Está en la página 1de 16

ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST YANG TERDISTORSI OLEH

REDISTRIBUSI FASA

3.1. Pressure Buildup Test Dua Fasa

Pemisahan gas dan minyak di dalam lubang sumur yang telah ditutup disebut

sebagai redistribusi fasa. Pengaruh redistribusi fasa terhadap Pressure Buildup

adalah akan menyimpangkan perilaku tekanan dari perilaku normalnya sehingga

akan mempersulit analisa.

13.1.1. Deskripsi Redistribusi Fasa

Gejala redistribusi fasa di lubang sumur dapat terjadi selama penutupan sumur

yang mengalirkan fluida multifasa gas dan cairan. Gaya tarik bumi menyebabkan

fasa gas menggelembung ke atas melewati fasa cair yang mengalir ke bawah.

Selanjutnya, fasa gas mengumpul di bagian atas lubang sumur yang

menyebabkan tekanan tinggi terhadap fasa cair. Dalam kasus yang ekstrim, fasa

cair dapat masuk ke dalam formasi kembali. Redistribusi fasa di gambarkan

secara skematis pada Gambar 13.1 (lihat halaman belakang).

Redistribusi fasa biasanya terjadi pada sumur dengan permeabilitas batuan

reservoirnya berkisar dari 10 ke 100 md dan mempunyai harga skin positif yang
besar2. Sumur dengan packer cenderung mempunyai redistribusi lebih besar dari

sumur tanpa packer2. Sebab sumur tanpa packer pada umumnya mempunyai

jumlah gas yang lebih banyak pada awalnya sehingga akan memperlambat

naiknya gelembung gas yang terbentuk akibat redistribusi fasa tersebut.

13.1.2. Jenis Redistribusi Fasa

Jenis redistribusi fasa ditunjukkan dengan kelakuan tekanan tutup sumur

terhadap waktu apabila diplot dalam skala log-log. Gambar 13.2 menunjukkan

jenis redistribusi fasa dalam plot parameter takberdimensi3. Jenis I mewakili

redistribusi fasa derajat paling parah yaitu dengan ditunjukkannya kenaikan

tekanan tutup sumur melebihi tekanan formasi dan mendesak fluida kembali ke

formasi. Daerah A adalah daerah dengan kemiringan garis sama dengan 1;

daerah B sudah tidak mempunyai kemiringan tersebut; daerah C menunjukkan

gelembung gas sudah naik ke atas lubang sumur (redistribusi fasa terjadi); dan

daerah D menunjukkan harga minimum lokal dari kurva. Jenis II derajatnya

setingkat lebih rendah dari sebelumnya yang mempunyai ciri perilaku seperti

ditunjukkan oleh curva A’-B’-C’-D’-E’-F’. Sedangkan yang mempunyai derajat

paling rendah, jenis III, mempunyai ciri hampir mirip dengan perilaku kasus yang

tidak terjadi redistribusi fasa. Walaupun begitu, curva A’’-B’’-C’’ tidak bisa di

match dengan type curve biasa.

Barangkali kita akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas apabila

ditampakkan plot Horner berikut plot log-log-nya untuk masing jenis secara

terpisah seperti ditunjukkan pada Gambar 13.3 sampai dengan Gambar 13.8.

Gambar 13.3 dan 13.4 mewakili jenis I redistribusi fasa, Gambar 13.5 dan 13.6

mewakili jenis, dan Gambar 13.7 dan 13.8 mewakili jenis III untuk masing-masing

plot Horner dan plot log-log (gambar lihat halaman belakang).


13.1.3. Prosedur Analisa

Sampai saat ini belum ada metoda yang diturunkan secara analitik untuk

memecahkan masalah ini. Fair4 mendekati masalah ini dengan model empiris

dengan menghasilkan sekelompok type curve baru. Walapun begitu, type curve

tersebut masih sulit untuk dipakai dan kurang diterima di industri. Jadi type curve

Bourdet5 untuk analisa masih bisa diterima dengan teknik khusus.

Pada proses penge-match-an, kurva yang pertama kali di match adalah

kurva pressure derivative, kemudian kurva pressure change. Bagian kurva yang

terdistorsi oleh redistribusi fasa (bagian awal) harus diabaikan, perhatikan hanya

bagian akhir dari kurva, dan bagian ini yang perlu untuk dimatch.

Prosedur analisa yang disarankan adalah sebagai berikut :

1. Buat plot Horner : (tp+t)/ t vs pws

2. Buat log-log plot : te vs p dimana te adalah waktu ekivalen Agarwal

t p t
t e 
t  t p
p  p ws  p wf

3. Amati redistribusi fasa yang terjadi.

4. Lakukan matching di log-log plot secara kualitatif dan amati apakah data test

melewati lengkungan start semi log straight line. Jika melewati, lakukan

analisa dengan metode Horner, dengan metode yang telah dibahas

terdahulu.

