Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di
di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di
saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih
banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini
dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata
terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
Page | 1
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Definisi BSK Batu saluran kemih adalah batu yang terbetuk dari berbagai
macam proses kimia di dalam tubuh manusia dan terletak di dalam ginjal serta
Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi benda padat pada saluran
kencing yang berbentuk karena faktor presifitasi endapan dan senyawa tertentu.
Batu tersebut bias berbentuk dari berbagai senyawa, misalnya kalsium oksalat
(60%), fosfat (30%), asam urat (5%) dan sistin (1%). (Prabowo. E dan Pranata,
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sja’bani, 2006). Batu ini bisa terbentuk
di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
Page | 2
B. Etiology
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk
asam urat, sistin dan mineral struvit (Sja’bani, 2006). Batu struvit (campuran dari
magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya
terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007). Ukuran batu
bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang
sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batuyang besar disebut kalkulus staghorn. Batu
ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
a. Infeksi
dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan
menjadi alkali
b. Air minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat dari
air minum. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
Page | 3
c. Pekerjaan
d. Suhu
pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh hidrasi yang
e. Makanan
C. Manifestasi Clinis
Batu didalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis, maupun tubulus renalis bisa
menyebabkannyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik
renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang timbul, biasanya didaerah tulang
rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, demam menggigil, dan hematuria.
Penderita mungkin jadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu
bisa menyebabkan infeksi saluran kemih, jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap didalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
Page | 4
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebar
ke abdomen dan genitalia, klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urine
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini
disebabkan kolik ureter. Pada laki – laki nyeri khas terasa menyebar disekitar testis,
sedangkan pada wanita nyeri terasa menyebar dibawah kandung kemih (Ganong (1992)
dan Brunner dan Sudarth (2003)). Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang
berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari
spontan dan saluran urin membaik dan lancar. (Brunner and Suddarth. 2001)
Batu ginjal mempunyai banyak jenis, nama, dan kandungan zat penyusunnya
yang berbeda – beda. Ada empat jenis utama dari batu ginjal yang masing –
a. Batu kalsium
kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika kandungan zat itu terlalu
menyebabkan batu saluran kemih (70-75 %), batu terdiri dari kalsium
kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi.
Page | 5
Batu kalsium oksalat terbagi menjadi dua tipe yaitu :
Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Diet menjadi resiko penting
terjadinya batu tersebut. Diet dengan tinggi protein dan purin serta minuman
beralkohol meningkatkan eksresi asam urat sehingga Ph air kemih menjadi rendah.
c. Batu struvite
bakteri. Batu ini jika membesarakan menyebabkan kerusakan serius pada ginjal.
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman
pemecah urea (urea splitter)yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah
urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang
termasuk pemecah urea antara lain Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air
kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk
Page | 6
d. Batu Cysteine
Batu ini mewakili sekitar 1 persen dari batu ginjal. Ditemukan pada orang dengan
Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Frekuensi kejadian 1-2%. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang asam.
Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada
individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani
Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih. Karbonat
apatite (dahllite) terbentuk pada pH>6,8 dengan konsentrasi kalsium yang tinggi dan
sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat juga merupakan
batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih yang alkali atau terinfeksi. Terjadi
bersama dengan struvit. Brushite (kalsium hydrogen fosfat) terbentuk pada pH air
kemih 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Batu ini mempunyai
sifat keras dan sulit dipecah dengan lithotripsy, cepat terbentuk dengan angka
Page | 7
Page | 8
E. Patofisiology
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi dan teori
Teori ini mengatakan bahwa pembentukan batu berasal dari kristal atau
b. Teori supersaturasi
dalam urin yang asam akan mengendap sistin, xastin, asam urat, sedang di
Menurut (Dinda, 2011 : hal 2) secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran
kemih terutama pada tempat tempat yang sering mengalami hanbatan aliran urin (statis
urine), yaitu sistem kalises ginjal atau buli – buli. Batu terdiri atas kristal – kristal yang
tersusun oleh bahan – bahan organik yang terlarut di dalam urine. Kristal – kristal tersebut
tetap berada dalam keadaan mestastable (tetap larut) kemudian akan mengadakan
agregasi, dan menarik bahan – bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.
Page | 9
Lebih dari 80 % batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berkaitan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat,
sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, magnesium ammonium fisfat, sistein,
xanthyn dan batu jenis lainnya. Menskipun patogenesis pembentukan batu – batu diatas
hampir sama, tapi suasana di saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu
itu tidak sama. Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam sedangkan
batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Dinda, 2011:hal 2 )
Page | 10
.
Page | 11
F. Penatalaksaan
a) Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu ureter
yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan (Fillingham dan Douglass,
2000). Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan terapi konservatif
berupa (American Uroligical Association, 2005) :
1) Minum sehingga diuresis 2 liter/hari
2) a – blocker
3) NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain
untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keuhan pasien, ada tidaknya infeksi
dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan
merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien –pasien
tertentu ( misalnya ginjal tunggal, ginjal transplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak
ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi
(American Uroligical Association, 2005).
