Está en la página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak

zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih

mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari

sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di

di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di

saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli

karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di

negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih

banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini

dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata

di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.Penyebab

terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,

gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang

masih belum terungkap (idiopatik).

Page | 1
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi

Definisi BSK Batu saluran kemih adalah batu yang terbetuk dari berbagai

macam proses kimia di dalam tubuh manusia dan terletak di dalam ginjal serta

saluran kemih pada manusia seperti ureter (Pharos, 2012: hal 4)

Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi benda padat pada saluran

kencing yang berbentuk karena faktor presifitasi endapan dan senyawa tertentu.

Batu tersebut bias berbentuk dari berbagai senyawa, misalnya kalsium oksalat

(60%), fosfat (30%), asam urat (5%) dan sistin (1%). (Prabowo. E dan Pranata,

2014: hal 111)

Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang

terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,

penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sja’bani, 2006). Batu ini bisa terbentuk

di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung

kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis.

Page | 2
B. Etiology

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih jenuh

dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih

kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal (Sja’bani, 2006). Sekitar

80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk

asam urat, sistin dan mineral struvit (Sja’bani, 2006). Batu struvit (campuran dari

magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya

terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007). Ukuran batu

bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang

sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batuyang besar disebut kalkulus staghorn. Batu

ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.

Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi pembentukan

batu saluran kemih antara lain :

a. Infeksi

Infeksi saluran kemih (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal

dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan

memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah Ph urine

menjadi alkali

b. Air minum

Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat dari

air minum. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan

mengurangi kemungkinan terjadinya pembentukan batu, sedangkan kurang

minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.

Page | 3
c. Pekerjaan

Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu

daripada pekerja yang lebih banyak duduk

d. Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeuarkan panas sehingga

pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh hidrasi yang

adekuat akan meningkatkan resiko batu saluran kemih

e. Makanan

Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani,kalsium, natrium, klorida,

makanan tinggi garamakan meningkatkan resiko pembentukan batu karena

memperngaruhi saturasi urine.

C. Manifestasi Clinis

Batu didalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.

Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis, maupun tubulus renalis bisa

menyebabkannyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik

renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang timbul, biasanya didaerah tulang

rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha

sebelah dalam ( Brunner dan Suddarth, 2003).

Gejala lainnya adalah mual dan muntah, demam menggigil, dan hematuria.

Penderita mungkin jadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu

bisa menyebabkan infeksi saluran kemih, jika batu menyumbat aliran kemih,

bakteri akan terperangkap didalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,

sehingga terjadilah infeksi.

Page | 4
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di

dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal

(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.

Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebar

ke abdomen dan genitalia, klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urine

yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini

disebabkan kolik ureter. Pada laki – laki nyeri khas terasa menyebar disekitar testis,

sedangkan pada wanita nyeri terasa menyebar dibawah kandung kemih (Ganong (1992)

dan Brunner dan Sudarth (2003)). Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang

berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari

1 cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara

spontan dan saluran urin membaik dan lancar. (Brunner and Suddarth. 2001)

D. Klasifikasi Batu Ginjal

Batu ginjal mempunyai banyak jenis, nama, dan kandungan zat penyusunnya

yang berbeda – beda. Ada empat jenis utama dari batu ginjal yang masing –

masing cenderung memiiki penyebab yang berbeda diantaranya :

a. Batu kalsium

Sekitar 75 – 85 % dari batu ginjal adalah kalsium. Batu ini biasanya

kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika kandungan zat itu terlalu

banyak di dalam urin, selain itu jumlah berlebihan vitamin D, menyebabkan

tubuh terlalu banyak menyerap kalsium. Kalsium oksalat paling banyak

menyebabkan batu saluran kemih (70-75 %), batu terdiri dari kalsium

oksalat. Terbentukny batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar

kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi.

Page | 5
Batu kalsium oksalat terbagi menjadi dua tipe yaitu :

a) Whewellite ( Ca Ox Monohidrate) : berbentuk padat, berwarna coklat/hitam dengan

konsentrasi asam oksalat yang tinggipada air kemih

b) Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi Weddllite ( Ca Ox Dihidrat) : batu

berwarna kuning dan mudah hancur dari pada whewellite

b. Batu asam urat

Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Diet menjadi resiko penting

terjadinya batu tersebut. Diet dengan tinggi protein dan purin serta minuman

beralkohol meningkatkan eksresi asam urat sehingga Ph air kemih menjadi rendah.

c. Batu struvite

batu struvite biasamya diakibatkan infeksi saluran kencing kronis, disebabkan

bakteri. Batu ini jika membesarakan menyebabkan kerusakan serius pada ginjal.

Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh

adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman

pemecah urea (urea splitter)yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah

urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang

termasuk pemecah urea antara lain Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,

Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK.

Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air

kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk

membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.

Page | 6
d. Batu Cysteine

Batu ini mewakili sekitar 1 persen dari batu ginjal. Ditemukan pada orang dengan

kelainan genetic, sehingga ginjal kelebihan jumlah asam amino.

Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.

Frekuensi kejadian 1-2%. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang asam.

Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada

individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena

imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan

pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani

yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

e. Batu kalsium fostat

Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih. Karbonat

apatite (dahllite) terbentuk pada pH>6,8 dengan konsentrasi kalsium yang tinggi dan

sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat juga merupakan

batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih yang alkali atau terinfeksi. Terjadi

bersama dengan struvit. Brushite (kalsium hydrogen fosfat) terbentuk pada pH air

kemih 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Batu ini mempunyai

sifat keras dan sulit dipecah dengan lithotripsy, cepat terbentuk dengan angka

kekambuhan yang tinggi.

Page | 7
Page | 8
E. Patofisiology

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis

belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi dan teori

tentang terjadinya batu antara lain :

a. Teori pembentukan inti

Teori ini mengatakan bahwa pembentukan batu berasal dari kristal atau

benda asing yang berada di dalam urin yang pekat

b. Teori supersaturasi

Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin seperti

sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah terbentuknya batu.

Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oleh Ph dan kekuatan ion.

c. Teori presipitasi - kristalisasi

Perubahan Ph urin akan mempengaruhi solubilitas substabsi dalam urin. Di

dalam urin yang asam akan mengendap sistin, xastin, asam urat, sedang di

dalam urin yang basa akan mengendapgaram – garam fosfat

Menurut (Dinda, 2011 : hal 2) secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran

kemih terutama pada tempat tempat yang sering mengalami hanbatan aliran urin (statis

urine), yaitu sistem kalises ginjal atau buli – buli. Batu terdiri atas kristal – kristal yang

tersusun oleh bahan – bahan organik yang terlarut di dalam urine. Kristal – kristal tersebut

tetap berada dalam keadaan mestastable (tetap larut) kemudian akan mengadakan

agregasi, dan menarik bahan – bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.

Page | 9
Lebih dari 80 % batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berkaitan dengan

oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat,

sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, magnesium ammonium fisfat, sistein,

xanthyn dan batu jenis lainnya. Menskipun patogenesis pembentukan batu – batu diatas

hampir sama, tapi suasana di saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu

itu tidak sama. Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam sedangkan

batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Dinda, 2011:hal 2 )

Page | 10
.

Page | 11
F. Penatalaksaan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan


jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi,serta mengurangi
obstruksi akibat batu (Sja’bani, 2006). Cara yang biasanya digunakan untuk
mengatasi batu kandung kemih adalah terapi konservatif, medikamentosa,
pemecahan batu, dan operasi terbuka.

a) Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu ureter
yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan (Fillingham dan Douglass,
2000). Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan terapi konservatif
berupa (American Uroligical Association, 2005) :
1) Minum sehingga diuresis 2 liter/hari
2) a – blocker
3) NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain
untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keuhan pasien, ada tidaknya infeksi
dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan
merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien –pasien
tertentu ( misalnya ginjal tunggal, ginjal transplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak
ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi
(American Uroligical Association, 2005).

b) Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )


ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih. Badlani (2002)
menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kemih dengan
menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh.
Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin diluar tubuh dapat difokuskan ke arah
batu dengan berbagai cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan
melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk
memecah batu hingga menjadi pecahan – pecahan kecil, selanjutnya keluar
bersama kencing tanpa menimbulkan sakit.

Page | 12
Al – Ansari (2005) menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter
hampir tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit memecah batu keras (misalnya
kalsium oksalat monohidrat ), perlu beberapa kali tindakan dan sulit pada orang bertubuh
gemuk. Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak – anak
juga harus dipertimbangkan dengan serius karena ada kemungkinan terjadi kerusakan
pada ovarium.

c) Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis
terapi batu ureter. Kombinasi uteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL,
laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter. Keterbatasan batu
URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga
diperlukan alat pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing
masing operator dan ketersediaan alat tersebut.

d) Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)


PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat digunakan sebagai
terapi semua batu ureter. Namun, URS dan ESWL menjadi pilihan pertama
sebelum melakukan PCNL. Meskipun demikian untuk batu ureter proksimal yang
besar dan melekat memiliki peluang untuk dipecahkan dengan PCNL (Al-
Kohlany, 2005).
Menurut Al-kohlany (2005), prinsip dari PCNL adalah membuat akses ke kalik
atau pielum secara perkutan. Kemudian melalui akses tersebut dimasukkan
nefroskop rigid atau fleksibel atau ureteroskop, untuk selanjutnya batu ureter
diambil secara utuh atau dipecah. Keuntungan dari PCNL adalah apabila letak batu
terlihat jelas, batu pasti dapat diambil atau dihancurkan dan fragmen dapat diambil
semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas. Proses PCNL berlangsung cepat dan
dapat diketahui keberhasilannya dengan segera. Kelemahan PCNL adalah perlu
keterampilan khusus bagi ahli urologi

Page | 13
e) Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa variasi operasi
terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal tersebut tergantung
pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada
flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi terbuka pada batu ureter kurang
lebih tinggal 1-2 persen saja, terutama pada penderita – penderita dengan
kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.

Page | 14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa

1) Data demografi
Terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, diagnosa
medis, agama, suku bangsa klien dan keluarga penanggung jawabnya.
2) Riwayat kesehatan
(1) Keluhan utama
Keluhan dari klien bergantung pada posisi atau letak batu, ukuran batu, dan
penyulit yang ada. Nyeri akibat adanya peningkatan tekanan hidrostatik di
daerah abdomen bagian bawah yakni berawal dari area renal meluas secara
anterior dan pada wanita ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan
pada pria mendekati testis. Nyeri yang dirasakan bisa berupa nyeri kolik
atupun non kolik. Nyeri kolik hilang timbul akibat spasme otot polos ureter
karena peningkatan aktivitas untuk mengeluarkan batu. Sedangkan nyeri
non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ureter karena hidronefrosis atau
infeksi pada ureter. Apabila urolithiasis disertai dengan adanya infeksi
maka demam juga akan dikeluhkan. Keluhan kencing seperti disuria,
retensi urin atau gangguan miksi lainnya dikeluhkan klien saat pertama
datang ke tenaga kesehatan.
(2) Riwayat penyakit sekarang
Klien awalnya mengeluhkan perubahan gangguan eliminasi urin yang
dialami (oliguria, disuria, hematuria). Biasanya seiring berjalannya waktu
dan tingkat keparahan penyakit maka nyeri mulai dirasakan dan nyeri ini
bersifat progresif. Respon dari nyeri itu sendiri yakni munculnya gangguan
gastrointestinal, seperti keluhan anoreksia, mual, dan muntah yang
menimbulkan manfestasi penurunan asupan nutrisi umum. Mengkaji
berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut dirasakan, apa yang
dilakukan, kapan keluhan tersebut muncul adalah penting untuk
mengetahui riwayat perjalanan penyakit

Page | 15
(3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat batu ginjal sebelumnya, riwayat mengalami gangguan
haluaran urin sebelumnya, riwayat ISK, riwayat hiperkalsemia ataupun
hiperkalsiuria, riwayat hiperparatiroidisme, riwayat penyakit kanker
(berhubungan dengan adanya malignansi), dan riwayat hipertensi yang bisa
menjadi faktor penyulit pada kasus urolithiasis, penderita osteoporosis yang
menggunakan obat dengan kadar kalsium yang tinggi.
(4) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pernah menderita urolithiasis, adanya riwayat ISK, riwayat
hipertensi, riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, gout, riwayat
penyakit usus halus, riwayat bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme.
(5) Riwayat Kebutuhan Dasar Manusia
 Pola Persepsi Kesehatan – Penangan Kesehatan : (Persepsi pasien tentang
status kesehatan umum Menggambarkan persepsi pasien dan keluarga terhadap
kesehatan, dan upaya prefentif kesehatan lingkungan, gaya hidup dan
kebiasaan) pandangan klien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan klien
menangani penyakitnya.
 Pola Nutrisi Metabolik : (Pola masukan makanan dan cairan, keseimbangan
cairan dan elektrolit).
 Pola Eliminasi : (Pola fungsi pembuangan dan persepsi pasien)
 Pola Aktifitas Latihan : (Pola latihan, aktifitas, bersenang-senang, rekreasi dan
kegiatan sehari-hari).
 Pola Tidur dan Istirahat : ( Pola tidur dan periode istirahat - relaksasi selamam
24 jam serta kualitas dan kuantitas)
 Pola Kognitif Persepsi : (Keadekuatan alat sensori [ penglihatan, pendengaran
pengecapan, sentuhan, penghirup] persepsi nyeri, kemampuan fungsional
kohnitif)
 Pola Persepsi Diri/Konsep diri : (Sikap individu mengenai dirinya, persepsi
terhadap kemampuan, citra tubuh, perasaan senang dan pola emosi)

