap, senilai Rp125.000.000.000 dengan


jangka waktu 5 (lima) tahun dengan suku bunga tetap sebesar 8,1% dengan pembayaran
kupon bunga setiap 3 (tiga) bulan.

- Obligasi Seri B dengan bunga tetap senilai Rp500.000.000.000 dengan jangka waktu
7 tahun dengan suku bunga tetap sebesar 8,5% dengan pembayaran kupon bunga setiap 3
(tiga) bulan.

Pemeringkatan atas efek utang jangka Panjang (obligasi) dari PT Pefindo yaitu id A (Single
A; Stable Outlook), dan sebagai jaminan adalah piutang/tagihan Perusahaan dari proyek-
proyek dengan nilai nominal 125% dari pokok obligasi. Rencana penggunaan dana yang
diperoleh dari penawaran umum obligasi setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi adalah
sebagai berikut:

- Sebesar Rp375.000.000.000 akan digunakan untuk pelunasan Obligasi IV ADHI


Tahun 2007 yang jatuh tempo tanggal 6 Juli 2012.

- Sisanya akan digunakan untuk pengembangan usaha dan/atau investasi di bidang


usaha properti oleh Perusahaan akan digunakan untuk pembangunan hotel dan/atau
perkantoran dan/atau infrastruktur di kawasan Jabodetabek dan melalui entitas anak, yaitu
APP, dalam bentuk pinjaman komersial dengan bunga yang berlaku saat itu, akan
digunakan untuk pembangunan properti multiguna dikawasan jabodetabek dan/atau real
estat dan/atau pusat perbelanjaan (mal) di Provinsi Riau dan kawasan Jabodetabek.

Jumlah Biaya Emisi Obligasi Berkelanjutan I Tahap I seri A sebesar Rp1.488.750.000 dan
Seri B sebesar Rp992.500.000, diamortisasi setiap bulan sampai dengan jatuh tempo tahun
2017 dan 2019. Jumlah akumulasi amortisasi biaya emisi pada tanggal 31 Desember 2016
dan 31 Desember 2015 masingmasing sebesar Rp1.970.691.566 dan Rp1.538.374.993.

Jumlah Biaya Emisi Obligasi Berkelanjutan I Tahap II seri A sebesar Rp275.780.000 dan
Seri B sebesar Rp1.103.120.000, diamortisasi setiap bulan sampai dengan jatuh tempo tahun
2018 dan 2020. Jumlah akumulasi amortisasi biaya emisi pada tanggal 31 Desember 2016
dan 31 Desember 2015 masingmasing sebesar Rp840.468.705 dan Rp620.504.996.

Sebagai tambahan, Perusahaan diharuskan menjaga rasio-rasio keuangan tertentu, yaitu rasio
aset lancar dan liabilitas lancar tidak kurang dari 1:1, rasio hutang terhadap ekuitas tidak
lebih dari 2.75:1 dan perbandingan EBITDA dengan beban bunga tidak kurang dari 3:1, dan
Pada tanggal 31 Desember 2016, Perusahaan telah memenuhi seluruh rasio-rasio keuangan
tersebut.

c. Utang Sukuk

Sukuk diakui saat Grup menjadi pihak yang terikat dengan ketentuan penerbitan sukuk
mudharabah. Sukuk mudharabah diakui sebesar nilai nominal. Biaya transaksi diakui secara
terpisah dari sukuk mudarabah dan disajikan dalam asset sebagai beban tangguhan, bukan
sebagai pos lawan dari sukuk mudharabah. Biaya transaksi diamortisasi secara garis lurus
selama jangka waktu sukuk mudarabah.
Bagi hasil yang menjadi hak pemilik sukuk mudharabahh diakui sebagai pengurang
pendapatan, bukan sebagai beban. Karena ADHI bukan merupakan entitas syariah, Grup
tidak menyajikan sukuk mudharabahh sebagai dana syirkah temporer yang secara terpisah
dari liabilitas dan ekuitas, tetapi disajikan dalam liabilitas yang terpisah dari liabilitas
lain. Sukuk mudharabah disajikan dalam urutan paling akhir dalam liabilitas.

