Está en la página 1de 10

Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3

ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG

Gustina Siregar
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Email : siregar.gustina@yahoo.com

Abstract
Study the feasibility analysis and development strategy cattle business was conducted to
determine the feasibility and development strategy cattle business. The results obtained by the availability
of inputs (seeds, enclosures, modern equipment and labor) at the study site. Economically viable cattle
business was developed with revenues of Rp 32,274,213 per year with a B / C ratio of 2.03. Development
strategy is to improve production and quality (weight) together with livestock agencies.
Key words: feasibility, cattle beef cattle, strategy, development

Abstrak
Penelitian analisis kelayakan dan strategi pengembangan usaha ternak sapi potong dilakukan
untuk mengetahui tingkat kelayakan dan strategi pengembangan usaha ternak sapi potong. Hasil
penelitian diperoleh ketersediaan input (bibit, kandang, peralatan modern dan tenaga kerja) di lokasi
penelitian. Secara ekonomi usaha ternak sapi potong layak dikembangkan dengan pendapatan Rp
32.274.213 per tahun dengan B/C Ratio 2,03. Strategi pengembangan adalah meningkatkan produksi dan
mutu (bobot) ternak sama dengan agen penyalur.
Kata kunci : kelayakan, ternak sapi potong, strategi, pengembangan

A. PENDAHULUAN sehingga setiap tahun mendapat tambahan akhir


Pembangunan sub-sektor peternakan positif2.
merupakan bagian dari pembangunan sektor Pembanguna peternakan ditujukan untuk
pertanian, yang memiliki nilai strategis dalam meningkatkan produksi hasil ternak yang
memenuhi kebutuhan pakan yang terus sekaligus meningkatkan pendapatan peternak,
meningkat atas bertambahnya jumlah penduduk mencipatakan lapangan pekerjaan serta
Indonesia, peningkatan rata – rata pendapatan meningkatakan populasi dan mutu genetic
penduduk Indonesia, taraf hidup petani dan ternak. Dalam pelaksanaannya dilakukan
nelayan. Keberhasilan pembanguna tersebut dengan cara panca usaha ternak itu ditingkatkan
ternyata berdampak pada perubahan konsumsi pengadaan bibit, ternak, bibit rumput, obat-
masyarakat yang semula lebih banyak obatan dan vaksin, kredit dan penyuluhan3.
mengkonsumsi karbohidrat kea rah konsumsi Di kabupaten Deli Serdang dengan
seperti daging, telur dan susu. Lebih lanjut ketersediaan lahan potensi pertanian yang
dijelaskan bahwa permintaan akan telur dan tersedia cukup baik dan sangat potensial untuk
daging ayam dalam negeri saat ini telah dapat dikembangkan ternak sapi potong.Namun yang
dipenuhi oleh produksi local, akan tetapi susu perlu mendapat perhatian bahwa dengan kondisi
dan daging sapi masih memerlukan pasokan perkembangan areal tanama komoditas padi dan
dari luar negeri. Berbagai usaha pembangunan palawija, nampakanya wilayah ini sudah
peternakan telah diupayakan oleh pemerintah mengalami stagnasi, amak apabila wilayah ini
sampai ke pelosok daerah namun masih terdapat dijadikan areal pengembangan sapi potong perlu
kekurangan produksi yang akan mensuplay diperhatikan adanya kontinuitas ketersedian
kebutuhan penduduk Indonesia akan protein dan pakan. Lebih – lebih dalam pengembangan
hewani1. ternak sapi potong yang sepenuhnya
Kondisi peternakan sapi potong saat ini mengandalkan limbah pertanian dimasa
masih mengalami kekurangan pasokan sapi mendatang dan tentu perlu dipertimbangkan
bakalan local karena pertambhahan populasi adanya system penyangga atau buffer stock
tidak seimbang dengan kebutuhan nasional, kebutuhan pakan.
sehingga terjadi impor sapi potong bakalan dan Ternak sapi, khususnya sapi potong
daging. Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat merupakansalah satu sumber daya penghasil
ini dipasok dari tiga pemasok yaitu : peternak bahan makanan berupa daging yang memiliki
rakyat (ternak local), industri peternakan rakyat nilai ekonomis yang tinggi, dan penting artinya
(hasil penggemukan sapi ex-import) dan impor di dalam kehidupan masyarakat. Sebab seekor
daging. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk atau sekelompok ternak sapi dapat
tetap menjaga keseimbangan antara penawaran menhgasilkan berbagai macam kebutuhan,
dan permintaan ternak potong, usaha peternakan terutama sebagai bahan makanan berupa daging,
rakyat tetap menjadi tumpuan utama, namun susu, disamping ikutan lainnya seperti pupuk
tetap menjaga kelestarian sumberdaya ternak kandang, kulit, tulang, dan lain sebagainya.

