Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Aplikasi Desain Faktorial Dalam Optimalisasi Ekstraksi Pucuk Daun Afrika (Vernonia
amygdalina Del.) Dan Uji Antioksidan Formlua Optimum Dengan Metode DPPH
Adani Adilarayani
08121006060
Abstract
Antioxidant are compounds who can resist free radical formation in the body. Free radical are
reactive molecule can cause death cells. Natural compounds that are able to act as antioxidants are
phenol, flavonoids, and alkaloid. One of the plants that are rich in this compounds is Vernonia
amygdalina Del.This research is to optimize yield of rendement and total phenolic content from
young african leaves (Vernonia amygdalina Del.) by investigating the effect of ethanol concentrations
(30, 70, and 96% v / v) and stirring time (30, 60, and 75 min) on phenol extraction using factorial
experiments. The difference in stirring time and solvent concentration with different polarity affects
the acquisition of TPC and the yield. The optimum treatment of extract with 71,9% ethanol
concentration and stirring time for 55,76 minutes was done by 2,2'-diphenyl1-picrilhidrazil (DPPH)
antioxidant test to measure antioxidant capacity of young african leaves extract. The highest total
phenolic content of 201,45 mg GAE/g and a yield of 34,21%. It also shows the antioxidant power of
440,053 .
Keywords(s): Vernonia amygdalina Del, factorial design, stirring time, solvent concentration,
2,2'-diphenyl-1-picrilhidrazil
Abstrak
Kata kunci: Vernonia amygdalina Del, desain faktorial, waktu pengadukan, konsentrasi pelarut,
2,2'-difeni1-1-pikrilhidrazil
E-mail : adaniadila@yahoo.co.id
waktu pengadukan, suhu, dan proses dan mudah dilakukan. Hal ini dikarenakan
pemisahan pelarut dari hasil ekstraksi. ekstrak yang diuji dengan DPPH dapat
Konsentrasi pelarut dan waktu langsung diukur absorbansinya dengan
pengadukan yang optimal dapat menyari spektrofotometer UV-Vis pada panjang
senyawa aktif dengan baik dan selektif, gelombang (λ) maksimum untuk pengujian
optimalnya suatu pelarut dalam menyari reduksi radikal dari antioksidan (Oliveira,
ekstrak dapat dilihat dengan melakukan suatu 2011).
proses optimalisasi. Upaya untuk Penelitian mengenai optimalisasi
mendapatkan konsentrasi optimal dapat ekstraksi dari pucuk daun afrika dengan
diperoleh dengan menggunakan optimalisasi desain faktorial sangat penting untuk
berdasarkan metode desain faktorial. Metode dikembangkan sebagai antioksidan ataupun
desain faktorial adalah metode yang produk olahannya. Hal tersebut
digunakan untuk penentuan efek dari melatarbelakangi penelitian ini untuk
beberapa faktor dan interaksinya. Desain memperoleh kandungan fenolik dan nilai
faktorial memiliki keuntungan antara lain rendemen tertinggi dengan optimalisasi
yaitu efisiensi maksimum dalam ekstraksi pucuk daun afrika berdasarkan
memperkirakan efek yang dominan, dapat variasi konsentrasi pelarut dan waktu
mengidentifikasi interaksi antar masing- pengadukan, serta mengetahui nilai aktivitas
masing faktor, dan maksimal dalam antioksidan formula optimum ekstrak yang
penentuan data karena semua efek utama dan diperoleh.
interaksi dihitung dari semua data (Bolton 2. METODOLOGI PENELITIAN
and Bon, 2000). 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Salah satu tumbuhan yang kaya akan Penelitian ini dikerjakan dari bulan
metabolit sekunder adalah Vernonia September 2016 sampai dengan April 2017.
amygdalina Del. (tumbuhan daun afrika). Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium
Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia yang ANDA, Universitas Andalas. Proses
dilakukan Atangwho (2009) daun afrika preparasi, ekstraksi dan uji fitokimia
(Vernonia amygdalina Del.) mengandung dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi
senyawa kimia golongan fenolik. yang Program studi Farmasi FMIPA Universitas
dianggap memainkan peran yang sangat Sriwijaya. Proses pengujian sampel dilakukan
penting untuk pencegahan kerusakan oksidatif di Laboratorium Penelitian Kimia FMIPA
dalam sistem kehidupan (Perron et al., 2008). Universitas Sriwijaya.
Keberadaan kandungan fenolik pada 2.2 Alat dan Bahan
daun afrika terakumulasi pada tingkat 2.2.1 Alat
maturasi tertentu. Penelitian Lestari (2016) Alat yang digunakan untuk penelitian
menunjukkan bahwa daun afrika bagian ini adalah timbangan analitik (Ohaus®),
mature memiliki kandungan fenolik sebesar magnetic stirrer (IKA® C-MAG HS 4), spin
105,2 mg GAE/g. Senyawa fenolik bar (BRAND®), rotary evaporator
terakumulasi pada tingkat maturasi tertentu, (Yamato® RE301), hot plate, alat-alat gelas
daun muda umumnya memiliki kandungan (Pyrex®), spektrofotometer UV-Vis
fenolik yang tinggi. Berdasarkan uji (Shimadzu Uvmini-1240®), software design
pendahuluan yang dilakukan terhadap ekstrak expert®10.