Perusahaan telah menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I ADHI Tahap I senilai


Rp125.000.000.000 dengan jangka waktu 5 (lima) tahun dengan Pendapatan Bagi Hasil,
Nisbah, Pemegang Sukuk 73,05% dengan pembayaran Pendapatan bagi Hasil setiap 3 (tiga)
bulan, dan sukuk ini akan jatuh tempo tanggal 3 Juli 2017. Pemeringkatan atas efek utang
jangka panjang (obligasi) dari PT Pefindo yaitu id A(sy) (Single A Syariah; Stable Outlook).
Dan sebagai jaminan adalah piutang/tagihan Perusahaan dari proyekproyek dengan nilai
nominal 125% dari Dana Sukuk. Rencana pengunaan dana yang diperoleh dari penawaran
umum sukuk setelah dikurangi biayabiaya emisi akan digunakan sebagai pembayaran
kembali Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007 yang jatuh tempo pada tanggal 6 Juli 2012.
Perusahaan juga telah menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I ADHI Tahap II
Tahun 2013 senilai Rp125.000.000.000 dengan jangka waktu 5 (lima) tahun dengan
Pendapatan Bagi Hasil, Nisbah Pemegang Sukuk 63,28% dengan pembayaran Pendapatan
bagi Hasil setiap 3 (tiga) bulan, dan sukuk ini akan jatuh tempo tanggal 15 Maret 2018.
3.2 Menganalisis dan Mengintepretasikan Leases dan Implikasi pada Laporan
Keuangan

Leasing/Sewa adalah bentuk pembiayaan yang populer. Sewa adalah kontrak kesepakatan
antara lessor (pemilik) dan lessee (penyewa). Ini memberi lessee hak untuk menggunakan
aset, dimiliki oleh lessor, untuk jangka waktu sewa. Sebagai gantinya, penyewa membuat
pembayaran sewa, yang disebut pembayaran sewa minimum (atau MLP). Persyaratan sewa
mewajibkan lessee untuk melakukan serangkaian pembayaran selama jangka waktu tertentu.
Penyewa mengklasifikasikan dan menyisihkan sewa sebagai capital lease jika, pada awal,
sewa memenuhi salah satu dari empat kriteria: (1) sewa mentransfer kepemilikan dari
properti kepada lessee pada akhir masa sewa; (2) sewa tersebut mengandung pilihan untuk
membeli properti dengan harga murah; (3) masa sewa adalah 75% atau lebih perkiraan umur
ekonomis properti; atau (4) nilai minimum saat ini pembayaran sewa (MLP) pada awal masa
sewa adalah 90% atau lebih dari nilai wajar nilai properti sewaan. Sewa dapat
diklasifikasikan sebagai sewa operasi hanya jika tidak satupun kriteria ini terpenuhi
Perusahaan sering secara efektif menyusun sewa guna usaha dapat diklasifikasikan sebagai
sewa operasi. Beberapa waktu nanti berdasarkan US GAAP dan IFRS, semua sewa harus
diperhitungkan sebagai capital lease. Standar ini akan menghilangkan salah satu bentuk
pembiayaan off-balance sheet yang paling penting.

Leasing pada PT Adhi Karya

Akun sewa atau leasing tidak ditampilkan secara langsung dilaporan keuangan, melainkan
terlihat pada detail akun biaya dibayar dimuka. Dituliskan bahwa perusahaan membayar
biaya dimuka untuk penyewaan tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut tentang ketentuan sewa
tersebut bagaimana. Leasing diatas temasuk leasing operating karena akan masuk dalam
beban sewa bila sewa sudah dipakai oleh perusahaan. Penjelasan lain tentang leasing tidak
ditemukan pada Laporan Keuangan PT Adhi Karya.
Dampak operating lease terhadap laporan keuangan sebagai berikut:
● operating lease mengecilkan kewajiban dengan menjaga pembiayaan sewa. Juga
meningkatkan dampak rasio solvabilitas (kemampuan bayar utang panjang) yang
sering digunakan dalam analisis kredit.
● Sewa operasi mengecilkan aset. Hal ini dapat mengembang baik laba atas investasi
dan rasio perputaran aset.
● Sewa operasi menunda pengakuan beban dibandingkan dengan sewa modal. Ini
berarti sewa operasi meningkatkan pendapatan pada masa awal sewa tapi
mengecilkan pendapatan di akhir masa sewa.
● Sewa operasi mengecilkan kewajiban lancar dengan mempertahankan bagian lancar
pembayaran pokok dari neraca. Ini mengembang rasio lancar dan lainnya ukuran
likuiditas
● Sewa operasi termasuk bunga dengan sewa sewa (biaya operasi). Karena itu,sewa
operasi mengecilkan pendapatan dan beban bunga. Ini meningkatkan rasio cakupan
bunga seperti waktu bunga yang diperoleh

