Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Capernito Lynda juall ( 1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih
EGC jakarta
C. Long barbara ( 1996) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI Alih
bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung
Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC
Jakarta
Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta
.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY. A DENGAN MASALAH GANGGUAN AKTIVITAS”. Dalam
penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
Sampit, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii
BAB I PEMBAHASAN
1.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN
AKTIVITAS
1.2 KONSEP DASAR PENYAKIT ..............................................................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN ............................................................................................................
2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN
AKTIVITAS
PENGKAJIAN .....................................................................................................................................
ANALISA DATA..................................................................................................................................
RENCANA KEPERAWATAN .............................................................................................................
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
b. Epidemologi/insiden kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan
untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi
terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
c. Etiologi/penyebab
- Kelainan postur
- Gangguan perkembangan otot
- Kerusakan system saraf pusat
- Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan otot
d. Factor predisposisi
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
- IMT diatas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood dan cemas
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum dan spesifik
- Kehilangan integrasi struktur tulang
- Keterbatasan lingkungan fisik dan social
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur
g. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur/bentuk tubuh
o Skoliosis
o Kiposis
o Lordosis
o Cara berjalan
c. Ekstremitas
o Kelemahan
o Gangguan sensorik
o Tonus otot
o Atropi
o Tremor
o Gerakan tak terkendali
o Kekuatan otot
o Kemampuan jalan
o Kemampuan duduk
o Kemampuan berdiri
o Nyeri sendi
o Kekakuan sendi
h. Pemeriksaan diagnostic
“pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)”
i. Prognosis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi gangguan.
Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan
secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh
mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
a. Pengkajian
1. Tingkat aktivitas sehari-hari
a. Pola aktivitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas
3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh
2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan secara terus-
menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi
berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi
LAPORAN KASUS
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. A
TTL : Sampit, 13 juli 1949
Jenis kelamin : perempuan
Gol. Darah :B
Agama : islam
Pendidikan :-
Status perkawinan : janda
TB/BB : 145 cm, 43 kg
Penampilan : rapi
: rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat, agak bungkuk
: kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT 04, RW 05, kabupaten
kotawaringin timur
Orang yang dekat : Ny. K
Hubungan : anak klien
Alamat/telpon : 0852459734xx
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan : : Laki-laki : Garis keturunan
: Perempuan : Tinggal serumah
: Garis hubungan : Meninggal
2. Riwayat keluarga
Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien meninggal sepuluh tahun yang
lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya.
Saat muda klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang kayu. Kedua
orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga menikah klien hidup serba
kekurangan, tapi klien masih bisa membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah
bekerja dan menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering mengeluhkan nyeri
sendi dan postur tulang punggung klien mulai bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi
klien masih bisa memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun mandi,
klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri lama.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak tempat
kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki. Saat ini pendapatan
klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap bulan dan semua kebutuhan klien
terpenuhi.
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Rumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi lantainya
kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia cukup, tempat tidur klien
aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat dapur tertata rapi. Terdapat sebuah
WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan lantainya licin. Lingkungan disekutar klien
bersi dan tidak ada barang yang membahayakan. Klien tinggal dengan satu orang anak, satu
orang menantu, dan kedua cucunya (5 orang dalam satu rumah), klien mendapatkan privasinya
dirumah tersebut. Tetangga terdekat klien adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien.
E. RIWAYAT REKREASI
Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan apapun dank
lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang kampong tiap lebaran.
F. SISTEM PENDUKUNG
Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit dengan
rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah dan perawatan
sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya berjalan dan mandi.
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.
H. STATUS KESEHATAN
Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan pinggang setiap
sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama berdiri sehingga agak susah
berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal tersebut.
1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung
2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu
3. Region : di punggung dan seluruh persendian
4. Severity scale :4
5. Timing : setiap sebelum tidur
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya menggosok
bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah memeriksakan penyakit yang
dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri ketempat pelayanan kesehatan lainnya.
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor lingkungan.
Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.
I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)
Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu keluarga.
Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal hygine klien tercukupi.
Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun semenjak kematian suaminya pun
kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi. Klien juga jarang melakukan rekreasi karena
agak susah berjalan.
J. PSIKOLOGI
Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien menyukai
semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir hayatnya, klien merasa
dirinya berharga karena seluruh keluarganya menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang
tersinggung. Klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme
pertahanan diri minimal.
Status mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia, orientasi dan bicara
klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien mampu membaca dan mampu
berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak memiliki vertigo.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3
Mini mental state exam (MMSE) :3
Geriatric depression scale :4
APGAR :7
K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD: 140/100
mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4˚C, TB: 145cm, BB: 43kg.
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1: BREATHING)
Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola nafas regular
dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal.
CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)
Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada pembersaran jantung,
tidak ada edema dan clubbing finger.
PERSARAFAN (B3: BRAIN)
Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien mempunyai
koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang.
PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)
Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan menyempit,
klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler.
Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman.
Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada otorrhoea,
tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran.
Indera perasa dan peraba klien normal.
PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)
Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 5-6x/hari,
warna kuning terang, bau khas amoniak.
PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)
Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau, tidak ada
kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada benjolan, tidak ada
pemesaran hepar, lien, dan asites.
BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar dan
lavemen.
OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi,
dan tidak ada hematom.
Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis.
REPRODUKSI
Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada keputihan,
siklus haid 7hari.
ENDOKRIN
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.
PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit, klien tidak
tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara menguranginya yaitu dengan
menggunakan minyak urut.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: “saya sering merasa Kelemahan Gangguan mobilitas
nyeri punggung dan nyeri fisik
sendi”
DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos mentis
-P: nyeri sendi dan punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4˚C
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik
DIAGNOSA MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan
1. Pertahanan body aligment
1. Mencegah iritasi dan
tindakan keperawatan, dan posisi yang nyaman komplikasi
diharapkan gangguan
mobilitas fisik berkurang 2. Cegah pasien jatuh
atau teratasi, dengan 2. Mempertahankan keamanan
criteria hasil: pasien
- klien dapat melakukan 3. Lakukan latihan aktif
aktivitas secara adekuat maupun pasif 3. Meningkatkan sirkulasi dan
- k/u baik mencegah kontraktur
- tidak terjadi cidera
- klien meningkatkan 4. Lakukan fisiotheraphy dada
4. Meningkatkan fungsi paru
aktivitas sesuai batas dan postural
toleransi 5. Memaksimalkan mobilisasi
5. Tingkatkan aktivitas sesuai
batas toleransi
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1 1. mempertahanan body aligment dan posisi yang S: “saya masih merasa lemah saat
1. nyaman terlalu lama berdiri”
Hasil: klien mempertahankan body aligment.
O:
2. mencegah pasien jatuh -k/u lemah
Hasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi -aktivitas klien meningkat
sehingga mencegah terjadinya jatuh -tidak terjadi cidera
DAFTAR PUSTAKA
Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY.R DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2”.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
muah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian oksigenasi
E. PENATALAKSANAAN
F. MASALAH KEPERAWATAN
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
H. RENCANA KEPERAWATAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
PENGKAJIAN 15
ANALISA DATA 18
RENCANA KEPERAWATAN 19
3.1 KESIMPULAN 22
3.2 SARAN 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
O2 dan CO2 merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas oksigenasi
ikut menentukan kualitas hidup. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2)
lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi
oksigenasi seperti dijelaskan dalam makalah ini.
B. Tujuan
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
D. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian oksigenasi?
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang
berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup
yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh
gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi
dan jalan udara pertukaran gas
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari
depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada
orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga
akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh
darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan
kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-
sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas
atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah
satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah
hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal
volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin.
Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat
mentoleransi hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen.
Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1
: 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah
1:2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah
udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul
yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur
yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi
yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas
seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta
di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras
tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang
dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang
tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya
persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau
cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya
jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada
apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih
mudah terasa karena suara pria besa
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi
kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan
trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 – 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 – 2 menit
- Vibrasi 4 – 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik,
satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada
dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks
dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi
pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif
dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny ”R”
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Kab.Kotamadya
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
2. Riwayat Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang mnderita penyakit menurun seperti
DM,hipertensi, asma, dll. Tidak ada pula yang mnderita penyakit menular seperti
TBC.
C.RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :saat ini klien bekerja sebagai petani
Alamat pekerjaan :-
Penerangan : cukup
E.RIWAYAT REKREASI
Hobby atau Minat : berkebun, bertani, menjahit, memasak
F.SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : perawat
G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : klien biasa nya tiap malam jumat menyiapkan sesajian untuk
leluhur
Yang lainnya :-
H.STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: asma, rematik, vertigo
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : asma, batuk - batuk
Obat-obatan :
Indeks KATZ : A
Oksigenasi :
Cairan dan Elektrolit : klien minum air putih 1500ml per hari,di
dampingi teh dan kopi
Istirahat dan Tidur : istirahat klien cukup, tidur sehari kira2 10 jam
Emosi : stabil
Dimensia : tidak
Orientasi : normal
Bicara : normal
Vertigo : ya
APGAR =
K.TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum : Baik
TB :160 cm BB: 44 Kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
Batuk : ya
3.Pola nafas
Irguler
Hiper Ventilasi
4.Bunyi nafas
a.Normal
vesikuler di.........................................
Bronchial di..............................................
b.Abnormal
Stridor lokasi............................
Streror lokasi...............................
Wheezing lokasi..........................
Rales lokasi...............
Ronchi lokasi....................
Krepitasi lokasi.................................
Friction Rap lokasi.......................
c. Resonen Lokal
Pectoreloguy
Bronchofoni
Egofoni
5.Pergerakan dada
Meningkat lokasi
Menurun lokasi
Lain-lain
Masker Respirator
CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )
1.Nadi
Frekuensi 88 x/menit
Reguler Kuat
2.Bunyi Jantung
Normal
3.Letak Jantung
tidak
5.Nyeri Dada
Ya
7.Clubbing Finger
Tidak
Tingkat Kesadaran :
Compos Mentis
1.GCS :
2.Refleks
Normal
3.Koordinasi Gerak : Ya
4.Kejang Tidak
5.Lain-lain..........................................
1. Mata ( Penglihatan )
a. Bentuk
Normal
b. Visus.....................
Pupil :
Isokor
Normal
d. Medan Penglihatan :
Normal
e. Buta Warna
Tidak
Meningkat
2. Hidung (Penciuman )
a. Bentuk : Normal
3. Telinga ( Pendengaran )
a. Aurikel : Normal
b. Membran tympani
Terang
c. Otorrhoea :
Ya,jenis....................... Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa
Normal
5. Peraba
Normal
a. Mulut
Lembab
b. Lidah
bersih
d. Tenggorokan :
e. Abdomen
Kenyal
h. Asites tidak
i. Lain – lain.............................
