Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Dosen Pembimbing :
Oleh
Kelompok 4 tingkat 2A
S1 KEPERAWATAN/2A
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmatNya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Diabetes Mellitus” yang sederhana ini tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah
satu dari sekian kewajiban sebelum melaksanakan praktik “Tatanan nyata”. Pada
kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami pun sadar bawasannya
kami hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa kami nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan
dan penyusunan makalah ini memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi kami,
pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi Keperawatan.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
4.1 PENGKAJIAN .................................................................................................... 18
4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 ...................................................................... 26
4.3 INTERVENSI ..................................................................................................... 28
4.4 IMPLEMENTASI ............................................................................................... 30
4.5 EVALUASI ......................................................................................................... 31
4.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN 2 ...................................................................... 32
4.7 INTERVENSI...................................................................................................... 34
4.8 IMPLEMENTASI ............................................................................................... 36
4.9 EVALUASI ......................................................................................................... 37
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 38
5.2 SARAN................................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kejadian penyakit alergi semakin meningkat sejalan dengan perubahan pola
hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam
makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit
Asma Bronkial.
Asma Bronkial adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam
waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena
pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan
dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. (Medlinux, 2008)
Asma Bronkial merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di
berbagai propinsi di Indonesia. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema
sebagai penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi
asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan
obstruksi paru 2/1000.
Pada 1997, terdapat 124 juta orang menderita Asma Bronkial atau sekitar 2,1 %
dari jumlah penduduk dunia. Pada tahun 2010, jumlah tersebut diperkirakan akan
meningkat dua kali lipat atau kurang lebih 221 juta orang.
Dengan meningkatnya jumlah penderita, maka tugas dan kinerja tenaga medis,
terutama perawat, semakin perlu ditingkatkan. Teknik perawatan yang sesuai dengan
Asuhan Keperawatan dan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit ini sangat perlu
dipahami dan dikuasai oleh calon dan tenaga medis.
1
1.2 Tujuan
A. Tujuan umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien Asma Bronkial di ruang Paru dengan menggunakan proses
keperawatan.
B. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.T dengan Diagnosa medis Asma di
Ruang Paru.
2. Mampu membuat diagnosa keperawatan menurut prioritas pada pasien.
3. Mampu membuat rencana askep pada pasien Tn.T dengan Diagnosa medis
Asma Bronkial di Ruang Paru.
4. Mampu menerapkan tindakan keperawatan pada pasien Tn.T dengan
Diagnosa medis Asma.
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang telah diterapkan
1.3 Manfaat
3. Bagi Peneliti
Mengetahui bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
Asma.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
2.2 Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
1. Faktor Predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
3
2. Faktor Presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
4
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
2.3 Klasifikasi
Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan
oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien
dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat
alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.
1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV
1. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
2. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5
5. Tingkat V
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.
c. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot
pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, dan
takikardi.
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing.
Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke
depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang
sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipnu),
otot bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan,
sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau
sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas,
karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah.
Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena peningkatan
konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia. (Medicafarma,2008)
6
2.5 Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan
psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot
polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi
pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi
penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam
sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi),
distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas
di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu
yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit
atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma.
Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya
faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik,
dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma
7
2.6 Web of Caution (WOC) Asma
Etiologi
Antibody muncul (IgE)
Sel mast mengalami degranulasi
Peningkatan Edema Kontraksi otot
produksi mukus polos bronkus
mukosa
Mengeluarkan mediator (histamin dan bradikinin)
Anoreksia Mempermudah proliferasi
Batuk, pilek
Perubahan nutrisi Mengi / wheezing
Terjadi sumbatan dan daya konsolidasi Sesak
kurang dari
kebutuhan tubuh
Hipoventilasi Hiperventilasi Bersihan
Gangguan ventilasi
jalan nafas
Konsentrasi O2 dalam Konsentrasi CO2 dalam
tak efektif
alveolus menurun alveolus meningkat
Gangguan difusi
Oksigenasi ke jaringan tidak memadai
Hipoksemia dan hipoksia
Gangguan perfusi Kelelahan Dada terasa
Sianosis Lemah tertekan / sesak,
Takipnea nyeri dada, nadi
meningkat
Gelisah
Intoleransi
Nafas cuping hidung
Retraksi otot dada aktivitas Nyeri
Keluarga bertanya
tentang penyakit anaknya
Cemas dan gelisah Kerusakan
pertukaran gas
Ansietas orang tua
8
2.7 Komplikasi
1. Pneumotoraks,
2. Status asmatikus
3. Hipoksemia
4. Emfisema
5. Atelektasis,
6. Gagal nafas,
7. Bronkhitis, dan
8. Fraktur iga.
9
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
11
3.3 Intervensi keperawatan
Perencanaan merupakan preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien
dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Doenges, 1999).
Rencana tindakan :
d) Auskultasi area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchi
Rasional: Bunyi nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi
pada area konsolidasi, krekel, mengi dan ronchi terdengar pada
inspirasi atau ekspirasi pada respon bertahap pengumpulan cairan,
sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi.
12
f) Anjurkan banyak minum air hangat
Rasional : Air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
Rencana tindakan :
13
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
sekret untuk memperbaiki ventilasi
Rencana tindakan :
14
b) Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
Rasional : Meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan pentingnya
nutrisi pada proses pertumbuhan
Rencana tindakan:
15
6) Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya
informasi
Tujuan: Kecemasan orang tua berkurang/hilang, pengetahuan orang tua
bertambah, orang tua memahami kondisi pasien.
Rencana tujuan :
b) Beri penjelasan pada orang tua tentang keadaan, pengertian, penyebab, tanda
gejala, pencegahan dan perawatan pasien.
Rasional : Memberi informasi untuk menambah pengetahuan orang tua.
e) Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
diketahui
Rasional : Orang tua bisa memperoleh informasi yang lebih jelas.
g) Lakukan evaluasi
Rasoional: Mengetahui apakah orang tua sudah benar-benar mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
16
3.4 Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah pngelolaan, perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun
pada tahap kedua untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dan komprehensif.
Tindakan keperawatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan perencanaan (Nursalam,
2001).
17
BAB IV
Bapak Toro usia 82 tahun datang ke RSUD Jombang pada tanggal 01 Juni 2017
pukul 06.33 WIB. Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, dan pilek berdahak sejak 2 hari
yang lalu. Pasien tampak lemah. Pada Pemeriksaan fisik tampak adanya otot bantu napas,
dypsnea, bentuk dada funnel chest, auskultasi terdengar bunyi wheezing pada seluruh
lapang paru dan ronkhi pada dada kiri TTV: TD 130/80 mmHg, nadi 86 x/menit, RR 30
x/menit, suhu 37,4oC.
4.1 Pengkajian
A. Biodata Pasien
Nama : Tn.Toro
Umur : 82 tahun
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Umur : 33 tahun
18
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tn.T usia 82 tahun datang ke RSUD Jombang pada tanggal 01 Juni 2017
pukul 06.33 WIB. Klien mengeluh sesak napas, batuk berdahak sejak 2 hari yang
lalu Pasien tampak lemah. Pada Pemeriksaan fisik tampak adanya otot bantu napas,
bentuk dada funnel chest, dypsnea, auskultasi terdengar bunyi wheezing pada
seluruh lapang paru dan ronkhi pada dada kiri .
