Está en la página 1de 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntabilitas Kinerja


2.1.1 Pengertian Akuntabilitas Kinerja
Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul AkuntabilitasInstansi
Pemerintah yang dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP,
diartikan bahwa akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau
untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/ badan hukum/ pimpinan
kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban. Sedangkan kinerja instansi pemerintah adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran
dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan‐kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang
ditetapkan.
Maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan
pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam
rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah
ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
Akuntabilitas publik merupakan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat
terkait dengan aktivitas-aktivitas dan kegiatan-kegiatan yang menjadi tangungjawabnya melalui
penyajian laporan keuangan, dimana masyarakat mempunyai hak dan kewenangan untuk
meminta pertanggungjawaban (Rahayu, 2011). Akuntabilitas Pemerintah adalah fokus utama
bagi masyarakat karena Akuntabilitas dapat mencegah terjadinya praktek korupsi. Karena
Akuntabilitas mengharuskan kepada lembaga-lembaga publik membuat Laporan Keuangan
untuk menggambarkan atau mentransparansi kinerja Keuangan organisasi kepada pihak luar.
Akuntabilitas keuangan terkait dengan penghindaran penyalahgunaan dana publik (Mardiasmo,
2002, 21).
Akuntabilitas dapat di artikan sebagai “Pertanggungjawaban” jadi Akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban seeorang atau unit organisasi , untuk mewujudkan pengelola sumber daya
yang telah diberikan dan dikuasi untuk mencapai tujuan dengan melalui suatu media berupa
laporan Akuntabilitas kinerja secara periodik.Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah
perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawaban keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan misi organisasi dalam
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara
periodik. Perwujudan pertanggungjawaban ini kemudian disusun dan disampaikan dalam
bentuk laporan yang disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

2.1.2 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)


2.1.2.1 Pengertian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas Instansi
Pemerintah yang dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP,
dikatakan bahwa Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian
proses yang sistematis dari berbagai komponen, alat, dan prosedur yang dirancang untuk
mencapai tujuan manajemen kinerja, yaitu perencanaan, penetapan kinerja dan pengukuran,
pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi
pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah adalah wujud nyata penerapan akuntabilitas di Indonesia. Inpres ini
mendefinisikan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai pertanggungjawaban
keberhasilan atau kegagalan misi dan visi instansi pemerintah dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan melalui seperangkat indikator kinerja. Dalam konteks AKIP ini,
instansi pemerintah diharapkan dapat menyediakan informasi kinerja yang dapat dipahami dan
digunakan sebagai alat ukur keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran
tersebut.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (SAKIP) merupakan instrumen yang
digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi (LAN, 2004, hal. 63).
2.1.2.2 Siklus SAKIP
Menurut Rasul (2003), siklus akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada dasarnya
berlandaskan pada konsep manajemen berbasis kinerja. Adapun tahapan dalam siklus
manajemen berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
1. Penetapan perencanaan strategis yang meliputi penetapan visi dan misi
organisasi dan strategic performance objectives.
2. Penetapan ukuran-ukuran kinerja atas perencanaan strategis yang telah
ditetapkan yang diikuti dengan pelaksanaan kegiatan organisasi.
3. Pengumpulan data kinerja (termasuk proses pengukuran kinerja).
4. Manajemen organisasi menggunakan data yang dilaporkan tersebut untuk
mendorong perbaikan kinerja, seperti melakukan perubahan-perubahan dan
koreksi-koreksi dan/atau melakukan penyelarasan (fine-tuning) atas kegiatan
organisasi.
Menurut Wakhyudi et al. (2007:10), sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
merupakan suatu tatanan, instrumen, dan metode pertanggungjawaban yang intinya meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
a. Penerapan perencanaan strategis.
b. Pengukuran kinerja.
c. Pelaporan kinerja.
d. Pemanfaatan informasi kinerja bagi perbaikan kinerja secara berkesinambungan.
Siklus akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan strategis

Manfaat Informasi Pengukuran Kinerja


Kinerja

Pelaporan Kinerja
Gambar 1.1
Siklus Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Sumber: Wakhyudi, 2007
2.1.2.3 Syarat Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Agar Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dapat terwujud dengan baik, harus
memenuhi persyaratan berikut ini : (LAN,2003:5)
1. Beranjak dari sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber yang
konsisten dengan asas-asas umum penyelenggaraan negara.
2. Komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan.
3. Menunjukkan tingkat pencapain sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi, misi, serta dan manfaat yang diperoleh.
5. Jujur, obyektif, transparan, dan akurat.