etanol daun mature dan pucuk daun afrika 2.2.2 Bahan
didapatkan hasil bahwa pucuk daun afrika Bahan yang digunakan dalam
memiliki kandungan fenolik lebih tinggi penelitian ini adalah pucuk daun afrika segar
sebesar 199,02 mg GAE/g dibanding daun yang telah dikeringkan, aluminium foil, kertas
mature sebesar 173,96 mg GAE/g. Hasil Whatman No. 1, silika gel GF254, akuades
tersebut menunjukkan bahwa komponen (Bratacho®), etanol 96%, 70%, dan 30%
fenolik dari pucuk daun afrika berpotensi (Bratacho®), pelarut butanol: asam asetat: air
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi (b:a:w), reagen Folin Ciocalteu (Sigma
Berdasarkan data tersebut maka perlu Aldrich®), reagen Dragendorff, reagen
dilakukan pengukuran aktivitas antioksidan. Wagner, reagen Mayer, HCl (Paison®),
Metode uji antioksidan yang digunakan dalam FeCl3 (Merck®), Na2CO3, asam galat (Sigma
penelitian ini adalah metode DPPH. Metode Aldrich®), etanol P.A, serbuk 1,1-Difenil-2-
ini merupakan metode yang sederhana, cepat, pikrilhidrazil DPPH (Sigma Aldrich®).
2.7.2 Pembuatan Larutan Na2CO3 20% 8, dan 10 ppm larutan induk, selanjutnya
Sebanyak 10 g Na2CO3 ditambah 50 sebanyak 1 mL larutan DPPH 0,3 mM
ml air suling, kemudian didihkan sampai ditambahkan 2,5 ml kuersetin tiap konsentrasi,
serbuk Na2CO3 larut sempurna. Setelah itu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan selama
diamkan selama 24 jam, disaring dan 45 menit, kemudian diamati absorbansinya
diencerkan dengan air suling sampai volume pada panjang gelombang 517 nm.
100 ml (Murtijaya dan Lim, 2007). 2.8.3 Pembuatan Larutan Induk Sampel
2.7.3 Penentuan Panjang Gelombang Larutan stok 1000 ppm dibuat dengan
Absorbansi Maksimum cara menimbang sebanyak 50 mg ekstrak
Sebanyak 0,1 ml asam galat ditambah formula optimum ditimbang dan dilarutkan
0,25 ml reagen Folin ciocalteau dan 3,95 ml dalam 50 mL etanol kemudian dikocok hingga
akuades. Setelah didiamkan selama 3 menit, homogen.
masing-masing larutan ditambah 0,75 ml 2.8.4 Pengukuran Absorbansi Sampel
larutan Na2CO3 20% dihomogenkan, Perlakuan optimum ekstrak dibuat
kemudian absorbansinya diukur pada panjang dengan konsentrasi 100, 150, 200, 250 dan 300
gelombang 752 nm. µg/mL, masing-masing diambil 2,5 mL
2.7.4 Pembuatan Kurva Baku Asam ditambahkan 1 mL larutan DPPH 0,3 mM
Galat kemudian dihomogenkan dan dibiarkan selama
Sebanyak 1000 ppm larutan asam 45 menit, dengan replikasi sebanyak tiga kali.
galat dibuat konsentrasi 0, 50, 100, 150, 200, Kemudian diukur absorbansi sampel pada
250 dan 300 µg/ml. Masing-masing diambil panjang gelombang 517 nm.
0,1 ml dimasukkan dalam tabung, kemudian 3. Hasil dan Pembahasan
ditambah 0,25 ml reagen Folin Ciocalteau dan 3.1 Determinasi Tumbuhan
3,95 ml akuades. Setelah didiamkan selama 3 Tumbuhan daun afrika diambil dari
menit, masing-masing larutan ditambah 0,75 gang Lampung 1 Timbangan kecamatan
ml larutan Na2CO3 20% dihomogenkan, dan Indralaya, Ogan Ilir. Tumbuhan daun afrika
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC. selanjutnya dibuat herbarium untuk kemudian
Semua larutan diukur absorbansinya pada dilakukan determinasi di Herbarium
panjang gelombang absorbansi maksimum, Universitas Andalas Jurusan Biologi Fakultas
kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan MIPA Universitas Andalas. Determinasi
antara konsentrasi asam galat (µg/ml) dengan tumbuhan ini bertujuan untuk mengetahui dan
absorbansi. memastikan kebenaran identitas tanaman
2.7.5 Analisis Kandungan Fenolik Sampel yang akan digunakan dalam penelitian serta
Larutan sampel sebanyak 0,5 µL untuk menghindari tejadinya kesalahan
ditambahkan 3,95 mL akuades dan 0,25 mL pengambilan sampel. Hasil determinasi
reagen Folin Ciocalteu dihomogenkan, larutan menunjukan bahwa sampel yang digunakan
yang telah homogen didiamkan selama 3 menit merupakan daun afrika dengan nama ilmiah
kemudian ditambahkan 0,75 mL natrium Vernonia amygdalina Del.