BAB 1 X/hari
Terbatas
Fraktur
Tidak
Dislokasi
Tidak
Haemotom
Tidak
2. Integumen
Perempuan :
Payudara
Bentuk Simetris
Benjolan tidak
Kelamin
Bentuk normal
Keputihan tidak
ENDOKRIN
1. Faktor Alergi
Tidak
PENGETAHUAN :
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien mengetahui jika dirinya mempunyai
penyakit asma biasanya minum obat yang dianjurkan dan juga minum air hangat saat
terasa nyeri
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Gangguan pertukaran O2 dan1. Kaji dan monitor frekuensi 1. Sebagai indicator
CO2 teratasi dengan nafas adanya gangguan
criteria: nafas dan indicator
- Kilen mengatakan sesak dalam tindakan
nafas berkurang atau selanjutnya
hilang
- Klien tidak batuk lagi 2. Beri posisi yang 2. Berkurangnya
- Frekuensi nafas dalam menyenangkan sesuai tekanan diafragma
batas normal (16 – 18 dengan keinginan keatas sehingga
x/mnt) klien.(posisi semi fowler) ekspresi paru
maksimal sehingga
klien dapat bernafas
3. Ajarkan klien untuk batuk dengan leluasa
efektif
3. Batuk yang efektif
merupakan salah satu
cara yang baik dan
efektif untuk
4. klkien untuk membatasi mengeluarkan secret.
aktifitas
4. Menurunkan jumlah
konsumsi atau
kebutuhan selama
periode penurunan
pernafasan sehingga
dapat menurunkan
gejala gangguan
pertukaran gas O2
5. Pertahankan sirkulasi O2 dan CO2.
dalam ruangan
5. Untuk
mempertahankan
sirkulasi O2 dan CO2
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1 1. Mengkaji dan monitor frekuensi nafas S : Klien mengatakan “saya
1. masih sering sesak nafas”
2. memberi posisi yang menyenangkan sesuai
dengan keinginan klien.(posisi semi fowler) O : Klien Nampak sesak nafas
3. mengajarkan klien untuk batuk efektif disertai batuk kering
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lansia mengalami persoalan khusus tentang gangguan O2 dan CO2 , itu tidak
jauh dari penyebab penurunan fungsi tubuh dan factor usia. Kita tentunya
mengetahui fungsi tubuh sangat memerlukan O2 dan CO2 yang disurvey melalui
system Kardiovaskuler, apabila dalam sytem kardiovaskuler tergganggu tentu
akan mengganggu dalam pertukaran gas O2 dan CO2 keberbagai jaringan tubuh.
Akhir – akhir ini banyak masalah yang terjadi di kota – kota besar dalam masalah
kesehatan udara, terutama polusi yang semakin hari semakin mengkhawtirkan
karena merusak kesehatan terutama terhadap manula.
3.2 SARAN
Perlu diingat dalam masalah kesehatan pernapasan dalam hal O2 dan CO2
sangat penting dijaga karena 2 hal ini sangat penting dan diperlukan dalam system
hidup. Maka dari itu Kita harus menjaga sejak dini. Banyak cara agar kita hidup
selalu sehat baik itu dengan gaya hidup yang tidak sehat perlu ditinggalkan,
konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan olahraga teratur. Semua yang
kita akukan pada masa muda akan kita petik saat tua.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL
(kelompok6)
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
Psikologi Lansia
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
3.Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik
diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani
masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan
lain-lain.
- Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk
aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang baru.
2.Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3.Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4.Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya
menjadi morat-marit.
5.Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
- Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan
perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara
komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di RS
merupakan bagian dari gerontic nursing.
A. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau
sakit.
B. Pendekatan psikis
C. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
D. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
Ø Berduka disfungsional,
Ø Ketidakberdayaan,
Ø Perubahan nutrisi,
Ø Ansietas.
Tindakan :
Ø Lingkungan aman,
Ø Cegah terjadinya kecelakaan,
Ø Beri pujian,
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah
tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan
kecerdasan mental yang kurang.Oleh karena itu Untuk para perawat agar dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat kedalam praktek lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. “ Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis”, Edisi ke-6, EGC,
Jakarta, 2000.
Leeckenotte, Annete Glesler. “Pengkajian Gerontologi”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.
I. PENGKAJIAN
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny.R
Golongan Darah :-
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
TB/BB : 130 cm
Alamat : Baamang, RT 2, RW 1
A. Riwayat Keluarga
Genogram :
B. Riwayat Pekerjaan
Alamat pekerjaan :-
Alat Transportasi :-
Kebersihan lingkungan :x bersih (tidak ada yang membahayakan), tidak bersih dan
tidak aman (pecahan kaca, gelas, paku,dll.)
Riwayat Penyakit dahulu :Klien tidak pernah sakit yan serius yang harus
diopname dirumah sakit, namun klien sering
merasa pusing, dan nyeri-nyeri di kakinya.
Obat-obatan :
Alergi :
J. Pengkajian Fisik
1. Data Klinik :
Keadaan umum : Baik,
Tingkat Kesadaran :CM
GCS :M = 4, V = 5, P = 6, (15)
Tinggi Badan :130cm Berat badan : 36
Kg.
Temperatur :36̊ cNadi : 80x/menit.
Tekanan Darah :120/90mmHg
Kulit :
Warna : normal, pucat, cianosis, kunin, lainnya! Bintik-
bintik hitam
Turgor : norma, menurun
Lecet: tidak, ya !sebutkan.................
Bengkak: tidak, ya !sebutkan.............
Bercak: tidak, ya !sebutkan................
Mulut
Gusi : normal, putih, lecet, lainnya................
Gigi : normal, lainya! Sebutkan beberapa ada.
Skore Norton : jelas, 19 (kecil sekali/tidak terjadi)
4. Persarafan Sensori
Pupil : sama, tidak sama, sebutkan, disebelah kanan ada selaput putih
Reaksi terhadap cahaya
Kiri : ya, tidak
Kanan : ya tidak
Mata : jelas, berair, kabur, lainnya. Sebutkan.....................
5. Muskuloskeletal
Ditandai dengan:
DS : ““saya cemas dg anak-anak saya yang masih belum kerja dan berkeluarga”
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Selama dilakukan 1. Kaji tingkat cemas klien 1.respon ndividu dapat
tindakan keperawatan 2. Catat pembatasan focus bervariasi tergantung pada
diharapkan cemas klien pikiran pola kultural yang
teratasi dengan kriteria 3. Observasi pola bicara klien dipelajari.Persepsi yang
hasil: apakah cepat atau lambat menyimpang dari situasi
- Menunjukan ekspresi 4. Diskusikan dengan klien mungkin dapat memperbesar
tenang tentang apa yang dicemaskan perasaan.
- Waktu tidur trpenuhi oleh klien 2.Penyempitan focus umumnya
- Nafsu makan meningkat5. Tanyakan mekanisme koping merefleksikan rasa takut
yang digunakan oleh klien 3.Menyediakan petunjuk
jika sedang cemas lengenai factor-faktor seperti
6. Pertahankan kontak sering tingkat ansietas,kemampuan
dengan klien untuk untuk memahami tingkat
mendengarkan klien kerusakan otak ataupun
bercerita perbedaan bahasa
4.pasien mungkin perlu menolak
realitas sampai siap untuk
menghadapinya
5.Mungkin dapat menghadapi
situasi dg baik pada waktu itu
6.Untuk memantapkan
hubungan & meningkatkan
ekspresi perasaan
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1 1. Mengaji tingkat cemas klien S : “Makasih sudah mau
1. 2. Mencatat pembatasan focus pikiran mendengarkan cerita saya”
3. Mengobservasi pola bicara klien apakah cepat atau
lambat O: - klien tampak senang bercerita
4. Mendiskusikan dengan klien tentang apa yang masalahnya
dicemaskan oleh klien - Klien tersenyum
5. Menanyakan mekanisme koping yang digunakan - Klien mempunyai teman cerita yaitu
oleh klien jika sedang cemas Cucunya
6. Mempertahankan kontak sering dengan klien
untuk mendengarkan klien bercerita A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat cemas klien
2. Catat pembatasan focus pikiran
3. Observasi pola bicara klien apakah
cepat atau lambat
4. Diskusikan dengan klien tentang apa
yang dicemaskan oleh klien
5. Tanyakan mekanisme koping yang
digunakan oleh klien jika sedang
cemas
6. Pertahankan kontak sering dengan
klien untuk mendengarkan klien
bercerita
Tambahkan komentar
1.
Mar
31
MAKALAH KEPERAWATAN
GERONTIK PERSONAL HYGIENE
PADA LANSIA (kelompok 10)
MAKALAH
KEPERAWATAN GERONTIK
KELOMPOK 10:
Eny Novianti
Harianto
Melinda Lestari
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.
Pengertian
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2004).
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi
kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam
meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).
Klasifikasi
1. Kebersihan rambut
3. Kebersihan mata
4. Kebersihan telinga
5. Kebersihan kuku
6. Kebersihan kulit
Tujuan
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya, karena
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pola Personal Hygiene.
3. Status sosioekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti
penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
B. PERSONAL HYGIENE Pada lansia
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari – hari
yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan
(Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur (Nugror, 1995).
Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari –
hari dapat terenuhi.
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain, seperti sakit atau lumpuh.
Bagi mereka yang masih aktif, hal –hal yang perlu di perhatikan antara lain:
1. Mandi
Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini disebabkan kelenjar kulit yang
mengeluarkan lemak mulai kurang bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi
baby oil terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.
2. Kebersihan mulut
Kenersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para lansia untuk menyikat
gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi palsu perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan
dengan sabun dan sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat yang
telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 – 10 menit, setelah itu bilas sampai
bersih dari sabun dan bubuk pembersih mulut tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di
bawah air mengalir untuk mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah.
3. Perawatan rambut
Lanjut usia terutama wanita kadang – kadang mengalami kesulitan dalam mencuci rambut
sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut
orang lansia juga kehilngan lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner. Setelah
selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia tidak kedinginan.
4. Perawatan kuku
Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting kuku jangan terlalu pendek
dan jangan sampai terluka karena luka pada orang tua lebih sulit sembuh.
5. Pakaian
Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar pakainan harus lunak, harus
mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para
lansia tidak peduli lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan
pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi.
6. Mata
Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil terlihat kabur pada jarak
normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat terang. Gejala yang tidak normal antara lain:
7. Lingkungan
Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembapan ruang tidur atau
ruangan lainnya dirumah dengan memasang humidifier. Perubahan temperature secara tiba – tiba
harus dihindarkan.
Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat tidur perlu tetap diperhatikan,
yaitu:
2. Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap aktif dan menghindarkan
pegal – pegal serta atrofi otot
Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet pada tumit dan bokong
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia antara lain:
1. Faktor Pengetahuan
Menurut Purwanto (1999) dalam Friedman (1998), domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan
yang bersifat intelektual (cara berpikir, berabstraks, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain).