2.2 Kejelasan Sasaran Anggaran


2.2.1 Pengertian Kejelasan Anggran
Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara
jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang
bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut (Suharono dan Solichin,
2006).Sasaran anggaran memiliki tujuan yaitu sebagai alat perencanaan, dengan adanya
anggaran, organisasi untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Pada dasaranya penyusunan
sasaran anggaran berbasis kinerja tidak terlepas dari siklus perencanaan, pelaksanaan, pelaporan
atau pertanggungjawaban atas anggaran itu sendiri.
Kenis (1979) dalam Putra (2013) menjelaskan bahwa kejelasan sasaran anggaran
merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar
anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran
anggaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran berimplikasi pada aparat untuk menyusun
anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah. Ketidakjelasan sasaran
anggaran akan meyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas
dalam bekerja. Hal ini meyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai
kinerja yang diharapkan. Abdullah (2003) dalam Bulan (2011) menyatakan arah dan kebijakan
umum APBD pada dasarnya memuat informasi mengenai tujuan dan sasaran yang akan dicapai
oleh daerah yang bersangkutan dalam tahun anggaran tertentu.
Keterlibatan individu dalam penyusunan anggaran dalam membuatnya memahami
sasaran akan yang akan dicapai oleh anggaran tersebut, serta bagaimana akan mencapainya
dengan menggunakan sumber yang ada, selanjutya target-target anggaran yang disusun akan
sesuai dengan yang akan dicapai. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan
pelaksanaan anggaran menjadi bingung, tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan
pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
Anggaran adalah rencana kegiatan yang dijalankan oleh manajemen dalam satu periode
yang terutang secara kuantitatif (Sasongko,2010). Bastian (2006:24) Kejelasan dan spesifikasi
sasaran anggaran mempunyai dampak yang positif terhadap komitmen pencapaian sasaran dan
timbulnya kepuasan terhadap karyawan. Manus (2009) kejelasan sasaran anggaran
menggambarkan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik dan
dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya.
Direktorat Jendral Otonomi Daerah (2001) menyatakan kejelasan sasaran anggaran
merupakan arah dan kebijakan umum APBD yang pada dasarnya memuat informasi mengenai
tujuan (goals) dan sasaran (objectives) yang akan dicapai oleh daerah dalam tahun anggaran
tertentu. Menurut Emilia (2013), kejelasan sasaran anggaran merujuk pada tingkat dimana
sasaran anggaran adalah dinyatakan secara spesifik dan jelas, serta dipahami oleh pihak yang
bertanggung jawab untuk memenuhinya. Tujuan merupakan arah (direction) yang akan
menunjukkan tujuan (destination) daerah di masa yang akan datang, sedangkan sasaran
menunjukkan batas-batas (milestone) sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Kejelasan sasaran anggaran dapat dilihat dengan cara membandingkan anggaran
dengan realisasinya dalam periode satu tahun tertentu. Adanya tuntutan dari masyarakat agar
anggaran yang efektif dan efisien serta adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 93/ PMK. 02/
2011 yang menyebutkan mengenai (PBK) Penganggaran Berbasis Kinerja menjadikan
pemerintah harus memiliki kejelasan dalam hal anggaran yang mereka buat.

2.2.2 Fungsi Anggaran


Menurut Mardiasmo (2009) menjelaskan ada 8 fungsi anggaran yaitu :
a. Sebagai aspek perencanaan anggaran merupakan alat perencanaan manajemen
untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal. Digunkan pemerintah u tuk mestabilkan
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
c. Anggran sebagai alat pengendalian.
d. Anggaran sebagai alat politik.
e. Anggran sebagai alat koordinasi dan komunikasi.
f. Anggran sebgai alat penilaian kinerja.
g. Anggran sebagai alat motivasi.
h. Anggran sebagai alat untuk menciptakan ruang politik.