Page | 16
 Pola Peran-Hubungan : (Persepsi pasien tentang peran utama dan tanggung
jawab dalm situasi kehidupan sekarang) perubahan pola peran hubungan dalam
tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.
 Pola Seksual-Reproduksi : (Kepuasan dan ketidak puasaan yang dirasakan klien
dengan seksualitas serta tahap dan pola reproduksi)
 Pola Koping-Toleransi Stress : (Pola koping yang umum, toleransi stress,
system pendukung dan kemampuan untuk mengendalikan dan menangani
situasi; Kaji faktor yang menimbulkan stress, respon untuk mengatasi stress
dengan koping efektif, akibat yang timbul dari koping yang digunakan)
mekanisme pertahanan klien adalah dengan meminta pertolongan orang lain ,
 Pola Nilai Keprcayaan : (Nilai-nilai, tujuan atau keyakinan yang mengarahkan
pilihan atau keputusan) klien tidak mengalami gangguan dalam sistem nilai
kepercayaan.

2. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan leher: Kepala normal dan bentuk simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada keterbatasan gerak leher.
2) Mata: Mata normal
3) Hidung: Hidung normal, jalan nafas efektif, tidak menggunakan pernapasan
cuping hidung.
4) Telinga: Fungsi pendengaran kien baik.
5) Mulut dan gigi: mukosa bibir kering atau lembab, tidak ada peradangan
pada mulut, mulut dan lidah bersih.
6) Inspeksi: Dada klien simetris.
7) Palpasi: Dada klien simetris tidak ditemukan adanya benjolan.
8) Perkusi: Tidak ditemukan adanya penumpukan sekret, cairan atau darah di
daerah paru.
9) Auskultasi: Suara napas normal, dan terdengar suara jantung
10) Abdomen
Inspeksi: Warna kulit, turgor kulit baik.
Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit
Palpasi: Adanya nyeri tekan pada abdomen kiri bawah
11) Genetalia: Hasil pengkajian keadaan umum dan fungsi genetalia tidak
ditemukan adanya keluhan atau kelainan bentuk anatomi.

Page | 17
2 Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan


daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan
dan proses penyakit.

NO DATA ETIOLOGI MK
1. DS: klien mengeluh Urolithiasis Nyeri Akut
nyeri pada pinggang C
(S) menjalar sampai Obstruksi pada traktus
v urinarius
meatus uretra c
c
v
DO: wajah klien Tekanan hidrostatikv meningkat
c
meringis kesakitan. v
P: nyeri timbul Distensi pada ureter proksimal
karena adanya
distensi pada ureter Frekuensi kontraksi ureter
Q: nyeri kolik meningkat
R: pinggang (S)
sampai meatus uretra
S: skala nyeri 7 (dari
0-10) wajah meringis Peningkatan tekanan pada dinding
kesakitan dan lutut ureter
menekuk untuk
menahan sakit
T: nyeri hilang
timbul dan nyeri Trauma
hebat saat berkemih

Terputusnya saraf

Melepaskan reseptor nyeri

Page | 18
Nyeri

2. DS: klien Obstruksi pada traktus urinarius Retensi Urin


mengatakan sulit
BAK dan hanya
keluar sedikit serta
sering BAK malam Penurunan reabsorbsi dan sekresi
hari turbulensi ginjal
DO:
 BAK output 1000
cc/hari berwarna Gangguan fungsi ginjal
kuning jernih dan
intake cairan 1500
cc/hari. Penurunan produksi urin
 Distensi abdomen (tertahan di kandung kemih)
bagian bawah
(daerah simpisis)
 Disuria
 Hesistensi
 Retensi urin
3. DS : Suhu tubuh px Urolithiasis Risiko Infeksi
meningkat
DO : Adanya batu di uretra
- Hematuria
- Px menggunakan Batu terdorong oleh urin dan
alat bantu kateter melukai uretra

Pemasangan alat bantu kateter

Hygiene kurang

Infeksi

Page | 19
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial,
dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman , perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasidan memberikan intervensisecara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien
(Carpenition , 2000 ; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan singkat, jelas dan pasti tentang
masalah klien yang nyata/potensial serta penyebab yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan (Gordon, 1982)

Diagnosa yang sering muncul pada klien dengan urolitiasis, antara lain :
1. Nyeri akut b.d peningkatan frekuensi dorongan dan gesekan pada
saluran kemih
2. Retensi urin b.d obstruksi saluran kemih
3. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (Sistoskopi atau penggunaan kateter)

4. Intervensi
Perencaan adalah suatau proses dalam pemecahan masalah yang merupakan
keputusan awal tentang sesuatu apa yang dilakukan siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan. Selama perencanaan dibuat prioritas dengan kolaborasi klien
dan keluarga, konsultasi tim kesehatan lain.