192
Gustina Siregar

Daging sangat besar manfaatnya bagi Faktor tenaga kerja bersama – sama
pemulihan gizi berupa protein hewani.Sapi dengan faktor produksi yang lain, bila
merupakan hewan pemakan rumput yang sangat dimanfaatkan secara optimal akan dapat
berperan sebagai pengumpul bahan bergizi meningkatkan produksi secara maksimal. Setiap
rendah yang diubah menjadi bahan bergizi penggunaan tenaga kerja produktif hamper
tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia selalu dapat meningkatkan produksi10.
dalam bentuk daging4. Pemberian pakan sapi yang terbaik
Memelihara sapi sangat menguntungkan, adalah kombinasi antara pengembalaan dan
karena tidak hanya menhgasilkan daging atau keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan
susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu hijauan segar,
dan sebagai potensi tenaga kerja. Sebagai hijauan kering dan silase. Macam hijauan segar
penghasil daging, persentase karkas (bagian adalah rumput – rumputan, kacang – kacangan
yang dapat di makan) cukup tinggi yaitu 45% - dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik
55%5. pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja
Ternak sapi bermanfaat lebih luas dan (king grass), daun turi, daun lamtoro.Setiap hari
bernilai ekonomis lebih besar dari pada ternak sapi memerlukan pakan kira – kira sebanyak
lain. Usaha ternak merupakan usaha yang lebih 10% dari berat badannya dan juga pakan
menarik sehingg mudah merangsang tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum
pertumbuhan usaha. Sebaliknya hewan ternak tamabahan berupa dedak halus atau bekatul,
yang nilai manfaat dan ekonominya rendah pasti bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu yang
akan terdesak mundur dengan sendirinya. Hal diberikan dengan cara dicampurkan dalam
ini bisa dibuktikan dari perkembangan ternak rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat
sapi di Indonesia lebih maju dari pada ternak ditambah mineral sebagai penguat berupa garam
besar atau ternak kecil lainnya seperti kerbau, dapur, kapus.Pakan sapi dalam bentuk
babi, domba dan kambing.Manfaat sapi yang campuran dengan jumlah dan perbandingan
luas dan nilai ekonominya yang tinggi dapat tertentu dikenal dengan istilah ransum11.
dilihat dari mutu harga daging atau Penggunaan input produksi obat – obatan
kulitmenduduki peringakt atas bila sampai saat ini merupakan cara yang paling
dibandingkan dengan daging, kulit kerbau atau banyak digunakan dalam pengendalian
kuda6. penyakit. Hal ini karena penggunaan obat –
Pada umumnya ternak sapi selama ini obatan merupakan cara yang mudah dan efektif
belum melakukan perhitungan – perhitungan dalam usaha ternak sapi potong, dengan
kebutuhan input dan kelayakan usaha terhadap penggunaan obat – obatan yang efektif akan
usaha ternaknya dan strategi dalam memberikan hasil yang memuaskan12.
pengembangannya. Berdasarkan uraian diatas, Sapi potong mempunyai poetnsi
penulis tertarik untuk melakukan penelitian ekonomi yang tinggi baik sebagi ternak potong
terhadap usaha dan strategi pengembangan maupun ternak bibit.Selama ini sapi potong
usaha ternak sapi potong. Keberhasilan dapat mempunyai kebutuhan daging local sperti
menjalankan usaha, tidak terlepas dari pengaruh rumah tangga, hotel, restoran, industry
input Produksi, di mana input tersebut pengolahan, perdagangan antar pulau.Pasaran
merupakan syarat mutlak yang harus tersedia. utamanya adalah kota – kota besar seperti kota
Inputproduksi tersebut berupa jumlah bibit, metropolitan Jakarta13.
pakan ternak, jumlah tenaga kerja, dan Lingkungan eksternal perusahaan dapat
penggunaan obat – obatan yang tepat dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan makro dan
meninkgatkan produksi secara optimal7. lingkungan industry.Lingkungan makro terdiri
Jika dipandang dari sudut ekonom dasar atas faktor yang berada di luar kendali
pengetahuan untuk meningkatkan produksi perusahaan, meliputi faktor social, ekonomi,
sesungguhnya tidak lain dari pada mengadakan teknologi, ekologi, politik, dan hukum. Salah
perpaduan antara input produksi yang ada satu contoh jelas faktor social di masyarakat
secara efisien dengan maksud untuk Indonesia adalah pemanfaatan daging sapi
memperoleh hasil yang maksimal8. untuk hamper semua keprluan perayaan, resepsi
Faktor bibit memegang perananyang atau perhelatan. Hal ini merupakan peluang bagi
penting untuk menunjang keberhasilan usaha perusahaan untuk memperluas perusahaan14.
ternak sapi potong.Upaya penyediaan bibit yang Disamping potensi sebagai peluang,
lebih baik, telah menunjukkan hasil yang perusahaan juga perlu mewaspadai adanya opini
positif, melalui adopsi inovasi inseminasi msyarakat akan bahay kolesterol yang
buatan dihasilkan bkalan dengan potensi terkandung dalam daging sapi bagi kesehatan,
produktivitas tinggi seta terbukti mampu adanya isu tentang penyakit yang menerang
memberikan pebdapatan financial yang lebih ternak potong sperti penyakit sapi hila (mad
besar bagi peternaknya9. cow), penyakit mulut dan kuku (PMK), dan

