Está en la página 1de 43
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang NOMOR 82/M-DAG/PER/ 12/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA, BAJA PADUAN, DAN PRODUK TURUNANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mendorong peningkatan daya saing nasional, perlu melakukan penyederhanaan perizinan di bidang perdagangan, khususnya impor besi atau baja, baja paduan, dan produk turunannya; bahwa ketentuan impor besi atau baja sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan + Nomor. 54/M-DAG/PER/ 12/2010 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri_ Perdagangan Nomor 113/M-DAG/PER/12/2015, dan ketentuan impor baja paduan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 28/M-DAG/PER/6/2014 tentang Ketentuan Impor Baja Paduan dinilai sudah tidak relevan dan akan berakhir masa berlakunya pada tanggal 31 Desember 2016; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor besi atau baja, baja paduan, dan produk turunannya; Mengingat 1 bahwa berdasarkan _pertimbangan _sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817); Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia 10. 11. 12. 13. 14. Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512); Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari serta Berada di Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5277); Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2015 tentang Kementerian Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 90); Keputusan Presiden Nomor 83/P Tahun 2016 tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 46/M-DAG/PER/8/2014 tentang Ketentuan Umum Verifikasi atau Penelusuran Teknis di Bidang Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1104); Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 48/M-DAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1006); Peraturan. Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015 tentang Angka _Pengenal Importir (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1516); Menetapkan : 15. 16. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 202); Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M-DAG/PER/9/2016 tentang Ketentuan Pemasukan dan Pengeluaran Barang Asal Luar Daerah Pabean Ke dan Dari Pusat Logistik Berikat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1415); MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN —TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA, BAJA PADUAN, DAN PRODUK TURUNANNYA. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1 Besi atau Baja adalah produk dari peleburan besi karbon atau baja dengan sejumlah unsur paduan dan unsur pengotor lebih lanjut, dan/atau barang yang dihasilkan dari produk tersebut. Baja Paduan adalah produk dari peleburan baja yang mengandung satu unsur atau lebih bahan paduan, Produk turunan besi atau baja dan baja paduan yang selanjutnya disebut Produk Turunannya adalah produk hasil proses lebih lanjut besi atau baja dan baja paduan dalam bentuk dasar berupa batangan atau lembaran atau hasil proses perakitan atau penggabungan hasil proses lebih lanjut dari besi atau baja dan baja paduan dalam bentuk dasar. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Persetujuan Impor adalah persetujuan yang digunakan sebagai izin untuk melakukan impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya. Pertimbangan Teknis adalah surat yang diterbitkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk yang berisi 10. ll. QQ) (2) a) -5- penjelasan yang memuat paling sedikit antara lain nomor Pos Tarif/HS, spesifikasi, jumlah, dan pelabuhan tujuan ‘mengenai Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk ‘Turunannya yang akan diimpor. Verifikasi atau penelusuran teknis adalah penelitian dan pemeriksaan barang impor yang dilakukan oleh surveyor. Surveyor adalah perusahaan survey yang mendapat otorisasi untuk melakukan Verifikasi atau penelusuran teknis barang impor. Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan bea masuk, yang terdiri dari Gudang Berikat, Kawasan Berikat, ‘Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat, Toko Bebas Bea, Tempat Lelang Berikat, Kawasan Daur Ulang Berikat, dan Pusat Logistik Berikat. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan. Pasal 2 Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya dibatasi. Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya yang dibatasi impornya sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini yang terdiri dari Kelompok A, Kelompok B, dan Kelompok C. Pasal 3 Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hanya dapat diimpor oleh perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir Umum (API-U) dan perusahaan pemilik Angka (2) ay (2) (3) 4) Pengenal Importir Produsen (API-P) yang telah mendapat Persetujuan Impor dari Menteri. Menteri mendelegasikan kewenangan _penerbitan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktur Jenderal. Pasal 4 Untuk memperoleh Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), perusahaan harus mengajukan permohonan secara clektronik kepada Direktur Jenderal, dengan melampirkan dokumen: a. API-U atau API-P; b. Pertimbangan Teknis dari Menteri Perindustrian atau pejabat yang ditunjuk; c. kontrak penjualan atau bukti pemesanan, bagi perusahaan pemilik API-U yang mengimpor Besi atau Baja dan/atau Baja Paduan; dan d. mill certificate, untuk impor Baja Paduan. Pertimbangan Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disampaikan oleh Kementerian Perindustrian secara elektronik melalui http://inatrade, kemendag.go.id. Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal menerbitkan Persetujuan Impor paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lengkap dan benar, Direktur Jenderal menyampaikan pemberitahuan penolakan permohonan paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima. Pasal 5 Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) berlaku selama: a 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan, bagi perusahaan pemilik API-P; dan (y (2) (3) qQ) (2) 3) 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan, bagi perusahaan pemilik API-U. Pasal 6 Masa berlaku Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari. Untuk memperoleh perpanjangan masa __ berlaku Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perusahaan harus mengajukan permohonan secara elektronik kepada Direktur Jenderal__ dengan melampirkan dokumen: a. _asli Persetujuan Impor yang masih berlaku; b. _asli Kartu Kendali Realisasi Impor; c. Bill of Lading (B/L); dan d. dokumen Manifest (BC 1.1). Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal menerbitkan perpanjangan masa berlaku Persetujuan Impor paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar. Pasal 7 Importir Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya wajib melaporkan setiap perubahan yang terkait dengan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, dan mengajukan permohonan perubahan Persetujuan Impor. Importir Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya dapat mengajukan permohonen perubahan Persetujuan Impor dalam hal terdapat perubahan mengenai Pos Tarif/HS, jenis, jumlah, negara asal dan pelabuhan muat, dan/atau pelabuhan tujuan impor. Untuk memperoleh perubahan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), importir Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya harus @) (5) a) (2) ay -8- mengajukan permohonan secara elektronik kepada Direktur Jenderal, dengan melampirkan dokumen: a. dokumen yang mengalami perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan b. Persetujuan Impor. Untuk memperoleh perubahan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (2), importir Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya harus mengajukan permohonan secara elektronik kepada Direktur Jenderal, dengan melampirkan dokumen: a. Persetujuan Impor; dan b. Pertimbangan Teknis dari Menteri Perindustrian atau pejabat yang ditunjuk. Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), Direktur Jenderal menerbitkan perubahan Persetujuan Impor paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar. Pasal 8 Pengajuan permohonan untuk mendapatkan: a. Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; b. perpanjangan masa berlaku Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; dan c. perubahan Persetujuan Impor — sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, harus disampaikan secara_elektronik melalui http://inatrade. kemendag.go.id. Dalam hal terjadi keadaan memaksa (force majeure) yang mengakibatkan sistem elektronik tidak berfungsi, pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara manual. Pasal 9 Perusahaan pemilik API-P_—dilarang untuk memperdagangkan dan/atau memindahtangankan Besi -9 atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya yang diimpor kepada pihak lain. (2) Perusahaan pemilik © API-U