Yang meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comperehension), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu menjaga kebersihan
dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998).
3. Faktor Ekonomi
Menurut Geismer dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998), besar pendapatan keluarga akan
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.
4. Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan hygiene. Seorang dari latar
belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri (Potter dan Ferry,
2005).
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat
terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan meningkatkan kesejahteraan (Potter
dan Ferry, 2005).
1. Kurang perawatan diri, makan berhubungan degan penurunan kemampuan visual dan motorik,
keleamahan otot
Intervensi :
Pastikan dari klien atau anggota keluarga makanan apa yang disukai atau tidak disukai klien.
Berikan teknik pengurangan nyeri, sejak nyeri mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan
untuk makan sendiri
Tempatkan klien dalam posisi paling normal yang sesuai dengan ketidakmampuan fisiknya
(terbaik dalam posisi duduk di kursi dengan meja)
- Pilih tempat makan dengan warna yang berbeda untuk membantu memmbedakan artikel
(misal baki merah, piring putih )
- Pastikan pola makan yang biasanya dari individu dan berikan artikel makan sesuai
dengan yang disukai (atau atur artikel makan dalam pola makan yang menyerupai jam);
catat pada rencana pengaturan perawatan yang digunakan (misal, daging jam 6, kentang
jam 9, sayur - sayur jam 12)
- Dorong makan dengan menggunakan tangan ( missal, makan - makanan roti, daging,
buah, hot dog) untuk meningkatkan kemandirian
Untuk meningkatkan jumlah maksimum kemandirian, berikan alat bantu adaptif yang
diperlukan
- Belatan pergelangan atau tangan dengan klem untuk memegang alat makan
Bantu dengan pengadaan jika dibutuhkan: alat pembuka, serbet, sediaan bumbu, alat
pemotong daging, roti, mentega
- Berikan lingkungan tenang terisolasi sampai klien dapat untuk makan dan tidak mudah
mengalihkan perhatian dari tugas
- Orientasikan individu atau klien terhadap lokasi dan tujuan dari perlengkapan untuk
makan
- Tempatkan individu atau klien pada posisi paling normal untuk makan, secara fisik klien
dapat makan
- Dorong individu atau klien untuk menjalani tugas, tetapi waspada terhadap kelemahan,
frustasi, atau agitasi
Kaji untuk meyakinkan bahwa individu dan keluarga memahami alasan dan tujuan seluruh
intervensi
2. Kurang perawatan diri, mandi / hygiene berhubungan dengan penurunan kemampuan visual dan
motorik, kelemahan otot
Intervensi :
Dorong individu untuk menggunakan lensa koretif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran
Pertahankan kehangatan suhu kamar mandi, pastikan suhu air yang disukai klien
Berikan keamanan dalam kamar mandi (lantai tidak licin, batang pegangan)
Jika klien secara fisik mampu, dorong penggunaan bak mandi atau pancuran, tergantung
pada fasilitas yang ada dirumah (klien harus latihan di RS dalam persiapan pulang ke rumah)
- Kursi atau tempat duduk tidak ada sandaran sewaktu mandi dengan bak mandi atau
pancuran
- Pemegang spon yang panjang untuk mencapai punggung atau ekstremitas bawah
- Tempat pegangan pada dinding kamar mandi jika dibutuhkan untuk mobilisasi
- Alas atau keset kaki yang tidak licin pada lantai kamar mandi, bak mandi atau pancuran
- Alat pencukur
- Berikan waktu konsisten untuk mandi rutin sebagai bagian dari suatu program struktur
untuk membantu menurukan ansietas
- Jika klien tidak dapat untuk memandiakan keseluruhan tubuh, biarkan klien
memandikan satu bagian tubuhnya sampai dikerjakan dengan benar, berikan umpan
balik positif terhadap keberhasilan
- Aktivitas pengawasan dilakukan samapi klien dapat dengan aman melaksanakan tugas
yang tidak dibantu
- Dorong perhatian terhadap tugas, tetapi waspada terhadap kelelahan yang dapat
meningkatkan ansietas
Pastikan fasilitas mandi di rumah tersedia dan bantu dalam menentukkan jika ada berbagai
kebutuhan beradaptasi, rujuk keterapi ekupasi atau pelayanaan sosial untuk membantu dalam
mendapatkan pelengkapan yang dibutuhkan
3. Kurang perawatan diri berpakaian atau berdandan berhubungan dengan penurunan kemampuan
visual dan motorik, kelemahan otot
Intervensi :
Dorong individu untuk menggunakan lensa korektif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran
Tingkatkan kemandirian dalam mengenakan pakaian melalui latihan ters menerus dan tidak
dibantu
Pilih pakaian yang tidak sempit, dengan lengan baju besar dan celana pendek serta bukan
bagian depan
Sediakan waktu yang cukup untuk mengenakan pakaian dan melepaskan pakaian, sejak
tugas dapat melemahkan, membuat nyeri atau mengalami kerusakan
Renacanakan individu untuk belajar dan mendemonsrtasikan satu bagian dari aktivitas
sebelum berkembang lebih lanjut
Berikan bantuan dalam mengenakan pakaian jika di perlukan (umumnya beberapa bantuan
yang digunakan termasuk gantungan pakaian, penarik ritsleting, kancing, sendok sepatu yang
panjang, pengikat sepatu yang elastis
Dorong individu atau klien untuk menggunakan pakaian atau luar biasa daripada pakaian
malam
- Tentukan suatu waktu rutin yang konsisten dalam mengenakan pakaian untuk
memberikan suatau program terstruktr untuk menurunkan ansietas
- Pertahankan instruktsi sederhana dan ulangi instruksi tersebut dengan sering, hindari
pengalihan
Kaji pemahaman dan pengetahuan individu serta keluarga terhadap instruksi dan rasional
diatas
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
2. Riwayat Keluarga
Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara
Klien seorang janda dan mempunyai 6 orang anak
Klien tinggal bersama 1 orang anaknya
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : -
Alamat pekerjaan : -
Jarak dari rumah : -
Alat transportasi : -
Pekerjaan sebelumnya : -
Jarak dari rumah : -
Alat transportasi : -
Sumber – sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : Klien mendapat uang
bulanan dari anak - anaknya
E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Berkebun
Keanggotaan organisasi : -
Liburan / Perjalanan : Keluar kota (mengunjungi anak)
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : L (perawat)
Jarak dari rumah : ± 1 km
Rumah Sakit : RSUD DR. MURJANI / ± 3 km
Klinik : PKM BMG I / ± 1,5 km
Pelayanan kesehatan di rumah : -
Makanan yang dihantarkan : -
Perawatan sehari – hari yang dilakukan keluarga : -
Lain – lain : -
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Klien beragama Islam, melaksanakan solat 5 waktu.
Yang lainnya : -
H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien sering merasa lemah dan cepat lelah
jika
beraktifitas banyak.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien tidak ada menderita penyakit berat.
Paling hanya
sakit kepala, demam, batuk, atau flu biasa.
Keluhan Utama
1. Provocative / Paliative : -
2. Quality / Quantity : -
3. Region : -
4. Severity Scale : -
5. Timing : -
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : Jika sakit klien biasa membeli obat
di warung
Obat – obatan
-
Alergi (Catatan agent dan reaksi spesifik)
Obat – obatan : -
Makanan : -
Faktor lingkungan : -
Penyakit yang diderita
-
APGAR : 6 (Sedang)
K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital : TD 130 / 80 mmHg TB 151 kg
N 72 x/m BB 51 kg
RR 20 x/m
S 36,4
PENGKAJIAN PERSISTEM
REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, tidak ada benjolan
Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause
ENDOKRIN
PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia, merasa lemah dan
sering cepat lelah sehingga terbatas dalam melakukan perawatan diri.
ANALISA DATA
1. DS : “Saya merasa lemah dan sering cepat KelemahAn otot Kurang perawatan diri
lelah bila beraktivitas jadi untuk perawatan
diri ya seadanya saja”
DO : - K/U Baik
- Tampak tidak rapi, kotor, dan tidak terawat
- Rambut putih, kulit keriput
I. PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien mandi 2x sehari 1. Menjaga kebersihan dan kelembaban
keperawatan selama 1 x 24 dan ajarkan klien memakai baby kulit
jam, klien mampu melakukan oil setiap habis mandi 2. Menjaga kebersihan dan kesegaran
perawatan diri dengan kriteria 2. Anjurkan klien menyikat gigi mulut
hasil : minimal setiap mandi 3. Menjaga kebersihan rambut dan
1. Klien tampak bersih, rapi, dan 3. Anjurkan klien mencuci rambut kelembaban kulit kepala
terawat rutin 3x seminggu, memakai 4. Menjaga kerapianrambut
2. Klien tampak sehat conditioner dan anjurkan untuk 5. Menjaga kebersihan kuku,
minta bantuan orang terdekat / menghindari terjadi luka karena akan
anak sulit sembuh
4. Anjurkan klien menyisir rambutnya6. Menjaga kenyamanan dan menjaga
tiap hari dan ditata rapi agar selalu rapi dan tidak terjadi
5. Anjurkan klien minta bantuan pada iritasi
orang terdekat / anak untuk 7. Meningkatkan pengetahuan dan
memotong kuku bila panjang, bila kesadaran klien akan pentingnya
bisa mandiri ingatkan untuk hati – tetap melakukan perawatan diri /
hati dan jangan terlalu pendek atau menjaga kebersihan diri meskipun
sampai menimbulkan luka sudah lansia
6. Anjurkan klien untuk memakai
pakaian yang tidak berbahan kasar,
tidak tebal, mudah dan nyaman
dipakai
7. Berikan penkes tentang pentingnya
melakukan perawatan diri /
menjaga kebersihan diri bagi lansia
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1 1. Menganjurkan klien mandi 2x sehari dan mengajarkan klien Tanggal 28 Maret 2012
1. memakai baby oil setiap habis mandi Jam 17.00 WIB
2. Menganjurkan klien menyikat gigi minimal setiap mandi
3. Mengnjurkan klien mencuci rambut rutin 3x seminggu, S : “Saya sudah mulai mencoba menjalankan
memakai conditioner dan menganjurkan untuk minta anjuran – anjuran untuk perawatan diri saya
bantuan orang terdekat / anak dan saya meminta bimbingan dari anak saya
4. Mengnjurkan klien menyisir rambutnya tiap hari dan ditata karena saya sudah tua begini tidak bisa
rapi melakukannya sendiri”
5. Menganjurkan klien minta bantuan pada orang terdekat /
anak untuk memotong kuku bila panjang, bila bisa mandiri O:
ingatkan untuk hati – hati dan jangan terlalu pendek atau - Klien tampak bersih, rapi, dan terawat
sampai menimbulkan luka - Klien tampak sehat
6. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tidak
berbahan kasar, tidak tebal, mudah dan nyaman dipakai
7. Memberikan penkes tentang pentingnya melakukan A : Masalah teratasi
perawatan diri / menjaga kebersihan diri bagi lansia
P : Lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari –
hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan
perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan
badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J, 2000. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Nugroho, 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC Kedokteran
Setiabudhi, T & Hardiwinoto, 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga
Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tarwoto & Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proes Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
Diposting 31st March 2012 oleh Inka Februaria
Tambahkan komentar
2.