karbonat dan diinkubasi selama 30 menit pada 3.2 Preparasi Sampel
suhu 37oC, kemudian diukur absorbansinya Sampel pucuk daun afrika
pada panjang gelombang 752 nm. Pengukuran dikumpulkan, diolah sesuai prosedur untuk
sampel dilakukan sebanyak 3 kali. menghilangkan benda asing maupun pengotor
2.8 Uji Antioksidan dengan metode yang masih melekat pada sampel. Pucuk daun
DPPH afrika yang telah dibersihkan selanjutnya
2.8.1 Penentuan Panjang Gelombang dikeringkan. Pengeringan bertujuan untuk
Absorbansi Maksimum mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
Sebanyak 1 ml larutan DPPH 0,3 mM enzimatis agar didapatkan simplisia yang tidak
diamati serapan pada panjang gelombang 517 mudah rusak. Kandungan air yang masih
nm dengan blanko etanol. tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari
2.8.2 Pembuatan Larutan Pembanding 10% dapat menjadi media pertumbuhan
Kuersetin kapang (Depkes RI, 2000). Simplisia kering
Larutan stok 100 ppm dibuat dengan yang telah didapat dihaluskan menjadi bentuk
cara menimbang sebanyak 0,005 g kuersetin yang lebih kecil yang bertujuan untuk
ke dalam etanol dalam labu takar 50 mL. memperkecil ukuran partikel sehingga luas
Selanjutnya dibuat variasi konsentrasi 2, 4, 6, permukaan kontak dengan pelarut semakin
besar. Kontak dengan pelarut semakin besar bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dapat meningkatkan proses penarikan senyawa dengan luar sel telah tercapai, untuk efisiensi
yang diinginkan sehingga hasil ekstraksi lebih waktu maka proses ekstraksi pucuk daun
optimal. afrika dilakukan dengan bantuan mesin
Ekstrak etanol pucuk daun afrika pengaduk magnetic stirrer. Proses pengadukan
didapat melalui ekstraksi yang dilakukan dapat meningkatkan kesetimbangan antara
berdasarkan metode maserasi. Pelarut yang konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
digunakan dalam proses ekstraksi dipilih konsentrasi dalam sel simplisia, dan kecepatan
berdasarkan tingkat kepolarannya. Senyawa- perpindahan massa dari permukaan partikel ke
senyawa yang ingin diekstrak pada penelitian dalam larutan akan semakin meningkat.
ini adalah senyawa turunan fenol yang Keadaan diam selama maserasi menyebabkan
umumnya bersifat polar sehingga dibutuhkan turunnya perpindahan bahan aktif (Voight,
pelarut yang bersifat polar pula. Salah satu 1994). Pengadukkan dapat memperluas bidang
jenis pelarut polar yang baik adalah etanol. kontak dengan meningkatnya kecepatan
Pelarut yang digunakan adalah etanol yang pengadukan dapat meningkatkan homogenitas
memiliki titik didih rendah ± 78,30C yang dari suatu campuran. Maserasi menggunakan
mudah menguap Proses pemekatan sampel bantuan mesin pengaduk dapat mempersingkat
dapat dilakukan pada suhu rendah swhingga waktu dan lebih efisien (Ashraf et al., 2016).
dapat meminimalkan kerusakan senyawa pada 3.3 Skrining Fitokimia Simplisia
sampel. (Yoshwatana & Eshtiaghi, 2015). Skrining fitokimia dilakukan pada
Ekstraksi senyawa fenolik pucuk daun simplisia pucuk daun Vernonia amygdalina
afrika dilakukan dengan menggunakan pelarut Del. dilakukan dengan 2 metode yaitu uji plat
etanol konsentrasi 96, 70, dan 30% dengan dan KLT. Uji plat digunakan sebagai uji
perbandingan sampel pelarut 1:10. Variasi pendahuluan untuk mengetahui senyawa yang
konsentrasi tersebut digunakan untuk terkandung dalam sampel. Hasil skrining
memaksimalkan proses ekstraksi. Pelarut fitokimia simplisia pucuk daun afrika disajikan
etanol mempunyai gugus yang bersifat polar pada Tabel 2.