Page | 12
Al – Ansari (2005) menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter
hampir tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit memecah batu keras (misalnya
kalsium oksalat monohidrat ), perlu beberapa kali tindakan dan sulit pada orang bertubuh
gemuk. Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak – anak
juga harus dipertimbangkan dengan serius karena ada kemungkinan terjadi kerusakan
pada ovarium.
c) Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis
terapi batu ureter. Kombinasi uteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL,
laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter. Keterbatasan batu
URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga
diperlukan alat pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing
masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
Page | 13
e) Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa variasi operasi
terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal tersebut tergantung
pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada
flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi terbuka pada batu ureter kurang
lebih tinggal 1-2 persen saja, terutama pada penderita – penderita dengan
kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.
Page | 14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
1) Data demografi
Terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, diagnosa
medis, agama, suku bangsa klien dan keluarga penanggung jawabnya.
2) Riwayat kesehatan
(1) Keluhan utama
Keluhan dari klien bergantung pada posisi atau letak batu, ukuran batu, dan
penyulit yang ada. Nyeri akibat adanya peningkatan tekanan hidrostatik di
daerah abdomen bagian bawah yakni berawal dari area renal meluas secara
anterior dan pada wanita ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan
pada pria mendekati testis. Nyeri yang dirasakan bisa berupa nyeri kolik
atupun non kolik. Nyeri kolik hilang timbul akibat spasme otot polos ureter
karena peningkatan aktivitas untuk mengeluarkan batu. Sedangkan nyeri
non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ureter karena hidronefrosis atau
infeksi pada ureter. Apabila urolithiasis disertai dengan adanya infeksi
maka demam juga akan dikeluhkan. Keluhan kencing seperti disuria,
retensi urin atau gangguan miksi lainnya dikeluhkan klien saat pertama
datang ke tenaga kesehatan.
(2) Riwayat penyakit sekarang
Klien awalnya mengeluhkan perubahan gangguan eliminasi urin yang
dialami (oliguria, disuria, hematuria). Biasanya seiring berjalannya waktu
dan tingkat keparahan penyakit maka nyeri mulai dirasakan dan nyeri ini
bersifat progresif. Respon dari nyeri itu sendiri yakni munculnya gangguan
gastrointestinal, seperti keluhan anoreksia, mual, dan muntah yang
menimbulkan manfestasi penurunan asupan nutrisi umum. Mengkaji
berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut dirasakan, apa yang
dilakukan, kapan keluhan tersebut muncul adalah penting untuk
mengetahui riwayat perjalanan penyakit
Page | 15
(3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat batu ginjal sebelumnya, riwayat mengalami gangguan
haluaran urin sebelumnya, riwayat ISK, riwayat hiperkalsemia ataupun
hiperkalsiuria, riwayat hiperparatiroidisme, riwayat penyakit kanker
(berhubungan dengan adanya malignansi), dan riwayat hipertensi yang bisa
menjadi faktor penyulit pada kasus urolithiasis, penderita osteoporosis yang
menggunakan obat dengan kadar kalsium yang tinggi.
(4) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pernah menderita urolithiasis, adanya riwayat ISK, riwayat
hipertensi, riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, gout, riwayat
penyakit usus halus, riwayat bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme.
(5) Riwayat Kebutuhan Dasar Manusia
Pola Persepsi Kesehatan – Penangan Kesehatan : (Persepsi pasien tentang
status kesehatan umum Menggambarkan persepsi pasien dan keluarga terhadap
kesehatan, dan upaya prefentif kesehatan lingkungan, gaya hidup dan
kebiasaan) pandangan klien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan klien
menangani penyakitnya.
Pola Nutrisi Metabolik : (Pola masukan makanan dan cairan, keseimbangan
cairan dan elektrolit).
Pola Eliminasi : (Pola fungsi pembuangan dan persepsi pasien)
Pola Aktifitas Latihan : (Pola latihan, aktifitas, bersenang-senang, rekreasi dan
kegiatan sehari-hari).
Pola Tidur dan Istirahat : ( Pola tidur dan periode istirahat - relaksasi selamam
24 jam serta kualitas dan kuantitas)
Pola Kognitif Persepsi : (Keadekuatan alat sensori [ penglihatan, pendengaran
pengecapan, sentuhan, penghirup] persepsi nyeri, kemampuan fungsional
kohnitif)
Pola Persepsi Diri/Konsep diri : (Sikap individu mengenai dirinya, persepsi
terhadap kemampuan, citra tubuh, perasaan senang dan pola emosi)
Page | 16
Pola Peran-Hubungan : (Persepsi pasien tentang peran utama dan tanggung
jawab dalm situasi kehidupan sekarang) perubahan pola peran hubungan dalam
tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.