Mar
31
KELOMPOK 8 :
GILANG RAMADAN
ISTIQOMAH
NOVITA SARI
RETNO WULANDARI RIPHA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
a. Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada
orangdewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan
sekitar 70kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya
merupakancairan intraselular.
b. Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairanekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar
setengahdari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,
jumlahcairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total.
Inisebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata
70kg.
Cairan ekstraselular dibagi menjadi:
Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar
11-12 liter pada orang dewasa.Cairan limfe termasuk dalam
volumeinterstitial.Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah
sekitar 2 kalilipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah
(contohnyavolume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa
sekitar 5-6Ldimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari
sel darah merah,sel darah putih dan platelet.
Cairan Transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
sepertiserebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan
sekresisaluran pencernaan.Pada keadaan sewaktu, volume cairan
transeluleradalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak
dapat masuk dankeluar dari ruang transeluler.
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit
dan non elektrolit.
Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah
kationdan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
o Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na +), sedangkankation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+).Suatusistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodiumdan potassium ini.
o Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl -) danbikarbonat
(HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselularadalah ion fosfat (PO43-
).Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada
intinyasama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan
ekstraselulertetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.
a) Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan
didalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-
145mEq/liter. Kadarnatrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
-Sekresi ADH
-Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat
lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air
tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna
perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume
cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi
oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan
ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
a) Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membrane
semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutanberkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeable terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh
kompartemen sama.Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui
air (pelarut), namun tidakdapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan
tekananosmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%,
Ringer laktat).Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik
(akuades), sedangkanlebih tinggi disebut hipertonik.
b) Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
darikonsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik
pembuluhdarah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori
tersebut.Jadi difusitergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.
c) Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa
ionnatrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dariluar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaanhiperosmolar di dalam sel.
2.4 TANDA DAN GEJALA KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
1. Perubahan volume
Sedang 6% 5 % - 10 %
Berat 8% 10 % - 15 %
asi Dewasa
cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang
berlangsung.
Cararehidrasi:
Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan
NaClataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan
air) ataupundapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR),
sirosis, ataupun gagaljantung kongestif.Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi
jika terjadi kelebihancairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.
2. Perubahan konsentrasi
- Hiponatremia
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,
letargi,iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L
makaakan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan
oleheuvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli
ginjal,diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis,
nefrosis).
Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ ≥ 125 mg/L) atau
NaCl3% ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara
perlahanlahan,sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk
menghitung Naserum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus:
Na= Na1 – Na0 x TBW
keterangan :
Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
Na0 = Na serum yang actual
TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)
- Hipernatremia
Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa
perubahanmental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan
olehkehilangan cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus,
keringatberlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi
keadaan iniadalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak
{(X-140) xBB x 0,6}: 140.
- Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kaliumdari
cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar
totalkalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik
jantung,perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi
postural,kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia
dapatberupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan),
infuspotasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L)
atauinfus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG
(untukhipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot
yanghebat).Rumus untuk menghitung defisit kalium:
K = K1 – K0 x 0,25 x BB
Keterangan :
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur
BB = berat badan (kg)
- Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal
atauobat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor,
siklosporin,diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf
pusat(parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,
perubahanEKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium
klorida 10%dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit,
atau diuretik,hemodialisis.
1) Perubahan komposisi
- Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk
menurunkanventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan
akibat dariventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas,
atelektasis,pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi
abdomen danpenggunaan narkose yang berlebihan. Manajemennya melibatkan
koreksi yangadekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal, dan ventilasi
mekanis bilaperlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene trakeobronkial saat
post operatif adalah sangat penting.
- Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)
Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi
yangdibantu.Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan
alkalosisterjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan
untukmengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai,
analgesia,penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit
potasium yangterjadi.
- Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau
kehilanganbikarbonat.Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare,
fistula ususkecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat.Kompensasi awal
yang terjadiadalah peningkatan ventilasi dan depresi PaCO2.Penyebab paling
umum adalahsyok, diabetik ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan dan
keracunanmetanol.Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang
mendasari.
Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan
hanyasetelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.
- Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan
bikarbonatdan diperburuk oleh hipokalemia.Masalah yang umum terjadi pada
pasien bedahadalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume
ekstraselular.Terapiyang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan
penggantian kekuranganpotasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama
perode 24 jam denganpengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang sering.
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum
darinatrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139
mEq/L) atauhipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik
merupakan yang paling seringterjadi (80%), sedangkan dehidrasi
hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10% darikasus.
1) Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
hampir samadengan konsentrasi natrium terhadap darah.
Kehilangan cairan dan natrium besarnyarelatif sama dalam
kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular.
2) Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengankandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan
cairan hipertonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan natrium
yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karenakadar
natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah
kekompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular.
3) Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengankandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan
cairan hipotonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan air yang
lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karenakadar
natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke
kompartemenintravaskular, sehingga meminimalkan penurunan
volume intravaskular.
2.7 PENATALAKSANAAN
ANALISA DATA
No. Keluhan / Data Etiologi Problem
Data objektif : Diare; kehilangan Ketidakseimbangan
1. Klien merasa lemah cairan lambung; volume cairan
2. Klien merasa haus secara diaphoresis; kurang dari
berlebihan polyuria. kebutuhan tubuh
Data subjektif :
1. Kelemahan
2. Haus
3. Penurunan turgor kulit /
penurunan intensitas tidur
4. Membrane mukosa / kulit
kering
5. Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan volume / tekanan
nadi
6. Pengisian vena menurun
7. Perubahan status mental
8. Konsentrasi urine meningkat
9. Temperature tubuh meningkat
10. Hemtokrit tinggi
11. Kehilangan berat badan
seketika
A. DATA BIOGRAPI
Nama : Ny.” R ”
TTL : 6 – agustus -1942
Jenis Kelamin : perempuan GOL.darah: O
Pendidikan : SD
Agama : islam
TB/BB : 153 Cm, 42 kg
Penampilan : rapi,bersih ciri-ciri tubuh: rambut
beruban
Alamat : kel: basirih hulu RT/RW: 5 / 3
kec: mentaya hilir selatan
kabupaten: kotawaringin timur
Orang Terdekat : anak
Hubungan : keluarga
Alamat/telp : JL. Mujahidin / 085752xxxx
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
xxxx
2. Riwayat Keluarga
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Alamat pekerjaan : -
Alat transportasi : -
TB : 153 cm BB : 42 kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. bentuk dada
√
batuk: ya tidak
√
sputum: ya tidak
warna :
3. pola nafas
a. frekwensi nafas : 20 x/ menit : regular
4. bunyi nafas
a. normal
vasikuer disemua lapangan dada
bronchial di manubrium sternum
frekuensi : 88 x/menit
regular kuat
irregular lemah
√
2. Bunyi jantung
Normal
4. Pembesaran jantung
√
Ya Tidak
5.Nyeri Dada
√
Ya Tidak
6.Edema
Palpebra anasarka ekstremitasatas
√
7. Clubbing Finger
√
Ya Tidak
Tingkat Kesadaran:
4. kejang : ya tidak
5.lain-lain :
PENGINDERAAN (persepsi sensori)
1. Mata (penglihatan)
√
a. Bentuk
Normal enoftalmus
eksoptalmus lain
b. visus
c. pupil
iskor unisokor refleks cahaya
miosis midriasis positif negative
d. Gerak bola mata :
√
normal menyempit
e. Medan penglihatan:
f. Buta warna :
√
Ya,jenis tidak
meningkat tidak
2. Hidung (Penciuman)
a. bentuk : normal denasi
√
b. gangguanpenciuman : ya tidak
3. Telinga (Pendengaran)
√
b. membrane tympani
terang keruh kemerahan
intake perforasi
c. otorrhoea
ya,jenis
√
e. tinnitus : ya tidak
4. perasa
√
5. peraba
√
normal kelainan,sebutkan
b. lidah
hiperemik kotor lain lain
c. kebersihan rongga mulut
tidak berbau berbau gigi bersih gigi kotor
d. tenggorokan
sakit menelan/ nyeri menelan
sulit menelan lain-lain
e. abdomen
kenyal tegang kembung
nyeri tekan, lokasi
√
benjolan, lokasi
h. asites : ya tidak
i. lain-lain
2.masalah usus besar dan rectum / anus
BAB :5X/hari
√
√
lavamen : ya tidak
bebas terbatas
tidak ya lokasi
dislokasi
√
tidak ya lokasi
haematom
√
tidak ya lokasi
2. integument
warna kulit : akral:
√
ikterik hangat
seasonik panas
pucat dingin kering
kemerahan dingin basah
hyperpigmentasi
turgor : elastic tidak elastic
tulang belakang
lordosi: kiposis: scoliosis: lain-lain ,sebutkan
REPRODUKSI
laki-laki :
kelamin bentuk : normal tidak normal,keterangan
kebersihan alat kelamin : bersih kotor keterangan
perempuan
payudara
bentuk : simetris asimetris
benjolan : ya tidak
kelamin
bentuk : normal tidak
keputihan : ada tidak keterangan
siklus haid 28 hari
ENDOKRIN
√
1. factor alergi
ya tidak
manifestasi :…………
cara mengatasi :…………
2.kelainan endokrin
tidak ada kelainan pada endokrin
PENGETAHUAN
pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
klien saat merasa sakit langsung kepuskesmas diantar keluarganya
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Pewawancara :
No.Reg :
Ruang :
JUMLAH KESALAHAN
No. Reg :
Ruang :
No. Reg :
Ruang :
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS TIDAK √
DENGAN KEHIDUPAN ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN √ YA
BANYAK KEGIATAN DAN MINAT /
KESENANGAN ANDA?
3. APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN ANDA √ YA
KOSONG?
4. APAKAH ANDA MERASA SERING BOSAN? √ YA
No.Reg :
Ruang :
SKORE NORTON
No. Reg :
Ruang :
APGAR
I. PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan Mandiri :
tindakan keperawatan 1. Pantau masukan dan
1. Dengan pemantauan
selama 1 x 24 jam haluaran tersebut dapat dievaluasi
diharapkan cairan keaktifan terapi.
dalam tubuh klien
terpenuhi dengan
criteria hasil :
1. Mempertahankan urine
output sesuai dengan
usia dan berat badan,
berat jenis urine
normal, hematokrit 2. Perubahan tekanan darah
normal. 2. Pantau tanda vital dan nadi dapat digunakan
2. Tanda – tanda vital perkiraan kasar darah atau
dalam batas normal menunjukkan perubahan
3. Tidak ada tanda – pada klien.
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit
baik, membrane
mukosa lembab, tidak 3. Untuk mengetahui sedini
ada rasa haus yang mungkin seandainya terjadi
berlebihan. 3. Monitor adanya tanda – dehidrasi.
tanda dehidrasi.