hanya dapat memperdagangkan dan/atau memindahtangankan Besi atau Baja, dan Baja Paduan yang diimpornya kepada perusahaan sesuai dengan kontrak penjualan atau bukti pemesanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) hurufc, Pasal 10 (1) Setiap pelaksanaan impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya harus terlebih dahulu dilakukan Verifikasi atau penelusuran teknis di pelabunan muat. (2) Pelaksanaan Verifikasi atau penelusuran _teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Surveyor yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 11 Untuk dapat ditetapkan sebagai pelaksana Verifikasi atau penelusuran teknis impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Surveyor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki Surat Izin Usaha Jasa Survey (SIUJS); b. berpengalaman sebagai surveyor paling sedikit 5 (lima) tahun; c. memiliki cabang atau perwakilan dan/atau afiliasi di luar negeri dan memiliki jaringan untuk mendukung efektifitas pelayanan Verifikasi atau penelusuran teknis; dan d. mempunyai rekam-jejak (track records) yang baik di bidang pengelolaan kegiatan Verifikasi atau penelusuran teknis impor. Pasal 12 (1) Verifikasi atau penelusuran teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilakukan terhadap impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk (2) (3) 4) a -10- Turunannya, yang meliputi data atau keterangan paling sedikit mengenai: @. negara asal dan pelabuhan muat barang; b. _uraian barang dan Pos Tarif/HS; c. _jenis, jumlah, dan spesifikasi barang; d. kesesuaian Besi atau Baja, dan Baja Paduan yang diimpor dengan mill certificate, . Standar Nasional Indonesia Wajib (SNI Wajib), bagi yang dipersyaratkan; dan f, pelabuhan tujuan. Hasil Verifikasi atau penelusuran teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk Laporan Surveyor (LS) untuk digunakan sebagai dokumen pelengkap pabean dalam _penyelesaian kepabeanan di bidang impor. LS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memuat pernyataan kebenaran atas hasil Verifikasi atau penelusuran teknis dan menjadi tanggung jawab penuh Surveyor. Atas pelaksanaan Verifikasi atau penelusuran teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Surveyor memungut imbalan jasa dari importir yang besarannya ditentukan dengan memperhatikan azas manfaat. Pasal 13 Perusahaan yang telah mendapat Persetujuan Impor wajib menyampaikan laporan atas pelaksanaan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya, baik terealisasi maupun tidek terealisasi, secara elektronik dengan melampirkan: a. scan Kartu Kendali Realisasi Impor yang telah diparaf oleh petugas Bea dan Cukai, untuk jenis Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya yang belum terkena ketentuan pencatatan realisasi Impor secara elektronik dan/atau pelabuhan yang belum terkoneksi dengan Indonesia National Single Window (INSW); atau Te b. scan Pemberitahuan Impor Barang (PIB), untuk jenis Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya yang telah terkena ketentuan pencatatan realisasi Impor secara elektronik dan/atau pelabuhan yang sudah terkoneksi dengan Indonesia National Single Window (INSW). (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui _http://inatrade.kemendag.go.id, setiap 3 (tiga) bulan sekali paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan pertama triwulan berikutnya, kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, Kementerian Perindustrian. (3) Dalam hal terjadi keadaan memaksa (force majeure) yang mengakibatkan sistem elektronik tidak _ berfungsi, penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara manval. Pasal 14 Surveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) wajib menyampaikan laporan tertulis mengenai pelaksanaan Verifikasi atau penelusuran teknis impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya kepada Direktur Jenderal setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya. Pasal 15 Perusahaan yang telah mendapatkan Persetujuan Impor yang tidak melaksanakan kewajiban penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sebanyak 2 (dua) kali dikenai sanksi penangguhan permohcnan Persetujuan Impor periode berikutnya. Pasal 16 Persetujuan Impor dicabut apabila perusahaan: a. terbukti memperdagangkan dan/atau memindahtangankan Besi atau Baja, Baja Paduan, dan/atau Produk Turunannya Eat yang diimpor kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), bagi perusahaan