Sehingga dapat dipahami dari dampak diatas, bila operating lease dialihkan menjadi
financing lease dampak diatas tidak terjadi bahkan mungkin dapat terjadi kebalikannya.
Tetapi pada PT Adhi Karya tidak ditemukan operating lease yang cukup banyak, sehingga
mungkin efek yang dialami tidak terlalu signifikan.

3.3 Contigent Liability Dislcosures and Risk

Kewajiban kontijensi adalah kewajiban yang tergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya
satu atau lebih kewajian masa depan untuk meneguhkan jumlah hutangnya, pihak yang
dibayarkan, tanggal pembayaran, atau keberadaannya. Kontijensi didefinisikan sebagai
kondisi situasi atau serangkaian situasi yang ada melibatkan ketidakpastian mengenai
keuntungan (kontijensi keuntungan) atau kerugian (kontijensi kerugian) bagi perusahaan
yang akhirnya akan diselesaikan apabila satu atau lebih kejadian masa depan terjadi atau
tidak terjadi. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian disebut kerugian kontijensi.
Suatu kontijensi kerugian harus diakrualkan dengan pembebanan ke beban (pengeluaran) dan
suatu kewajiban akan dicatat hanya jika dua kondisi ini memenuhi.

Kondisi yang pertama adalah informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan
menunjukan bahwa kemungkian besar suatu kewajib telah terjadi pada tanggal laporan
keuangan. Kondisi yang kedua adalah jumlah kerugian yang diestimasi dengan layak. Siapa
yang sebenarnya harus dibayar atau tanggal pembayaran yang tepat tidak perlu diketahui
untuk mencatat suatu kewajiban. Apa yang harus diketahui adalah apakah ada
kemungkian besar bahwa suatu kewajiban telah terjadi.

- Perkara pengadilan, tuntutan dan pengenaan


Faktor-faktor berikut ini yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah suatu
kewajiban harus dicatat berkenaan dengan perkara pengadilan yang ditunda atau mengancam
dan tuntutan atau pengenaan yang sebenarnya atau yang mungkin adalah sebagai berikut:
1. Periode waktu dimana terjadi penyebab dasar dari tindakan
2. Kemungkinan dari suatu hasil yang tidak menguntungkan
3. Kemampuan untuk membuat taksiran yang layak atas jumlah kerugian
Berkenaan dengan gugatan yang belum diajukan dan klaim dan pengenaan yang belum
dinyatakan, perusahaan harus menentukan tingkat probabilitasnya bahwa gugtan tersebut
akan diajukan atau pengenaan yang diteguhkan dan probabilitas dari hasil yang
menguntungkan.

- Pengungkapan kontijensi kerugian


Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan perusahaan perusahan
dapat membebankan kedalam beban dan hutang perusahaan.
- Biaya garansi dan jaminan
Jaminan/Garansi Produk (warranty or product guarantee) adalah suatu janji yang dibuat
oleh penjual kepada pembeli untuk meperbaiki kekurangan dalam kuantitas, kualitas, atau
kerja suatu produk. Garansi ini biasanya digunakan oleh perusahaan sebagai teknik promosi
penjualan. Jaminan dan garansi adakalanya diiringi dengan biaya dimasa yang akan datang
atau biasa disebut biaya purna jual