4. Menyeimbangkan output
yang berlebihan.
4. Anjurkan untuk minum ±
1500 – 2500 ml / hari.
5. Agar klien menjadi lebih
nyaman dengan adanya
5. Dorong keluarga untuk keluarga yang
membantu klien makan. memperhatikan nutrisinya.
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1 S = Klien mengatakan, “Saya
1. 1. Memantau masukan dan haluaran berak cair terus – menerus kurang
Hasil : lebih 5x hari ini.”
Intake :
- Minum = ± 1800 ml/hari O=
Output : 1. k/u lemah
- BAB = ± 800 ml/hari 2. Klien nampak haus
- IWL = ± 630
3. Membrane mukosa kering
ml/hari + 4. TTV :
= ± 1430 ml/hr TD = 110/80 mmHg
BC : I – O = 1800 – 1430 RR = 20 x/m
= + 270 ml/hari S = 36,5 oC
N = 88 x/m
2. Memantau tanda vital 5. BB sebelum sakit = 45 kg
Hasil : 6. BB sesudah sakit = 42 kg
TTV : 7. TB = 153 cm
TD = 110/80 mmHg 8. Minum = ± 1800 ml/hari
RR = 20 x/m 9. BAB = 5x/hari
S = 36,5 oC 10. IWL = 630 ml/hari
N = 88 x/m
A = Masalah keperawatan
ketidakseimbangan volume cairan
3. Monitor adanya tanda – tanda dehidrasi. kurang dari kebutuhan tubuh
Hasil : klien nampak haus, membrane belum teratasi.
mukosa kering.
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang.
Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan
pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan
pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan terhadap berat badan
berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa50-60% berat badan,
sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh.
2003;47(5):380-387.
4. Keane PW, Murray PF. Intravenous fluids in minor surgery. Their effect on
recovery
5. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5 th ed.
Missouri:
Elsevier-mosby; 2005.p3-227
Springhouse; 2002:3-189.
9. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New
york:
McGraw-Hill; 1999:53-70.
11. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University -
Center for
http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm
12. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan terapi
intensif FK
13. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th
ed.
15. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar
[dikutip 6
17. Grsaber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Ed.2. Farmedia;
2003: 17-40.
Tambahkan komentar
3.
Mar
31
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN ISTIRAHAT DAN
TIDUR PADA LANSIA (kelompok9)
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA
DI SUSUN OLEH :
RISTI WULANDARI
SITI ROHANA
AKADEMI KEPERAWATAN
Tahun 2012
SAMPIT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmad
dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan
makalah pengetahuan bagi mahasiswa/I Akper Pemkab Kotim maupun para
pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul Asuhan
Keperawatan Kebutuhan Istirahat dan Tidur . Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima
kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca
untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..............................................................................................
......... i
DAFTAR ISI
..............................................................................................
....................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang...................................................................................
...... 1
1.3 Rumusan
Masalah....................................................................................
1
1.4 Metode
Penulisan..................................................................................
... 2
1.5 Sistematika
Penulisan...............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Mekanisme
Tidur..........................................................................
............ 3
2.4 Kegunaan
Tidur..........................................................................
.............. 4
2.8 askep
pengkajian....................................................................
............. 8
3.1 KESIMPULAN
.............................................................................
......... 11
3.2 SARAN
.............................................................................
...................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan
aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas
tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding,
klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan
istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa
melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam
hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang
nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.
Instink/Naluri
· Pernapasan melambat
· Otot2 rileks
§ Tahap I :
§ Tahap II :
o Merupakan tidur yang tidak dalam.
§ Tahap III :
o Berlangsung ± 10 menit
§ Tahap IV :
o TD turun
§ Pada orang dewasa tahap ini 20-25% dari tidur malam, bila seseorang
terbangun pada tahap ini mereka dapat mengingat mimpi mereka.
§ Biasanya terjadi 80-100 menit setelah orang tertidur.
§ TD menngkat.
§ Orang yang tidak mengalami periode REM biasanya tidak merasa puas
dengan tidurnya.
§ Memperbaiki ingatan.
§ Relaksasi
Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus
tidur rata-rata 45-60 menit
Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM
dan tidur sepanjang malam
Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan Tidur
sepanjang malam + tidur siang
Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur
Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur
1.Umur
2.Penyakit
Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea.
Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus
tertentu dengan klien gangguan hipertiroid.
3.Motivasi
4.Emosi
5.Lingkungan
8.Aktivitas.
- Delirium/Mengigau.
Tanggal
Pengkajian : 25 Maret 2012
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Tn. M
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Hubungan : istri
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan : : Laki – laki : Garis
Keturunan
: Perempuan ....... :
Tinggal Serumah
: Garis Hubungan :
Meninggal
2. Riwayat Keluarga
..Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti DM, Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain
– lain.
C.RIWAYAT PEKERJAAN
Alamat pekerjaan : -
Jarak dari rumah : - ......................km/meter*
Alat transportasi : -
Penerangan : cukup
WC
F.SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : ada
Lain-lain
G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
H.STATUS KESEHATAN
3.Region : Epigastrium
Obat-obatan :
Indeks KATZ : A
Istirahat dan Tidur : klien siang tidur dari jam 12.00 – 13.00 dan
malam dari jam 20.00 – 04.00. Kwantitas : klien sering terbangun, setiap
jam klien terbangun dan susah untuk memulai tidur lagi.
Emosi : terkontrol
Status mental :
Afasia :-
Dimensia : tidak
Orientasi : normal
Bicara : normal
APGAR =
K.TINJAUAN SISTEM
RR 20 X/menit Suhu : 36 0c
TB : 165 cm BB: 60 Kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
3.Pola nafas
5.Pergerakan dada
Meningkat lokasi
Menurun lokasi
Lain-lain
Masker Respirator
CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )
1.Nadi
Frekuensi.........80.........................x/menit
Reguler Kuat
Irreguler Lemah
2.Bunyi Jantung
Normal
3.Letak Jantung
6.Edema :
Lainnya.........................
1.GCS :
Total GCS : 15
2.Refleks : normal
4.Kejang :Tidak
5.Lain-lain..........................................
1. Mata ( Penglihatan )
a. Bentuk : Normal
b. Visus.....................
Pupil : isokor
2. Hidung (Penciuman )
a. Bentuk : Normal
b. Gangguan Penciuman : Ya
3. Telinga ( Pendengaran )
a. Aurikel : Normal
b. Membran tympani : Terang
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : normal
5. Peraba : normal
a. Mulut
b. Lidah : bersih
BAB 1 X/hari
2. Integumen
Turgor :Elastik
Akral : hangat
REPRODUKSI
Laki –laki :
ENDOKRIN
PENGETAHUAN :
Mahasiswa yang
mengkaji,
...............................
..........
NIM.
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Memberikan info
tindakan keperawatan masalah gangguan tidur dasar dalam menen
diharapkan gangguan klien, karakteristik dan rencana keperawatan
istirahat tidur tidak penyebab kurang tidur. 2. Mengatur pola tidu
terjadi,dengan criteria2. Lakukan persiapan 3. Meningkatkan tidur
hasil: untuk tidur malam seperti
4. Meningkatkan tidur
1. Klien tampak rileks pada jam 9 malam 5. Meningkatkan tidur
dan lebih segar sesuaidengan pola tidur 6. Meningkatkan tidur
2. Ttv dalam batas klien. 7. Mengurangi gan
normal 3. Lakukan mandi air tidur.
3. Klien dapat tidur 6-8 hangat. 8. Mengurangi gan
jam setiap malam. 4. Anjurkan makan yang tidur.
cukup satu jam sebelum 9. Mengurangi gan
tidur. tidur.
5. Berikan susu hangat 10. Mengurangi tidur.
sebelum tidur. 11. Meningkatkan pola t
6. Keadaan tempat tidur
yang nyaman, bersih dan
bantal yang nyaman.
7. Bunyi telepon dan
alarm hp di kecilkan.
8. Berikan pengobatan
seperti analgetik dan
sedative,setengah jam
sebelum tidur.
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1 1. melakukan pengkajian masalah gangguan S : klien mengatakan “saya
1. tidur klien, karakteristik dan penyebab sering terbangun pada mala
kurang tidur. hari”
Hasil : klien sering terbangun pada malam O : - : - ku baik
hari - konjungtiva anemis
2. menganjurkan klien untuk tidur malam - klien setiap 1 jam
seperti pada jam 9 malam sesuaidengan pola bangun apabila tidur m
tidur klien. -klien tampak lelah
Hasil : klien tidur jam 20.00 – 04.00 wib -klien menguap
3. anjurkan keluarga klien untuk - TD : 140/90 mmHg
memberikan Keadaan tempat tidur yang N : 80 x/ menit
nyaman, bersih dan bantal yang nyaman. RR : 20x/ menit
Hasil : keluarga klien menuruti anjuran S : 36 C
ersebut.. - Kuantitas tidur malam
4. meningkatkan aktivitas sehari – hari dan jam 20.00 – 04.00
kurangi aktivitas sebellum tidur. - Kuantitas tidur siang d
Hasil : klien tidak melakukan kegiatan jam 12.00 – 13.00
sebelum tidur A ; masalah belum teratasi
. P : lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Tambahkan komentar
4.
Mar
31
ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA Ny. S DENGAN
MASALAH GANGGUAN SEKSUAL
(kelompok7)
LAPORAN PENDAHULUAN
ENDAH MURNI
TRI NURWAHYUNI
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL”. Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i
BAB II PEMBAHASAN
F. ............................................................................................................
G. PENATALAKSANAAN...........................................................................
H. MASALAH KEPERAWATAN..................................................................
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................
J. RENCANA KEPERAWATAN..................................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN
PENGKAJIAN............................................................................................
15
ANALISA DATA.........................................................................................
18
RENCANA KEPERAWATAN.......................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah
periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah
seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah,
termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah
masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh perasaan
usia tua atau merasa tua.
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian
Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48
pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil
sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066
sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and
Allison,1995).
• Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan
pasangan.
• Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan
dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
• Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria,
seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan
pasangan hidup.
Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas
45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan
hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia
umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan
tentang masalah seksual pada lansia.
Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang
harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama,
komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar.
Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena
perubahan fisiologis maupun patologis.
Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka
setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu
diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis
disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai
penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
D. Rumusan Masalah
2. Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual?
3. Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan
penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia?
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan
dengan judul makalah dan masalah yang dibahas
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang
terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Wanita
· Vagina
· Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan
dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan
fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata
dengan dinding jaringan.
· Ovarium
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini
disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja.
Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional,
begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk
tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang
menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak,
pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar
adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan
berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
2. Pria
· Prostat
· Testis
B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
1. Fase desire
2. Fase arousal
3. Lase orgasmik
· Penyebab iatrogenik
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang
mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap
fungsi seksual.
