Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
TUGAS PERTAMA
Resume BAB I Akuisisi dan Perekaman Data (halaman 8-61)
Disusun untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah OS3102 Metode Analisa Data
Oseanografi
disusun oleh:
Dosen pengampu:
2017
Perkembangan teknologi terutama dalam bidang komputer saat ini melaju
sangat pesat. Hal tersebut dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan disertai
kebutuhan manusia akan teknologi canggih yang dapat mempermudah pekerjaan.
Teknologi ini mememuhi dua fungsi penting yaitu identifikasi dan verifikasi. Sistem
identifikasi bertujuan untuk memecahkan identitas seseorang. Sedangkan sistem verifikasi
bertujuan untuk menolak atau menerima identitas yang diklaim oleh seseorang. Teknologi
ini sangat berkaitan dengan penjangkauan signal – signal yang digunakan.
Signal – signal yang natural pada umumnya seperti signal suara merupakan signal
continue dimana memiliki nilai yang tidak terbatas. Sedangkan pada komputer,
semua signal yang dapat diproses oleh komputer hanyalah signal discrete atau sering
dikenal sebagai istilah digital signal. Agar signal natural dapat diproses oleh komputer,
maka harus diubah terlebih dahulu dari data signal continue menjadi discrete. Hal itu
dapat dilakukan melalui tiga proses, diantaranya adalah proses sampling data, proses
kuantisasi, dan proses pengkodean.
Dalam melakukan proses sampling data, berlaku aturan Nyquist, yaitu bahwa
frekuensi sampling (sampling rate) minimal harus 2 kali lebih tinggi dari frekuensi
maksimum yang akan di sampling. Kita memerlukan waktu sesering mungkin jika kita
berharap untuk menyelesaikan berbagai skala yang diminati pada variabel yang kita ukur.
Semua rekomendasi sampling ini memiliki dasar statistik dan aturan panduan
probabilitas dan estimasi dapat diterapkan secara hati-hati untuk menentukan persyaratan
sampling dan menentukan sistem pengukuran yang sesuai.
II. Suhu
Suhu adalah sifat laut yang paling mudah diukur secara akurat. Beberapa cara di mana
suhu laut dapat diukur adalah :
Terdapat beberapa alat yang digunakan untuk mengukur suhu diantaranya thermometer
air raksa, Mechanical bathythermograph (MBT), dan sebagainya.
Termometer air raksa umumnya menggunakan skala suhu Celsius dan Fahrenhait.
Celsius memakai dua titik penting pada skalanya: suhu saat es mencair dan suhu
penguapan air. Es mencair pada tanda kalibrasi yang sama pada thermometer yaitu pada
uap air yang mendidih. Saat dikeluarkan termometer dari uap air, ketinggian air raksa
turun perlahan. Ini berhubungan dengan kecepatan pendinginan (dan pemuaian kaca
tabung). Jadi pegukuran suhu celsius menggunakan suhu pencairan dan bukan suhu
pembekuan.
Perangkat berbentuk torpedo kecil yang memegang sensor suhu dan transduser untuk
mendeteksi perubahan suhu air versus kedalaman hingga kedalaman sekitar 285 meter
(935 kaki). Turunkan oleh winch kecil ke kapal ke dalam air, BT mencatat tekanan dan
perubahan suhu pada slide kaca berlapis karena dijatuhkan hampir secara bebas melalui
air. While the instrument is being dropped, the wire is paid out until it reaches a
predetermined depth, then a brake is applied and the BT is drawn back to the surface.
Sementara instrumen dijatuhkan, kabel dilepaskan sampai mencapai kedalaman yang telah
ditentukan, kemudian rem diterapkan dan BT ditarik kembali ke permukaan. Because the
pressure is a of depth (see ), temperature measurements can be correlated with the depth
at which they are recorded. Karena tekanan adalah fungsi kedalaman (lihat hukum Pascal),
pengukuran suhu dapat dikorelasikan dengan kedalaman di mana mereka dicatat.