Contigent Liability pada PT Adhi Karya


3.4 Off-Balance Sheet Fnancing and Risk Analysis

Off-Balance Sheet adalah transaksi yang terjadi dalam perusahaan, tetapi karena menurut
aturan, baik aturan prinsip maupun aturan lainnya tidak dimasukkan dalam neraca atau lebih
boleh dicatat dalam proses akuntansi. Transaksi ini biasanya menyangkut transaksi kas atau
transaksi instrument keuangan lainnya yang belum direalisasi, misalnya:
● Giro yang belum jatuh tempo
● Hak untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya misalnya kredit yang belum
digunakan
● Hak menukarkan aset keuangan lainnya yang lebih menguntungkan
● Perjanjian-perjanjian yang belum terjadi tetapi sudah ada kontrak
Selain hal-hal diatas, off-balance sheet kadang digunakan untuk “mempercantik” laporan
keuangan. Seperti yang diketahui, salah satu indikator dari solvabilitas adalah banyaknya
utang dibandingkan dengan modal, baik modal keseluruhan atau hanya modal saja. Jumlah
utang yang semakin banyak membawa perusahaan pada kondisi, antara lain risiko
kebangkrutan yang semakin tinggi dan beban bunga yang semakin besar. Jika demikian,
maka perusahaan akan kesulitan untuk mendapatkan tambahan modal dari investor karena
tidak ada yang mau berinvestasi di perusahaan tersebut. Salah satu cara untuk melakukan hal
ini adalah dengan menggunakan operating lease. karena dengan operating lease perusahaan
tidak perlu memasukkan operating lease ke dalam balance sheet sehingga balance sheet bisa
menjadi lebih baik daripada yang sebenarnya.
Dengan demikian perusahaan tidak mempunyai insentif untuk melaporkan utang lebih
banyak, manajemen dapat melihat celah untuk mengatasi hal tersebut pada perjanjian sewa
(lease). Pada sisi yang lain, analis mempunyai masalah komparabilitas pada saat
membandingkan dua perusahaan dengan perlakuan akuntansi yang berbeda.
Setelah kami menganalisis laporan keuangan PT Adhi Karya di tahun 2014-2016, kami tidak
menemukan adanya akun off-balance sheet pada laporan keuangan tersebut.

3.5 Capital Stock

Reporting of Capital Stock


Pelaporan stok modal mencakup penjelasan perubahan jumlah modal saham.
Berikut merupakan informasi modal saham yang dimiliki PT Adhi Karya pada tahun 2016

Sumber kenaikan modal saham beredar PT Adhi Karya:

❖ Stock Issuance
➢ Penerbitan 1.759.529.376 lembar saham di tahun 2015
➢ Pada tahun 2016 tidak ada saham baru yang diterbitkan
➢ Perusahaan menerbitkan Surat Berharga Jangka Menengah (Medium Term
Note) Tahap 3 sebesar Rp100.000.000.000 dengan jangka waktu 3 tahun
sampai dengan 23 Januari 2018, tingkat bunga 12% per tahun dan denda 1%.
❖ Conversion of debentures and preferred stock
Pada tahun 2016 PT Adhi Karya tidak melakukan konversi surat hutang maupun
saham preferen.
❖ Issuances pursuant to stock options and warrants exercised

Sumber penurunan modal saham PT Adhi Karya:

- Conversion of debentures and preferred stock


PT Adhi karya melakukan konversi utang menjadi saham baru atas piutangnya kepada
PT Semesta Marga Raya atas pembangunan jalan tol Kanci Pejagan
TREASURY STOCK

Treasury Stock adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran untuk sementara
waktu. Pembelian kembali saham yang beredar sebagai treasury stock bisa terjadi karena
beberapa alasan, yaitu :

● Untuk menaikkan harga pasar saham


● Akan dijual kembali pada karyawan perusahaan
● Akan dibagikan sebagai dividen
● Untuk menukar surat-surat berharga perusahaan lain
Treasury stock PT Adhi Karya dalam rupiah dilihat dari laporan perubahan ekuitas tahun
2016 adalah sebesar Rp 2.713.893.327.148
Classification of Capital Stock

Saham modal (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada pemegang saham
ekuitas sebagai pembayaran aktiva dan jasa. Berikut merupakan jenis saham modal PT Adhi
Karya yakni Authorized capital, Shares Subscribed and Paid Up Capital, Additional Paid in
Capital dengan nominal seperti dibawah ini.

Sementara itu Preferred Shares dari PT Adhi Karya pada tahun 2016 adalah 14.000 Saham
Prioritas.

Retained Earnings
Saldo laba(retained earning) merupakan modal yang dihasilkan sebuah perusahaan. Akun
saldo laba mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang tidak dibagikan sejak berdirinya
perusahaan. Berikut merupakan saldo Retained Earnings PT Ahi Karya.