193
ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

anthraks semuanya dapat menyebabkan swasta dengan melakukan kerjasama yang


keraguan konsumen untuk membeli daging saling menguntungkan.
sapi15. Di Indonesia terdapat berbagai jenis sapi
Peluang perusahaan untuk dari bangsa tropis, beberapa jenis sapi tropis
mengembangkan usaha sapi potong terkait yang sudah cukup popular dan banyak
dengan kemampuan perusahaan dan berkembang biak di Indonesia yaitu, Sapi Bali,
menyesuaikan diri dengan kemampuan Sapi Madura, Sapi Ongole, Sapi American
teknologi.Penggunaan teknologi selain dapat Brahman. Berdasarkan iklimnya, sapi dapat
meningkatkan efisiensi juga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sapi
meningkaktan produktivitas.Perusahaan ini tropis dan subtropics, setiap kelompok sapi
telah menggunakan suplemen pakan yang dapat berbeda satu dengan sama lainnya.Kelompok
memacu pertambahan bobot badan sapi yang sapi tropis secara umum memiliki cirri – cirri
dipelihara. mencolok yang sangat mudah dibedakan dengan
Faktor ekologi industry peternak sapi kelompom sapi yang lain. Tujuan utama
potong cukup memberikan peluang bagi pemeliharaan sapi potong adalah untuk
perusahaan mengingat ternak sapi menghasilkan menghasilkan daging.Sapi dipelihara dengan
kotoran yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk baik, setelah tumbuh besar dan gemuk dapat
kandang bagi tanaman yang tidak langsung dijual atau disembelih terlebih dahulu
membahayakan lingkungan.Hal ini sesuai kemudian dijual dalam bentuk daging.Oleh
dengatn tuntutan masyarakat dewasa ini, yaitu karena itu, keberhasilan pemeliharaan sapi ini
penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. sangat ditentukan oleh kualitas sapi bakalan
Suatu bisnis atau usaha merupakan yang dipilih.
seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh Studi kelayakn bisnis adalah suatu
orang – orang yang berkecimpung di dalam kegiatan yang mempelajari secara mendalam
bidang perniagaan dalam memperbaiki standard tentang kegiatan usaha atau bisnis yang akan
an kualitas hidupnya. Secara umum studi dijalankan, dalam rangka menentukan layak
kelayakan usaha adalah tentang layak atau tidak atau tidak usaha tersebut dijalankan, objek yang
layaknya suatu usaha, yang biasanya merupakan diteliti tidak hanya pada bisnis usaha yang besar
usaha investasi untuk dilaksanakan. Maksud saja, tapi pada bisnis atau usaha yang sederhana
layak (atau tidaknya) disini adalah prkiraan bisa juga diterpkan. Kelayakan artinya
bahwa usaha akan dapat (atau tidak dapat) penelitian yang dilakukan secara mendalam
menghasilkan keuntungan yang layak bila tersebut dilakukan untuk menetukan apakah
dioperasionalkan. usaha yang akan dijalankan akan memberikan
Implikasi manajerial yang dapat manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
disarankan secara keseluruhan adalah : (1) biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain
peternak memahami perhitungan analisis biaya kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang
dan pendapatan untuk mengetahui kondisi dijalankan akan member keuntungan financial
peternak dalam keadaan rugi atau tidak dan juga dan non-finansial sesuai dengan tujuan yang
untuk mengantisipasi biaya yang menyebabkan mereka inginkan. Layak disini diartikan juga
kerugian. (2) Meningkatkan efisiensi biaya akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi
dengan mengurangi pengeluaran untuk biaya perusahaan yang menjalankannya, akan tetapi
non kas dan mengoptimalkan sumberdaya yang juga bagi investor, kreditur, pemerintah dan
ada dan meningkatkan produksi dengan masyarakat luas.
perbaikan reproduksi dan mutu pakan. (3) Analisis SWOT adalah metode yang
Peningkatan penrimaan dengan menaikkan nilai digunakan dalam menetukan kelayakan usaha
penjualan ternak yang dilakukan dengan cara ternak sapi potong pada penelitian ini.
meningkatkan kulitas ternak. (4) Menaikkan Analisa SWOT
harga jual ternak agar diperoleh permintaan Analisa SWOT adalah identifikasi
yang layak bagi peternak sapi dengan berbagai faktor secara sistematis untuk
memperbaiki pemasaran seperti informasi pasar merumuskan strategi perusahaan.Analisa ini
dan membuat pasar ternak. (5) Peningkatan didasarkan pada logika yang dapat
skala usaha melalui penambahan modal usaha, memaksimalkan kekuatan (Strengths), peluang
sepeti menajalin kerjasama dengan lembaga (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat
keuangan dan investor, atau peternak memaksimalkan kelemahan (Weakness) dan
membentuk kelompok usaha dan bergabung ancaman (Threats).
menjadi skala usaha yang lebih besar. (6) Analisa SWOT dibuat dalam bentuk
Strategi pemebrdayaan peternak sapi potong matriks yang menggambarkan dengan jelas
tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
juga melibatkan peternak itu sendiri dan pihak dalam perusahaan dan disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya.

194
Gustina Siregar

Tabel 1. Diagram matriks SWOT


Strengths (S) Weakness (W)
IFAS
Tentukan 5 – 10 faktor – faktor Tentukan 5 – 10 faktor – faktor
kekuatan internal kelemahan internal
EFAS
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO

Tentukan 5 – 10 faktor – faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


peluang internal menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang
Threats (T) Strategi ST Strategi WT

Tentukan 5 – 10 faktor – faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


ancaman internal menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan dan
mengatasi ancaman menghindari ancaman

Matriks ini menghasilkan empat layak untuk dikembangkan dan jika B/C = 1
alternative strategis, yaitu: maka usaha sapi potong itu marginal (tidak
untung dan tidak rugi). Untuk permasalahan
1. Strategi SO (Strengths-Opportunities) kedua menggunakan SWOT.
Strategi berdasarkan jalan pemikiran
perusahaan, yaitu dengan C. HASIL DAN PEMBAHASAN
memanfaatkan seluruh kekuatan Ketersediaan Faktor-faktor Produksi
dengan memanfaatkan peluang Ketersediaan Bibit
sebesar-besarnya. Para peternak sapi potong di daerah
2. Strategi ST (Strengths-Threats) penelitian lebih sering menggunakan kawin
Strategi dalam menggunakan kekuatan suntik dari pada kawin alami, hal tersebut
yang dimilki perusahaan untuk disebabkan karena metode kawin suntik
mengatasi ancaman. prosesnya lebih mudah dan sederhana
3. Strategi WO (Weakness- dibandingkan dengan perkawinan alami, selain
Opportunities) itu bibit kawin suntik lebih terjamin dan mudah
Strategi ini diterapkan berdasatkan diperoleh. Para peternak sapi di Desa Jati
pemanfaatan peluang yang ada dengan Kesuma memperoleh bibit untuk kawin suntik
cara meminimalkan kelemahan yang dari Dinas Peternakan dengan harga bibit sapi
ada. per ampul sebesar Rp 80.000, penggunaan bibit
4. Strategi WT ((Weakness-Threats) kawin suntik selama satu tahun adalah 3 ampul
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang per peternak dan untuk bibit perkawinan alami
bersifat defensive dan berusaha meminimalkan peternak mendapatkannya dari peternak lain
kelemahan yang ada serta menghindari dengan cara meminjam atau menyewa sapi
ancaman. pejantan dari peternak sapi yang lain. Total
penggunaan bibit kawin suntik dari seluruh
B. METODE PENELITIAN responden adalah sebesar 48 ampul bibit setiap
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan tahunnya, sementara untuk Dinas Peternakan
dengan studi kasus (case study), dan subjek dapat menyediakan sampai 150 ampul setiap
penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki tahunnya pada daerah penelitian. Berdasrkan
usaha ternak sapi di Desa Jati Kesuma keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa
Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli ketersediaan bibit sapi potong di daerah
Serdang. penelitian cukup memadai.
Pengolahan data dilakukan dengan Di daerah penelitian kandang dibangun
menggunakan paket komputer Microsoft Excel. dengan menggunakan bahan yang sederhana
Model untuk menganalisis data pada yang banyak terdapat di daerah penelitian, yaitu
permasalahan pertama dan hipotesis penelitian dengan pondasi kandang terbuat dari bata semen
ini menggunakan metode Benefit Cost Ratio dengan tiang terbuat dari kayu atau bamboo,
Benef it atap terbuat dari rumbia dan lantai dari tanh
(B/C) yaitu : B/C =
Cost
yang dipadatkan atau semen yang dibuat sedikit
Dengan kriteria pengujian jika B/C > 1 maka
miring dengan tujuan agar kotoran sapi lebih
usaha sapi potong layak untuk dikembangkan.
muda mengalir saat melakukan pembersihan
Jika B/C < 1 maka usaha sapi potong tidak