2.2.3 Proses Penyusunan Anggaran


Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran, dimana
setiap manajer dalam organisasi diberi peran untuk melaksanakan kegiatan dalam pencapaian
sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. Proses penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga pendekatan yaitu:
a. Top-Down Approach (pendekatan dari atas ke bawah)
Dalam pendekatan ini, proses penyusunan anggaran dimulai dari manajer
puncak. Anggaran disusun dan ditetapkan oleh pimpinan dan anggaran harus
dilaksanakan bawahan. Anggaran top-down approach mempunyai kelemahan
antara lain: kurangnya komitmen bawahan, seringkali tidak dapat dilaksanakan,
dan sulit berhasil mencapai tujuan.
b. Bottom-Up Approach (pendekatan dari bawah ke atas)
Dalam pendekatan ini, anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan.
Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan.
Bawahan diserahkan sepenuhnya untuk menyusun anggaran yang akan dicapai
di masa mendatang. Metode ini digunakan jika karyawan sudah memiliki
kemampuan menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan menimbulkan proses
yang lama dan berlarut. Meskipun dapat menciptakan komitmen manajemen
bawah, namun anggaran bottom-up mempunyai kelemahan sebagai berikut:
seringkali tidak mempertimbangkan keselarasan tujuan, kurang terkendali,
tujuan yang
ingin dicapai terlalu mudah.
c. Participative Budget (anggaran partisipasi)
Pendekatan penganggaran yang melibatkan manajer level menengah dalam
pembuatan estimasi anggaran disebut participative budget. Anggaran partisipasi
merupakan anggaran yang dibuat dengan kerjasama penuh dari manajer pada
semua tingkatan. Keberhasilan program anggaran terutama akan ditentukan oleh
cara pembuatan anggaran itu sendiri. Proses penyusunan anggaran bisa dari atas
ke bawah, bisa juga sebaliknya, dan ada juga yang menggunakan gabungan dari
keduanya.

2.2.4 Pelaporan Atau Pertanggungjawaban Anggran


Pelaporan dalam hal ini mencakup besarnya alokasi anggaran unit kerja, besarnya
anggaran yang telah dikeluarkan beserta pencapaian hasil kerja atau kegiatan atau program yang
telah dilaksanakan (Mardiasmo, 2002). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Keuangan, Laporan Keuangan Pemerintah disusun untuk
menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan. Pelaporan keuangan
pemerintah daerah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
menilai akuntabilitas dan manfaat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik.
Komponen-komponen didalam satu set laporan anggaran berbasis akrual terdiri dari laporan
pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial.
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD dilaksanakan secara priodik
yang mencakup:
a. Laporan Realisasi anggran (LRA) menyajikan informasi mengenai anggran dan
realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/depisit-LRA dan pembiyaan
dari suatu entitas pelaporan,. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna
laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya
ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggran.
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos
berikut, yaitu: saldo anggaran lebih awal (tahun sebelumnya), penggunaan saldo
anggaran lebih, sisa lebih/ kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan, koreksi
kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan saldo anggaran lebih
akhir untuk periode berjalan. Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif
dengan periode sebelumnya. LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan
ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran dan pembiayaan pemerintah,
sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan rincian lebih lanjut dari
unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
2.2.5 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP)
Anggaran daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan,
sehingga perencanaan anggaran daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas.
Beberapa peneliti berkaitan tentang kejelasan sasaran anggaran sering dilakukan oleh beberapa
peneliti seperti, Kenis (1979) dalam Abdullah (2005) meneliti pengaruh karakteristik anggaran
terhadap sikap yang berhubungan dengan pekerjaan (job-related attitudes) serta kinerja
manajerial. Hasilnya adalah bahwa anggaran dan kejelasan sasaran anggaran mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap job-related attitudes dan budget-related attitudes juga
kepada kinerja.