Cash and Stock Dividends


Deviden tunai (cash deviden) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham
Deviden ini merupakan deviden umum dan saat di umumkan menjadi kewajiban bagi
perusahaan. Deviden yang dibagikan kepada pemegang saham oleh PT Adhi Karya pada
tahun 2016 adalah sebesar Rp 93.386.215.189 atau sebesar 20 %

Jenis deviden yang lain ialah deviden no-tunai atau deviden properti, deviden ini terutang
dalam bentuk barang atau bentuk saham perusahaan lain. Deviden saham (stock deviden)
adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri kepada pemegang saham secara proposional.
Dividen ini menggambarkan kapitalisasi saham secara permanen.pemegang saham menerima
saldo laba ke
akun modal.
PT Adhi Karya sendiri tidak memberikan deviden non tunai hanya dalam bentuk cash
devidends,

Spin-Offs and Split-Offs


Pembagian anak perusahaan kepada pemegang saham dapat mengambil satu dari
dua bentuk berikut:
- Spin-off yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada pemegang saham sebagai
deviden aset(investasi dalam anak perusahaan ) dikurangi sebagai saldo laba.
- Split-off yaitu pertukaran saham anak perusahaan yang dimiliki oleh para pemegang
saham ;aset(investasi anak perusahaan) dikurangi dan saham yang diterima dari
pemegang saham di perlakukan sebagia saham yang di tarik kembali PT Adhi Karya
tidak melakukan aktivitas spin-off maupun split-off.

Accumulated Other Comprehensive Income


Perubahan nilai tercatat aset dan kewajiban tertentu (keuntungan atau kerugian yang belum
direalisasi)tidak termasuk sebagai bagian dari laba bersih. Sebaliknya, mereka secara terpisah
disertakan sebagai bagian dari Pendapatan komprehensif lainnya, yang kemudian
ditambahkan ke laba bersih untuk menentukan komprehensif pendapatan.

Beberapa item yang termasuk dalam pendapatan komprehensif lainnya pada PT Adhi Karya
adalah:

- Grup menghitung jumlah penurunan nilai berdasarkan selisih antara nilai terpulihkan
atas investasi pada entitas asosiasi dan nilai tercatatnya dan mengakuinya dalam
laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
- Jika penurunan dalam nilai wajar atas asset keuangan tersedia untuk dijual telah
diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan terdapat bukti objektif bahwa aset
tersebut mengalami penurunan nilai, maka kerugian kumulatif yang sebelumnya
diakui dalam penghasilan komprehensif lain direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi
sebagai penyesuaian reklasifikasi meskipun asset keuangan tersebut belum dihentikan
pengakuannya.
- Perubahan nilai wajar efek moneter yang didenominasikan dalam mata uang asing
yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual dianalisa antara selisih pejabaran
yang timbul dari perubahan biaya perolehan diamortisasi efek dan perubahan nilai
tercatat efek lainnya. Selisih penjabaran terkait dengan perubahan biaya perolehan
diamortisasi diakui di dalam laporan laba rugi, dan perubahan nilai tercatat lainnya
diakui pada laba komprehensif lainnya
Book Value per Share
1. Perhitungan Nilai Buku Perlembar Saham

Nilai buku perlembar saham adalah angka perlembar yang bersal dari likuidasi perusahaan
pada jumlah yang dilaporkan dalan neraca .
Book value per share = jumlah ekuitas / jumlah saham yang beredar
= 5.433.255.964.960 / 3.560.849.376
= 1525.83145
Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis keuangan, aplikasinya meliputi:
● Nilai buku, dengan potensial penyesuiaan, sering sekali digunakan dalam penilaian
kesepakatan merger
● Analisis perusahaan dengan komposisi besar aset likuid (ilustrasi keuangan, investasi,
asuransi,dan bank ) sangat bergantung pada nilai buku
● Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat memerlukan penutupan
aset (asset coverge)

3.6 Retained Earnings dan Distribusi Dividen

Akumulasi laba ditahan merupakan saldo akumulasi laba setelah dikurangi dividen dan
pembetukan cadangan sesuai keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

pada PT ADHI KARYA, Jumlah Ekuitas Perseroan meningkat sebesar Rp280,6 miliar atau
5,4% menjadi Rp5,4 triliun dari Rp5,2 triliun di tahun 2015. Hal ini disebabkan terutama oleh
Retained Earnings yang Ditentukan Penggunaannya pada akhir tahun sebesar Rp1,8 triliun,
meningkat Rp356,2 miliar atau setara 24,5% dari Rp1,4 triliun pada tahun 2015.
Kebijakan Dividend dan jumlah dividend

Dalam menentukan kebijakan pembagian dividen, manajemen mempertimbangkan tingkat


pertumbuhan ke depan dan rencana ekspansi perusahaan tanpa mengurangi hak dari RUPS
perseroan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku. Sehingga baik di tahun 2016 maupun 2015, manajemen
mengeluarkan kebijakan pembagian dividen sebanyak-banyaknya sebesar 20%.