pemilik API-P; terbukti memperdagangkan dan/atau memindahtangankan Besi atau Baja, dan/atau Baja Paduan yang diimpor kepada perusahaan lain yang tidak sesuai dengan kontrak penjualan atau bukti pemesanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), bagi perusahaan pemilik API-U; terbukti mengubah, menambah, dan/atau mengganti isi yang tercantum dalam Persetujuan Impor; terbukti menyampaikan data dan/atau keterangan yang tidak benar dalam permohonan Persetujuan Impor, setelah Persetujuan Impor diterbitkan; terbukti mengimpor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan/atau Produk Turunannya yang jenisnya tidak sesuai dan/atau jumlahnya melebihi yang tercantum dalam Persetujuan Impor; dan/atau dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atas tindak pidana yang berkaitan dengan penyalahgunaan Persetujuan Impor. Pasal 17 Penangguhan permohonan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan pencabutan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 18 Penetapan sebagai Surveyor pelaksana Verifikasi atau penelusuran teknis impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya dicabut, apabila Surveyor: a, melanggar ketentuan Verifikasi atau penelusuran teknis impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12; dan/atau Bits b. tidak melaksanakan kewajiban _penyampaian laporan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 sebanyak 2 (dua) kali. (2) Pencabutan penetapan sebagai Surveyor pelaksana Verifikasi atau penelusuran teknis impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. Pasal 19 (1) Perusahaan yang melakukan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan _perundang- undangan. 2) Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya yang diimpor tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini wajib diekspor kembali cleh importir. (3) Biaya atas pelaksanaan ekspor kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditanggung oleh importir, Pasal 20 Untuk kepentingan pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri ini, Direktur Jenderal bersama dengan Kementerian Perindustrian dapat membentuk Tim Evaluasi Pelaksanaan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya. Pasal 21 (1) Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini tidak berlaku terhadap Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk ‘Turunannya asal luar daerah pabean yang dimasukkan ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas serta Tempat Penimbunan Berikat. (2) Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya asal luar daerah pabean yang akan dikeluarkan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas serta Tempat Penimbunan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean berlaku ketentuan Peraturan Menteri ini. (3) a -14- Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya asal luar daerah pabean yang akan dikeluarkan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas serta ‘Tempat Penimbunan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean wajib dilakukan Verifikasi atau penelusuran teknis di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas atau Tempat Penimbunan Berikat. Pasal 22 Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini tidak berlaku terhadap impor Besi atau Baja dan Produk Turunannya yang merupakan: a. barang impor sementara; b. barang promosi; ce barang untuk keperluan —penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; barang kiriman; barang sebagai hibah, hadiah atau pemberian untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam; barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan dan pengujian yang diimpor kembali dalam jumlah yang paling banyak sama dengan jumlah pada saat diekspor sesuai dengan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB); barang ekspor yang ditolak oleh pembeli di luar negeri kemudian diimpor kembali dengan jumlah paling banyak sama dengan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB); barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan; barang untuk keperluan instansi pemerintah/lembaga negara lainnya yang diimpor sendiri oleh instansi pemerintah /lembaga dimaksud; barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia; (2) 8) BGs barang untuk keperiuan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia; barang pindahan; barang bawaan penumpang atau awak sarana pengangkut; dan/atau barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal. Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini tidak berlaku terhadap impor Baja Paduan yang merupakan: a barang untuk keperluan instansi pemerintah/lembaga negara lainnya yang diimpor sendiri oleh instansi pemerintah /lembaga dimaksud; barang keperuan penelitian dan pengembangan teknologi; barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan; barang keperluan untuk kepentingan bencana alam; dan/atau barang ekspor yang ditolak oleh pembeli luar negeri kemudian diimpor kembali dengan jenis dan jumlah paling banyak sama dengan pada saat diekspor. Setiap pelaksanaan impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mendapatkan penjelasan impor dari Direktur Impor, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan. Pasal 23 Ketentuan Verifikasi atau penelusuran teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) tidak berlaku terhadap impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya: yang termasuk dalam Pos Tarif/HS: a. 1. 7213.91.90.00 dengan kandungan karbon (C) lebih dari 0,6%; 7213.99.90.00 dengan kandungan karbon (C) lebih dari 0,6%; 7219.32.00.00; -16- 4. 7219.33.00. 5. 7219.34.00. 6. 7219.35.00. 7. 7219,90.00.00; 8. 7220.20.10.0 9. 7220.20.90.0 10. 7220.90.10.0 11. 7220.90.90. 12. 7225.11.00. 13. 7225.19.00.00; 14. 7225.50.90.00 berupa Tin Mill Black Plate; 15. 7226.11.10.0¢ 16. 7226.11.90, 17. 7226.19.10.00; dan 18. 7226.19.90.00. yang dilakukan oleh: 1. perusahaan pemilik API-P di bidang industri otomotif dan komponennya, industri elektronika dan komponennya, industri galangan kapal dan komponennya, industri mould and dies, dan/atau industri alat besar dan komponennya; 2. perusahaan pemilik API-P yang telah mendapatkan penetapan sebagai Importir Jalur Prioritas oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan; 3. perusahaan pemilik API-P sebagai industri pengguna (user) yang memiliki Surat Keterangan Verifikasi Industri (SKV1) melalui fasilitas User Specific Duty Free Scheme (USDFS) atau fasilitas skema lainnya yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan perjanjian —internasional —_—_(bilateral/regional/ multilateral) yang melibatkan Pemerintah Republik Indonesia yang memuat ketentuan mengenai impor Besi atau Baja dan Baja Paduan; 4. perusahaan yang mendapat fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP); dan -17- 5. perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi (Kontraktor KKS Migas), perusahaan Kontrak Karya Pertambangan, _perusahaan pelaksana pembangunan dan pengembangan industri pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan umum, dan perusahaan pelaksana pembangunan dalam rangka pelayanan kepentingan umum kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi. Pasal 24 Pengecualian dari ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini ditetapkan oleh Menteri dengan memperhatikan pertimbangan dari instansi terkait. Pasal 25 Pelaksanaan impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya selain tunduk pada ketentuan Peraturan Menteri ini juga tunduk pada ketentuan peraturan perundang- undangan lain mengenai Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya. Pasal 26 Pelaksanaan Peraturan Menteri ini dievaluasi 1 (satu) tahun sejak tanggal diberlakukan. Pasal 27 Petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Menteri ini dapat ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 28, (1) IT-Besi atau Baja, IP-Besi atau Baja, dan LS yang terbit sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 54/M-DAG/PER/12/2010 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor (2) (3) QQ) (2) -18- 113/M-DAG/PER/12/2015 dinyatakan tetap berlaku sampai dengan tanggal 28 Februari 2017. IP-Baja Paduan, IT-Baja Paduan, Persetujuan Impor, dan LS yang terbit sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 28/M-DAG/PER/6/2014 tentang Ketentuan Impor Baja Paduan dinyatakan tetap berlaku sampai dengan tanggal 28 Februari 2017. Impor Besi atau Baja dan Baja Paduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuktikan dengan dokumen pabean berupa Manifest (B.C 1.1). Pasal 29 Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini tidak berlaku bagi impor Besi atau Baja dengan Pos Tarif/HS pada nomor urut 16, 18, 20, 21, 23, 25, 27, 28, 30 sampai dengan 33, 36 sampai dengan 42, 54, 55, 64, 98 sampai dengan 106, 108 sampai dengan 118, 120, 127 sampai dengan 130, 139, 141, 144, 147, 150, 152, 153, 177, 178, 190, 192 sampai dengan 200, 205 sampai dengan 219, 239, 241, 243, 244, 246, 248 sampai dengan 253, 257, 259, 261, 263, 272 sampai dengan 275, 282, 283, 298 sampai dengan 318, 325, 326, 328 sampai dengan 342 dalam Kelompok A, Baja Paduan dengan Pos Tarif/HS pada nomor urut 1 sampai dengan 9 dalam Kelompok B, dan seluruh Produk Turunan kecuali dengan Pos Tarif/HS pada nomor urut 10 sampai dengan 16 dalam Kelompok C sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, yang tibe di pelabuhan tujuan paling lambat tanggal 28 Februari 2017. Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan dokumen pabean berupa Manifest (B.C 1.1). -19- Pasal 30 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2017 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2019. Agar setiap orang mengetahuinya, ~ memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Desember 2016 MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Td ENGGARTIASTO LUKITA Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 82/M-DAG/PER/ 12/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA, BAJA PADUAN DAN PRODUK TURUNANNYA DAFTAR BESI ATAU BAJA, BAJA PADUAN DAN PRODUK TURUNANNYA. YANG DIBATASI IMPORNYA Pos Tarif/HS Uraian Barang A. Besi Atau Baja 72.08 Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dicanai panas, tidak dipalut, tidak disepuh atau tidak dilapisi, 1 | 7208.10.00.00 | - Dalam gulungan, tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, dengan pola relief - Lain-lain, dalam gulungan, tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, telah dibersihkan dengan asam: 2 |7208.25.00.00 | - - Dengan ketebalan 4,75 mm atau lebih 3 |7208.26.00.00 | -- Dengan ketebalan 3 mm atau lebih tetapi kurang dari 4,75 mm 7208.27 ~ - Dengan ketebalan kurang dari 3 mm: 4 7208.27.10.00 - - - Dengan ketebalan kurang dari 2 mm 3__|7208.27.90.00__|--- Lain-lain ~ Tain-lain, dalam gulungan, tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas: 6 | 7208.36.00.00__ | - - Dengan ketebalan melebihi 10 mm. 7 |7208.37.00.00 _ |-- Dengan ketebalan 4,75 mm atau lebih tetapi tidak melebihi 10 mm 8 | 7208.38.00.00 | - - Dengan ketebalan 3 mm atau lebih tetapi kurang dari 4,75 mm 9 | 7208.39.00.00__ | - - Dengan ketebalan kurang dari 3 mm 10 [7208.40.00.00 | - Tidak dalam gulungan, tidak dikerjaken lebih lanjut selain dicanai panas, dengan pola relief ~ Lain-lain, tidak dalam gulungan, tidak di- kerjakan lebih lanjut selain dicanai panas: T1_[7208.51.00.00 _ | - - Dengan ketebalan melebihi 10 mm 12 |7208.52.00.00 | - - Dengan ketebalan 4,75 mm atau lebih tetapi tidak melebihi 10 mm 13 |7208.53.00.00 | - - Dengan ketebalan 3 mm atau lebih tetapi kurang dari 4,75 mm 14_|7208.54.00.00 _ | - - Dengan ketebalan kurang dari 3 mm 15 7208.90.00.00 = Lain-lain Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dicanai secara dingin (cold-reduced), tidak dipalut, tidak disepuh atau tidak dilapisi. ~ Dalam gulungan, tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai dingin (cold-reduced): 16 |7209.15.00.00 _ |- - Dengan ketebalan 3 mm atau lebih 7209.16.00 =~ Dengan ketebalan melebihi 1 mm tetapi kurang dani 3 mm: 17 |7209.16.00.10 _ |- - - Dengan lebar sampai dengan 1.250 mm, untuk yang permukaannya dibersihkan dengan asam maupun tidak 18 | 7209.16.00.90 --- Lain-lain 7209.17.00 ~- Dengan ketebalan 0,5 mm atau lebih tetapi tidak melebihi 1 mm: 19 |7209.17.00.10 _ |- - - Dengan lebar sampai dengan 1.250 mm, untuk yang permukaannya dibersihkan dengan asam maupun tidak 20 =| 7209.17.00.90 --- Lain-lain 7209.18 == Dengan ketebalan kurang dari 0,5 mm: === Tain-lain: 21 |7209.18.91.00 _|---- Mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya dan dengan ketebalan 0,17 mm atau kurang 22_|7209.18.99.00__|--- - Lain-lain = Tidak dalam gulungan, tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai dingin (cold-reduced): 23 _| 7209.25.00.00 - - Dengan ketebalan 3 mm atau lebih 7209.26.00 =~ Dengan ketebalan melebihi 1 mm tetapi kurang dari 3 mm: 24 |7209.26.00.10 | - - - Dengan lebar sampai dengan 1.250 mm, untuk yang permukaannya dibersihkan dengan asam maupun tidak 25 |7209.26.00.90 _|-- - Lain-lain 7209.27.00 ~~ Dengan ketebalan 0,5 mm atau lebih tetapi tidak melebihi 1 mm: 26 |7209.27.00.10 | - - - Dengan lebar sampai dengan 1.250 mm, untuk yang permukaannya dibersihkan dengan asam maupun tidak 27_|7209.27.00.90__|- - - Lain-lain 7209.28 == Dengan ketebalan kurang dari 0,5 