Está en la página 1de 14

ANALISIS DAN PERENCANAAN LANSEKAP

VEGETASI POHON

Oleh :

Hajija Arfa (20160210126)

Nasiruddin Rasyid (20160210130)

Nurul Sakinah (20160210141)

Eldira Bella Yonada (20160210149)

Muhammad Rijaldi Fahmi (20160210159)

Ainul Yaqin Al Barry (20160210169)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2018
I. DESKRIPSI POHON

1. Pengertian Pohon
Pohon disebut juga “pokok” atau “Tree” dalam bahasa Inggris, merupakan
tumbuhan berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang
tajuk pohon. Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi penghubung utama
antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian tajuk pohon,
sebagai pusat pengolahan masukan energi (produksi gula dan bereproduksi). Pohon
mempunyai daun yang berwarna hijau berfungsi sebagai tempat untuk memasak
makanannya sendiri (Tjitrosoepomo, 2013).

2. Klasifikasi Pohon
Di dalam hutan pohon tumbuh dengan berbagai macam dan bentuk, dapat
diklasifikasikan sesuai ukuran atau bentuk dari pohon tersebut. Klasifikasi
berdasarkan ukuran, misalnya diameter setinggi dada dan tinggi pohon, seperti dalam
hutan alam produksi : (Anonymous, 2003)
 Semai, tinggi sampai 1,5 m
 Pancang / sapihan tinggi > 1,5 m sampai diameter < 10 cm
 Tiang diameter 10 sampai dengan 19 cm
 Pohon inti, diameter 20 cm sampai 49 cm
 Pohon besar, diameter > 50 cm

3. Struktur Pohon
a. Akar
Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang
tumbuh menuju inti bumi kormus (Indriyant, 2012).
 Sifatnya:
 Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung
daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya
 Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan
 Bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk
menembus tanah
 Jenisnya:
 Akar serabut
Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun
kadang-kadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan,
tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok,
atau stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh
berdirinya tumbuhan.
 Akar tunggang
Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya
adalah untuk menyimpan makanan. Contoh : wortel, ubi dan
sebagainya dalam bentuk umbi-umbian.
b. Batang
Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan mengingat
serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan
sumbu tubuh tumbuhan (Indriyanto, 2012).
 Sifatnya:
 Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf.
 Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku
dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
 Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan, tidak
digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
 Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya
pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
 Struktur Morfologi
 Batang herba Umumnya batang lunak, berwarna hijau (karena
terdapat klorofil), terdapat stomata, sedikit / tidak ada jaringan kayu,
ukuran kecil, dan umurnya relatif pendek. Bagian luar batang terdiri
dari epidermis yang tipis dan tidak mengandung gabus.
 Batang berkayu Umumnya batang keras, terdapat jaringan kayu,
berwarna coklat, terdapat lentisel, ukuran besar, dan umurnya relatif
panjang.
c. Daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya
berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis (Indriyanto. 2012).
 Fungsi
 Membuat makanan melalui proses fotosintesis.
 Tempat terjadinya Transpirasi.
 Tempat terjadinya Gutasi
 Menyerap CO 2 dari udara.
 Respirasi atau Organ Pernapasan
 Alat perkembangbiakan Vegetatif
 Tipe tulang daun
 Menyirip, misalnya pada daun mangga
 Menjari, misalnya pada daun pepaya
 Melengkung, misalnya pada daun gadung
 Sejajar, misalnya pada daun jagung
 Struktur morfologi
 Bentuk daun berdasarkan tepi daun (rata, bergerigi, dsb)
 Daun berdasarkan jumlah anak daun dalam 1 tangkai
 Daun berdasarkan tulang daun

d. Bunga
Bunga atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan
berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji
tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik)
(Indriyanto, 2012).
 Fungsinya: Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet
jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji.
Beberapa bunga memiliki warna yang cerah yang berfungsi sebagai pemikat
hewan pembantu penyerbukan.
 Morfologinya :
Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini
disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh
sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan
secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan
tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air. Bunga
hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai
penciri suatu takson. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah
sebagai berikut:
 Kelopak bunga atau calyx;
 Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat
berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu
proses penyerbukan;
 Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani
andros oikia: rumah pria) berupabenang sari;
 Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani
gynaikos oikia: "rumah wanita") berupa putik.