dan non-polar. Gugus hidroksil (-OH) Tabel 2. Hasil skrining fitokimia simplisia pucuk
merupakan gugus yang sangat polar karena daun afrika
tingkat keelektronegatifan yang tinggi dari Uji Pengamatan Hasil
oksigen. Di sisi lain, etanol juga memiliki Alkaloid Wagner (Endapan coklat) +
karbon non-polar (C2H5-) sehingga dapat Mayer (endapan putih)
melarutkan senyawa non-polar. Adanya dua Dragendorf (endapan kuning
gugus tersebut pada etanol menyebabkan Flavonoid Endapan kuning +
etanol dapat digunakan untuk mengekstrak Tanin Kehitaman +
senyawa yang berbeda tingkat kepolarannya. Saponin Terbentuk buih setinggi 3 cm +
Selain itu etanol merupakan pelarut yang Steroid Biru kehijauan +
aman, mudah menguap, kapang sulit tumbuh
Fenol Biru kehitaman +
dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun,
absorbsinya baik dan etanol dapat bercampur Berdasarkan tabel hasil skrining
dengan air pada segala perbandingan (Sa’adah fitokimia diketahui simplisia pucuk daun
dan Nurhasnawati, 2015). Penggunaan air afrika positif mengandung senyawa metabolit
sebagai larutan pengekstrak yang dipadukan sekunder yang telah disebutkan, hal ini sejalan
dengan etanol menyebabkan kemampuan dengan penelitian yang dilakukan Santoso
campuran etanol air dalam mengekstrak lebih (2015). Sampel memberikan hasil positif
maksimal, dimana air merupakan senyawa dengan penambahan pereaksi mayer, wagner
polar sehingga dapat mengekstrak senyawa dan dragendorf. Endapan yang terbentuk
dengan tingkat kepolaran yang berbeda tersebut menurut Marliana dkk, (2005) adalah
(Lumempouwa dkk., 2012). kalium alkaloid.
Dalam penelitian ini akan dilihat Simplisia juga diketahui positif
pengaruh dari metode ekstraksi terhadap mengandung saponin dengan timbulnya busa
rendemen dan kandungan fenolik total yang setinggi 3 cm menunjukan adanya glikosida
dihasilkan. Proses maserasi umumnya yang mampu membentuk buih dalam air.
membutuhkan waktu yang lama ± 3 hari, Menurut Pertiwi (2014) kombinasi struktur
setelah waktu tersebut keseimbangan antara penyusun saponin yaitu gugus hidrofil dan
hidrofob dapat bertindak sebagai permukaan Analisis hasil desain faktorial terhadap
aktif dalam pembentukan busa. Uji FeCl3 respon rendemen pada gambar 1(a).
dilakukan untuk mendeteksi keberadaan gugus menunjukkan bahwa konsentrasi pelarut
fenol dan tanin pada sampel, hasil uji fenol dengan level sedang dengan waktu
yang dilakukan positif ditunjukkan oleh pengadukan level rendah dapat meningkatkan
adanya perubahan sampel menjadi berwarna nilai rendemen ditunjukkan dengan daerah
ungu. Perubahan warna ini terjadi karena berwarna kuning. Nilai rendemen ini semakin
FeCl3 bereaksi dengan gugus fenol pada meningkat seiring dengan meningkatnya
sampel ekstrak pucuk daun afrika sehingga waktu pengadukan ditunjukkan dengan warna
membentuk kompleks. Sedangkan pada merah yaitu perlakuan F8. Proses pengadukan
pengujian tanin didapatkan hasil positif akan memepercepat kesetimbangan
dengan perubahan warna sampel menjadi biru konsentrasi didalam dan diluar sel simplisia,
kehitaman. Pada pengujian senyawa hal ini dapat mempercepat perpindahan zat
steroid/triterpenoid setelah direaksikan dengan aktif. Sehingga semakin meningkatnya waktu
asam asetat anhidrat dan H2SO4 pekat pengadukan mampu menghasilkan rendemen
membentuk kompleks asetil steroid berwarna ekstrak yang lebih besar. Namun konsentrasi
biru, menunjukkan simplisia positif pelarut terrendah dan tertinggi serta waktu
mengandung steroid. pengadukan yang makin meningkat dapat
3.4 Analisis Respon Rendemen menurunkan respon rendemen ditandai oleh
Hasil rendemen dapat menunjukkan daerah biru. Hal ini dimungkinkan karena
kemungkinan jumlah senyawa kimia yang didalam ekstrak pucuk daun afrika
terkandung dalam ekstrak. Rendemen mengandung metabolit yang bersifat semi
didapatkan dari hasil pembagian ekstrak polar-polar, menurut Saifudin (2014)
dengan bobot awal simplisia dikali 100%. umumnya senyawa metabolit sekunder di alam
Data rendemen tiap ekstrak ditunjukkan dalam bersifat semi polar-polar antara lain fenolik,
Tabel 3. kumarin, alkaloid dan steroid.
