Está en la página 1de 10

RINGKASAN MATERI KULIAH

PERILAKU KEORGANISASIAN

SAP 3

“Konsep Persepsi, Sikap, Kepuasan Kerja, dan Stress””

Dosen Pengampu : Dr. I Made Artha Wibawa, SE., MM.

KELOMPOK 3

ANGGOTA KELOMPOK :

Endang Retno Rahayuningsih (1515351059/ 03)

Ni Putu Lisna Vitriani (1515351075/ 09)

Ida Bagus Dita Braditya (1515351093/ 15)

I Putu Novan Anggayana (1515351114/ 21)

Putu Kevin Yudhia (1515351125/ 27)

Putu Yoga Ananta Pratyaksa (1515351149/ 33)

PROGRAM NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

1
1. KONSEP PERSEPSI
1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses memberi perhatian, menyeleksi, mengorganisasikan kemudian


menafsirkan stimulasi lingkungan (Indriyo Gutosudarmo, 1997) ,lalu Robbins (2001)
menyatakan persepsi adalah suatu proses dengan mana individu mengorganisasikan dan
menafsirkan kesannya untuk memberi arti tertentu pada lingkungannya.

Sedangkan menurut Kreitner dan Kinicki (2003) persepsi adalah intrepretasi seseorang
terhadap lingkungannya. Kedua pakar ini lebih tertarik menyebut persepsi itu sebagai
persepsi sosial karena fokus utama perilaku organisasi adalah manusia. Selanjutnya, Kreitner
dan Kinicki mengatakan persepsi (sosial) tersebut meliputi rangkaian empat tahap proses
informasi yang kemudian disebutnya sebagai “proses Informasi sosial”, yang terdiri dari :

Tahap 1 : Perhatian pemahaman yang selektif adalah tahap dimana orang secara selektif
menerima rangsangan yang dibombandir oleh lingkungan karena tidak punya
kapasitas mental untuk menerima semua jenis rangsangan yang datang.

Tahap 2 : Pengkodean dan penyederhanaan, suatu tahap dimana informasi diolah,


dibandingkan, dievaluasi dan diarahkan untuk menciptakan kesan.

Tahap 3 : Penyimpanan dan mengingat suatu fase penyimpanan informasi pada ingatan
jangka panjang.

Tahap 4 : Mendapatkan kembali dan tanggapan, adalah suatu fase dimana orang mencari
kembali informasi dari dalam ingatannya kemudian membuat penilaian – penilaian
dan keputusan.

Miffah Thoha mengatakan persepsi itu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di
dalam memahami informasi tentan lingkungannya, baik lewat pengelihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Menurut nirman (1999) persepsi penting dalam
membahas perilaku individu ataupun kelompok karena perilaku manusia seringkali dituntut
oleh presepsinya terhadap suatu realita, bukan realita sendiri. Persepsi orang berbeda satu
sama lain terhadap obyek yang sama.

2
1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut (Robbins 2001) adalah sebagai berikut :

a. Pemberi kesan / perilaku persepsi


Bila seseorang memandang suatu obyek dan mencoba menginterpretasikan apa yang
dilihatnya tersebut, maka interpretasinya akan sangat dipengaruhi oleh
karakteristiknya dalam hal ini adalah karakteristik si pemberi kesan/ obyek.
b. Sasaran/target/obyek
Ciri – ciri pada sasaran/obyek yang sedang diamati dapat mempengaruhi persepsi.
Orang yang penampilanya sangat menarik/tidak menarik mudah untuk
dikenal/ditandai.
c. Situasi
Situasi atau konteks dimana melihat suatu kejadian/obyek juga penting. Unsur-unsur
lingkungan sangat mempengaruhi persepsi seseorang. Obyek yang sama pada hari
berbeda bisa menyisakan persepsi yang berbeda.

1.3 Kesalahan Presepsi

Terdapat beberapa kesalahan presepsi yang sering terjadi, yaitu :

a) Persepsi Selektif

Persepsi selektif adalah menginterprestasikan secara selektif apa yang dilihat


seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman dan sikap
seseorang. Misalnya kita hanya memperhatikan sesuatu yang sama dengan apa yang
kita miliki.

b) Efek Halo

Efek halo adalah membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu
berdasarkan sebuahkarakteristik. Misalnya kepandaian, keramahan, atau penampilan
seperti mahasiswa memberikan penilaian terhadap mahasiswa lainnya mereka oleh
karena mahasiswa tersebut pendiam walaupun pandai dan sangat cakap maka
mahasiswa menilai mahasiswa itu kurang baik.

c) Efek Kontras

Efek kontras adalah eveluasi tentang karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapatkan nilai lebih
tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik yang sama. Misalnya seorang pelamar

3
yang memiliki kemampuan menengah mendapatkan evaluasi yang kurang baik
dibandingkan dengan pelamar yang memiliki kemampuan yang unggul.