5. Lakukan matching secara kualitatif dan dapatkan titik match juga harga C D e2S

dari type curve.


6. Hitung harga permeabilitas dengan rumus :

141.2 q B   p D 
k  
h  p  MP

7. Hitung harga koefisien wellbore staorage dengan rumus:

0.0002637 k  t 
CD   
  w 2  o c t  t D / c D  MP

8. Hitung faktor skin dengan rumus :

 C D e 2S 
S  0.5 ln  
 CD 

13.2. Analisa Uji Sumur Untuk Aliran Multifasa

Semua teknik yang dibahas terdahulu diturunkan dengan anggapan bahwa aliran

fluida reservoir adalah satu fasa. Pada kenyataanya, seringkali kita menjumpai

situasi dimana aliran fluida reservoar lebih dari satu fasa. Sehingga apabila kita

terapkan metode yang dibahas terdahulu akan menghasilkan kesalahan yang

besar. Untuk hal tersebut, perlu diperkenalkan metode analisa uji sumur untuk

aliran multifasa yang sudah diterima secara luas di masyarakat industri. Tetapi,

sebelum kita mengulas metode tersebut, kita berikan gambaran dulu bagaimana

ulah tekanan tutup sumur dari reservoir yang mengalirkan fluida lebih dari satu

fasa dan dasar teori pemecahan masalahnya.

13.2.1. Kelakuan Tekanan Tutup Sumur Pada Reservoir Multifasa.


Plot tekanan tutup sumur terhadap waktu Horner dari reservoir multifasa

menunjukkan kelakuan seperti diperlihatkan oleh Gambar 13.9.

Apabila dilakukan analisa, maka bisa didapatkan kesalahan 100 %, sedangkan

analisa dalam plot log-log dilakukan matching. Kalau kita perhatikan periode awal

waktu, terlihat bahwa terjadi perubahan harga konstanta wellbore storage

sehingga tidak ada kurva type curve tunggal yang match.

13.2.2. Dasar Teori

Metode uji sumur untuk aliran multifasa yang akan dibahas adalah metode

Perrine-Martin. Disebut metoda Perrine-Martin karena metoda ini diperkenalkan

oleh Martin1 (didapatkan secara empiris dengan studi simulasi) dan selang

beberapa tahun penurunan secara analitik oleh Martin2 membuktikan ke sahihan

metode tersebut dengan menurunkan persamaan difusivitas multifasa.

Anggapan-anggapan yang dipakai untuk sampai kepada kesahihan metode

Perrine adalah gradien tekanan dan saturasi didalam reservoar adalah kecil.

Persamaan difusivitas multi fasa yang diturunkan oleh Martin adalah (penurunan

rumus terdapat bagian 13 -3)

1   p   ct p
r  
r r   r   t t

dimana  = porositas

Ct = kompresibiltas total

= Co So + Cw Sw + Cg Sg + Cf

t = mobilitas total o + g + w
Persamaan di atas serupa dengan persamaan difusivitas fasa minyak sehingga

dengan teknik tranformasi sederhana solusi yang tersedia untuk satu fasa dapat
dipergunakan untuk kasus dua fasa. Harus diperhatikan bahwa anggapan-

anggapan pada penurunan secara analitik oleh Martin biasanya tidak dapat

dipenuhi untuk kasus-kasus reservoir yang mempunyai permeabilitas rendah,

atau laju alir yang relatif tinggi untuk suatu harga permeabilitas reservoar, atau

harga faktor skin positif dan besar.

13.2.3. Prosedur Analisa

Definisi tambahan yang diperlukan untuk metoda Perrine-Martin adalah definisi

laju alir total fluida pada kondisi reservoar seperti di tuliskan sebagai berikut :

(q B)t = qo Bo + Bg (q gt - qo Rs/1000) + qw Bw

Langkah-langkah analisa secara berurutan yang direkomendasikan adalah

sebagai berikut :

1. Siapkan plot Horner, (tp + t)/ t vs pws

2. Ambil kemiringan garis (m) dari plot tersebut (kemiringan ini adalah harga

dari sistem yang ada)

3. Hitung laju alir total fluida reservoar dengan rumus :

(q B)t = qo Bo + Bg (q gt - qo Rs/1000) + qw Bw

4 Hitung mobilitas total (t) dengan rumus

162.6  q B t
t 
mh

5. Hitung permeabilitas efektif terhadap minyak sebagai berikut:

162.6 q o Bo
ko  o
mh
162.6 q w Bw
kw  w
mh

q 
162.6 q g Bg
kg  gt  q o R s / 1000 g
mh

6. Hitung kompresibilitas total (Ct) dengan rumus :

Ct = So Co + Sg Cg + Sw Cw+ Cf

7. Dapatkan harga tekanan tutup sumur pada waktu sumur sama dengan 1 jam

(p 1 jam).