195
ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

kandang. Kandang pada umumnya tidak tambahan adalah Rp 250.560. dapat


memakai dinding dengan tujuan agar sirkulasi disimpulkan bahwa pakan tambahan untuk
udara kandang tetap terjaga, selain itu agar sinar daerah penelitian sangat mudah diperoleh
matahari pada waktu pagi hari tetap masuk dan dengan harga relatif murah karena hanya
tidak begitu panas. menggunakan kineral yang berbentuk garam
Dalam 1 kandang yang memuat 14 ekor dapur. Berdasarkan keterangan di atas maka
hewab ternak memiliki biaya pembuatan dapat dikatakan bahwa ketersediaan bahan
sebesar Rp 4.530.000 untuk 5 tahun dan pakan untuk ternak sapi potong di Desa Jati
penyusutan sebesar Rp 906.000 setiap tahunnya. Kesuma sangat tersedia.
Berdasarkan keterangan disatas dapat
disimpulkan bahwa untuk bahan – bahan Ketersediaan Obat –Obatan
pembauatan kandang cukup banyak tersedia Dalam daerah penelitian, peternak
pada daerah penelitian dengan harga yang menggunakan 1.740 butir obat cacing dengan
cukup terjangkau untuk pembuatannya, dari hal penggunaan 4 kali dalam setahun dan 40 kg
tersebut dapat dikatakan pada daerah penelitian obat kutu dengan penggunaan 1 – 2 kali sehari
ketersediaan kandang cukup tersedia. dalam setiap tahunnya. Di daerah penelitian
usaha ternak sapi potong terdapat beberapa took
Ketersediaan Pakan penjualan obat – obatan hewan ternak karena di
Untuk memenuhi kebutuhan pakan daerah tersebut di dominasi oleh usaha ternak
ternak sapi di daerah penelitian, para peternak sapi. Obat yang dibutuhkan untuk ternak sapi ini
memperoleh rerumputan atau hijauan yang adalah obat cacing dan obat kutu, dimana kedua
tumbuh liar di sekitar lahan persawahan atau obat tersebut diperoleh dari setiap toko obat
ladang yang cukup banyak di daerah penelitian. hewan ternak di Desa Jati Kesuma tersebut
Tata guna lahan di Desa Jati Kesuma dapat dengan harga yang terjangkau.Disamping itu
dilihat luas daerah persawahan di Desa Jati juga Dinas Peternakan juga menyediakan obat –
Kesuma sebesar 120 km2 dan luas daerah obatan yang dibutuhkan para peternak sapi
perladangan sebesar 119 km2 atau 43,49% dan tersebut.
43,11%. Selain itu para peternak di Desa Jati Dengan demikian obat – obatan untuk
Kesuma juga dengan sengaja menanam ternak sapi potong pada daerah penelitian sangat
rerumputan atau hijauan yang dibutuhkan oleh mudah didapat.Berdasarkan keterangan di atas,
ternak di sekitar rumah atau kandang ternak dapat dikatakan bahwa ketersediaan obat –
yang mereka miliki.Peternak juga dapat oabatan untuk peternak sampel di Desa Jati
memperoleh rerumputan atau hijauan dengan Kesuma cukup tersedia.
membelinya dari para petani yang ada di Desa
Jati Kesuma, dimana harga per ikat sebesar Rp Ketersediaan Tenaga Kerja
7.000. Curahan tenaga kerja merupakan faktor
Pada daerah penelitian peternak pendukung berlangsungnya usaha ternak sapi
menggunakan pakan tambahan yang berupa potong. Diketahui jumlah penduduk Desa Jati
mineral dalam bentuk garam dapur.Mineral Kesuma terbesar yaitu pada kelompok usia
tersebut dapat diperoleh dengan mudah pada produktif ( kelompok umru 16 – 60) sebesar
daerah penelitian.Para peternak menggunakan 2.194 jiwa atau 65,74% dari jumlah penduduk
sampai 4.514kg mineral dengan rataan 155 kg yang ada di Desa Jati Kesuma. Sementara total
setiap tahunnya dengan penggunaan 2 kali penggunaan tenaga kerja pada daerah penelitian
dalam sehari. Total biaya yang diperlukan yaitu 179 HKP.
dalam setiap tahunnya untuk pembelian pakan

Tabel 2. Rataan Analisis Ekonomi Usaha Ternak Sapi Potong per Tahun
No Uraian Analisis Usaha Ternak Sapi Potong Per Tahun
1 Bibit (Rp) 224.000
2 Upah Tenaga Kerja (Rp) 29.043.333
3 Biaya Pakan (Rp) 250.560
4 Biaya Obat – Obatan (Rp) 696.426
5 Penyusutan Kandang (Rp) 906.000
6 Biaya Peralatan (Rp) 108.166
7 Total Biaya Produksi (Rp) 31.120.320
8 Penerimaan (Rp) 53.394.533
9 Pendapatan (Rp) 32.274.213
Sumber : Analisa Data Primer Tahun 2012