Alat yang dikenal dengan bathythermograph yang dapat dibuang (XBT) mSnodgrass'
description of the XBT:erupakan pengembangan dari James M. Snodgrass sebagai bentuk
inovasi dari pengembangan BT Briefly, the unit would break down in two components, as
follows: the ship to surface unit, and surface to expendable unit.Secara singkat, unit akan
rusak dalam dua komponen, sebagai berikut: unit kapal ke permukaan, dan permukaan ke
unit yang dapat dibuangThe wire would be paid out from the surface ship and not from the
surface float unit.. Kawat itu akan dibuang dari permukaan kapal dan bukan dari unit
pengapung permukaan. The surface float would require a minimum of flotation and a
small, very simple sea anchor. Pelampung permukaan akan membutuhkan flotasi minimum
dan jangkar laut kecil yang sangat sederhana. From this simple platform the expendable
BT unit would sink as outlined for the acoustic unit. Dari platform sederhana ini, unit BT
yang dapat dibuang akan tenggelam sebagaimana digariskan untuk unit akustik. However,
it would unwind as it goes a very fine thread of probably neutrally buoyant conductor
terminating at the float unit, thence connected to the wire leading to the ship. Namun, ia
akan melepasnya saat terjadi benang yang sangat halus dari konduktor yang sangat stabil
yang berhenti di unit pelampung, yang
kemudian dihubungkan dengan kawat yang
menuju ke kapal.
CTD adalah alat yang digunakan dalam sampling oseanografi untuk mengukur
salinitas air laut, suhu serta kedalaman air laut pada tempat dan kedalaman yang
diinginkan.
Pada Prinsipnya teknik pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan sinyal
dan mendapatkan sinyal dari sensor yang menditeksi suatu besaran, kemudian
mendapatkan data dari metode multiplexer dan pengkodean (decode), kemudian memecah
data dengan metode enkoder untuk di transfer ke serial data stream dengan dikirimkan ke
kontrolunit via kabel.
Data_Analysis_Methods_in_Physical_Oceanography.pdf)
Sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran.
1. Sensor CTD
Sensor berfungsi untuk mengukur parameter karakteristik fisik air laut yang terdiri
dari sensor tekanan, temperatur, dan konduktivitas.
2. Rosette
Rosette berfungsi untuk mengatur penutupan botol.
3. Botol sampel
Botol sampel berfungsi sebagai wadah sampel air
4. Kabel koneksi
Kabel koneksi berfungsi sebagai penompang, dan juga berfungsi sebagai pengantar
sinyal. Telekomando akan memberikan sinyal kepada rosset untuk menutup botol
secara berurutan, setelah mengambil sampel air laut.
Unit pengolahan data terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan
komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah
sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital.
Suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter oseanografi yang sering
digunakanan dalam suatu pengukuran. SPL adalah parameter oseanografi yang pertama
diukur dan berlanjut hingga sekarang menjadi salah satu objek pasti dalam pengambilan
data.
Salah satu cara pengukuran SST yang sering dilakukan adalah dengan
menggunakan thermometer biasa dari kapal. Pengukuran sebaran suhu vertikal dapat
dilakukan dengan cara mengukur suhu di setiap rentang kedalaman tertentu. SST di kapal
dilakukan dengan mengambil sampel air yang dikumpulkan di ember. Ember yang berisis
sempel memiliki bukaan yang lebih kecil untuk mengurang ketegangan pada ember dan
biasanya thermometer telah dipasang di bagian ember. Hal ini memiliki tujuan agar
thermometer tidak terkena matahari langsung atau angina yang dapat mempengaruhi suhu
asli SST.
Metode pengukuran dengan metode ember ini memiliki kemungkinan error yang
cukup besar, misalnya adanya perubahan tempetatur sampel air di dek kapal, transfer
konveksi panas dari ember, maupun perubahan temperature saat pembacaan. Untuk
meminimalisir error tersebut, Cawfard (1969) mendesain sebuah alat pengukuran dengan
sistem ember baru, yang mana akan menghalangi ember dan thermometer dari pengaruh
perubahan suhu oleh sinar matahari dan angina.