2.3 Akuntabilitas Keuangan


2.3.1 Pengertian Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan,
pengungkapan dan ketaatan terhadap perundangan. Sasaran pertanggungjawaban adalah
laporan keuangan yang disajikan dan peraturan perundangan yang berlaku yang mencakup
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang oleh intansi pemerintah. Menteri Dalam
Negeri mengeluarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, yang pada intinya semua peraturan menginginkan adanya peningkatan
transparansi dan akuntabilitas publik dalam pengelolaan keuangan. Penelitian terdahulu juga
menunjukkan bahwa penerapan akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja atau akuntabilitas
kinerja suatu organisasi. Soleman (2007) menyimpulkan bahwa penerapan akuntabilita terbukti
berpengaruh dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Penerapan Good Coorporate Governance yang salah satu prinsipnya adalah akuntabilitas
akan mempengaruhi kinerja perusahaan, baik sektor publik atau swasta. Ini menyatakan bahwa
pentingnya penerapan akuntabilitas dalam sektor publik guna meningkatkan kinerja ataupun
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Akuntabilitas publik juga dikatakan sebagai instrumen
yang dianggap mampu dalam mengatasi tindak korupsi.
Akuntabilitas keuangan merupakan prioritas utama untuk menilai akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang memiliki akuntabilitas keuangan yang baik
bisasnya dianggap mmeiliki akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang baik pula. Dalam
mewujudkan praktik akuntabilitas tersebut, setiap SKPD diwajibkan menyerahkan Surat
Pertanggungjawaban (SPj) kepada pemerintah daerah yang kemudian harus menyerahkan
Laporan Pertanggungjawaban (LPj) atas kinerjanya secara horizontal kepada DPRD dan pihak
terkait dan akuntabilitas secara vertikal dengan menyerahkan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) kepada Pemerintah secara berjenjang. Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004, dimana Kepala Daerah diwajibkan menyampaikan akuntabilitas
keuangan dan juga menyampaikan laporan akuntabilitas kinerja dalam ukuran efisiensi dan
efektivitas.
Akuntabilitas, dalam arti sempit dapat dipahami sebagai bentuk pertanggung jawaban
yang mengacu pada kepada siapa organisasi (atau pekerja individu) bertanggimgjawab. Dalam
pengertian luas, akuntabilitas dapat dipahami sebagai suatu kewajiban pihak pemegang agent
imtuk memberikan pertanggimg jawaban, menyajikan, melaporkan dan mengimgkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak principal yang memiliki
hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mahsun, 2006 : 83).
Governmental Accounting Standards Board dalam Mardiasmo (2006) dalam Concepts
Statement No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas
merupakan dasar pelaporan keuangan di pemerintahan yang didasari oleh adanya hak
masyarakat untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan
penggunaannya. Pemyataan tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas memungkinkan
masyarakat untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas yang dilakukan.