8. Hitung faktor skin dengan rumus:

 p 1 jam  p wf  t  
S  1151
.   log   3.23
 m   ct w 2  

9. Hitung jarak radius penginderaan dengan rumus:

  t 
i   t 
 948  C t 

13.3 Penurunan Persamaan Difusivitas Dua Fasa

Kita akan mulai dari hukum konservasi massa dan akan menganggap bahwa

sistem dalam kondisi isotermal. Konservasi massa mempunyai hukum

Jumlah massa mengalir ke dalam sistim - Jumlah massa mengalir ke luar sistem

= Massa terakumulasi di dalam sistem …………………….........................…… (13

- 1)

Jika kita menginginkan dalam bentuk laju alir massa per luas,
Massa 1
x , Persamaan 13-1 dapat ditulis kembali sebagai:
Waktu Luar Penampang

(Laju alir Massa)masuk - (Laju alir Massa / area x area)luar=

Massa ak. / waktu ……………............................(13-2)

dimana

subskrip in diartikan sebagai masuk ke dalam sistim, subskrip out diartikan

sebagai keluar dari sistim, area diartikan sebagai luas penampang, Sekarang kita

akan menulis hukum konservasi massa dalam bentuk yang lebih dikenal. Laju alir

yang diwakili oleh massa/waktu dapat dituliskan sebagai berikut :

Massa 1
Laju alir massa / area  
Waktu Luas Penampang
Massa 1
 
Waktu Vol / Panjang
Massa Panjang
 
volume Waktu
  x  .................................................... 13 - 3

dimana  adalah densitas dan  adalah kecepatan.

Kemudian, substitusi persamaan 13-3 ke dalam persamaan 13-2 menghasilkan

 area   in   area   out  Massa terakumulasi / Waktu ............. 13 - 4)

Dari sini kita mulai mengenalkan konsep volume kontrol dan menerapkan

persamaan 13-4 ke padanya. Karena kita menginginkan dalam persamaan aliran

radial, kita menggunakan volume kontrol yang berbentuk silinder seperti

ditunjukkan dalam Gambar 13-1.


Kita tahu bahwa luas penampang adalah 2r dr. Fluida untuk sistim yang kita

pelajari adalah minyak, gas, dan air. Kita akan menurunkan persamaan aliran

untuk tiap fasa dan menggabungkannya untuk memperoleh persamaan

difusivitas multifasa, tentunya dengan anggapan-anggapan. Kita mulai dengan

fasa minyak. Penerapan persamaan 13-4 untuk fasa minyak menghasilkan

persamaan ruas kiri sebagai berikut :

2 rh(  o o ) r  2 (r  dr )h(  o o ) r  dr .............................(13-5a)

osc
Dikarenakan o  , Kita peroleh
Bo

 osc 
2 rh(  o ) r  2 (r  dr )h( osc  o ) r  dr . .................(13-5b)
Bo Bo

r dr

Fig. A-1. A control volume.


Untuk ruas kanan, kita turunkan suhu massa terakumulasi sbb :

Massa didalam sistem pada  t  t   Massa didalam sistem pada t


Massa ak. / det ik 
t
 V 
o o t  t
 ( o Vo ) t

t

Vo V
(  o Vp ) t  t  (  o Vp o ) t
Vp Vp ......................................(13-6a)
 ,
t

dimanaVp adalah volume pori dan Vo adalah volume pemisah. Menganggap Vp

adalah konstan terhadap waktu dapat kita tulis,

Vo V
( o ) t  t  (  o o ) t
Vp Vp
 Vp
t
  o So  t  t    o So  t
 VB  
t
  o So  t  t    o So  t
 2rdr h ( )
t
So S
(  osc ) t  t  ( o  osc ) t
Bo Bo
 2rdr h (
t

So S
( ) t  t  ( o ) t
Bo Bo ............................(13-6b)
 2rdr h ( )  osc .
t

Menggabungkan pers (13-5b) dan (13-6b) diperoleh

So S
( ) t t  ( o ) t
 osc  Bo Bo
2rh(  o ) r  2  r  dr  h( osc  o ) r  dr  2rdr h( )  osc
Bo Bo t

.........................................(13-7a)
Menghilangkan dan menyusun kembali diperoleh

So S
( ) t  dt  ( o ) t
o   Bo Bo
2 rh(( ) r  ( o ) r  dr )  2 drh( o ) r  dr  2 rhdr ( ).
Bo Bo Bo dt

(13-7b)

Pembagian kedua ruas dengan diperoleh

o  S S
( ) r  ( o ) r  dr ( o ) t  dt  ( o ) t
Bo Bo 1  Bo Bo ...........(13-8)
 ( o ) r  dr 
dr r Bo dt