Pola Seksual-Reproduksi : (Kepuasan dan ketidak puasaan yang dirasakan klien
dengan seksualitas serta tahap dan pola reproduksi)
Pola Koping-Toleransi Stress : (Pola koping yang umum, toleransi stress,
system pendukung dan kemampuan untuk mengendalikan dan menangani
situasi; Kaji faktor yang menimbulkan stress, respon untuk mengatasi stress
dengan koping efektif, akibat yang timbul dari koping yang digunakan)
mekanisme pertahanan klien adalah dengan meminta pertolongan orang lain ,
Pola Nilai Keprcayaan : (Nilai-nilai, tujuan atau keyakinan yang mengarahkan
pilihan atau keputusan) klien tidak mengalami gangguan dalam sistem nilai
kepercayaan.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan leher: Kepala normal dan bentuk simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada keterbatasan gerak leher.
2) Mata: Mata normal
3) Hidung: Hidung normal, jalan nafas efektif, tidak menggunakan pernapasan
cuping hidung.
4) Telinga: Fungsi pendengaran kien baik.
5) Mulut dan gigi: mukosa bibir kering atau lembab, tidak ada peradangan
pada mulut, mulut dan lidah bersih.
6) Inspeksi: Dada klien simetris.
7) Palpasi: Dada klien simetris tidak ditemukan adanya benjolan.
8) Perkusi: Tidak ditemukan adanya penumpukan sekret, cairan atau darah di
daerah paru.
9) Auskultasi: Suara napas normal, dan terdengar suara jantung
10) Abdomen
Inspeksi: Warna kulit, turgor kulit baik.
Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit
Palpasi: Adanya nyeri tekan pada abdomen kiri bawah
11) Genetalia: Hasil pengkajian keadaan umum dan fungsi genetalia tidak
ditemukan adanya keluhan atau kelainan bentuk anatomi.
Page | 17
2 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MK
1. DS: klien mengeluh Urolithiasis Nyeri Akut
nyeri pada pinggang C
(S) menjalar sampai Obstruksi pada traktus
v urinarius
meatus uretra c
c
v
DO: wajah klien Tekanan hidrostatikv meningkat
c
meringis kesakitan. v
P: nyeri timbul Distensi pada ureter proksimal
karena adanya
distensi pada ureter Frekuensi kontraksi ureter
Q: nyeri kolik meningkat
R: pinggang (S)
sampai meatus uretra
S: skala nyeri 7 (dari
0-10) wajah meringis Peningkatan tekanan pada dinding
kesakitan dan lutut ureter
menekuk untuk
menahan sakit
T: nyeri hilang
timbul dan nyeri Trauma
hebat saat berkemih
Terputusnya saraf
Page | 18
Nyeri
Hygiene kurang
Infeksi
Page | 19
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial,
dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman , perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasidan memberikan intervensisecara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien
(Carpenition , 2000 ; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan singkat, jelas dan pasti tentang
masalah klien yang nyata/potensial serta penyebab yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan (Gordon, 1982)
Diagnosa yang sering muncul pada klien dengan urolitiasis, antara lain :
1. Nyeri akut b.d peningkatan frekuensi dorongan dan gesekan pada
saluran kemih
2. Retensi urin b.d obstruksi saluran kemih
3. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (Sistoskopi atau penggunaan kateter)
4. Intervensi
Perencaan adalah suatau proses dalam pemecahan masalah yang merupakan
keputusan awal tentang sesuatu apa yang dilakukan siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan. Selama perencanaan dibuat prioritas dengan kolaborasi klien
dan keluarga, konsultasi tim kesehatan lain.
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri Tujuan: 1. Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Mengetahui tingkat
berhubungan Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam
nyeri klien
dengan klien melaporkan nyeri berkurang atau
2. Ajarkan teknik manajemen
peningkatan hilang dalam waktu 1-2 hari
nyeri (relaksasi)
frekuensi/doronga Rasional : Membantu
mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil:
Page | 20
n kontraksi 1. Pasien mengungkapkan nyeri
uretral 3. Kolaborasi pemberian
berkurang/hilang
analgetik sesuai dengan
indikasi
2. Ekspresi wajah tampak rileks
Rasional : Analgetik mampu
mengurangi rasa nyeri
Page | 21
3. Jumlah leukosit dalam batas normal Rasional : mencegah
(5000 - 10.000/mm3) terjadinya infeksi nosokomial
4
3. lakukan perawatan selang
kateter
Rasional : mencegah invasi
bakteri dan infeksi/sepsis
lebih lanjut
4. kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai indikasi
Rasional : antibiotik dapat
menghambat pembentukan
sel bakteri
PROTEKSI TERHADAP
INFEKSI
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
Rasional :
Mengidentifikasi dini infeksi
dan mencegah infeksi berlanjut
Page | 22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam
penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada
semua pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan
makalah yang akan datang
Page | 23
DAFTAR PUSTAKA
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions 7 Classification 2015-2017 Tenth Edition.
Bulecheck G. et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth Edition. Elsevier: Saunders
Chang, Esther. 2009. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC
Moorhead et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) Fifth Edition. Elsevier: Saunders
Pearl, MS., Nakada, SY. 2009. Medical and Surgical Management of Urolithiasis. Informa: UK
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8
Stoller ML Bolton DM Urinary Stone Disease In: Tanagho EA, Mc Aninch JW Smith’s General
Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Syaifuddin,H. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi ke tiga. Jakarta :EGC
Umamy, V. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga by Pierce A. Grace & Neil R. Borley. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Page | 24