d) Pembentukan Stereotip

Pembentukan Stereotip ini terjadi ketika penilaian yang kita berikan didasarkan pada
kelompok tempat orang tersebut, bukan didasarkan pada individunya sendiri. Atau
menilai seseorang atas dasar satu/beberapa sifat dari kelompoknya. Seperti didasari
oleh jenis kelamin, keturunan, umur, agama, kebangsaan atas jabatan.

e) Proyeksi

Proyeksi adalah menghubungkan karakteristik diri sendiri dengan individu yang


lain. Misalnya pada saat kita menginginkan tantangan dan tanggung jawab dalam
pekerjaan kita, kita juga mengasumsikan bahwa indvidu lain juga meninginkan hal
yang sama atau pada saat kita menganggap diri kita jujur dan dan bisa dipercaya,
maka kita juga mengasumsikan hal yang sama terhadap orang lain.

2. KONSEP SIKAP
2.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak tentang obyek,
orang atau peristiwa (Robbins, 2001). Agar pengelolaan terhadap perilaku organisasi lebih
efektif, sikap penting untuk dipahami.

Umar Nirman (1999) beralasan bahwa dari perspektif individu sikap dapat menjadi dasar
bagi interaksi seseorang dengan orang lain dan dengan dunia sekelilingnya. Dengan sikap,
seseorang dapat mempelajari sikap orang lain. Dalam organisasi sikap menjadi penting
karena dapat memengaruhi perilaku kerja.

Sikap memiliki 3 komponen, diantaranya :

a. Komponen Kognitif (cognitive component) adalah Opini atau segmen kepercayaan


dari suatu sikap
b. Komponen Afektif (affective component) adalah Segmen emosional atau perasaan
dari suatu sikap.
c. Komponen Perilaku (behavioral component) adalah Sebuah maksud untuk berprilaku
tertentu terhadap seseorang.

Sikap adalah komponen penting untuk perilaku. Dimana sikap memiliki tiga komponen
seperti kognitif, afektif dan perilaku untuk membantu dalam memahami kompelsitas dan
hubungan potensial antara sikap dan perilaku.

4
2.2 Sumber Sikap

Menurut ( Robbins, 2001) ada tiga sumber sikap yaitu:

a. Orang Tua
b. Guru
c. Anggota kelompok rekan sekerja

Individu sering dalam mengambil sikap tertentu mengacu kepada ketiga sumber tersebut
diatas.

2.3 Tipe Sikap

Dari hasil riset perilaku keorganisasian disebutkan ada tiga tipikal sikap, yaitu :

1. Kepuasan Kerja
Seseorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan cenderung
menunjukan sikap positif terhadap pekerjaan demikian sebaliknya.
2. Keterlibatan Kerja
Sampai sejauh mana seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif
didalamnya serta menganggap kinerjanya sangat penting bagi organisasi.
3. Komitmen pada Organisasi
Sampai tingkat mana seseorang pegawai memihak pada organisasinya dan bertekad
setia didalamnya.

Komitmen pada organisasi berhubungan negatif dengan tingkat kemahiran maupun


dengan tingkat keluar masuknya pegawai, dan berkorelasi positif dengan kepuasan kerja.
Komitmen pada organisasi merupakan suatu dimensi perilaku yang penting yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan para pekerja untuk bertahan pada suatu organisasi.

3. KONSEP KEPUASAN KERJA


3.1 Pengetian Kepuasan Kerja

Kepuasan keja merupakan penjelasan suatu perasaan yang positif tentang pekerjaan
yang dihasilkan dari suatu evaluasi pada karakteristik. Kepuasan kerja sangat penting karena
dapat mengetahui bagaimana perasaan seseorang tentang pekerjaan yang dilakukan. Jika
seseorang memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan yang positif
mengenai pekerjaannya, sedangkan seseorang dengan level rendah memiliki perasaan
negatif tentang pekerjaannya.

5
Menurut Porter (1961) kepuasan kerja adalah selisih dari sesuatu yang seharusnya ada
dengan sesuatu yan sesungguhnya ada dengan sesuatu yang sesungguhnya ada (faktual).
Semakin kecil selisih kondisi yang seharusnya ada (faktual) seseorang cenderung merasa
semakin puas.

3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Herzberg ada lima aspek, yaitu :

a. Kompensasi
b. Promosi
c. Lingkungan fisik
d. Lingkungan non fisik
e. Karaktersistik pekerjaan

Menurut Luthans ada enam aspek, yaitu :

a. Pembayaran
b. Work it-self
c. Promosi
d. Supervisi
e. Kelompok kerja
f. Kondisi kerja

3.3 Mengkur Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja dapat diukur dengan menggunakan dua pendekatan populer. Pendekatan
pertama adalah peringkat global tunggal, dengan mengetahui bagaimana respon atas suatu
pertanyaan. Pendekatan kedua dengan penjumlahan dari aspek-aspek pekerjaan, lebih
canggih, mengidentifikasikan elemen-elemen kunci dalam sebuah pekerjaan seperti sifat
pekerjaan,pengawasan, gaji sekarang, peluang promosi,dan hubungan dengan rekan kerja.