mm: 28 |7209.28.10.00 | - - - Mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya dan dengan ketebalan 0,17 mm atau kurang 29 _|7209.28.90.00___|-- - Lain-lain 7209.90 -Lain-lain: 30_|7209.90.10.00__ | - - Bergelombang 31_|7209.90.90.00___|-- Lain-lain 72.10 Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dipalut, disepuh atau dilapisi. = Disepuh atau dilapisi dengan timah: 7210.11 == Dengan ketebalan 0,5 mm atau lebih: 32 _[7210.11.10.00 _ |-- - Mengandung karbon 0,6% atau lebih menurut beratnya 33_|7210.11.90.00__|- - - Lain-lain 7210.12 == Dengan ketebalan kurang dari 0,5 mm: 34 [7210.12.10.00 | -- - Mengandung karbon 0,6% atau lebih menurut beratnya. 35_|7210.12.90.00__|- - - Lain-lain 7210.20 ~ Disepuh atau dilapisi dengan timbal, termasuk terne- plate: 36 | 7210.20.10.00 | - - Mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya dan dengan ketebalan 1,5 mm atau kurang 37_|7210.20.90.00__ | -- Lain-lain 7210.30 - Disepuh atau dilapisi secara elektrolisa dengan seng: ~ - Mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya: 38 |7210.30.11.00 _|- - - Dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 39 |7210.30.12.00 _|--- Dengan ketebalan melebihi 1.2 mm tetapi tidak melebihi 1,5 mm 40__|7210.30.19.00 ~~~ Lain-lain = Lain-lain: 41_|7210.30.91.00 _ | -- - Dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 42_|7210.30.99.00 Lain-lain = Disepuh atau dilapisi secara lain dengan seng: 7210.41 = Bergelombang: Mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya: 43 _[7210.41.11.00 _ | - - - - Dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 44 |7210.41.12.00 _ |--- - Dengan ketebalan melebihi 1,2 mm tetapi tidak melebihi 1,5 mm 45_|7210.41.19.00__|- - - - Lain-lain 46_|7210.41.91.00 Dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 47_|7210.41.99.00 Lain-lain 7210.49 = Tain-lain: Mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya: 48 |7210.49.11.00 | - - - - Dilapisi dengan seng dengan metode paduan besi-seng, mengandung karbon kurang dari 0,04% menurut beratnya dan dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 49 | 7210.49.12.00 = Tain-lain, dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 50 _|7210.49.13.00 Dengan ketebalan melebihi 1,2 mm tetapi tidak melebihi 1,5 mm S1_| 7210.49. 19.00 ~ Lain-lain Lain-lain: 52 | 7210.49.91.00 Lain-lain, dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 53_|7210.49.99.00 Lain-lain ~ Disepuh atau dilapisi dengan aluminium: 7210.61 ~~ Disepuh atau dilapisi dengan paduan aluminium- seng: oA jengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya: 54_[7210.61.11.00__| - - - - Dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 55 | 7210.61.12.00 _|--- - Dengan ketebalan melebihi 1,2 mm tetapi tidak melebihi 1,5 mm 36_|7210.61.19.00__|- - - - Lain-lain === Tain-lain: 57 | 7210.61.91.00 Dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 88_|7210.61.99.00 Lain-lain 7210.69 == Lain-lain: ~~ - Mengandung karbon kurang dari 06% menurut beratnya: 59 _|7210.69.11.00 _| - - - - Dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 60 | 7210.69.12.00 _ |-- - - Dengan ketebalan melebihi 1,2 mm tetapi tidak melebihi 1,5 mm 61_|7210.69.19.00__| - - - - Lain-lain === Lain-lain: 62_|7210.69.91.00 Dengan ketebalan tidak melebihi 1,2 mm 63_|7210.69.99.00__ | - - - - Lain-lain 7210.70 ~ Dicat, dipernis atau dilapisi dengan plastik: 64 |7210.70.10.00 | -- Mengandung karbon kurang dari 0,6% menurat beratnya dan dengan ketebalan 1,5 mm atau kurang 65_|7210.70.90.00 _| - - Lain-lain 7210.90 = Lain-lain: 66 |7210.90.10.00 | -- Mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya dan dengan ketebalan 1,5 mm atau kurang 67_|7210.90.50.00__|-- Lain-lain 72.11 Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar kurang dari 600 mm, tidak dipalut, tidak disepuh atau tidak dilapisi, - Tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas: 7211.13 - - Dicanai keempat sisinya atau dilewatkan pada kotak tertutup, dengan lebar melebihi 150 mm dan ketebalan tidak kurang dari 4 mm, tidak dalam gulungan dan tanpa pola relief: 68 [7211.13.10.00 _ |--- Simpai dan strip, dengan lebar melebihi 150 mm tetapi tidak melebihi 400 mm 7211.13.90 === Lain-lain: 69 |7211.13.90.10 _|-- - - Bergelombang, mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya 70_|7211.13.90.90__|-- - - Lain-lain 7211.14 == Lain-lain, dengan ketebalan 4,75 mm atau lebih:

También podría gustarte