Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Tutor/ Pembimbing :
drg.
Disusun Oleh :
Citra Veony Finastika
G1G012034
2015
A. Skenario
Tugimin, 32 tahun datang ke RSGMP UNSOED karena bengkak pada
wajah sebelah kanan. Dia mengaku pembengkakannya bertambah besar
dalam kurun waktu beberapa tahun yang lalu. Pasien tidak mengeluhkan
adanya nyeri maupun limfadenopati. Pasien mengelak adanya riwayat trauma
dan infeksi. Terdapat asimetris wajah disebabkan karena pembengkakan yang
terjadi pada RA sebelah kanan dengan ukuran kurang lebih 4 cm x 3,5 cm.
Masa tersebut memiliki konsistensi kenyal dan tidak terdapat nyeri tekan saat
dipalpasi. Pembengkakan tersebut melebar pada area gingival bukal dan
palatal hingga area vestibulum RA sebelah kanan. Terjadi tooth displacement
dan resorpsi akar gigi 14, 15 dan 16.
B. Pembahasan
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Tn. Tugimin
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Usia : 32 tahun
2. Pemeriksaan Subjektif
a. Chief Complain
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada wajah sebelah kanan.
b. Present Ilness
1) Pembengkakan bertambah besar dalam kurun waktu beberapa
tahun yang lalu.
2) Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri maupun limfadenopati.
3) Pasien mengelak adanya riwayat trauma dan infeksi.
c. Past Medical History
Tidak ada keterangan.
d. Past Dental History
Tidak ada keterangan.
e. Family History
Tidak ada keterangan.
f. Social History
Tidak ada keterangan.
3. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
1) Wajah : Asimetris.
a) Warna : Tidak ada keterangan.
b) Terjadi pembengkakan pada wajah sebelah kanan.
2) Mata : Kesejajaran Posisi : Tidak ada keterangan.
: Warna kulit sekitar : Tidak ada keterangan.
: Warna sclera : Tidak ada keterangan.
: Warna kelopak mata
bagian dalam : Tidak ada keterangan.
: Lain-lain : Tidak ada keterangan.
3) Leher : Tidak ada keterangan.
4) Tangan & jari : Tidak ada keterangan.
5) Lymphonodi : Ln. Occipitalis : Tidak ada keterangan.
: Ln. Post Auricular : Tidak ada keterangan.
: Ln. Pre Aulicular : Tidak ada keterangan.
: Ln. Parotid : Tidak ada keterangan.
: Ln. Submandibula : Tidak ada keterangan.
: Ln. Submentalis : Tidak ada keterangan.
: Ln. Superficial Cervical Anterior: Tidak ada
keterangan.
: Ln. Cervical Posterior: Tidak ada keterangan.
: Ln. Supraclavicula : Tidak ada keterangan.
6) TMJ : Tidak ada keterangan.
b. Pemeriksaan Histopatologi:
Pada kasus ini, pemeriksaan histopatologi yang dilakukan yaitu biopsi
eksisi dengan gambaran sebagai berikut.
No Pemeriksaan Interpretasi
1 Radiografi a. Adanya area radiolusen unilocular yang jelas,
melibatkan sinus maksilaris kanan.
b. Terjadi tooth displacement dan resorpsi akar
gigi 14, 15 dan 16.
6. Differential Diagnosis
a. Unicystic Ameloblastoma
Unicystic ameloblastoma (UA) merupakan tumor odontogenik
(pertumbuhan sel neoplastik yang abnormal) dari epitelium
odontogenik atau dari kista yang sudah ada. Lokasi yang paling sering
terlibat yaitu regio molar bawah. Namun, pada maxilla dan anterior
rahang tetap memungkinkan tumor untuk tumbuh (Guruprasad, dkk.,
2012). Biasanya terjadi pada umur 20-30 tahun, lebih sering pada pria
(Langlais, dkk., 2013).
No Pemeriksaan Gambaran
1 Klinis a. Lesi terdefinisi dengan jelas, seringkali besar,
berupa ruang monocystic dengan lapisan
(lining) (Guruprasad, dkk., 2012)
b. Dapat menyebabkan ekspansi yang
menimbulkan deformitas dan asimetris wajah,
serta dapat menyebabkan rasa sakit.
Sedangkan parastesi jarang terjadi (Eversole,
1992).
2 Radiografi a. Adanya area radiolusensi perikoronal yang
mengakibatkan molar tiga tergeser, dengan
perluasan ke bukal dan lingual, kadang-kadang
terjadi perforasi, dan resorpsi akar yang
tepinya seperti pisau pada gigi molar di
dekatnya yang erupsi. Di bagian dalam,
terdapat lokula atau septum (Langlais, dkk.,
2013).