Tabel 3. Hasil perhitungan rendemen rata-rata Tabel 4. Efek faktor konsentrasi, waktu pengadukan
ekstrak pucuk daun afrika dan interaksi keduanya terhadap rendemen
Perlakuan Rendemen (%) Efek faktor Respon rendemen
F1 (30% v/v, 30 menit) 16,55
F2 (70% v/v, 30 menit) 33,51 Konsentrasi -0,45
F3 (96% v/v, 30 menit) 13,84 Waktu pengadukan 2,736
F4 (30% v/v, 60 menit) 17,535 Efek interaksi 0,1375
F5 (70% v/v, 60 menit) 35,7
F6 (96% v/v, 60 menit) 16,2 Tabel 4. menunjukkan bahwa faktor
F7 (30% v/v, 75 menit) 25,495 konsentrasi pelarut secara tunggal dapat
F8 (70% v/v, 75 menit) 38,83
F9 (96% v/v, 75 menit) 16,5
menurunkan perolehan rendemen pada tiap
perlakuan dengan nilai efek sebesar -0,45
Tabel diatas menujukkan bahwa pada sedangkan waktu pengadukan dapat
konsentrasi etanol level sedang 70% perlakuan meningkatkan perolehan rendemen rata-rata
F2, F5 dan F8 menghasilkan respon rendemen perlakuan. Namun efek lamanya pengadukan
yang besar. Nilai rendemen terbesar pada secara tunggal akan menghasilkan rendemen
pengadukan maksimal 75 menit yaitu lebih besar. Sebab lamanya pengadukan akan
perlakuan F8. Sedangkan perlakuan yang meningkatkan kesetimbangan sehingga
menghasilkan rendemen paling sedikit pada rendemen yang didapatkan lebih banyak, tanpa
F3. Hal ini sesuai dengan data pada Gambar 1. pengadukan selama maserasi dapat
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Interaction
Rendemen (%)
F F
Design Points
95% CI Bands
X1 = A: Konsentrasi
F
50 B: Waktu pengadukan (menit)
menyebabkan turunnya perpindahan
X2 = B: Waktu pengadukan
B- 30
B+ 75
40 komponen. Kombinasi dari kedua faktor
mampu meningkatkan hasil rendemen dengan
Rendemen (%)
F F F
30
A: Konsentrasi (%v/v)
85 96
cubic dipilih karena memberikan nilai lack of selanjutnya digunakan untuk penetapan kadar
fit sebesar 0,9859 >0,05 (not significant) yang total fenolik dalam sampel. Larutan asam galat
berarti kecendrungan suatu data mengikuti (baku pembanding) dibuat dengan berbagai
error tidak significant. Nilai p-value yang konsentrasi antara lain 50, 100, 150, 200, 250
didapatkan 0,0001 (significant) yang dan 300 ppm.
mengartikan bahwa perbedaan perlakuan Kadar total fenolik larutan baku asam
setiap sampel berpengaruh pada nilai galat dinyatakan berdasarkan regresi linier
rendemen. antara absorbansi dan konsentrasi asam galat
3.5 Analisis Kandungan Total Fenolik dalam persamaan y = 0,0025x + 0,157 dengan
Pengujian aktivitas total fenolik nilai koefisien korelasinya (r = 0,9902) yang
merupakan dasar dilakukan pengujian aktivitas ditunjukkan pada grafik. Nilai r-hitung ini
antioksidan, karena diketahui bahwa senyawa memenuhi persyaratan sehingga persamaan
fenolik berperan dalam mencegah terjadinya regresi linier di atas dapat digunakan untuk
peristiwa oksidasi. Pengukuran total menghitung kandungan fenolik total dalam 9
antioksidan sampel pucuk daun afrika diawali perlakuan ekstrak. Hasil pengukuran
dengan mengukur kadar total fenolik absorbansi pada seri kurva baku menunjukkan
menggunakan reagen Folin-Ciocalteau dengan bahwa dengan adanya kenaikan konsentrasi,
prinsip reaksi antara senyawa fenol dengan nilai absorbansi yang dihasilkan pun
reagen Folin-Ciocalteu. meningkat.
Kandungan total fenolik atau yang Kadar fenolik total dalam ekstrak
biasa disebut Total Phenolic Compound (TPC) pucuk daun afrika dihitung berdasarkan
ditentukan melalui persamaan regresi linier persamaan regresi linier yang diperoleh.
antara absorbansi terhadap konsentrasi asam Berdasarkan perhitungan TPC yang telah
galat. Asam galat digunakan sebagai standar dilakukan pada Lampiran 7, kandungan
pengukuran karena asam galat tergolong fenol fenolik total pada ekstrak pucuk daun afrika
sederhana yang terdiri dari cincin benzen dan ditunjukkan dalam Tabel 5.
gugus hidroksil, tersedia dalam kemurnian Tabel 5. Hasil perhitungan Total Phenolic Compound
yang tinggi, stabil, dan harganya yang relatif (TPC) rata-rata 9 perlakuan
lebih murah (Wachidah, 2013). Perlakuan TPC (mg GAE/g)
Senyawa fenolik dapat bereaksi F1 (30%, 30 menit) 109,8
F2 (70%, 30 menit) 172,8
dengan reagen Folin Ciocalteu dalam suasana F3 (96%, 35 menit) 213,8
basa yaitu Na2CO3 berguna untuk mengubah F4 (30%, 60 menit) 161,8
senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Ion F5 (70%, 60 menit) 185,4
fenolat akan berekasi dengan regen Folin F6 (96%, 60 menit) 238,4
Ciocalteu yang mengandung asam F7 (30%, 75 menit) 157,6
F8 (70%, 75 menit) 167,9
fosfomolibdat dan asam heteropolifosfotungsat F9 (96%, 75 menit) 187,6
untuk membentuk kompleks molibdenum-
tungsen berwarna biru. Reaksi pembentukan
Tabel diatas menujukkan bahwa pada
kompleks molibdenum dapat dilihat pada
konsentrasi etanol 90% dengan level
Gambar 8.
OH O pengadukan sedang 60 menit F6 menghasilkan
respon TPC yang besar. Sedangkan pada
H3PO4(MoO3)12 + + H2O
+ H3(PMo12O40) perlakuan F1, F4 dan F7 konsentrasi 30% TPC
Kompleks yang dihasilkan relatif rendah. Hal ini sesuai
molybdenum- blue
Pereaksi Folin-Ciocalteu Senyawa Fenol
O
dengan data pada Gambar 10.