196
Gustina Siregar

Berdasarkan keterangan tersebut dan Di daerah penelitian para peternak tidak


berdasarkan data total penggunaan tenaga kerja memberikan pakan tambahan berupa konsetrat
yang menyebutka rataan total penggunaan pada ternaknya, para peternak hanya
tenaga kerja cukup besar yakni 5,96 HKP maka memberikan pakan tambahan berupa mineral
dapat dikatakn ketersediaan tenaga kerja di yang diberikan 1 – 2 kali sehari, rataan biaya
Desa Jati Kesuma cukup tersedia. Dari yang dikeluarkan oleh peternak untuk
penjelasan dan keterangan di atas peneliti dapat pemberian mineral pada ternak dalam satu tahun
menyimpulkan bahwa faktor produksi / input adalah sebesar Rp 250.560.
untuk ternak sapi potong tersedia di daerah d. Biaya Obat – Obatan
penelitian. Dengan demikian “ Input untuk Di daerah penelitian terdapat dua jenis
usaha ternak sapi potong tersedia di daerah obat – obatan yang digunakan peternak yakni
penelitian” dikatakan cukup tersedia. obat cacing dan obat kutu, pemberian obat
Analisis Kelayakan Usaha Ternak Sapi Potong cacing dilakukan 4 kali dalam setahun dengan
Adapun analisis usaha ternak sapi potong rataan biaya yang dikeluarkan oleh peternak
dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan tabel di untuk penggunaan obat cacing selama satu
atas dapat dijelaskan rataan biaya produksi yang tahun adalah sebesar Rp 445.866. pemberian
dikeluarkan, penerimaan, pendapatan, dan obat kutu dilakukan setiap hari yakni 1 – 2 kali
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) pada usaha sehari dengan cara disemprotkan ke ternak,
ternak sapi potong sebagai berikut : adapun rataan total biaya yang dikeluarkan oleh
peternak untuk penggunaaan obat kutu
Biaya Produksi selamasatu tahun sebesar Rp 250.560, dan
Biaya produksi merupakan input yang rataan total biaya penggunaan obat – obatan
dikeluarkan oleh peternak selam kegiatan usaha selama satu tahun sebesar Rp 696.426.
ternak berlangsung hingga menghasilkan e. Biaya Penyusutan Kandang Peralatan
produk. Komponen – komponen biaya produksi Peralatan yang digunakan dalam setiap
yang dikeluarkan oleh peternak sapi potong tahap kegiatan usaha ternak sapi potong adalah
adalah biaya bibit, upah tenaga kerja, biay sekop, sabit (arit), kereta sorong (beko) dan
pakan, biaya obat – obatan dan biaya ember.Biaya penyusutan peralaatan per
penyusutan kandang. peternak per tahun adalah sebesar Rp
a. Biaya bibit 108.166,66 dan biaya penyusutan kandang per
Pembelian bibit kawin suntik disesuaikan tahun adalah sebesar Rp 906.000.biaya
dengan jumlah indukan siap kawin yang penyusutan dari masing – masing peralatan
dimiliki oleh petrnak, selain itu pembelian bibit ditentukan dari banyaknya masing – masing alat
disesuaikan dengan keadaan ekonomi peternak yang digunakan dan umur ekonomisnya.
di daerah penelitian, adapun total rataan
penggunaan bibit kawin suntik dalam satu tahun Penerimaan
di daerah penelitian sebesar Rp 224.000 Penerimaan adalah total hasil produksi
b. Biaya Tenaga Kerja yang dihasilkan dan total hasil koto\ran ternak
Penggunaan tenaga kerja terdiri dari 3 yang dinilai dengan rupiah (Rp) dengan kata
kegiatan yaitu perbaikan kandang yang lain merupakan penjumlahan antara total
dilakukan selama 6 bulan sekali, pembersihan produksi dan hasil kotoran ternak yang
kandang yang dilakukan 2 kali sehari dan diperoleh. Dapat diketahui bahwa rataan
penyediaan atau pengambilan pakan yang penerimaan per peternak sapi potong di desa
dilakukan 2 – 3 hari. Upah yang diberikan pada Jati Kesuma selama satu tahun adalah sebesar
masing – masing tenaga kerja didasarkan pada Rp 63.394.533,-
upah harian.Biaya yang dikeluarkan tergantung
dari jumlah tenaga kerja luar keluarga dan jenis Pendapatan
kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja.Upah Pendapatan dari usaha ternak sapi potong
tenaga kerja untuk kegiatan adalah penerimaan yang diperoleh peternak
perbaikan/pembuatan kandang per hari sebesar sebesar Rp63.394.533 dikurangi dengan total
Rp 50.000/orang, untuk kegiatan pemebrsihan biaya produksi Rp 30.674.453 dan dapat
kandang per hari sebesar Rp 25.000/orang dan diketahui rataan pendapatan per peternak sapi
untuk kegiatan pengambilan/penyediaan pakan potong di Desa Jati Kesuma selama satu tahun
per hari sebesar Rp 30.000/0rang. Rtaan biaya adalah sebesar Rp 32.720.080.
upah tenaga kerja yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja selama satu tahun per peternak Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio)
adalah sebesar Rp 29.043.333,33. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
apakah usaha ternak sapi potong ini layak
c. Biaya Pakan Tambahan dikembangkan dapat dilihat dari perhitungan