3 Histologi a. Lesi hampir menyerupai kista dengan
pertumbuhan intraluminal atau mural pada
ameloblastoma.
b. UA tipe intraluminal terjadi apabila terdiri dari
satu atau lebih nodul ameloblastoma yang
terproyeksi dari batas kista ke dalam lumen
kista. Nodul dapat relatif kecil atau besar dan
mengisi lumen kista (Neville, 2002).
c. UA tipe luminal terjadi apabila tumor dibatasi
oleh permukaan luminal kista dan lesi terdiri
dari dinding kista fibrosa yang tersusun atas
epitelium ameloblastik total atau parsial
(Neville, 2002).
d. UA tipe mural terjadi apabila dinding fibrosa
kista diinfiltrasi oleh ameloblastoma tipe
folikular atau pleksiform (Neville, 2002).
b. Kista Dentigerous
Kista dentigerous berhubungan dengan mahkota gigi yang sedang
erupsi atau impaksi. Kista timbul dari proliferasi sisa epitelium email
tereduksi (epitelium sulkus). Lokasi yang paling sering terlibat yaitu
regio molar tiga RB. Biasanya terjadi pada umur 10-30 tahun, lebih
sering pada pria (Langlais, dkk., 2013).
No Pemeriksaan Gambaran
1 Radiografi a. Adanya area radiolusensi perikoronal yang
memiliki lapisan tanduk dengan ukuran
bervariasi yang melekat pada gigi di tepi
servikal (Langlais, dkk., 2013).
2 HPA a. Adanya gambaran mirip dengan kantong
folikel normal, tetapi yang membedakan
adalah ukuran radiolusensi yang lebih besar.
Pada radiograf intraoral < 2,5 mm dan
radiograf panoramik 3,00 mm (Langlais, dkk.,
2013)
No Pemeriksaan Gambaran
1 Radiografi a. Adanya area radiolusen multilokular dengan
tepi halus, bertanduk, dan sering berlekuk-
lekuk. Dibagian dalam, terlihat beberapa
septum dan lumen yang berkabut (mewakili
keratin deskuamasi) (Langlais, dkk., 2013).
d. Odontogenik Myxoma
Miksoma merupakan tumor jinak yang muncul dari epitel odontogenik dan
sel mesenkim (jaringan pulpa odontogonik yang lepas). Biasanya terjadi
pada umur 25-35 tahun, perbandingan yang sama antara pria dan wanita
(Langlais, dkk., 2013).
No Gambaran
1 a. Terlihat berupa pembengkakan yang tidak sakit serta berkaitan
dengan pergeseran gigi dan ekspansi kortikal bagian posterior
mandibula.
b. Lesi rahang atas dapat melibatkan sinus dan menimbulkan
eksoftalmus, serta penyumbatan hidung.
c. Gambaran radiografis lesi tahap awal bersifat unilokular, dan
tahap lanjut berupa radiolusensi multilokular yang mempunyai
septum internal yang memotong tegak lurus membentuk gambar
geometris. Terlihat gambaran seperti sarang tawon apabila
terjadi perforasi pada bagian luar korteks dan invasi jaringan
lunak lokal (Langlais, dkk., 2013).
No Pemeriksaan Gambaran
1 Radiografi a. Lesi khas dengan gambaran multilokular
dengan trabekula yang menipis dan krenasi
(mangkuk) di bagian tepi (Langlais, dkk.
2013).
b. Bentuk agresif:
Adanya area radiolusen > 2 cm, resorpsi
radiografik pada apeks akar, dan perforasi
korteks akar yang meluas (Langlais, dkk.,
2013).
c. Bentuk non agresif:
Adanya area radiolusensi yang tidak bergejala,
menunjukkan perkembangan yang lambat, dan
ukuran lebih kecil (Langlais, dkk. 2013).
8. Diagnosis
Pasien didiagnosis menderita unicystic ameloblastoma yang
menyerang RA.
9. Rencana Perawatan
Rencana perawatan yang dapat dilakukan pada kasus ameloblastoma
antara lain:
a. Surgical exsicion
Hasil surgical exsicion dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan
mikroskopis dan biopsi. Namun, eksisi memiliki tigkat rekurensi
sebesar 50-90% (Mehlisch dan Masson, 1989). Bedah eksisi dilakukan
dengan bedah lokal meliputi batas jaringan tidak terlibat. Hal ini
dibutuhkan untuk lesi yang solid. Pada ameloblastoma intraosseous
maksila sering dilakukan eksisi dengan melebihi batas normal tumor
dibandingkan dengan mandibula. Eksisi yang luas harus dilakukan
dengan membuang tulang normal sebesar 2 cm dari sekitar batas
tumor untuk mencegah tumor timbul kembali.
Daftar Pustaka
Eversole, L.R., 1992, Clinical Outline of Oral Pathology Diagnosis and
Treatment. 3th ed, Lea and Febiger, USA.
Langlais, R. P., Miller, C.S., Nield, J. S., 2013, Atlas Berwarna Lesi Mulut
yang Sering Ditemukan, EGC, Jakarta.
Neville , B. W., Damm , D. D., Allen, C., M., Bouquot, J. E., 2002, Oral and
Maxillofacial Pathology. 2nd Ed. Saunders, Philadelphia.
Regezi, J. A., Sciubba, J. J., Jordan, Richard, C. K., Oral Pathology, Clinical
Pathologic Correlation. 4th ed, Saunders, USA.