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Interaction
Total Fenolik (mg GAE/g)
Kuinon Design Points
95% CI Bands
300 B: Waktu pengadukan (menit)
X1 = A: Konsentrasi
B- 30
200
(a) (b)
Panjang gelombang maksimum yang Gambar 3. Contour plot (a); grafik interaksi
didapatkan masuk ke dalam rentang, yakni konsentrasi dan waktu pengadukan terhadap
antara 750-765 nm. Panjang gelombang ini perolehan TPC (b)
dihasilkan tertinggi dibanding perlakuan Tabel 7. Perbandingan hasil prediksi dan penelitian
lainnya. Perlakuan ini dipilih karena Respon Prediksi Penelitian % error
memenuhi syarat, dilihat dari nilai desirability
sebesar 0,722. Nilai desirability merupakan Rendemen 34,4509 34,21 0,6992
nilai yang menyatakan seberapa dekat nilai TPC 199,185 201,45 1,1371
respon ekstrak yang diprediksi dengan nilai
respon yang diinginkan, dinyatakan dalam
3.7.2 Uji Antioksidan
rentang 0–1. Semakin besar nilai desirability,
Pengukuran panjang gelombang
maka semakin dekat nilai respon ekstrak yang
DPPH dilakukan melalui konsentrasi larutan
diprediksi dengam nilai respon yang DPPH 0,3 mM. Pengulangan sebanyak tiga
diinginkan. Semakin kecil nilai desirability, kali diharapkan dapat menginterpretasikan
maka semakin jauh nilai respon yang
panjang gelombang serapan maksimum dari
diprediksi dengan nilai respon yang diinginkan konsentrasi berbeda. Scanning panjang
(Stat-ease, 2016).
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Overlay Plot
gelombang serapan maksimum DPPH diukur
Overlay Plot 75 2 2 2
Total Fenolik
Rendemen
pada panjang gelombang visibel 400-800 nm.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
Design Points
66
B: Waktu pengadukan (menit)
57
2 2 X1 71,8951
X2 55,4619
2
panjang gelombang maksimum rata-rata
masuk dalam rentang teoritis yaitu sebesar 517
48
menunjukkan bahwa pada menit ke-45 sampel berturut-turut sebesar 6,472 dan
senyawa DPPH sudah bereaksi dengan sampel 440,053 ppm. Perhitungan nilai IC50. Nilai
secara sempurna. Sehingga uji antioksidan IC50 suatu senyawa antioksidan berbanding
selanjutnya dilakukan pada menit ke-45. terbalik dengan aktivitas antioksidannya. Nilai
Secara praktis dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan semakin kecil
larutan baku akan memberi hasil yang baik menunjukkan nilai IC50 yang semakin besar.
bila diukur antara menit ke-45 hingga ke-60. Hasil nilai IC50 kuersetin lebih kecil dibanding
OH
dengan IC50 ekstrak pucuk daun afrika karena
3'
OH merupakan senyawa yang murni, sedangkan
2'
4' ekstrak tersebut masih dalam bentuk campuran
HO
8
O 2 5'
dari beberapa senyawa. Aktivitas antioksidan
1
7 6' dari senyawa bahan alam dipengaruhi oleh
6
3 gugus hidroksil yang terkandung dalam
5 4 OH senyawa tersebut, kuersetin memilik 5 gugus –
OH O OH bebas, semakin banyak gugus hidroksil
Gambar 6. Struktur kuersetin bebas yang dapat menyumbangkan hidrogen,
Ekstrak pucuk daun afrika diukur maka semakin banyak pula reduksi yang dapat
absorbansinya pada panjang gelombang 517 dilakukan senyawa terhadap DPPH
nm dengan kuersetin sebagai kontrol positif (Molyneux, 2004).
yang telah terbukti mempunyai aktivitas Aktivitas antioksidan ekstrak etanol
penangkapan radikal bebas karena kuersetin pucuk daun afrika memberikan IC50 sebesar
memiliki gugus OH pada posisi 3’, 4’, 3, 5, 440,053 artinya bahwa pada
dan 7 (Gambar 6). Penggunaan kontrol positif konsentrasi 440,053 ekstrak pucuk
pada pengujian aktivitas antioksidan ini adalah daun afrika dapat menghambat 50% aktivitas
untuk mengetahui seberapa kuat potensi radikal bebas DPPH. Aktivitas antioksidan ini
antioksidan yang ada pada ekstrak etanol tidak sama dengan penelitian Dillasamola dan
pucuk daun afrika jika dibandingkan dengan Linda (2016) yang mendapatkan hasil bahwa
kuersetin. Data absorbansi yang didapatkan ekstrak etanol bagian daun mature (tua) afrika
kemudian dihitung persen inhibisinya. Persen memiliki IC50 sebesar 3489,1758 .