Berdasarkan kepada RUPS tahunan pada tanggal 8 April 2016, pembagian dividen yang
disetujui sesuai dengan kebijakan Direksi sebesar 20,0% dari Laba Bersih Tahun 2015 yang
mencapai Rp463,7 miliar, sehingga dividennya bernilai Rp93,4 miliar (atau Rp26,2/saham)
dan telah dibayarkan di kuartal kedua tahun 2016. Tanggal pengumuman dividen yang
ditetapkan oleh ADHI adalah pada 12 April 2016, sementara tanggal pembayaran dividen
kepada para pemegang saham adalah pada tanggal 12 Mei 2016.

Sedangkan untuk tahun 2015, ADHI menerapkan kebijakan pembagian dividen sebesar
20,0% dari Laba Bersih tahun buku 2014 sebesar Rp329,1 miliar, yaitu sebesar Rp64,8 miliar
(Rp36,0/saham) yang telah dibayarkan pada kuartal kedua tahun 2015. Tanggal pengumuman
dividen yang ditetapkan oleh ADHI adalah pada 24 Maret 2015, sementara tanggal
pembayaran dividen kepada para pemegang saham adalah pada tanggal 22 April 2015.

3.7 Liabilities at The Edge of Equity

Terkadang, perusahaan menerbitkan debt yang bisa dikonversikan menjadi saham saat
maturity. Debt seperti itu disebut convertible debt. Convertible debt memberikan opsi kepada
pemegang hutang untuk mengonversikan hutang tersebut menjadi saham. Tetapi, konversi
akan terjadi hanya jika harga share lebih tinggi dibandingkan harga konversi pada waktu
maturity.

Perusahaan seringkali menerbitkan obligasi dengan garansi. Garansi ini meyakinkan


perusahaan untuk membeli underlying stock issuer pada harga yang pasti sampai tanggal
ekspirasi, mirip dengan call option. Hal ini berbeda dengan convertible debt karena obligasi
dan garansi merupakan sekuriti yang terpisah. Perlakuan akuntansi yang didapatkan oleh
garansi mirip dengan convertible bonds.

Setelah kami menganalisis laporan keuangan PT Adhi Karya tahun 2014-2016, kami tidak
menemukan liability at the edge or equity, atau bisa dikatakan convertible debt.

3.8 Postretirement Disclosures and Assess their Consequences for Firm Valuation and
Risk
Pemberi kerja sering memberikan keuntungan bagi karyawannya setelah pensiun. Manfaat
datang dalam dua bentuk:

(1) manfaat pensiun, dimana atasan menjanjikan keuntungan moneter kepada karyawan
setelah pensiun, dan

(2) masa pensiun lainnya Imbalan kerja (OPEB), di mana pemberi kerja memberi yang lain
(biasanya nonmoneter) setelah masa pensiun - terutama perawatan kesehatan dan asuransi
jiwa.

Amandemen PSAK No. 24: Imbalan Kerja tentang Program Imbalan Pasti: Iuran Pekerja.
PSAK 24 meminta entitas untuk memperhatikan iuran dari pekerja atau pihak ketiga ketika
memperhitungkan program manfaat pasti. Ketika iuran tersebut sehubungan dengan jasa,
harus diatribusikan padaperiode jasa sebagai imbalan negatif. Amandemen ini
mengklarifikasi bahwa, jika jumlah iuran tidak bergantung pada jumlah tahun jasa, entitas
diperbolehkan untuk mengakui iuran tersebut sebagai pengurang dari biaya jasa dalam
periode ketika jasa terkait diberikan, daripada alokasi iuran tersebut pada periode jasa

PT Adhi Karya memberi karyawannya imbalan pension dalam bentuk dana pension yakni
berupa keuntungan moneter dengan kriteria sebagai berikut :