Menarik limit dr dan dt mendekati nol diperoleh

o
()
Bo 1   S .....................................(13-9a)
  ( o ) r  ( o ),
r r Bo t Bo

atau dapat kita tulis

1    S
 ( (r o ))  ( o ). ..........................................(13-9b)
r  t Bo  t Bo

Memanggil persamaan Darcy,

ko   k k 
o     ro , ...................................(13-10)
o  r o  r

dimana

  po   o gz. ........................................................(13-11)
Menjabarkan pengaruh gravitasi didapatkan

  po . .................................................................(13-12)

dan

k k ro  po
o   . ......................…….....................(13-13)
o  r

Mensibstitusi (13-13) ke dalam (13-9b) diperoleh

So
 ( )
1  k k ro po Bo ......................................(13-14)
(r ) .
r  r  o Bo  r t

Mengasumsi bahwa k tidak tergantung terhadap jari (aliran dan arah), kita

peroleh

So
 ( )
1 k po 1 Bo ................................(13-15)
(r ro ) .
r r  o Bo r k t

Sekarang jika lebih dari satu fasa hadir, maka asumsi yang sama tetap dipakai.

Penurunan pers 13-9 adalah sama kecuali kita ganti minyak dengan fasa air dan

gas. Dengan demikian kita peroleh

1    S
 ( (r w ))  ( w ). .....................................(13-16)
r  t Bw  t Bw

Untuk fasa air, dan


1  g  Sg
 ( (r ))  ( ). ..............…....................(13-17)
r  t Bg  t Bg

untuk fasa gas bebas

Dalam penerapan hukum Darcy, kita harus tahu potensi dari masing-masing

fasa. Potensi fasa air dan fasa gas di definisikan sebagai berikut :

 w  p w   w gz , ........................................................(13-18)

dan

 g  p g   g gz , ....................................................(13-19)

Menjabarkan pengaruh gravitasi, dapat kita tuliskan

 w  pw , ...............................................................(13-20)

 g  p g , ................................................................(13-21)

Dengan demikian persamaan aliran untuk fasa air adalah

Sw
 ( )
1 k p w 1 Bw ...............................(13-22)
(r rw ) .
r r  w B w r k t

Untuk fasa gas sebagai tambahan gas bebas kita juga punya gas terlarut dalam

minyak. Dengan demikian kita peroleh

1  k rg k ro  p g 1  Sg So
(r (  R so ) ) ( (  R so )) . ………………………
r r  g Bg
 o Bo r k t Bg Bo

…….…………………....(13-24)
Sekarang kita mempunyai 3 persamaan serupa tetapi belum bisa digabungkan

karena tekanan masing-masing fasa masih berbeda. Sehingga perlu

ditambahkan satu asumsi lagi untuk menggabungkan ketiga persamaan tersebut.

Persamaan 13-18 & 13-19 dapat ditulis sebagai berikut :

 w  p w  p  Pcow . ................................................(13-25)

 g  p g  p  Pcog . ....................................................(13-26)

Jika kita anggap tekanan kapiler dapat diabaikan dapat kita tulis

 w   g   o  p. ....................................................(13-27)

Menggabungkan persamaan untuk minyak (13-15), air (13-22), dan untuk gas

(13-24), kita peroleh :

1  k ro k rg k ro k rw  p 1  S S Sg
(r (  R  ) ) ( ( o  w  
r r  o B o g B g  Bo  w B w  r
so o
k t Bo Bw Bg

So S
Rso  Rsw w )) . ...................................................(13-28)
Bo Bw

Penggunaan “chain rule” untuk ruas kanan (13-28) menghasilkan

1    So S w Sg So R sw   p
LHS       R   ...... (13-29)

k p   Bo Bw Bg
so
Bo Bw   t

Apabila dilakukan penurunan lebih lanjut dengan mendefinisikan


k ro
o 
o
krg
g  ........................................................(13-30)
g
krw
w 
w

t = o + w + g ...............................................(13-31)

Ct = Co So + Cw Sw + Cg Sg + ef

dan dengan menganggap gradien tekanan dan saturasi kecil serta t ,  dan Ct

konstan terhadap posisi dan waktu maka diperoleh

1   p   c t p
 r   ..............................................(13-32)
r  r r   t t

Dengan demikian ringkasan dari anggapan-anggapan yang digunanakan dapat

ditulis sebagai berikut:

1. Sistim adalah sotermal dan tertutup.

2. Reservoar bersifat homogeneous dan anisotropik.

3. Aliran fluida adalah radial .

4. Pengaruh gravitasi and tekanan kapiler diabaikan.

5. Gradien tekanan dan saturasi di dalam reservoar adalah kecil sehingga bisa

diabaikan.

También podría gustarte