inhibisi didapatkan dari perbedaan serapan Berdasarkan data tersebut ekstrak etanol pucuk
antara absorbansi blanko dengan absorbansi daun afrika lebih berpotensi sebagai
sampel. Melalui hubungan persen inhibisi antioksidan dibandingkan dengan bagian daun
dengan konsentrasi dihasilkan persamaan tua. Semakin tinggi aktivitas antioksidan
regresi linear y=ax+b. Hasil % inhibisi dan menunjukkan semakin besar kandungan
IC50 kuersetin dan sampel dapat dilihat pada senyawa fenolik pada sampel. Senyawa
Tabel 8. fenolik pada tanaman terakumulasi pada
Tabel 8. Persen penangkapan radikal DPPH oleh
tingkat maturasi tertentu. Daun pada masa
kuersetin dan ekstrak pucuk daun afrika pada
berbagai konsentrasi pertumbuhan membutuhkan nutrisi yang
Sampel Konsentrasi % Inhibisi IC50 cukup sehingga unsur hara yang berasal dari
tanah akan cenderung diakumulasikan ke
2 12,44503 6,472 bagian pucuk dibanding daun tua, sehingga
4 29,19085 pucuk mengandung lebih banyak senyawa
Kuersetin 6 46,56992
8 67,13280
fenolik yang berpotensi sebagai antioksidan.
10 75,33421 Selain itu, perbedaan hasil dapat disebabkan
100 9,3289 440,053 oleh variasi metode ekstraksi termodifikasi
Ekstrak 200 19,6399 (konsentrasi pelarut dan waktu pengadukan)
pucuk daun dan cara penyimpanan sampel sebab senyawa
afrika 300 32,4058
400 45,1718 fenolik yang berpotensi sebagai antioksidan
500 57,7741 mudah rusak oleh paparan oksigen dan cahaya.
Persamaan regresi linier kuersetin dan Suatu senyawa digolongkan sebagai
ekstrak etanol pucuk daun afrika secara antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50
berturut-turut adalah y=8,186x-2,9815 dengan kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50
r2=0,987 dan y=0,1224x-3,8625 dengan antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC50
r2=0,998, sehingga IC50 dari masing-masing berkisar 100-150 ppm dan lemah apabila nilai
IC50 berkisar 150-200 ppm. Jika nilai IC50
yang diperoleh berkisar 200-1000 ppm maka menggunakan metode maserasi dengan
zat tersebut kurang aktif namun masih parameter kadar total senyawa fenolik dan
berpotensi sebagai zat antioksidan (Molyneux, flavonoid’, Skripsi, S.Farm, Fakultas Farmasi,
2004). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak Universitas Muhammadiyah Surakarta,
pucuk daun afrika dapat digolongkan sebagai Indonesia.
antioksidan sangat lemah namun masih Ashraf, A., Bhatti, I.A., Sultana, B. & Jamil, A.
berpotensi sebagai antioksidan. 2016, Study of Variations in the Extraction
4. Kesimpulan Dan Saran Yield, Phenolic Contents and Antioxidant
4.1 Kesimpulan Activities of the Bark of F. religiosa as a
Berdasarkan rumusan masalah dan Function of Extraction Procedure, Journal of
penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik Basic & Applied Sciences, 12 8-13.
kesimpulan sebagai berikut: Atangwho, I.J., Ebong, P.E., Egbung, G.E. & Obi,
1. Faktor konsentrasi pelarut memberikan A.U. 2010, Extract of vernonia amygdalina
efek menurunkan respon rendemen dan Del. (african bitter leaf) can reverse pancreatic
meningkatkan kandungan total fenolik cellular lesion after alloxan damage in the rat,
ekstrak pucuk dan afrika, Sedangkan waktu Australian Journal of Basic & Applied
pengadukan mampu meningkatkan kedua Sciences, 4(5):711-716.
respon. Interaksi kedua faktor Bolton, S. & Bon, C. 2004, Pharmaceutical
meningkatkan rendemen namun statistic practical and clinical applications,
menurunkan kandungan total fenolik Edition 4th, Marcel Dekker, Inc, New York,
ekstrak. USA.
2. Konsentrasi pelarut serta waktu Chirinos, R., Rogez, H., Campos, D., Pedreschi,
pengadukan yang dibutuhkan untuk R. & Larondelle, Y. 2007, Optimization of
menghasilkan perlakuan optimal berturut- extraction conditions of antioxidant phenolic
turut adalah konsentrasi etanol 71,895 % compounds from mashua (Tropaeolum
dan pengadukan 55,46 menit menggunakan tuberosum Ruíz and Pavón) tubers. Separation
magnetic stirrer. and Purification Technology, 55(2): 217-225.
3. Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol Depkes RI. 2000, Parameter Standar Umum
pucuk daun afrika (Vernonia amygdalina Ekstrak Tumbuhan Obat, Derektorat Jendral
Del.) secara in vitro menggunakan metode Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta,
peredaman radikal bebas DPPH dengan Indonesia.
konsentrasi etanol 71,9% dan waktu Dillasamola, D. & Linda, M. 2016, Uji Aktivitas
pengadukan 55,46 menit diperoleh nilai Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Afrika
IC50 sebesar 440,053 μg/ml. Hal ini Selatan (Vernonia amygdalina Del.) dengan
menunjukan bahwa ekstrak etanol pucuk Menggunakan Metode DPPH (1,1- diphenil-2-
daun afrika memiliki tingkat kekuatan picryhidrazyl), Jurnal Akademi Farmasi
antioksidan sangat lemah. Prayoga, 1(1), 29-35.