Tajuk pohon adalah bagian pohon yag terbentuk oleh sebagian batang beserta
seluruh dahan, ranting, dan daun-daunnya dalam satu susunan kesatuan. Setiap jenis
pohon memiliki bentuk tajuk yang berbeda-beda yang pada umumnya dibedakan ke dalam
tujuh bentuk dasar, yaitu :
1. Bentuk tajuk tidak beraturan
Tajuk berbentuk tidak beraturan adalah tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan
dan ranting-ranting yang susunan dan panjang dahan/ranting tidak teratur, sehingga
secara keseluruhan sistem percabangan menghasilkan bentuk tajuk yang tampak tidak
beraturan. Misalnya : Johar, Asam Landi, Dadap Cangkring, Akasia dan Kaliandra
Bunga Merah.
2. Bentuk tajuk berbentuk jambang (pot bunga)
Tajuk berbentuk jambang adalah tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan dan
ranting-ranting yang sebagian besar condong ke atas dan tegak, tersusun beraturan,
sehingga keseluruhan sistem percabangan menghasilkan bentuk tajuk yang tampak
seperti jambang atau pot bunga. Misalnya : sengon laut dan angsana.
3. Tajuk berbentuk jorong (oval)
Tajuk berbentuk jorong adalah tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan dan
ranting-ranting yang sebagian besar condong ke atas, daun-daunnya lebat, tersusun
beraturan, sehingga secara keseluruhan sistem percabangan menghasilkan bentuk tajuk
oval (tinggi tajuk lebih kurang 1,5 kali lebarnya). Misalnya : duku, asam jawa, dan
mangga.
4. Tajuk berbentuk piramid/kerucut (pyramidal)
Tajuk berbentuk piramid/kerucut adalah tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan
dan ranting-ranting yang sebagian besar arah tumbuhnya mendatar, tersusun berturan,
tajuk bagian bawah paling lebar kemudian secara teratur makin menyempit ke arah
ujung tajuk, sehingga secara keseluruhan sistem percabangan menghasilkan bentuk
tajuk seperti kerucut. Misalnya : tusam, damar, cemara norfolk dan cemara kipas.
5. Tajuk berbentuk tiang/kolom
Tajuk berbentuk tiang/kolom adalah tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan dan
ranting-ranting yang sebagian besar condong ke atas, daun-daunnya lebat, tersusun
beraturan, lebar tajuk sama atau mendekati sama mulai dari bagian bawah hingga
ujung tajuk, sehingga secara keseluruhan sistem percabangan menghasilkan bentuk
tajuk seperti kolom. Misalnya : glodokan tiang, cemara lilin, dan tangkil.
6. Tajuk berbentuk bundar (round)
Tajuk berbentuk bundar adalah tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan dan
ranting-ranting yang arah tumbuhnya beranekaragam, daun-daunnya lebat ataupun
jarang, tersusun beraturan, tinggi tajuk lebih kurang sama dengan lebar tajuk, sehingga
secara keseluruhan sistem percabangan ini menghasilkan bentuk tajuk seperti bola.
Misalnya : tanjung, dan beringin.
7. Tajuk berbentuk meliyuk atau menjuntai
Tajuk berbentuk meliyuk atau menjuntai adalah tajuk pohon yang dibentuk oleh
dahan-dahan dan ranting-ranting yang arah tumbuhnya terkulai, tersusun beraturan
ataupun tidak beraturan, ranting-ranting yang arah tumbuhnya terkulai, tersusun
beraturan ataupun tidak beraturan, ranting-ranting lentur dan melengkung kebawah,
misalnya : mimba, dan ceri.

Gambar 1.1 Bentuk-bentuk Tajuk Pohon (Indriyanto. 2012)

Mengingat bahwa tajuk pohon itu terbentuk oleh susunan dahan/cabang, ranting, daun,
dan organ-organ yang lainnya, sehingga secara keseluruhan akan menampilkan tekstur
tertentu yang pada setiap jenis pohon memiliki tekstur berbeda-beda. Bentuk-bentuk tajuk
pada pohon atau pada tanaman pertanian sangat mempengaruhi dalam persaingan untuk
mendapatkan cahaya matahari. Misalnya pada sistem tanam Agroforestri yang
menggabungkan antara tanaman pertanian dan tanaman kehutanan, hal ini perlu diperhatikan
dengan baik agar tidak terjadi kompetisi yang berlebihan sehingga tidak merugikan petani
dalam menigkatkan hasil panen. (Mahendra, 2009).