- Usia pensiun normal 55 tahun

- Nilai kini liabilitas pascakerja tergantung pada beberapa faktor yang ditentukan
dengan dasar aktuarial berdasarkan beberapa asumsi. Asumsi yang digunakan untuk
menentukan liabilitas imbalan pasca kerja pensiun neto mencakup tingkat diskonto dan
tingkat kenaikan gaji. Perubahan asumsi ini akan mempengaruhi jumlah tercatat imbalan
pasca kerja. Jumlah beban imbalan kerja yang diakui dalam laba rugi konsolidasian
adalah sebagai berikut:
- Pendanaan atas imbalan pensiun dilakukan baik oleh karyawan maupun Group dengan
jumlah iuran masing-masing 5% dan 14,5% dari gaji karyawan peserta program pensiun.
Dana iuran pensiun ini dikelola oleh Yayasan Bina Adhi Sejahtera. Kepesertaan karyawan
pada program pensiun ini bersifat sukarela.

- Uang Muka Persiapan Pensiun (UMPP) yakni bagi karyawan tetap yang memasuki
usia pensiun, Group memberikan imbalan pesangon yang sejumlah 24 kali gaji mengacu
pada Undang- Undang No. 13/2003 pasal 167 ayat 2 dan pasal 156.
Jumlah beban imbalan kerja yang diakui dalam laba rugi konsolidasian adalah sebagai
berikut:

Rincian beban imbalan kerja yang diakui pada penghasilan komprehensif lain adalah
sebagai berikut:

- Bagi karyawan tetap yang tidak ikut serta dalam program pensiun, maka pada saat
memasuki usia pensiun, Grup memberikan imbalan pesangon yang jumlahnya mengacu
pada Undang-Undang No. 13/2003 pasal 167 ayat 2 dan pasal 156. Pada posisi 31
Desember 2016 dan 31 Desember 2015, jumlah karyawan aktif yang berhak atas imbalan
ini masing-masing berjumlah 1.347 dan 1.359 orang
Pension Risk Exposure

Rencana pensiun dapat mengekspos perusahaan untuk risiko signifikan. Risiko ini muncul
sampai sejauh ini yang merencanakan aset memiliki profil risiko yang berbeda dari kewajiban
pensiun - khususnya,ketika perubahan nilai pasar aset program tidak berkorelasi dengan
perubahan dalam nilai kewajiban pensiun.

Analisa risiko oleh PT Adhi Karya :

- Risiko Investasi Investment Risk


Nilai kini kewajiban imbalan pasti pension kesehatan dihitung menggunakan tingkat diskonto
yang ditetapkan dengan mengacu pada imbal hasil obligasi korporasi berkualitas tinggi; jika
pengembalian aset program dibawah tingkat tersebut, hal itu akan mengakibatkan deficit
program. Saat ini program tersebut memiliki investasi yang relative seimbang pada efek
reksadana dan saham, instrumen utang dan lainnya. Karena sifat jangka panjang dari liabilitas
program, dewan dana pensiun perlu menetapkan bahwa bagian wajar dari aset program harus
diinvestasikan pada efek reksadana dan saham dan obligasi untuk meningkatkan imbal hasil
yang dihasilkan oleh dana.
- Risiko Tingkat Bunga Interest risk
Penurunan suku bunga obligasi akan meningkatkan liabilitas program; namun, sebagian akan
di offset (saling hapus) oleh peningkatan imbal hasil atas investasi instrumen utang.
- Risiko Gaji Salary risk
Nilai kini kewajiban imbalan pasti dihitung dengan mengacu pada gaji masa depan peserta
program. Dengan demikian, kenaikan gaji peserta program akan meningkatkan liabilitas
program itu.
BAB III

KESIMPULAN
Aktivitas pendanaan PT Adhi Karya ada dari unsur, yang pertama dari utang :

1. Utang Bank dan Lembaga Keuangan Lain nya, Utang Bank dan Surat Utang Jangka
Menengah mengalami peningkatan sebesar Rp 1,7 triliun atau 155, 0 % menjadi 2,8
triliun pada tahun 2016 dari Rp 1,1 triliun pada tahun 2015. Peningkatan ini terjadi
pada PT Adhi Karya disebabkan karena penambahan kredit bank yang akan
digunakan untuk tambahan modal kerja.
2. Utang Obligasi, Perusahaan telah menerbitkan "Obligasi berkelanjutan I ADHI tahap
I Tahun 2012, yaitu :
Obligasi seri A Dengan Tingkat Bunga Tetap, senilai Rp375.000.000.000
dengan jangka waktu 5 (lima) tahun dengan suku bunga tetap sebesar 9,35% dengan
pembayaran kupon bunga setiap 3 (tiga) bulan.