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri Tujuan: 1. Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Mengetahui tingkat
berhubungan Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam
nyeri klien
dengan klien melaporkan nyeri berkurang atau
2. Ajarkan teknik manajemen
peningkatan hilang dalam waktu 1-2 hari
nyeri (relaksasi)
frekuensi/doronga Rasional : Membantu
mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil:

Page | 20
n kontraksi 1. Pasien mengungkapkan nyeri
uretral 3. Kolaborasi pemberian
berkurang/hilang
analgetik sesuai dengan
indikasi
2. Ekspresi wajah tampak rileks
Rasional : Analgetik mampu
mengurangi rasa nyeri

2. Retensi urin Tujuan: 1. Urinary Retention Care


b.d obstruksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Monitor intake dan output
saluran kemih 3x24 jam retensi urin klien dapat teratasi. cairan
Rasional : membandingkan
Kriteria Hasil: keluaran aktual dan
1. Kandung kemih kosong secara penuh mengevaluasi derajat
4. Eliminasi urin optimal dilihat dari kerusakan ginjal
indikator:
1) Pola berkemih 2) lakukan pemasangan
2) Jumlah urin Kateterisasi
3) Warna urin Rasional : untuk mengevaluasi
4) Kejernihan urin haluaran urin
5) Bau urin
3) Monitor tanda dan gejala ISK
(panas, hematuria, perubahan
bau dan konsistensi urine)
Rasional : Untuk deteksi dini
terhadap masalah.

3. Risiko infeksi b.d Tujuan: KONTROL INFEKSI


prosedur invasif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pertahankan teknik aseptik
(Sistoskopi atau selama 1x24 jam infeksi pada klien dapat Rasional : mencegah
penggunaan terkontrol terjadinya infeksi nosokomial
kateter)
Kriteria Hasil: 2. Cuci tangan setiap sebelum
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi dan sesudah tindakan
2. Menunjukkan kemampuan untuk keperawatan
mencegah timbulnya infeksi

Page | 21
3. Jumlah leukosit dalam batas normal Rasional : mencegah
(5000 - 10.000/mm3) terjadinya infeksi nosokomial
4
3. lakukan perawatan selang
kateter
Rasional : mencegah invasi
bakteri dan infeksi/sepsis
lebih lanjut

4. kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai indikasi
Rasional : antibiotik dapat
menghambat pembentukan
sel bakteri

PROTEKSI TERHADAP
INFEKSI
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
Rasional :
Mengidentifikasi dini infeksi
dan mencegah infeksi berlanjut

2. Monitor tanda tanda vital


Rasional : perubahan tanda-
tanda vital mengindikasikan
adanya perubahan status
kesehatan klien

Page | 22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Urolithiasis merupakan penyakit batu saluran kemih sedangkan nefrolithiasis


merujuk pada penyakit batu ginjal. Urolithiasis merujuk pada adanya batu dalam system
perkemihan.Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Manifestasi klinis adanya batu
dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obsrtuksi, infeksi, dan edema.Untuk
penatalaksanaan Urolithiasis menggunakan beberapa teori, yaitu Konserfatif, terapi
farmakologi dan terapi kimiawi

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam
penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada
semua pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan
makalah yang akan datang

Page | 23
DAFTAR PUSTAKA

Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions 7 Classification 2015-2017 Tenth Edition.

UK NANDA International, Inc.

Borley, P. A. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga

Bulecheck G. et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth Edition. Elsevier: Saunders

Chang, Esther. 2009. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta: EGC

Moorhead et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) Fifth Edition. Elsevier: Saunders

Nursalam .2006. Sistem Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika

Pearl, MS., Nakada, SY. 2009. Medical and Surgical Management of Urolithiasis. Informa: UK

Purnomo, Basuki.2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto

Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8

Vol. 2. Jakarta: EGC

Stoller ML Bolton DM Urinary Stone Disease In: Tanagho EA, Mc Aninch JW Smith’s General

Urology,ed.5. New York: Mc Graw-Hill Companie, 2000, 291-316.

Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan

Sistem Perkemihan. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media

Syaifuddin,H. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi ke tiga. Jakarta :EGC

Umamy, V. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga by Pierce A. Grace & Neil R. Borley. Jakarta:

Penerbit Erlangga

Page | 24

También podría gustarte