II. FUNGSI POHON

1. Fungsi estetika (Aestethic Values)


Fungsi estetika pohon dalam lanskap yaitu memberikan nilai keindahan,
kenyamanan sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan. Nilai estetika dari pohon
diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik pohon
(batang, percabang, tajuk), tekstur pohon, skala pohon, dan komposisi pohon.
Nilai estetis dari pohon dapat diperoleh dari satu pohon, sekelompok pohon
yang sejenis, kombinasi pohon berbagai jenis ataupun kombinasi antara pohon dengan
elemen lansekap lainnya. Dalam konteks lingkungan, kesan estetis itu menyebabkan
nilai kualitasnya akan bertambah.
Warna dari suatu pohon dapat menimbulkan efek visual tergantung pada
refleksi cahaya yang jatuh pada pohon tersebut. Efek psikologis yang ditimbulkan dari
warna cerah memberikan rasa senang, gembira serta hangat. Sedangkan warna lembut
memberikan kesan tenang dan sejuk. Dan bila beberapa jenis pohon dengan berbagai
warna dipadukan dan dikomposisikan akan menimbulkan nilai estetis (Austin,1982).

2. Sebagai pengendali iklim


Fungsi pohon sebagai pengendali iklim menjadi sangat penting karena
berkaitan dengan kenyamanan berbagai aktivitas dan kegiatan manusia. Iklim yang
dapat dikendalikan oleh pohon tidak hanya yang berkaitan dengan cuaca (suhu,
kelembaban, radiasi matahari, dan angina), melainkan juga berkaitan dengan aroma,
dan suara. Secara umum, fungsi pengendalian iklim yang dilakukan pohon terhadap
elemen lanskap dan komponen yang lainnya adalah sebagai berikut:
a. Filtrasi dan meningkatkan kualitas udara
Dalam melaksanakan proses fotosintesis, semua pohon yang berklorofil akan
menyerap karbondioksidan (CO2) dan menghasilkan oksigen (O2) sehingga udara
yang berada di sekitar perpohon menjadi lebih segar. Gas CO2 yang merupakan
sumber utama penyebab pemanasan global dapat direduksi sehingga lingkungan
menjadi lebih segar. Selain meningkatkan kualitas udara dengan meningkatkan
kandungan O2 di lingkungan, pohon juga dapat menjadi penyaring udara. pohon
pohon atau perdu dengan tajuk yang rapat, secara fisik dapat menahan debu dan
abu yang beterbangan. Debu dan abu yang beterbangan akan tertahan pada tajuk-
tajuk pohon dan pada akhirnya dapat tercuci pada saat hujan atau saat pohon
melakukan gutasi pada malam hari. Kombinasi filter secara fisik oleh tajuk pohon
dan adanya O2 yang dihasilkan dapat meminimalisir atau bahkan menghilangkan
polusi bau.
Beberapa pohon yang berfungsi sebagai filter adalah: angsana (Pitherocarpus
indicus), akasia daun lebar (Accasia magium), oleander (Nerium oleander),
bogenvil (Bougenvillea sp) (Adiputro, dkk, 1995).
b. Peneduh dan pengendali suhu
Pohon menyerap radiasi matahari dan memantulkannya sehingga radiasi yang
sampai di permukaan tanah menjadi berkurang. Berkurangnya radiasi matahari di
permukaan tanah membuat energinya juga lebih lemah sehingga panas yang ada
juga berkurang. Energi panas yang lebih kecil juga menjadikan suhu yang ada
lebih rendah. Berkurangnya CO2 karena diserap pohon membuat panas yang
ditermia permukaan bumi juga dapat leluasa dipantulkan kembali ke atmosfer
sehingga menghilangkan kesan gerah dan menimbulkan suasana sejuk. Intensitas
cahaya yang samapai ke permukaan tanah juga berkurang karena adanya tajuk
yang menghalangi radiasi. Berkurangya intensitas cahaya menjadikan lingkungan
di bawah pohon menjadi teduh.
Beberapa pohon yang baisa dijadikan peneduh adalah: kiara payung (Fillicium
decipiens), tanjung (Mimusops elengi), dan angsana (Pitherocarphus indicus)
(Adiputro, dkk, 1995).
c. Pengendali Suara
Beberapa jenis pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi
gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis pohon (pohon,
perdu/semak) yang paling efektif untuk meredam suara adalah yang mempunyai
tajuk yang tebal dan bermassa daun padat. Jenis-jenis pohon tersebut diperlukan
pada tempat-tempat yang berada di pinggir jalan yang membutuhkan ketenangan
dan kenyamanan, antara lain yaitu tempat fasilitas umum (tempat ibadah,
pendidikan, kesehatan, perkantoran dan lainya).
Contoh pohon yang bertajuk tebal dan massa daun padat antara lain: tanjung,
kiara payung, kembang sepatu, bougenville, dan oleander. (Adiputro, dkk, 1995).
d. Pengendali angin
Pohon tidak hanya berfungsi mengurangi kecapatan angin karena sifat fisik
yang dimiliki, tetapi juga dapat menyerap, mengalirkan, dan mengubah angin.
Pengendalian angin yang dilakukan pohon dapat menciptakan iklim mikro yang
nyaman untuk aktivitas manusia. Secara umum, pohon mampu menurunkan
kecepatan angina hingga 75-85 %. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan jenis pohon untuk pengendali angin adalah tinggi pohon, bentuk tajuk,
kerapatan tajuk, dan lebar tajuk.
Beberapa pohon yang dapat digunakan sebagai pengendali angin adalah:
cemara (Cassuarina equisetifolia), angsana (Pitherocarphus indicus), tanjung
(Mimusops elengi), kiara payung (Filicium decipiens), kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis) (Adiputro, dkk, 1995).