Obligasi Seri B dengan bunga tetap senilai Rp250.000.000.000 dengan jangka


waktu 7 (tujuh) tahun dengan suku bunga tetap sebesar 9,8% dengan pembayaran
kupon bunga setiap 3 (tiga) bulan.

3. Utang Sukuk, Perusahaan telah menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I


ADHI Tahap I senilai Rp125.000.000.000 dengan jangka waktu 5 (lima) tahun
dengan Pendapatan Bagi Hasil, Nisbah, Pemegang Sukuk 73,05% dengan
pembayaran Pendapatan bagi Hasil setiap 3 (tiga) bulan, dan sukuk ini akan jatuh
tempo tanggal 3 Juli 2017. Pemeringkatan atas efek utang jangka panjang (obligasi)
dari PT Pefindo yaitu id A(sy) (Single A Syariah; Stable Outlook). Dan sebagai
jaminan adalah piutang/tagihan Perusahaan dari proyekproyek dengan nilai nominal
125% dari Dana Sukuk. Rencana pengunaan dana yang diperoleh dari penawaran
umum sukuk setelah dikurangi biayabiaya emisi akan digunakan sebagai pembayaran
kembali Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007 yang jatuh tempo pada tanggal 6
Juli 2012. Perusahaan juga telah menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I
ADHI Tahap II Tahun 2013 senilai Rp125.000.000.000 dengan jangka waktu 5
(lima) tahun dengan Pendapatan Bagi Hasil, Nisbah Pemegang Sukuk 63,28% dengan
pembayaran Pendapatan bagi Hasil setiap 3 (tiga) bulan, dan sukuk ini akan jatuh
tempo tanggal 15 Maret 2018.
Leasing pada PT Adhi Karya :

Akun sewa atau leasing tidak ditampilkan secara langsung dilaporan keuangan, melainkan
terlihat pada detail akun biaya dibayar dimuka. Dituliskan bahwa perusahaan membayar
biaya dimuka untuk penyewaan tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut tentang ketentuan sewa
tersebut bagaimana. Leasing diatas temasuk leasing operating karena akan masuk dalam
beban sewa bila sewa sudah dipakai oleh perusahaan. Penjelasan lain tentang leasing tidak
ditemukan pada Laporan Keuangan PT Adhi Karya.
Dalam off-balance sheet, Setelah kami menganalisis laporan keuangan PT Adhi Karya di
tahun 2014-2016, kami tidak menemukan adanya akun off-balance sheet pada laporan
keuangan tersebut.

kebijakan deviden dan jumlah pembagian, berdasarkan kepada RUPS tahunan pada tanggal 8
April 2016, pembagian dividen yang disetujui sesuai dengan kebijakan Direksi sebesar 20,0%
dari Laba Bersih Tahun 2015 yang mencapai Rp463,7 miliar, sehingga dividennya bernilai
Rp93,4 miliar (atau Rp26,2/saham) dan telah dibayarkan di kuartal kedua tahun 2016.
Tanggal pengumuman dividen yang ditetapkan oleh ADHI adalah pada 12 April 2016,
sementara tanggal pembayaran dividen kepada para pemegang saham adalah pada tanggal 12
Mei 2016.

Sedangkan untuk tahun 2015, ADHI menerapkan kebijakan pembagian dividen sebesar
20,0% dari Laba Bersih tahun buku 2014 sebesar Rp329,1 miliar, yaitu sebesar Rp64,8 miliar
(Rp36,0/saham) yang telah dibayarkan pada kuartal kedua tahun 2015. Tanggal pengumuman
dividen yang ditetapkan oleh ADHI adalah pada 24 Maret 2015, sementara tanggal
pembayaran dividen kepada para pemegang saham adalah pada tanggal 22 April 2015.
REFERENSI
Annual report PT Adhi Karya tahun 2016

Annual report PT Adhi Karya tahun 2015

También podría gustarte