Alergi :-
19
Riwayat Kesehatan Keluarga
Pemeriksaan Fisik
N : 86 x/menit
RR : 30 x/menit (regular)
20
1.4. Pemeriksaan Per Sistem
1. Sistem Pernapasan
Anamnesa :
Hidung
Mulut
Sinus paranasalis
Leher
limfe
Faring
Area dada
Perkusi : Sonor
21
Auskultasi : wheezing pada seluruh lapang paru dan ronkhii pada dada kiri,
fase ekspirasi memanjang
Wajah
Leher
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : normal
Palpasi : demam
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
22
3. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa:
Pasien mengatakan tidak ada keluhan.
Mulut
Inspeksi : sianosis
Lidah
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
Faring - Esofagus
Inspeksi : normal
Inspeksi : normal
Perkusi : tymphani
Palpasi:
Kuadran I:
Hepar normal
Kuadran II:
Lien normal
Kuadran III:
23
Tidak nyeri tekan
Kuadran IV:
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan seperti gatal dan tidak adanya ruam
kulit.
Warna kulit
pucat
Kekuatan otot : 4 4
4 4
Pasien mengatakan tidak mengalami kejang atau kram, pandangan tidak kabur,
tidak tremor dan tidak sulit menelan.
Kepala
Inspeksi : normal
Leher
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi : tidak terdapat pembesarankelenjarthyroid dan
parathyroid
Ekstremitasbawah
Palpasi : normal
24
6. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen
Palpasi : normal
Genetalia
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
7. Persepsi sensori :
Anamnesa :
Mata
Inspeksi : normal
Kornea : normal
Lensa : normal
Palpasi : normal
Penciuman (Hidung)
Perkusi : normal
25
4.2 Diagnosa Keperawatan 1
Analisa Data
NS. Ketidakefektifan pola nafas (00032)
DIAGNOSIS : Domain 4 : Aktifitas/ istirahat
(NANDA-I) Kelas 4 : Respons kardiovaskuler/ pulmonal
Dyspnea
Menggunakan otot pernafasan tambahan
DEFINING
CHARACTER Penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi
Keletihan
RELATED
Keletihan otot pernafasan
FACTORS:
Hiperventilasi
26
Subjective data entry Objective data entry
Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, - TTV :
dan pilek berdahak sejak 2 hari yang -S : 37,4°C
lalu
-N : 86 x/menit
-RR : 30 x/menit
-Dipsnea
27
4.3 Intervensi Keperawatan
Inisial nama : Tn.Toro
NIC NOC
3. Auskultasi suara
paru setelah
dilakukan
penanganan untuk
menentukan
hasilnya
28
Education :
4. Ajarkan klien
mengidentifikasi
dan menghindari
pemicu sebisa
mungkin
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
bronkodilator
melalui nebulizer
29
4.4 Implementasi
Inisial : Tn. T
30
4.5 Evaluasi
Inisial : Tn. T
-RR : 25 x/menit
-Dipsnea berkurang
- wheezing (+)
31
4.6 Diagnosa Keperawatan 2
ANALISA DATA
Ns. Diagnosis Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)
DEFINING Dipsnea
Kesulitan verbalisasi
CARATERISTICS
Perubahan frekuensi nafas
Perubahan pola nafas
Suara nafas tambahan
RELATED TO Lingkungan
-Perokok
-Fisiologis
Asma
32
-RR : 30 x/menit
-Dipsnea
33
4.7 Intervensi Keperawatan
Inisial : Tn. T
NIC NOC
Education
4. Ajarkan pasien untuk
bernafas
pelan,dalam,berputar
dan batuk
Colaboration :
34
5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat melalui
nebulizer
35
4.4 Implementasi
Inisial : Tn. T
36
4.5 Evaluasi
Inisial : Tn. T
-RR : 25 x/menit
-Dipsnea berkurang
- ronkhi (-)
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan
jalan nafas.
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing.
Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke
depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
5.2 Saran
Kita sebagai perawat perlu mengetahui tentang penyakit Asma, selain untuk
menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat juga untuk berbagi kepada
masyarakat tentang informasi tentang penyakit Asma. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
38
DAFTAR PUSTAKA
Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit
FKUI. Jakarta.
39