197
ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

B/C Ratio dibawah ini dengan membagi total 10% makanan dari berat tubuhnya. Musim
penerimaan dengan total biaya produksi yang hujan dapat menghambat peternak untuk
digunakan dalam usaha ternak sapi potong. mengambil pakan hujauan yang sangat
B/C Ratio = 63.394.533 :31.120.320 dibutuhkan oleh sapi, yang mengakibatkan porsi
= 2,03 pemberian pakan terhadap ternak sapi
Dapat dilihat dari hasil perhitungan di berkurang sampai 40% dari kebutuhan normal
atas bahwa nilai B/C Ratio yang diperoleh 20 kg pakan setiap harinya. Selain itu saat
2,03> 1, nilai ini mengartikan bahwa Usaha musim hujan sapi juga mudah terserang
ternak sapi potong layak dikembangkan. penyakit. Hal ini merupakan ancaman bagi
Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan peternak, karena dapat mengahmbat
bahwa “usaha ternak sapi potong layak pertumbuhan sapid an menurunkan kualitas
dikembangkan secara ekonomi di daerah hasil ternak.
penelitian” diterima. 2. Tidak adanya penyuluhan
Pada daerah penelitian penyuluhan tidak
Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi dilakukan karena masing – masing peternak
Potong hanya mengandalkan ilmu ternak yang sudah
Menetukan Faktor-faktor Eksternal diajarkan dari keluarganya masing – masing
Adapun faktor-faktor eksternal dalam secara turun – temurun. Tidak adanya
pengembangan usaha ternak sapi potong di penyuluhan pada peternak mengakibatkan
Desa Jati Kesuma adalah sebagai berikut : peternak sering melakukan kesalahan
a. Peluang (Oppurtunities) mengaplikasikan input produksi dan peternak
1. Permintaan pasar tehadap daging sapi tidak mengetahui informasi tentang inovasi –
tinggi inovasi dibidang peternakan.
Dari hasil wawancara terhadap peternak 3. Persaingan
sampel di lapangan, diketahui bahwa mereka Para peternak di daerah penelitian
selalu mendapat permintaan lebih dari 10 ekor memiliki daya saing yang cukup kuat karena
sapi setiap tahunnya dar agen – agen atau dari masing – masing peternak memilki strategi
konsumen yang datang langsung ke peternak masing – masing dalam pemasaran.Adanya
sapi di daerah penelitian.Berdasarkan hasil persaingan menyebabkan para peternak
wawancara dapat diketahui bahwa permintaan berusaha terus menjaga kualitas ternaknya agar
pasar terhadap daging sapi tinggi.Sementara dapat menguasai pasaran ternak sapi potong, hal
peternak pada daerha penelitian hanya dapat tersebut mengakibatkan pasaran untuk ternak
menyediakan 6 – 7 ekor yang dapat dijual pada sapi potong menjadi sempit.
setiap tahunnya.Dengan demikian peluang pada
ternak usaha sapi potong di daerah penelitiab Menetukan Faktor-faktor Internal
cukup besar. Faktor – faktor internal dalam
2. Harga daging sapi relatif tinggi pengembangan usaha ternak sapi potong di
Daging sapi merupakan salah satu jenis Desa Jati Kesuma adalah sebagai berikut :
bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh a. Kekuatan (Strenghts)
lapisan masyarakat menengah keatas, selain 1. Modal sendiri
memiliki rasa yang enak daging sapi juga Modal usaha ternak merupakan modal
merupakan salha satu sumber bahan makanan sendiri (pribadi) yang dikeluarkan petrnak sapi
berprotein tinggi, hal tersebut salah satu faktor untuk menjalankan usaha ternaknya.Modal
yang menyebabkan harga sapi di pasaran relatif hanya berbentuk hewan ternak yang bersal dari
tinggi. usaha warisan dan uang yang diperoleh dari
3. Hubungan yang baik antara peternak hasil – hasil penjualan ternak yang dilakukan
dengan agen sebelumnya.Dengan menggunakan modal
Peternak sadar akan pentingnya pasar sendiri maka peternak sapi potong memperoleh
dan pentingnya membina hubungan baik dengan pendapatan yang lebih besar.
agen, karena dengan adanya hubungan baik
harga yang ditawarkan oleh agen tidak terlalu 2. Bibit mudah diperoleh
rendah dari harga jual. Hubungan baik ini dapat Di daerah penelitian para peternak sapi
dibuktikan dengan adanya peternak yang potong mendaptakan bibit untuk kawin suntik
menjual hasil ternaknya dengan agen tetap dar Dinas Peternakan dengan harga Rp 80.000
(berlangganan). dan untuk bibit perkawinan alami para peternak
mendapatkannya dengan meminjam sapi
b. Ancaman (Threats) pejantannya dari sesama peternak sapi yang ada
1. Musim hujan di daerah penelitian. Selain itu ketersediaan
Sapi adalah merupakan hewan bibit kawin suntik pada daerah penelitian
memamahbiak yang dalam sehari membutuhkan tersebut juga cukup tersedia dimana Dinas