C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan
penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya.
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :
1. Infark miokard
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien
segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
2. Pasca stroke
3. Kanker
4. Diabetes mellitus
5. Arthritis
8. Obat-obatan
Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah
seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini
memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien
dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang
penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa
masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual
adalah masalah yang tabu.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan
paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan
status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan
khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence
testing. (Hadi-Martono, 1996)
· Konseling Psikoseksual
· Therapi Hormon
· Peralatan Mekanis
· Bedah Pembuluh
3. Bimbingan Psikososial
4. Penyembuhan Hormon
· Oral phentholamin
1 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan
perubahan dalam mencapai kepuasan seksual
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
RENCANA KEPERAWATAN
gel
2. 2 Pasien dapat menerima 1. Kaji perasaan/persepsi pasien
1. Untuk mengetahui sebera
perubahan bentuk salah tentang perubahan gambaran klien bisa menerima keada
satu angota tubuhnya diri berhubungan dengan
secara positif keadaan angota tubuhnya yang
Kriteria hasil: kurang berfungsi secara normal
· Pasien mau berinteraksi
2. Lakukan pendekatan dan bina
dan beradaptasi dengan hubungan saling percaya
2. Agar klien mau mengung
lingkungan tanpa rasa malu dengan pasien masalah nya
dan rendah diri 3. Tunjukkan rasaempati,
3. Rasa menerima pada
· Pasien yakin akan perhatian dan penerimaan pada akan membuat pasien
kemampuan yang dimiliki pasien percaya diri
4. Bantu pasien
untuk
4. Agar pasien tidak
mengadakan hubungan dengan canggung atau malu d
orang lain orang lain karena perubah
5. Untuk mengetahui apakah
5. Beri kesempatan pada pasien depresi terhadap perubaha
untuk mengekspresikan
perasaan kehilangan
IMPLEMENTASI
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi
menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang
terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa
pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan
lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah
lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan.
Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya
kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian
dari pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks,
baik secara langsung maupun tidak.
B. SARAN
Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia
sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia
sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hak-
hak untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang
sempurna dan optimal, serta diperlakukan dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan
kehidupan yang harmonis serta merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun
wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi
pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan
kehidupan yang nayak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). Jakarta :
FKUI
Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta.
Fitramaya
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. “S”
Pendidikan : SD
Agama : islam
TB / BB : 150 cm/45 kg
Hubungan : anak
Alamat / telepon :-
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit
menular seperti TB paru
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri
dirumah
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : dari anak tertua dan dari
menantu klien
Penerangan : cukup
WC : jamban
E. RIWAYAT REKREASI
F. SISTEM PENDUKUNG
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita
maag dan asam urat
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah
menderita penyakit yang parah, hsnya
penyakit biasa seperti pilek, demam
Keluhan utama
3. Region : di uluhati
5. Timing : kadang-kadang
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus
ke puskesmas untuk berobat. .
Obat – obatan :
Penyakit yang pernah di derita : klien menderita maag dan asam urat
IndeksKATZ: A
Istirahat & tidur : klien tidur cukup, tidur malam ± 7 jam dan tidur
siang ± 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat
bangun
Status mental
Afasia :-
Bahasa yang digunakan : klien menggunakan bahasa banjar dan dayak dalam
kehidupan sehari-hari
K. TINJAUAN SISTEM
RR : 18x/menit suhu : 36 °C
TB : 150 cm BB : 50 kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
3. Polanafas
4. Bunyinafas
a. Normal
Vasikuler di : semua lapang paru
1. Nadi
1. GCS : E4 M6 V5
Total GCS : 15
2. Reflex : normal
3. Koordinasi gerak : ya
4. Kejang : tidak
PENGINDERAAN (persepsisensori)
1. Mata (penglihatan)
a. Bentuk : normal
b. Visus :-
c. Pupil : isokor
2. Hidung (penciuman)
a. Bentuk : normal
3. Telinga (pendengaran)
d. Gangguan pendengaran : ya
e. Tinnitus : tidak
4. Perasa : menurun
5. Peraba : menurun
Warna : kuning
e) Abdomen : kenyal
2. Integument
Akral : hangat
REPRODUKSI
Perempuan :
Payudara
Bentuk : normal
Benjolan : tidakada
Kelamin
Bentuk : normal
ENDOKRIN
PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien kurang peka terhadap masalah
kesehatan
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
3. Menambah pemahama
tentang semua perubaha
di alami nya agar pen
fungsi seksual tidak m
beban pikiran
4. Motivasi klien
untuk
4. Makanan bergizi dia
mengkonsumsi makanan yang
untuk menjaga daya taha
rendah lemak, rendah kolestrol,
karena biasanya pada
dan berupa diet vegetarian
daya tahan tubuhnya men
IMPLEMENTASI
Alamat : islam
SKOR
NO PERYANYAAN JAWABAN
1 Tanggal berapa hari ini ? 28
2 Hari apa sekarang ini ? Rabu
3 Apa nama tempat ini ? Rumah saya
4 Dimana alamat anda ? camba
5 Kapan anda lahir ? Tahun 43 an
6 Berapa umur anda ? lupa
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? SBY
8 Siapa presiden sebelumnya? Megawati
9 Siapa nama kecil ibu anda ? Tidak tahu
10 15 - 6 9
Jumlah kesalahan total 2
Keterangan :
JUMLAH KESALAHAN :
Tambahkan komentar
5.
Mar
31
Dwi kirnawati
Juliansyah
Fauzi herawan
AKADEMI KEPERAWATAN
SAMPIT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan
makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para
pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas
kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. A DENGAN MASALAH
GANGGUAN AKTIVITAS”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
b. Epidemologi/insiden kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko
tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post
trauma.
c. Etiologi/penyebab
- Kelainan postur
- Gangguan perkembangan otot
- Kerusakan system saraf pusat
- Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan otot
d. Factor predisposisi
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
- IMT diatas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood dan cemas
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum dan spesifik
- Kehilangan integrasi struktur tulang
- Keterbatasan lingkungan fisik dan social
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur
g. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur/bentuk tubuh
o Skoliosis
o Kiposis
o Lordosis
o Cara berjalan
c. Ekstremitas
o Kelemahan
o Gangguan sensorik
o Tonus otot
o Atropi
o Tremor
o Gerakan tak terkendali
o Kekuatan otot
o Kemampuan jalan
o Kemampuan duduk
o Kemampuan berdiri
o Nyeri sendi
o Kekakuan sendi
h. Pemeriksaan diagnostic
“pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)”
i. Prognosis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan
kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami.
Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat
dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
a. Pengkajian
1. Tingkat aktivitas sehari-hari
a. Pola aktivitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas
3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh
2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan
mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
c. Rencana keperawatan
1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas
Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital
o Kolaborasi dengan dokter
o Lakukan aktivitas yang adekuat
Rasional:
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan
mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan
perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi
LAPORAN KASUS
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. A
TTL : Sampit, 13 juli 1949
Jenis kelamin : perempuan
Gol. Darah :B
Agama : islam
Pendidikan :-
Status perkawinan : janda
TB/BB : 145 cm, 43 kg
Penampilan : rapi
Ciri-ciri : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat,
agak bungkuk
Alamat : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT
04, RW 05, kabupaten kotawaringin timur
Orang yang dekat : Ny. K
Hubungan : anak klien
Alamat/telpon : 0852459734xx
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan : : Laki-laki :
Garis keturunan
: Perempuan : Tinggal
serumah
: Garis hubungan :
Meninggal
2. Riwayat keluarga
Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien
meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat
penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya. Saat muda
klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang
kayu. Kedua orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga
menikah klien hidup serba kekurangan, tapi klien masih bisa
membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah bekerja dan
menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering
mengeluhkan nyeri sendi dan postur tulang punggung klien mulai
bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi klien masih bisa
memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun
mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri
lama.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak
tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki.
Saat ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap
bulan dan semua kebutuhan klien terpenuhi.
E. RIWAYAT REKREASI
Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan
apapun dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang
kampong tiap lebaran.
F. SISTEM PENDUKUNG
Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit
dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan
dirumah dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya
berjalan dan mandi.
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.
H. STATUS KESEHATAN
Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan
pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama
berdiri sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal
tersebut.
1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung
2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu
3. Region : di punggung dan seluruh persendian
4. Severity scale :4
5. Timing : setiap sebelum tidur
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya
menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah
memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri
ketempat pelayanan kesehatan lainnya.
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor
lingkungan.
Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.
J. PSIKOLOGI
Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun,
klien menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai
akhir hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya
menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri
minimal.
Status mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia,
orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien
mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien
tidak memiliki vertigo.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3
Mini mental state exam (MMSE) :3
Geriatric depression scale :4
APGAR :7
K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD:
140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4˚C, TB: 145cm, BB:
43kg.
PENGKAJIAN PERSISTEM
REPRODUKSI
Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada
keputihan, siklus haid 7hari.
ENDOKRIN
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.
PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit,
klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara
menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.
ANALISA DATA
DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos
mentis
-P: nyeri sendi dan
punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri
lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4˚C
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik
DIAGNOSA MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan
1. Pertahanan body aligment
1. Mencegah iritasi
tindakan keperawatan, dan posisi yang nyaman komplikasi
diharapkan gangguan
mobilitas fisik berkurang 2. Cegah pasien jatuh
atau teratasi, dengan 2. Mempertahankan kea
criteria hasil: pasien
- klien dapat melakukan 3. Lakukan latihan aktif
aktivitas secara adekuat maupun pasif 3. Meningkatkan sirkula
- k/u baik mencegah kontraktur
- tidak terjadi cidera
- klien meningkatkan 4. Lakukan fisiotheraphy dada
4. Meningkatkan fungsi pa
aktivitas sesuai batas dan postural
toleransi 5. Memaksimalkan mobili
5. Tingkatkan aktivitas sesuai
batas toleransi
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1 1. mempertahanan body aligment dan posisi yang S: “saya masih merasa lem
1. nyaman terlalu lama berdiri”
Hasil: klien mempertahankan body aligment.
O:
2. mencegah pasien jatuh -k/u lemah
Hasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi -aktivitas klien meningkat
sehingga mencegah terjadinya jatuh -tidak terjadi cidera
DAFTAR PUSTAKA
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba
Medika
Tambahkan komentar
6.
Mar
31
DI SUSUN OLEH:
INKA FEBRYRIA PERTIWI
IRWANSYAH
ALFIANEDI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Makalah
Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Pada Lansia”
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan
bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan
dialami oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini
merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat
diobservasi di dalam satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem.
Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam
parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai
bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman
panca indera, menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi
merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka
masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
V. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini yaitu kata pengantar, daftar isi, bab I
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan
pustaka. Bab III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar
pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Eliminasi Urine
Ø Komposisi Urine
4. Stress psikologi
5. Tingkat aktivitas
6. Tingkat perkembangan
7. Kondisi patologis
Eliminasi fekal
Ø Proses Eliminasi
1. Gerontologi
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu
gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik. Gerontologi berasal dari kata
Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi Gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut
usia. Gerontologi Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier, 1987)
Cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin
terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).
2. Geriatri
· Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat
akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek
dari geriatri adalah manusia lanjut usia.
3. Geriatric Nursing :
4. Proses Menua
a. Secara individual
b. Teori-teori biologi
d. Teori stress
g. Teori program
Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
a. Hereditas : Keturunan/genetik
b. Nutrisi : Makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stress
Perubahan-perubahan fisik
Sel
Sistem persyarafan
Sistem pendengaran
Sistem penglihatan
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
1. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
Sistem gastrointestinal
3. Esofagus melebar.
Sistem reproduksi
2. Atrofi payudara.
Sistem genitourinaria
1. Ginjal
4. Atrofi vulva
5. Vagina
Sistem endokrin
2. Kifosis
1. Pengkajian
a. Eliminasi urine
b. Eliminasi bowel
1. Status gizi
2. Pemasukan diit
9. Keadaan diare.
2. Intervensi
a. Eliminasi Urine
b. Eliminasi Bowel
4. Cukup cairan
BAB III
I. Data Biografi
Nama : Ny. S
Umur : 74 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
TB/BB : 149 cm / 37 kg
Alamat : Sda
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. GENOGRAM
Keterangan:
: perempuan : garis
perkawinan
2. Riwayat Keluarga
Klien adalah anak ke-4 dari lima bersaudara, klien dulunya berasal dari
keluarga petani. Ayah dan ibu klien sudah meninggal. Suami klien sudah
meninggal sejak klien berumur 51 tahun. Sekarang klien tinggal ikut
anaknya.
Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit stroke yaitu kakak
pertamanya dan sudah meninggal. Dalam lingkungan keluarga klien tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti TBparu.
Alamat pekerjaan :-
Transportasi :-
Penerangan : cukup
Tempat tidur : tanpa ranjang
V. RIWAYAT REKREASI
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :sering pegal-pegal dan
kesemutan pada ektremitas, dan hipertensi
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Klien pernah mederita
sakit stroke dan di opname di RSUD Sragen, Jawa tengah selama 2 minggu
P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
Obat-obatan :-
Makanan :-
Faktor lingkungan :-
Cairan/elektrolit :
Emosi : stabil
Adaptasi mekanisme pertahan diri : baik
Status mental :
· Dimensia : ada
· Orientasi : baik
· Vertigo : ada
PENGKAJIAN PERSISTEM
B1/pernapasan
B2/Kardiovaskuler
B3/ persarafan
· Reflek : normal
1. Mata
· Bentuk : normal
· Visus :-
· Pupil : isokor
2. Hidung
· Bentuk : normal
· Aurikel : normal
· Tinitus : ada
4. Perasa : normal
5. Peraba : normal
B4/perkemihan
· Masalah kandung kemih : Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada
distensi suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, tidak terjadi
terjadi inkontinensia urine.
· Warna : kuning
· Bau :amoniak
B5/eliminasi alvi
· Lidah : normal
· Kebersihan rongga muluat : tidak berbau, gigi bersih, tidak ompong,
· Abdomen : dintensi
· Obat pencahar :
· Lavamen :
B6/Otot/tulang/integumen
1. Otot-tulang
2. Integumen
REPRODUKSI
Payudara
· Bentuk : simetris
Kelamin
· Bentuk : normal
ENDOKRIN
· Manifestasi :-
· Cara mengatasi :-
Klien tahu bahwa dirinya sakit hipertensi dan rematik, tapi klien menganggap
sakitnya itu adalah sakit orang sudah tua.
ANALISA DATA
DO :
1. Klien hanya makan nasi dan
sedikit sayur mayur.
2. Bising usus 3 x /menit
3. Perkusi abdomen hypertimpani.
RENCANA KEPERAWATAN
tidak bergas.
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1 1. Mengkaji pengetahuan klien mengenai S: “Saya sudah dapat BAB denga
1.
pemahaman tentang nutrisi. Hasil: “yang saya tahu lancar, minum sebanyak 5 gelas /
saya harus makan makanan yang sedikit garam hari, mau mencoba mengkonsums
agar tensi saya tidak naik. sayuran dan buah- buahan”.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia).
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa
Tambahkan komentar
7.
Mar
31
ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA PASIEN LANSIA
DENGAN MASALAH PEMENUHAN
KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN (kelompok 2)
KELOMPOK 2
2. Edi Taufikurahman
3. Kiki Apriliyanti
4. Novia Yesiana
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/I akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul Standar ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN
MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya,
penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................................................................................................. i
DAFTAR ISI
............................................................................................................................... ii
BAB
I............................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG...............................................................................................
1
B. TUJUAN PENULISAN
............................................................................................ 2
C. RUMUSAN
MASALAH........................................................................................... 2
D. METODE
PENULISAN............................................................................................ 2
E. SISTEMATIKA
PENULISAN.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
B. KESELAMATAN DAN
KEAMANAN................................................................... 4
BAB III.............................................................................................................................
PENUTUP
A. KESIMPULAN
......................................................................................................... 39
B. SARAN
......................................................................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari
satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala
yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan
kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya
adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 1994).
Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan
tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-
lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan
lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia
yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan
yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan
masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall &
Hassett, 2002).
B. TUJUAN PENULISAN
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan
pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.
D. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode
kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab
III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak
dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan
keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
KONSEP DASAR
a. Usia
Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang
dilakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan
tulang.
b. Tingkat kesadaran
c. Emosi
Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan
berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.
d. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya risiko injuri atau gangguan integritas kulit.
f. Informasi/komunikasi
h. Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
j. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang
penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu.
k. Tingkat pengetahuan
a. Di rumah
· Tersedak.
· Jatuh.
· Terpotong.
· Luka bakar.
· Tenggelam.
· Keracunan.
b. Di rumah sakit
· Mikroorganisme.
· Cahaya.
· Kebisingan.
· Temperatur.
· Kelembapan.
· Kesalahan prosedur.
· Peralatan medik.
· Radiasi.
· Syok elektrik.
e. Menghindari kecelakaan:
· Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien
yang gelisah.
h. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.
A. DEFINISI
Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang
melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih
rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi
atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot
ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik
sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan
kurang terang dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan
kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral
tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah.
Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh
adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan
meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi
punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan
meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh
American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy
of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi
untuk orang tua(AGS et al.2001) .
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:
1. Faktor Intrinsik
2. Faktor Ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak
di bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar,
licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang
tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau
menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya.
B. PENCEGAHAN
1. Latihan fisik
2. Managemen obat-obatan
3. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas ataudingin untuk menghindari pusing
akibat suhu diantara:
§ Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
§ Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
5. Alas kaki
§ Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
§ Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat
ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien
dianjurkan pakai cane). Pemilihan cane type apa yang digunakan,
ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-
wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka
pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam
menunjang berat badan.
§ Berhenti merokok
§ Latihan fisik
Pengkajian
a. Halusinasi;
c. Kelesuan;
d. Ilusi;
f. Perasaan terasing;
g.Kurangnya konsentrasi;
a. Kesadaran menurun;
b.Kelemahan fisik;
c. Imobilisasi;
Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien
(home hazards appraisal).
a. Resiko Jatuh
§ Usia klien lebih dari 65 tahun
b. Riwayat kecelakaan
c. Keracunan
Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan.
Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya
keracunan dan upaya pencegahannya.
d. Kebakaran
e. Pengkajian Bahaya
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam
keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.
Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang
cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan
meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit
untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang
keadaan rumah yang terstuktur.
Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh
Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah)
1. Risiko injuri
b. Kelemahan;
c. Gangguan kesadaran;
e. Epilepsi;
f. Episode kejang;
g. Vertigo;
h. Gangguan persepsi.
a. AIDS;
b. Demensia;
d. Epilepsi;
e. Penyakit perdarahan.
Y Tujuan yang diharapkan:
Y Intervensi:
a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat
tidurnya
Y Rasional:
a. Pencegahan primer
e. Mempertahankan keamanan
f. Mencegah aspirasi
g. Mencegah jatuh
i. Mencegah kecelakaan
k. Mencegah injuri
2. Perubahan proteksi
a. Defisit imunologi;
b. Malnutrisi;
a. Riwayat kecelakaan;
b. Nutrisi kurang;
c. Gangguan darah;
d. Pembedahan;
f. Penyakit imunitas;
g. AIDS.
Y Tujuan yang diharapkan:
Y Intervensi:
d. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari
bekas suntikan
· Pemberian pengobatan
· Mempertahankan keamanan
· Teknik isolasi
Y Rasional:
e. Menghindari pendarahan
b. Kerusakan jaringan;
d. Prosedur invasif;
e. Malnutrisi;
f. Penyakit kronis.
a. Kondisi kulit;
b. Nilai laboratorium;
a. AIDS;
Y Intervensi:
· Hidup sehat
Y Rasional:
e. Mencegah komplikasi
1. Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA
adalah :
Seorang klien mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila
kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan
cedera.
§ Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akibat terpapar, atau
tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.
§ Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak
adekuatnya udara untuk proses bernafas.
§ Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms.
Luka, luka bakar, atau fraktur).
§ Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.
§ Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk
yang terbuat dari lateks.
§ Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko
terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem musculoskeletal yang
direncanakan atau tidak dapat dihindari.
2. Perencanaan
Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:
Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh)
tidak terjadi
3. Intervensi
a. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera
adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu
melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik
diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas
bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi
diri dari cidera.
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. M
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Ciri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri,
kifosis
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan: : Laki-laki : Garis Keturunan
2. Riwayat Keluarga
Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan
petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu
klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang
pernah diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia,
awalnya klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum akhirnya
kakak pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak keduanya
sampai akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan tepatnya klien menikah.
Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien
meninggal dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di
rumah.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Alamat Pekerjaan : -
Alat Transportasi : -
Pekerjaan Sebelumnya : -
Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan
anak-anak klien terutama anak bungsu klien.
Tangga rumah : -
Penerangan : Cukup
Derajat privasi :
E. RIWAYAT REKREASI
Perawat : Ny.N
Klinik : - Jarak
Makanan yg dihantarkan : -
Lain-lain : -
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
H. STATUS KESEHATAN
Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu
lintas dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki
klien.
Klien sering mengeluh sakit di punggung, dan lutut klien terasa ngilu. Keluhan itu
berlangsung sampai sekarang. Klien juga punya riwayat penyakit gastritis.
2. Quality/Quantity : ngilu-ngilu
klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang
yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga
tahu kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam
(termasuk klien) dengan asam urat. Tapi klien sendiri tidak tahu dengan jelas apa
sebenarnya asam urat itu sendiri dan obat-obat apa yang diminum klien selama ini.