Pada awal 1940, pengukuran SST menggunakan ember mulai diganti dengan “suhu
injeksi”. Prinsipnya, air laut dibiarkan masuk ke salah satu bagian kapal sebagai pendingin
mesin, untuk kemudian diukur. Termometer diletakkan di pipa yang memompa air laut
masuk ke mesin. Akurasinya berkisar 0.7 sampai 0.9 derajat celcius lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan pengukuran metode ember.Salah satu ilmuan bernama
Saur menggunakan metode ini pertama kali pada tahun 1963 dan telah melakukan
pengukurannya pada 12 kapal militer yang berlayar di Pasifik Utara.
Untuk mengukur SST dengan akurat, iklim sangat berpengaruh. Reynolds (1982)
memprediksi iklim pada skala waktu dalam beberapa bulan sampai bertahun tahun dengan
menekankan lautan tropis dan hubungannya dengan atmosfer global dalam program
Tropical Ocean Global Atmosphere (TOGA)
Satelit pertama yang mampu melakukan penginderaan jauh dari bumi dan
memungkinkan untuk melihat bumi dari ruang angkasa adalah ITOS-1 yang
dipublikasikan 23 Januari 1970. Satelit ini menggunakan channel infrared di 10.5 – 12.5
mikrometer dengan resolusi 6.4 km. Salah satu program yang dapat digunakan
menggunakan satelit ini adalah pengukuran SST. Program ini menggunakan metode
diagram batang untuk menjelaskan rata rata SST dalam pixel awan.
Gambar diatas menunjukkan perbedaan SST hasil pengukuran satelit dengan
pengukuran diatas kapal dimana digambarkan menggunakan pixel awan dalam ukuran
50x50 pixel.
Baru baru saja, muncul sebuah satelit baru untuk pengukuran SST yaitu AVHRR
(Advanced Very High Resolution Radiometer) yang merupakan salah satu sateli
penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang rendah dan memiliki keunggulan resolusi
temporal yang daily. Stasiun bumi NOAA akan menerima data dari AVHRR dalam bentuk
data mentah secara rutin 2 – 4 kali/hari dimana hal ini cukup baik untuk mengamati
perubahan di laut dengan cakupan citra yang cukup luas (lebar pandang besar) pada setiap
citra global yang dihasilkan.
Sensor lainnya yang berguna untuk mengukur suhu permukaan laut adalah VISSR
yang merupakan singkatan dari Visible Infrared Spin Scan Radiometer yang dipakai oleh
satelit GOES dimana VISRR memiliki resolusi spasial sebesar 8 km per pixel, namun
tidak dilengkapi dengan kalibrasi onboard. VISRR melakukan pengukuran secara global
dalam 30 menit sekali.
Temperatur potensial, yaitu temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara
adiabatis ke level tekanan yang lain. Di laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai
tekanan referensi untuk temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur
pada level tekanan yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan
difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah
(jika dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam), maka temperatur
potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah daripada
temperatur sebenarnya.
Seperti halnya pada temperature, pada densitas dikenal pula parameter densitas
potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatic
ke level tekanan referensi. Kita menggunakan temperature potensial dalam menghitung
densitas potensial dimana ρӨ = ρ (S,Ө,0) dalam kg m -3, dimana nilai ρ merupakan nilai
untuk salinitas dan potensial temperature di tekanan permukaan, P=0.
Gambar 1.3.11. Perbedaan antara suhu in situ (T) yang dicatat oleh CTD vs suhu
potensial yang dihitung ( θ ) untuk stasiun di Samudera Pasifik Utara (35°N 152°W) Di
bawah sekitar 500 m, kurva ini berlaku untuk wilayah samudra dunia manapun. (Data
dari Martin dkk, 1987.)
Tabel 1.3.2 Perbandingan berbagai bentuk sigma untuk Samudera Pasifik barat di dekat
Jepang (39°N 147°W) (Dari Talley et al., 1988.) Kolom 2 dan 3 memberikan suhu
potensial dan in situ masing-masing. Unit Sigma adalah kg/m3
1.4 Salinitas
Menurut beberapa laporan para ahli, salinitas didefinisikan sebagai jumlah total
bahan padat dalam gram yang terkandung dalam satu kilogram air laut ketika semua
karbonat telah dikonversikan ke oksida, semua brom dan iodin diganti dengan klorin dan
semua bahan organik teroksidasi.