2.4 Penelitian Terdahulu


Tabel 1 : Rangkuman Hasil Penelitian Tahun Terdahulu

Teknik
Peneliti / Populasi/
No Variabel Jenis Kesimpulan
Tahun Lokasi
Data
Menunjukkan
*Independen
Data Bahwa Variabel
Hidayattullah / = Kejelasan
1 Merauke Primer / Sasaran Aanggaran
2015 Sasaran
Kuesioner (X1) Berpenagruh
Anggran.
Positif Terhadap
*Dependen = Akuntabilitas
Akuntabilitas Kinerja (Y)
Kinerja
*Independen
= Kejelasan Menunjukkan
Sasaran Bahwa Variabel
Herawaty / Anggran. Data Sasaran Aanggaran
2 2009 *Dependen = Jambi Primer / (X1) Berpenagruh
Akuntabilitas Kuesioner Negatif Terhadap
Kinerja Akuntabilitas
Instansi Kinerja (Y)
Pemerintah
*Independen Menunjukkan
= Kejelasan Bahwa Variabel
Sasaran Sasaran Aanggaran
Pangumbalerang Anggran Data (X1) Tidak
3 / *Dependen = Kota Bitung Primer / Berpenagruh
2014 Akuntabilitas Kuesinoer Terhadap
Kinerja Akuntabilitas
Instansi Kinerja (Y)
Pemerintah
*Independen
= Kejelasan Menunjukkan
Sasaran Bahwa Variabel
Anggran. Kota Tegal Data Sasaran Aanggaran
Anjarwati /
4 *Dependen = dan Primer / (X1) Berpenagruh
2012
Akuntabilitas Pemalang Kuesioner Positif Terhadap
Kinerja Akuntabilitas
Instansi Kinerja (Y)
Pemerintah
*Independen
Menunjukkan
= Kejelasan
Bahwa Variabel
Anggran.
Data Sasaran Aanggaran
Kaltsum / *Dependen = Kota
5 Primer / (X1) Berpenagruh
2013 Akuntabilitas Salatiga
Kuesioner Positif Terhadap
Kinerja
Akuntabilitas
Instansi
Kinerja (Y)
Pemerintah
*Independen
= Kejelasan Menunjukkan
Sasaran Bahwa Variabel
Anggran. Data Sasaran Aanggaran
Fathia /
6 *Dependen = Kota Riau Primer / (X1) Berpenagruh
2016
Akuntabilitas Kuesioner Positif Terhadap
Kinerja Akuntabilitas
Instansi Kinerja (Y)
Pemerintah
*Independen
= Kejelasan
Menunjukkan
Sasaran
Bahwa Variabel
Anggaran.
Wahyuni / Data Sasaran Aanggaran
*Dependen
7 2013 Kabupaten Primer / (X1) Berpenagruh
=
Rokan Hulu Kuesioner Positif Terhadap
Akuntabilitas
Akuntabilitas
Kinerja
Kinerja (Y)
Insyansi
Pemerintah
*Independen Menunjukkan
Data
Putri / = Bahwa Variabel
8 Pekanbaru Primer /
2015 Akuntabilitas Akuntabilitas
Kuesioner
Keuangan,. Keuangan ( X2)
*Dependen = Berpengaruh Positif
Akuntabilitas Terhadap
kinerja Akuntabilitas
instansi Kinerja (Y)
pemerintah
(AKIP)
*Independen
= Menunjukkan
Akuntabilitas Bahwa Variabel
Keuangan. Akuntabilitas
Kabupaten Data
Zirman dkk / *Dependen Keuangan ( X2)
9 indragiri Primer /
2010 = Berpengaruh Negatif
Hulu Kuesioner
Akuntabilitas Terhadap
Kinerja Akuntabilitas
Instansi Kinerja (Y)
Pemerintah
*Independen
= Menunjukkan
Akuntabilitas Bahwa Variabel
Kabupaten
Keuangan. Akuntabilitas
Rofika / Kuantan Data
*Dependen Keuangan ( X2)
10 2014 Singingi Primer /
= Berpengaruh Positif
Provinsi Kuesioner
Akuntabilitas Terhadap
Riau
Kinerja Akuntabilitas
Instansi Kinerja (Y)
Pemerintah

2.5 Kerangka Pemikiran


Berbagai penelitian tentang kejelasan sasaran anggaran dan akuntabilitas terhadap yang
dilakukan sebelumnya dan menghasilkan berbagai temuan yang berbeda mengenai akuntabilitas
kinerja. Namun secara umum menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan akuntabilitas kinerja
yang berkualitas.

Kejelasan sasaran
anggaran (X1)

Akuntabilitas kinerja
(Y)

Akuntabilitas keuangan
(X2)

Keterangan:
: Parsial
: Simultan

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.5.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Akuntabilitas Kinerja


Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara
jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang
bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut (Suharono dan Solichin,
2006).Sasaran anggaran memiliki tujuan yaitu sebagai alat perencanaan, dengan adanya
anggaran, organisasi untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Pada dasaranya penyusunan
sasaran anggaran berbasis kinerja tidak terlepas dari siklus perencanaan, pelaksanaan, pelaporan
atau pertanggungjawaban atas anggaran itu sendiri.
Menurut Hidayattullah (2015) menyatakan dalam penelitiannya yaitu pengaruh
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja.
2.5.2 Akuntabilitas Keuangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan,
pengungkapan dan ketaatan terhadap perundangan. Sasaran pertanggungjawaban adalah
laporan keuangan yang disajikan dan peraturan perundangan yang berlaku yang mencakup
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang oleh intansi pemerintah.
Menurut Putri (2015) menyatakan dalam penelitiannya bahwa akuntabilitas keuangan
berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja.

2.6 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan uraian Pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan akuntabilitas keuangan
terhadap akuntabilitas kinerja maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
H1: kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara signifikan
terhadapakuntabilitas kinerja.
H2 : Akuntabilitas keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap
akuntabilitas kinerja.
H3 : Kejelasan sasaran anggaran dan akuntabilitas keuangan berpengaruh
secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja.

También podría gustarte