§ Obat-obatan:
Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena sampel
sudah tidak ada)
Obat-obatan : -
Makanan : -
Faktor Lingkungan : -
Indeks KATZ : A
Cairan & Elektrolit : Klien minum ±4-6 gelas/hari, klien suka minum
kopi
Status mental
Afasia : -
Demensia : Tidak
Orientasi : Normal
Bicara : Normal
APGAR : 6 (Sedang)
K. TINJAUAN SISTEM
L. PENGKAJIAN PERSISTEM
3. Pola Nafas
4. Bunyi Nafas
c. Abnormal : -
d. Resonen lokal : -
5. Pergerakan dada : -
1. Nadi
6. Edema : Tidak
1. GCS
Total GCS: 14
2. Refleks : Normal
3. Koordinasi gerak : Ya
4. Kejang : Tidak
5. Lain-lain : -
§ PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Visus : -
c. Pupil : Isokor
2. Hidung (Penciuman)
a. Bentuk : Normal
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
c. Otorrhae : Tidak
d. Gangguan Pendengaran : Ya
e. Tinitus : Ya
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal
Frekuensi : 2-6x/hari
Warna : Kuning Jernih
Bau : Amoniak
b. Lidah : Hiperemik
e. Abdomen : Kenyal
h. Asites : Tidak
Lavemen : Tidak
2. Integumen
Warna kulit : Hiperpigmentasi
Akral : Hangat
M. REPRODUKSI
Perempuan:
N. ENDOKRIN
O. PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia
dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali dia sakit.
Tapi klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya secara spesifik.
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri 1. Nyeri merupakan resp
tindakan keperawatan subjektif yang dapat dik
selama 2x24 jam dengan menggunakan sk
diharapkan nyeri hilang nyeri.
atau terkontrol dengan
kriteria hasil: 2. Bantu klien dalam 2. Nyeri mungkin dipeng
1. Klien tidak mengidentifikasi faktor oleh kecemasan atau
mengungkapkan perasaan pencetus peradangan pada sendi
nyeri
2. Gerak tidak terbatas 3. Akan melancarkan per
3. Aktivitas bisa sedikit darah sehingga kebutuha
meningkat 3. Ajarkan relaksasi: teknik oksigen pada jaringan
4. Skala nyeri 0 (dari 0- terkait ketegangan otot terpenuhi dan menguran
10) rangka yang dapat nyeri
5. Menunjukkan ekspresi mengurangi intensitas nyeri
rileks 4. Pengetahuan tersebut
membantu mengurangi n
4. Tingkatkan pengetahuan dan dapat membantu
tentang penyebab nyeri dan meningkatkan kepatuhan
hubungan dengan berapa terhadap rencana terapeu
lama nyeri akan berlangsung
5. Pemakaian alkohol, ka
dan oba-obatan diuretik
menambah peningkatan
5. Anjurkan klien untuk tidak asam urat dalam serum.
meminum minuman seperti
alkohol, kafein atau
mengonsumsi obat-obatan
diuretik, tapi perbanyak
minum air putih
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan
paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik,
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-pencegahan-
jatuh-pada-lansia/
http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalam-
pemenuhan-kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/
Diposting 31st March 2012 oleh Inka Februaria
Tambahkan komentar
8.
Mar
31
BAMBANG SURYADINOR
NITA RAHMADANI
SUMIRLAN TRISNO
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah Keperawtan Gerontik dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1. PENGERTIAN........................................................................................ 3
2.7. ASKEP.................................................................................................... 12
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 13
B. SARAN ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN KASUS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok
rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan
badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan degenerasi
jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi
disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.
Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak
bahkan copot, sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah
makanan. Maka makanan harus diolah sehingga makanan tidak perlu
digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang dipotong kecil-kecil,
lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA
dalam mengkonsumsi makanannya.
Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah
menurun, sehingga makanan harus yang mudah dicerna dan tidak
memberatkan fungsi kelenjar pencernaan.makanan yang tidak banyak
mengandung lemak, pada umumnya lebih mudah dicerna, tetapi
harus cukup mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat yang
tidak dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus cukup tersedia untuk
melancarkan peristalsis dan dengan demikian melancarkan pula
defaecatie, dan menghindarkan obstipasi.
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun,
jadi jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada
baiknya bila mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena
akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang
berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes
Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok
MANULA. Yang umum sangat ditakuti ialah kemungkinan meningkat
untuk mendapat penyakit kanker.
1.2. Tujuan
Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu
melakukan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada
Lansia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi,
dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada
kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan
kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah menurunnya
sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan
kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan
peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya
tidak mengganggu proses penyerapan vitamin pada berbagai
tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir
mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12,
vitamin D dan asam folat. Perubahan-perubahan dan kebutuhan
mineral meliputi rendahnya kebutuhan akan zat besi pada wanita
lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai salah
satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari untuk
wanita. Hal ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat
kebutuhan yang disarankan. Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi
secara merata. Karena perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan
untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan bentuk
yang lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami
hipoklohidria atau aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal,
peningkatan jaringan adipose secara normal dapat menyertai
penurunan massa tubuh dan cairan tubuh total.
2.7 ASKEP
a.PENGKAJIAN
o Berat badan berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks
massa tubuh) atau catatan yang tepat
o Perubahan berat badanDifokuskan pada kehilangan atau
pertambahan berat badan saat ini
o Pertumbuhan gigi, Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah
mereka memerlukan gigipalsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau
rusak?
o Kebiasaan makan, Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal
asupan nutrisi
o Kemampuan untuk makan, Dapatkah lansia memindahkan
makanan dari piring ke mult dan menelannya dengan baik
o Farmakologi, Apakah klien banyak meminum obat-obatan
(termasuk medikasi yang dilakukan sendiri) yang dapat berakibat
buruk terhadap nutrisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
A. DATA BIOGRAFI
Nama :Tn “S”
TTL :Sampit, 20 Oktober 1945
Jenis Kelamin :laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Perkawinan :Duda
TB / BB : 162 cm, 50 Kg
Penampilan :Rapih danbersih Ciri – ciri tubuh :Kurus
Alamat : Jl. Merdeka, Kel. Ketapang RT 3 RW V
Kec.Mentawa Baru Hilir Telp/ Hp : -
Kabupaten. Kotawaringin Timur
Orang Yang Dekat :Ny “E”
Hubungan :Anak
Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.45
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
: Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Klien
2. RiwayatKeluarga
Klien seorang duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama
anak laki-lakinya. Di keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit seperti diabetes, hipertensi, asma, TB, atau hepatitis.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Berkebun
Alamat pekerjaan : Jl. MajuMundur
Jarak dari rumah : ± 1km
Alat transportasi : Jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya : Swasta
Jarak darirumah : ± 3 Km
Alat transportasi : Sepeda Motor
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:
Pendapatan berasal dari hasil berkebun dan dibiayai oleh anak.
Alergi :
Obat-Obatan :Tidakada
Makanan :Tidakada
FaktorLingkungan : Tidakad
K. TINJAUAN SISTEM
KeadaanUmum :Baik
TB 168 cm BB 50kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
4) PENGINDERAAN
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Pupil : Ishokor
c. Gerak Bola Mata : Normal
d. Medan Penglihatan : Normal
e. ButaWarna : Tidak
f. TekananInraOkuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
Bentuk : Normal
GangguanPenciuman : Tidak
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
b. Membran Tympani : Terang
c. Otorrchea : Tidak
d. GangguanPendengaran : Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal
4 4
4 4
Fraktur : Tidak
Dislokasi :Tidak
Haemotom : Tidak
2. Integumen
Warna Kulit : Kuning langsat
Akral : Hangat
Turgor : Tidakelastis
Tulang Belakang : Normal
8) REPRODUKSI
Laki-laki :
Kelamin Bentuk : Normal
Kebersihan Alat Kelamin : Bersih
9) ENDOKRIN
1. Faktor Alergi : Tidak
Manifestasi : Tidakada
Cara Mengatasi : Tidakada
2. Kelainan Endokrin : Tidakada
10) PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering
cek up untuk kesehatannya
ANALISA DATA
DO :
- Gigi tidak lengkap
- Lidah ada sariawan
- PolaMakan : 2x/hr, Ketidak
hanyamampumenghabiskan ¼ porsimakanan Intake yang seimbangan
- Konjugtiva anemis tidakadekuat nutrisi : nutrisi
- BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg kurang dari
- Klien kurang makan sayur dan jarang makan kebutuhan tubuh
buah-buahan
- klienhidupsendiri
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Timbang berat badan setiap 1. R/mengetahui perubahan
tindakan keperawatan hari keadaan umum nutrisi pada
selama 1x24 jam klien
diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi2. Anjurkan makan sedikit tapi2. R/Dilatasi gaster dapat terjadi
: nutrisi kurang dari sering bila pemberian makan terlalu
kebutuhan tubuh teratasi cepat setelah periode puasa
dengan
Kriteria hasil : 3. R/membantu meningkatkan
1. Nafsu makan meningkat 3. Anjurkan makan-makanan intake makanan
2. Berat badan meningkat yang lunak dan mudah
3. Adanya perubahan pola dicerna.
makan 4. Membantu meningkatkan
4. Konjungtiva normal nafsu makan
5. Klien tampak tidak lemah
4. Anjurkan keluarga untuk
menyediakan makanan
kesukaan klien. 5. R/ Mencegah terjadinya mual
dan membantu meningkatkan
5. Anjurkan makan makanan nafsu makan
yang disajikan dalam kondisi
hangat
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1 Tgl 25 Maret 2012 (09.00 wib) 26 Maret 2012 (09.00 wib)
1. DS : “Saya sudah menghabiskan
1. Menimbang berat badan setiap hari setengah porsi makanan”
Hasil : BB = 50 kg
DO :
2. Menganjurkan makan sedikit tapi sering- K/u baik
Hasil : - Nafsumakanklienmeningkat
Anjuran telah di berikan , klien akan - Konjungtiva normal
melakukan anjuran. - TD : 100 / 70 mmhg
- N : 80 x/m
3. Menganjurkan makan makanan yang lunak - RR : 20 x/m
dan mudah dicerna - S : 36,6 oC
Hasil : - BB 50 kg
Klien setuju untuk makan makanan yang
lunak dan mudah dicerna
A : Masalah nutrisi kurang dari
4. Menganjurkan keluarga untuk menyediakan kebutuhan tubuh teratasi sebagian
makanan kesukaan klien 1. Nafsu makan meningkat
Hasil : 2. Adanya perubahan pola makan
Anjuran telah diberikan, keluarga 3. Konjungtiva normal
mengungkapkan akan melakukan apa yang 4. Klien tampak tidak lemah
di anjurkan.
P: Lanjutkan intervensi
5. Menganjurkan makan makanan yang
disajikan dalamkondisi hangat
Hasil :
Klien setuju untuk makan makanan yang
disajikan dalam kondisi hangat