Perbaikan teknis dalam pengukuran konduktivitas listrik air laut beralih pada awal
tahun 1950-an Konduktivitas air laut berbanding lurus dengan kandungan garam karena
bergantung pada kandungan ion air. Peralihan dalam pengukuran konduktivitas air laut
dimaksudkan untuk pengembangan metode yang dapat diandalkan untuk membuat
pengukuran konduktivitas yang lebih rutin dan akurat.
Jenis STD induktif yang banyak digunakan adalah model Plessey 9040 dengan
akurasi sebesar 0.03 per mil. Sistem CTD modern mencatat konduktivitas secara langsung,
dibandingkan salinitas yang dihitung oleh perangkat keras sistem, dan memiliki sensor
termal yang lebih cepat. Kebanyakan sistem CTD modern menggunakan elektroda
daripada sensor salinitas induktif.
Seorang ilmuwan dari institur Bedfort menguji temperature insitu dan salinitas dari
EG&G Mark V CTD dan SBE 9 CTD
Gambar 1.4.2 Diagram batang perbedaan salinitas (part per seribu). Nilai yang didapat
merupakan perbedaan salinitas yang diukur oleh early Niel-Brown CTD dan sample botol
laut dalam dari sampel Rosselet. ∆S merupakan rata rata perbedaan salinitas dan σ
merupakan standar deviasi.
Salinitas Partikel didefinisikan sebagai rasio konduktivitas elektrik dari sampel air
laut terhadap larutan standar Kalium Klorida (KCl) pada 15 derajat Celcius dan 1 atm.
Larutan standar dikenal sebagai standar Seawater (SSW) yang telah dikumpulkan dari
lokasi tertentu selama bertahun tahun. Sekarang ditetapkan sebagai larutan KCl, kalibrasi
salinitas jauh lebih kuat dan stabil. Oseanografi menggunakan larutan SSW yang ditutup
dengan glass ampoules untuk standarisasi salinometer konduktivitas listrik. Penggunaan
standar pada umumnya untuk salinitas mengurangi kemungkinan untuk menggabungkan
data dari perbedaan kecepatan atau pengukuran pada daerah yang sama di seluruh dunia.
Gambar 1.4.4 Profil vertical temperature, salinitas dan potensial densitas dari hasil CTD
Pengukuran elevasi muka air laut adalah bentuk lama dalam observasi laut. Dalam
pengukuran pergeseran secara vertikal dari daerah pesisir, observasi muka air laut jangka
panjang merefleksikan variasi dalam sirkulasi laut dalam skala besar, gesekan angin pada
permukaan, dan volume dari samudra. Kecenderungan muka air laut rata-rata dalam
jangka panjang disebut perubahan sekuler dimana perubahan muka air laut rata-rata yang
terjadi pada samudra dikenal sebagai peubahan eustatic. Eustasy terkait dengan
pembentukan daratan, akumulasi sedimen dari laut, dan aktivitas tektonik, seperti
perubahan volume laut dan bentuk basin samudra. Muka air laut rata-rata perlu diukur
dalam beberapa tahun untuk kebutuhan geodesi.
Observasi variasi muka air laut dengan persamaan rata-rata dapat timbul dari 4
komponon, yaitu fluktuasi tinggi permukaan air laut secara temporal dalam jangka
pendek, hasil perubahan secara temporal dalam jangka panjang dari perubahan massa
air akibat pencarian es di Antartika dan Greenland, penurunan garis pantai yang
disebabkan oleh penurunan daratan akibat reduksi dari sedimen pantai yang tidak kuat,
erosi, dan endapan sedimen, pergerasan kerak bumi dalam skala besar akan
menghasilkan perubahan muka air laut.
Muka air laut rata-rata dapat dihitung dari observasi panjang tiap jam. Rata-rata dari
semua tinggi dan rendah muka air laut disebut tinggi gelombang rata-rata. Tinggi
gelombang rata-rata gampir sama dengan muka air laut rata-rata. Muka air laut rata-rata
tahunan dan bulanan untuk stasiun global diambil dan dipublikasi oleh Permanent
Service fo Mean Sea-Level (PSMSL) di Inggris bersama dengan lokasi pengukuran dan
tanggal pengukuran.
1.4.3.2 Pengukuran Pasang Surut dan Tekanan