3. Kontrol Pandangan (Visual Control)


Manahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan, dan sinar lampu
kendaraan pada:
a. Jalan raya
Dengan peletakan pohon di sisi jalan atau jalur tengah jalan mampu
mengurangi sinar lapu kendaraan dari sisi yang berlawanan. (Bina Marga, 1996)
b. Bangunan
Peletakan pohon, dapat menahan pantulan sinar dari kendaraan, hempasan air
hujan,dan menahan jatuhnya sinar matahari ke daerah yang membutuhkan
keteduhan. (Bina Marga, 1996)
c. Kontrol pandangan terhadap ruang luar
Pohon dapat dijadikan sebagai atap. Atap dibentuk oleh tajuk pohon yang
membentuk kanopi. Dengan demikian pandangan dari arah atau ke arah ruang
yang diciptakan dapat dikendalikan. (Arifin, 2006)
d. Kontrol pandangan terhadap hal yang tidak menyenangkan
Pohon dapat pula dimanfaatkan sebagai penghalang pandangan terhadap hal-
hal yang tidak menyenangkan untuk ditampilkan atau dilihat seperti timbunan
sampah, tempat pembuangan sampah, dan galian tanah. (Arifin, 2006)
e. Kontrol pandangan untuk mendapatkan ruang pribadi (privacy space)
Pohon dapat dipergunakan untuk membatasi pandangan dari arah luar dalam
usaha untuk menciptakan ruang pribadi. Ruang pribadi ini biasanya ruang yang
terlindung dari pandangan orang lain. Memerlukan penempatan pohon pembatas
pandangan setinggi 1,50 - 2,00 meter (Arifin, 2006).

4. Pencegah Erosi (Erosion Control)


Kegiatan manusia dalam menggunakan lahan, selain menimbulkan efek positif
juga menyebabkan efek negatif terhadap kondisi tanah/lahan. Misal dalam
pembentukan muka tanah, pemotongan dan penambahan muka tanah (cut and fill),
penggalian tanah untuk danau buatan. Kondisi tanah menjadi rapuh dan mudah
tererosi oleh karena pengaruh air hujan dan hembusan angin yang kencang. Akar
tanaman dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan terhadap
pukulan air hujan sarta tiupan angin. Selain itu dapat pula berfungsi untuk menahan air
hujan yang jatuh secara tidak langsung ke permukaan tanah. (Hakim, dkk, 2002)

III. CONTOH SPESIES POHON

SPESIES TANAMAN YANG DAPAT DIMANFAATKAN PADA TAPAK

Spesies-spesies spesies pohon yang tersebar di Indonesia antara lain:

Agathis borneensis L. Damar Araucariaceae 200-2500

Alstonia scholaris L.R.Br. Pulai Apocynaceae 10-1250

Altingia excelsa Noronha Rasamala Altingiaceae 500-1700

Arenga pinnata (Wumb) Merr. Aren Arecaceae 0-1500

Artocarpus heterophyllus Lam. Nangka Moraceae 400-1200

Artocarpus elastica Reinw. Benda Moraceae 0-1500

Bischofia javanica Bl. Gadog Phyllanthaceae 1-1500

Canarium indicum L. Kenari Burseraceae 0-1100

Cinnamomum verum J.Presl Kayu manis Lauraceae 600-1500

Elaeocarpus serratus L. Ganitri Elaeocarpaceae 1-1200


Elaocarpus grandiflorus J.Sm. Anyang-anyang Elaeocarpaceae 600-1500

Ficus variegata Bl. Ara Kondang Moraceae 1-1500

Garcinia porrecta Wall. Manggis hutan Clusiaceae 1-1000

Gnetum gnemon L. Melinjo Gnetaceae 0-1200

Litsea graciae Vidal Engkala Lauraceae 700-2300

Podocarpus neriifolius D.Don Ki putri Podocarpaceae 700-2900

Pometia pinnata J.R. & J.G.Forster Matoa Sapindaceae 900-1700

Santalum album L. Cendana Santalaceae 0-1200

Schima wallichii (DC.) Korth Puspa Theaceae 600-3900

Shorea leprosula Miq. Meranti tembaga Dipterocarpaceae 0-1800

Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston Jambu air Myrtaceae 600-1800

Tabebuia argentea Britton Sylver trumpet tree Bignoniaceae 1000-1500

Tamarindus indica L. Asam jawa Fabaceae 600-2700

1. Taman
Taman merupakan bagian dari ruang terbuka hijau. Hal tersebut dapat
menjadikan taman sebagai sebagai penunjang ekologis seperti daerah resapan air,
paru-paru kota, serta penghijauan. Selain sebagai penunjang ekologis, taman sering
dijadikan sebagai tempat rekreasi. Dimana taman sangat identik dengan keberadaan
vegetasi. Menurut (Hakim Rustam dan Hardi Utomo. 2004. Komponen Perancang
Arsitektur Lanskap : Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta.)
kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau akan terus berkembang sesuai dengan
pertumbuhan tanaman. Hal tersebut membuktikan bahwa vegetasi sangat
mempengaruhi keberadaan taman (Faidloh Nur Rochim dan Joesron Alie Syahbana.
2013. Penetapan Fungsi dan Kesesuaian Vegatasi pada Taman Publik Sebagai Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di Kota Pekalongan (Journal Teknik PWK Pekalongan).
Vegetasi merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya berisi berbagai macam
tumbuhan atau tanaman. Dimana tanaman merupakan salah satu material lanskap yang
hidup dan terus berkembang. Adapun tanaman memiliki banyak jenis salah satunya
berupa pepohonan. Pepohonan memiliki peran penting bagi taman terutama sebagai
media peneduh. Tanaman yang cocok ditanam di taman dapat berupa tanaman buah
dan juga tanaman peneduh.
2. Kebun
Kebun merupakan sistem pertanian dengan orientasi skala besar yang
melibatkan suatu lahan/tanah luas dan ditanami jenis-jenis tanaman yang hasilnya bisa
langsung dimanfaatkan atau dijual. Untuk luas lahan yan berkaitan dengan kebun
adalah sangat bervariasi mulai dari skala kecil pekarangan hingga besar lahan luas.
Sedangan perkebunan termasu dalam segala kegiatan yang mengusahakan tanaman
tertentu pada tanah dalam ekosistem yang sesuai dan juga mengelolah, dan
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.Tanaman yang ditanam
bukanlah tanaman yang menjadi makanan pokok maupun sayuran untuk
membedakannya dengan usaha ladang dan hortikultura sayur mayur dan bunga, meski
usaha penanaman pohon buah masih disebut usaha perkebunan. Tanaman yang
ditanam umumnya berukuran besar dengan waktu penanaman yang relatif lama, antara
kurang dari setahun hingga tahunan.