Secara intuitif pendekatan kedua menjumlahkan respon pada sejumlah faktor pekerjaan
tampaknya mungkin untuk mencapai sebuah evaluasi yang lebih akurat atas kepuasan kerja.
Lalu untuk pendekatan pertama tidak menghabiskan banyak waktu, sehingga dapat
memberikan kebebasan waktu untuk tugas lainnya.

3.4 Efek Kepuasan Kerja Pada Kinerja Karyawan

Kepuasan kerja hingga kini diyakini berkaitan dengan kinerja individu (karyawan),
kelompok, yang pada gilirannya akan berkaitan pula dengan efektivitas organisasi secara
keseluruhan. Kepuasan kerja sangat mempengaruhi kondisi kerja dan dapat memberikan

6
keuntungan nyata tidak saja bagian pekerjaan tetapi juga manajemen organisasi. Maka dari
itu kepuasan kerja sangat ditekankan untuk menghasilkan hasil lebih bagi perusahaan,
semakin baik perusahaan memberikan kepuasan maka semakin baik pula kinerja yang akan
diberikan karyawan untuk perusahaan.

3.5 Cara Karyawan Mengungkapkan Ketidakpuasannya

Perusahaan dapat mengetahui apakah karyawan menyukai pekerjaan tersebut, hal


tersebut dapat dilihat dengan:

1. Berhentinya karyawan tersebut


2. Dengan selalu memberikan sebuah saran atau solusi
3. Dengan kesetiaan (pasif sambil menunggu membalikan kondisi)
4. Dengan mengabaikan kondisi memburuk, datang terlambat, dan upaya lainnya.

Hal-hal tersebut juga akan menjadi dampak buruk terhadap kinerja perusahaan.

4. KONSEP STRESS
4.1 Pengertian
a) Pemahaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik
dan psikis dalam diri seseorang sebagai akibat lingkungan eksternal, organisasi, dan
organisasi lain (Szilagyi dalam IndriyoG, 1997)
b) Suatu keadaan yang timbul dari kapasitas tautan yang tidak seimbang baik nyata
maupun didasarkan dalam tindakan penyesuaian organ (Mikhail dalam Djanaid,
2001).
c) Respon seseorang baik yang berupa fisisk, kognitif (konseptual) terhadap situasi yang
meminta tuntutan tertentu individu (Djanaid, 2001).

4.2 Mengapa Stres Perlu Dipahami

Stres adalah hal yang dapat menyebabkan pikiran menjadi kacau, tidak fokus dengan
tujuan awal, dan dapat memberikan tekanan sendiri bagi seseorang. Selain itu setiap orang
tidak pernah steril dari stres, selalu memerlukan energi lebih untuk menggapai sukses demi
sukses, stres sangat berhubungan erat dengan produktivitas, setiap orang perlu berinteraksi
dengan orang lain ataupun dengan lingkungan, dan stres juga dapat menimbulakan berbagai
penyakit.

Stres dapat timbul karena faktor yang melekat pada pekerjaan, peranan dalam organisai
(peran penting), hubungan-hubungan dalam organisasi, perkembangan karier, struktur dan

7
iklim organisasi, hubungan organisasi dengan pihak luar, faktor dari dalam individu yang
bersangkutan, dan kepemimpinan.

4.3 Dampak Stress dan Cara Mengatasinya

Dampak stres dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu :

Faktor fisik

a) Meningkatnya tekanan darah


b) Meningkatanya kolestrol
c) Penyakit jantung koroner

Faktor psikologi

a) Ketidakpuasan kerja
b) Murung
c) Rendahnya kepercayaan
d) Mudah marah

Faktor organisasi

a) Ketidakhadiran
b) Keterlambatan
c) Prestasi kerja menurun
d) Kecelakaan kerja meningkat
e) sabotase

Cara mengatasi stress, yaitu :

Secara Individu

a) Meningkatkan keimanan
b) Meditasi
c) Olahraga
d) Relaksasi
e) Meminta dukungan sosial kepada teman dan keluarga
f) Menghilangkan rutinitas.

Secara Organisasi

a) Perbaikan iklim organisasi


b) Perbaikan lingkungan fisik
c) Menyediakan sarana olahraga

8
d) Analisis dan kejelasan tugas
e) Mengubah struktur dan proses organisasi
f) Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
g) Restrukturisasi tugas
h) Menerapkan manajemen berdasarkan sasaran.

9
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. and Judge. Timothy A. 2009. Perilaku Organisasi. Jakarta :


Salemba Empat.

Ardana (dkk) 2009. Perilaku Keorganisaian, Edisi 2 Graha Ilmu, Yogyakarta

10

También podría gustarte