198
Gustina Siregar

Peternakan dapat menyediakan 150 ampul bibit kualitas dan meningkatkan hasil ternak.Di daerh
setiap tahunnya, sementara rata – rata peternak penelitian, perawatan terhadap ternak masih
hanya menggunakan 48 ampul bibit setiap jarang dilakukan oleh peternak, dapat dilihat
tahunnya. dari pemberian pakan tambahan dan konsetrat
3. Tenaga kerja tersedia pemebrsihan sapi yang masih jarang dilakukan
65% dari jumlah penduduk yang ada di oleh peternak.
Desa Jati kesuma adalah penduduk usia yang 2. Teknologi budidaya masih tradisional
produktif dan sementara total dari penggunaan Teknologi merupakan faktor penting
tenaga kerja pada daerah penelitian yaitu 179 dalam upaya meningkatkan produski usaha
HKP. Dengan tersedianya tenaga kerja maka ternak sapi potong, suatu pekerjaan yang
pekerjaan dilakukan dengan lebih cepat dan dilakukan akan lebih efisien dari segi waktu dan
lebih baik. tenaga kerja. Di daerah penelitian, teknologi
4. Pengalaman petrnak cukup tinggi budidaya masih dilaksanakan secara sederhana
Pengalaman dari peternak di daerah (tradisional), dapat dilihat dari saprodi yang
penelitian rata – rata 12 tahun.Dari segi mereka gunakan seperti sekop, sabit, beko dan
manajemen pemeliharaan ternank, peternak ember yang belum tergantikan.
dengan pengalaman beternak tinggi lebih
menguasai tata laksana beternak dengan baik Penetuan Strategi
sperti pemberian pakan, perawatan kebersihan Penetuan strategi yang sesuai bagi
kandang, perawatan kesehatan dan penanganan pengembangan usaha ternak spai potong adalah
penaykit. Dengan demikian maka masalah – dengan cara membuat matriks SWOT. Matrik
masalah yang timbul selama proses usaha ternak SWOT ini dibangun berdasarkan faktor – faktor
sapi lebih muda untuk ditanggulangi. eksternal maupun internal yang terdiri dari
5. Pakan mudah diperoleh peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.
Di daerah penelitian 43% nya terdapat Berdasarkan matriks SWOT maka dapat
lahan yang ditumbuhi rumput yang menjadi disusun empat stratetegi utam yaitu SO, WO,
sumber pakan untuk ternak, selain pakan STdanWT. strategi bagi pengembangan usaha
tambahan yang diberikan pada hewan ternaknya ternak sapi potong dapat dilihat pada table 3.
yaitu mineral yang juga bisa didapat dari toko Strategi pengembangan usaha ternak sapi
atau Dinas Peternakan di sekitar daerah potong di desa Jati Kesuma dengan
penelitian. Dengan demikian peternak tidak menggunakan seluruh kekuatan untuk
mengalami kesulitan dalam hal penyediaan memanfaatkan peluang yang ada, yaitu :
pakan untuk ternak mereka. Memperbanyak jumlah populasi ternak sapi
potong (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2) yang
6. Tidak terdapat serangan virus sebelumnya rata – rata jumlah hewan ternak
penyakit yang mematikan pada daerah penelitian adalah 15 ekor dapat
Tidak terdapatnya virus penyakit yang ditambah populasinya menjadi 30 ekor dengan
mematikan terhadap ternak sapi potong di mencari penambahan modal dari pinjaman
daerah penelitian menyebabkan peternak keluarga atau koperasi. Hal tersebut bertujuan
memperoleh pendapatan yang lebih besar, untuk meningkatkan hasil produksi ternak sapi
karena tidak mengeluarkan biaya untuk potong untuk memenuhi permintaan pasar yang
menanggulangi serangan virus yang mematikan tinggi terhadap daging sapid an dengan
tersebut. didukung oleh harga yang relatif tinggi dan
sarana produksi yang tersedia sehingga
7. Pemasaran yang mudah memungkinkan untuk diadakannya jumlah
Di daerah penelitian para peternak populasi ternak yang bertujuan meningkatkan
menjual hasil ternaknya dalam keadaan hidup pendapatan ternak. Menjaga hubungan yang
kepada agen maupun konsumen langsung baik dengan agen (S5, O3). Para agen hewan
dengan demikian peternak tidak perlu ternak untuk daerah penelitian tersebut
mengeluarkan biaya untuk melakukan umumnya adalah agen ang sudah menjadi
pemotongan.Selain itu para peternak tidak langganan pada daerah tersebut.Menjaga
memerlukan biaya transportasi untuk hubungan yang baik pada agen hewan ternak
memasrkan hasil ternaknya akrena para agen bertujuan agar agen memberikan tawaran harga
atau konsumen yang menjemput langsung dari yang layak pada peternak sapi sehingga saling
peternakan. menguntungkan anatara kedua belah pihak.

b. Kelemahan (Weakness)
1. Kurangnya perawatan terhadap ternak
Perawatan terhadap ternak merupakan
salah satu faktor penting dalam meningkatkan

199
ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

Tabel 3. Penentuan Strategi Dengan Matriks SWOT

Internal (IFAS) Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1. Modal tersedia 1. Kurangnya perawatan


2. Bibit mudah diperoleh terhadap ternak
3. Tenaga kerja tersedia 2. Teknologi budidaya
4. Pengalaman peternak masih tradisional
cukup tinggi
5. Pemasaran yang mudah
6. Tidak ada terdapat virus
7. Penyakit yang mematikan
Eksternal (EFAS)
Peluang (O) Strategi „SO‟ Strategi „WO‟

1. Permintaan tinggi 1. Memperbanyak jumlah 1. Meningkatkan perawatan


2. Harga relatif tinggi populasi ternak sapi potong terhadap ternak (W1, O1,
3. Hubungan yang baik (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2) O2)
dengan agen 2. Menjaga hubungan baik 2. Mengganti alat – alat
dengan agen (S5, O3) produksi yang lama
dengan berteknologi (W2,
O1, O2)
Ancaman (T) Strategi „ST‟ Strategi „WT‟

1. Musim hujan 1. Meningkatkan mutu ternak 1. Meminta pemerintah


2. Tidak adanya (S1, S3, S5, T3) untuk menghidupkan
penyuluhan 2. Menghidupkan penyuluhan penyuluh (W1, T3)
3. Adanya persaingan (S4, T3)
3. Menyediakan atau
menanam sumber pakan
hijauan di sekitar kandang
(S2, S3, T1)