Pemilihan jenis tanaman maupun cara pengaturan penanamannya harus


mengikuti rencana penanaman yang disusun untuk memenuhi fungsi serta estetikanya.
Hakim dalam bukunya (2000) menyatakan bahwa nilai esetika dari tanaman diperoleh
dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang,
percabangan,dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman.
Berbagai fungsi tanaman bisa ditanam di perkebunan dan dikatagorikan sebagai
sebagai berikut :(1) kontrol pandangan (visual control), (2) pembatas fisik (physical
barriers), (3) pengendali iklim (climatecontrol), (4) pencegah erosi (erosion control),
(5) habitat satwa (wildlife habitats), (6) nilai estetika (esthetic value). Nilai estetika
tanaman dapat pula diperoleh dari satu tanaman atau sekelompok tanaman yang
sejenis (Hakim dan Utomo, 2008).

3. Pinggir Jalan
Jalan raya merupakan salah satu infrastruktur yan memiliki peranan sangat
penting bagi alat tranfortasi. Jalan raya dijadikan sebagai media lalu lintas setiap alat
transportasi untuk berpindah darisatu tempat ke tempat lainnya. Dimana setiap jalan
raya pada umumnya memiliki trotoar yang terletak di pinggir jalan raya tersebut.
Trotoar memiliki fungsi sebagai tempat akses pejalan kaki yang biasanya disekitaran
trotoar tersebut ditanami pepohonan.
Pepohonan memiliki peran yang sangat penting di jalan raya. Dengan adanya
pepohonan dapat membuat jalan raya menjadi teduh sehingga para pengendara motor
atau pejalan kaki yang berada di terotoar tidak menjadi kepanasan dengan adanya
pohon tersebut. Selain itu pohon dijalan raya juga berfungsi untuk mensterilisasi udara
yang berada di jalan raya dengan menyerap emisi karbon dioksida yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor yang berada di jalan raya tersebut dan mengubahnya menjadi
oksigen yang dapat dimanfaatkan oleh mahluk hidup lainnya. Adapun syarat tanaman
yang dapat di tanam di jalan raya sebagai berikut.
a. Menghasilkan oksigen yang memadai
b. Dapat menyerap gas CO2 dan timbal secara lebih.
c. Tinggi pohon lebih dari 3 meter, namun kurang dari 12 meter.
d. Pohon memiliki tajuk yang tidak terlalu lebar.
e. Pohon dapat menghasilkan bunga sehingga dapat memunculkan nilaikeindahan.
f. Pohon tidak memiliki akar yang besar dan dapat tumbuh secara cepat.
g. Memiliki akar yang dapat bertahan terhadap getaran.
Setiap pohon memiliki karakteristik yang berbeda beda yangmenyebabkan
tidak semua tanaman dapat ditanam di pinggir jalan raya. Adapun spesies tanaman
yang dapat di tanam di jalan raya antara lain pohon Tanjung (Mimusops elengi) ,
Ketapang Kencana (Terminalia mantaly), Glodokan (Polyalthia longifolia), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Kiara Payung (Filicum decipiens), Angsana (Pterocarpus
indica Willd.), Asam Jawa (Tamarindus indica), Kersen (Muntingia calabura) dan
lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Adiputro, Karliansyah, dan H.D. Wardhana, 1995. Klorofil Tumbuhan Sebagai Bioindikator
Pencemaran Udara. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, 5 (2): 233 – 248.

Anonymous. 2003. Pembelajaran tentang Tumbuhan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Arifin, Hadi S. 2006. Taman Instan. Penebar Swadaya. Jakarta. 140 Hal.

Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan. Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta.
Hakim, R. 2000. Arsitektur lansekap manusia, alam dan lingkungan. Universitas Trisakti.
Jakarta. 203 hlm.
Hakim, R. dan H. Utomo. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara.
Jakarta.
Hakim, R dan Utomo, H. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi
Aksara. Jakarta.
Indriyanto. 2012. Dendrologi (suatu teori & praktik menyidik pohon). Penerbit Lembaga
Penelitian. Universitas Lampung.
Indriyanto. 2012. Teknik dan Manajemen persemaian. Penerbit Lembaga Penelitian.
Universitas Lampung.
Kementrian Pekerjaan Umum RI. 2012. Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan
Jalan. Kementrian Pekerjaan Umum. Jakarta.
Mahendra, F. 2009. Agrofestri. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Graha ilmu. Yogyakarta.
O. Tjia, Benny. 2013. Tanaman Tropis Berbunga. Grafika Multi Warna. Jakarta.
Siti Nurul Rofiqo Irwan. Bahan Kuliah Landsekap Hortikultura. Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University .
Yogyakarta.

También podría gustarte