Strategi „SO (Strength-Oppurtunity)‟

Strategi „WO (Weakness-Oppurtunity) Strategi „ST (Strenght-Threats)‟


Strategi pengembangan usaha ternak sapi Strategi pengembangan usaha ternak sapi
potong di Desa Jati Kesuma dapat potong di Desa Jati Kesuma dapat mengatasi
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan ancaman yang ada dengan menggunakan
peluang yang ada, yaitu : keseluruhan kekuatan.
1. Meningkatkan perawatan terhadap 1. Meningkatkan mutu ternak (S1, S3, S5,
ternak dengan cara menambah obat – oabatan T3)
pada setiap tahunnya (W1, O1, O2). Dengan Peningkatan mutu ternak yang dilakukan pada
meningkatkan perawatan terhadap ternak maka daerah penelitian dilakukan dengan cara
mutu dan kualitas hewan ternak akan menjadi pemeberian vitamin dan mineral pada hewan
lebih baik sehingga dapat menjaga penawaran ternak. Hal tersebut bertujuan agar permintaan
dengan harga yang relatif tinggi dari para agen. akan daging sapi semakin meningkat, sehingga
2. Mengganti alat – alat produksi yang usaha ternak dapat berkembang baik.
lama dengan berteknologi (W2, O1, O2) seperti 2. Menghidupkan penyuluhan (S4, T3)
arit untuk membabat rumput diganti menjadi Tidak adanya penyuluhan pada peternak
mesin babat rumput yang lebih efisien mengakibatkan peternak sering melakukan
penggunaannya. Permintaan yang tinggi dan kesalahan dalam mengaplikasikan input
harga yang tinggi perlu diimbangi dengan produksi dan peternak tidak mengetahui
adanya teknologi yang baik untuk informasi tentang inovasi – inovasi dibidang
memperlancar proses produksi yang nantinya peternakan. Dengan adanya penyuluhan maka
akan mengubah pendapatan peternak sapi. peternak dapat memperoleh informasi, inovasi

200
Gustina Siregar

dalam peternakan, sehingga peternak bisa lebih 2. Anonimus. 1993. Kajian Pola
terampil lagi dalam menjalankan usaha ternak Pengembangan Peternakan Rkayat
sapi potong dan mendapatkan hasil yang Berwawasan Agribisnis. Lembaga
maksimal, oleh karena itu dibutuhkan Penelitian IPB dan Direktorat Jenderal
penyuluhan. Peternakan, Departemen Pertanian
3. Menyediakan atau menanam sumber Republik Indonesia.
pakan hijauan di sekitar kandang (S2, S3, T1) 3. Tohir. K.A, 1991. Seuntai Pengetahuan
Sebagian besar lahan pada daerah penelitian ini Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.
adalah lahan yang dapat dijadikan pakan ternak, 4. Sugeng. Y.B, 1992. Sapi Potong. Penebar
namun menanam sumber pakan hijauan di Swadaya, Jakarta.
sekitar areal peternakan dapat mempermudah 5. Siregar Djarijah.A, 1996. Usaha Ternak
peternak mengambil pakan hijauan yang Sapi. Kanisius, Yogyakarta.
dibutuhkan ternak, dengan kata lain menjaga 6. Suharsono,B dan Nazarudin. 1994. Ternak
persediaan pakan ternak disaat teradi musim Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.
hujan agar tidak terjadi pengurangan pemberian 7. Mubyarto. 1992. Pengantar ekonomi
porsi pakan ternak. Pertanian Edisi ke III. LP3ES, Jakarta.
8. Thomas Agoes Soetiarso. 1993. Efisiensi
Strategi „WT (Weakness-Threats)‟ Penggunaan Faktor Produksi Pada
Strategi pengembangan usaha ternak sapi Usahatani Cabai Keriting di Lahan Kering.
potong di Desa Jati Kesuma dengan Laporan Hasil Penelitian. Balithor,
meminimalkan kelemahan dan menghindari Lembang.
ancaman yang ada, yaitu : 9. Kuswaryawan. S. S dan dkk, 2004. Manfaat
1. Meminta pemerintah untuk ekonomi dan Penghematan devisa Impor
menghidupkan penyuluh (W1, T3) Dari Pengembangan Peternak Sapi Potong
Dengan adanya campur tangan pemerintah Lokal. Jurnal Ilmu Ternak.
untuk mengaktifkan PPL (Penyuluh Peternak 10. Supena Friyanto dan sumaryanto, 1993.
Lapang) di desa Jati Kesuma maka peternak Analisis Penggunaan Faktor Produksi Padi.
sapi potong akan dapat mengetahui informasi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi.
yang berkembang tentang tata cara perawatan 11. Abbas Siregar Djarijah, 1996. Usaha
serta pemeliharaan ternak sapi potong yang baik Ternak Sapi. Kanisius, Yogyakarta.
dan benar yang sangat berguna bagi para 12. Porter. M.E, 1992. Strategi Bersaing :
peternak. Teknik Menganalisa Industri dan Pesaing.
Edisi 5.erlangga. Jakarta.
Berdasarkan strategi matriks SWOT 13. Sidauruk.R, 2011. Analisis Pola Usaha Sapi
maka dapat diketahui strategi yang sangat Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa
dibutuhkan untuk dapat meminimalisir Bekasi, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial
kelemahan dan ancaman yang dihadapi, yaitu : Ekonomi Industri Peternakan Fakultas
1. Meningkatkan produksi dan mutu Pertanian IPB.
ternak, utnuk menjaga harga dan permintaan 14. Setiadi.B, 1999. Beternak Sapi Daging dan
tetap tinggi. Masalahnya. Aneka Ilmu, Semarang.
2. Menjalin kerjasama dengan Pemerintah 15. Hardjosubroto.W, 1994. Aplikasi
Kabupaten Deli serdang dalam mengaktifkan Pemulibiakan Ternak Sapi di Lapangan.
PPL agar peternak dapat lebih mengetahui tata PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
cara perawatan dan pemeliharaan ternak sapi Jakarta.
potong dengan baik. 16. Kasmir dan jakfar, 2003. Studi kelayakan
Bisnis. Kencana, Jakarta.
D. KESIMPULAN
Hasil pengujian dengan metode Benefit
Cost Ratio (B/C) didapat nilai sebesar 2,03. Hal
ini berarti nilai B/C > 1 menunjukkan bahwa
usaha ternak ternak sapi potong efisien atau
layak untuk diusahakan oleh petani, sehinga
usaha ternak sapi potong efisien atau layak
untuk diusahakan oleh peternak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiarto. A, 1991. Produktivitas Sapi
Potong di Jawa Timur Tahun 1988-1989.
Tesis Pasca sarjana, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.

201

También podría gustarte