4.2 Saran Lestari, W.A. 2016, ‘Preparasi dan karakterisasi
Berdasarkan hasil penelitian yang phytosome pembawa ekstrak etanol daun
diperoleh disarankan: vernonia amygdalina del. menggunakan
1. Perlu dilakukan penelitian terhadap propilen glikol dan gliserol sebagai penetration
stabilisasi ekstrak guna menjamin senyawa enhancer’, Skripsi, S.Farm, Fakultas
terhindar paparan cahaya, oksigen, maupun Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
hal yang dapat menurunkan fungsi ataupun Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia.
merusak kandungan ekstrak. Lumempouwa, L.I., Suryantoa, E. & Paendonga,
2. Perlu dilakukan pengujian aktivitas J. 2012, Aktivitas Anti UV-B Ekstrak Fenolik
antioksidan secara in vivo terhadap ekstrak dari Tongkol Jagung (Zea mays L.), Jurnal
perlakuan optimal. Mipa Unsrat Online, 1(1): p, 1-4.
3. Perlu dilakukan pengujian farmakologi lain Marliana, S.D., Suryanti, V. & Suyono. 2005,
selain uji antioksidan, seperti uji Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi
hepatoprotektor ataupun uji antikanker. Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu
Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam
DAFTAR PUSTAKA Ekstrak Etanol, Biofarmasi Jurusan Kimia
Arista, I. 2008, ‘Optimasi pembuatan ekstrak FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS),
daun dewandaru (eugenia uniflora L.) Surakarta, 3 (1): 26-31.
Moin, P. 2010, Fundamentals of Engineering Per Oral Menurunkan Kadar Glukosa Darah
Numerical Analysis, Cambridge university Post Prandial Dan Meningkatkan Kadar
press, New York, USA. insulin puasa Pada Tikus Putih Jantan (Rattus
Molyneux, P. 2004, The use of the stable free Norvegicus) Yang DM Tipe 2’, tesis,
radical diphenylpicryl-hydrazyl (dpph) for Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia.
estimating antioxidant activity, Stat-ease. 2016, Handbook for experimenters,
Songklanakarin Journal Science Technology, Stat-ease, Inc, Minneapolis, USA.
26(2), 211-21. Wachidah, L.N. 2003, ‘Uji Aktivitas Antioksidan
Murtijaya, J. & Lim Y.Y. 2007, Antioxidant Sebagai Penentuan Kandungan Fenolat dan
properties of phylanthus amarus extracts as Flavonoid Total Dari Buah Parijo (Medinilla
affected by different drying methods, LWT- spesiosa Blume.)’, Skripsi, S.Farm, Fakultas
Food Science Technology, 40: 1664-1669. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Naczk, M. and Shahidi, F. 2004. Extraction and Hidayatullah, Jakarta, Indonesia.
analysis of phenolics in food. Journal of Yoshwatana, N. & Eshtiaghi, M. N. 2015,
Chormatography, (1-2): 95-111. Optimization of Subcritical Ethanol Extraction
Oliveira, M.S., Morais, D.V. & Magalhaes. 2011, for Xanthone from Mangosteen Pericarp,
Antioxidant, larvicidal and International Journal of Chemical
antiacetylcholinesterase activities of cashew Engineering and Applications, (2).
nut shell liquid constituents, Acta Trop, 117 Yulia, O. 2007. Pengujian Kapasitas Antioksidan
(3), 165-170. Ekstrak Polar, Nonpolar, Fraksi Protein Dan
Perron, N.R. & Julia, L.B. 2009, A review of the Nonprotein Kacang Komak (Lablab purpureus
antioxidant mechanisms of polyphenol (L.) sweet), Depertemen Ilmu Dan Teknologi
compounds related to iron binding, Cell Pangan, Institut Pertanian. Bogor, Jawa Barat,
Biochem Biophys, 53:75-100. Indonesia.
Pertiwi, M., Soetjipto, H. & Hartini, S. 2014. Zhu, Q.Y., Hackman, R.M., Ensunsa, J.L., Holt,
Optimalisasi Konsentrasi Ekstrak Saponin R.R. and Keen, C.L. 2002, Antioxidative
Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala activities of oolong tea, Journal Agricultur
(Lam.) De Wit.) Sebagai Agensia Pembusa Food Chemistry, 50: 6929-6934.
Alami Sampo. Seminar Nasional Kimia dan
Pendidikan Kimia VI. Program Studi
Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS,
Surakarta, Indonesia.
Prior, R.L., Wu, X. & Schaich, K. 2005,
Standardized methods for the determination of
antioxidant capacity and phenolics in foods
and dietary supplements. Journal Agriculture
Food Chemistry, 53:4290-4302.
Ramadhan, A.E. & Phasa, H.A. 2010,’ Pengaruh
konsentrasi etanol, suhu dan jumlah stage pada
ekstraksi oleoresin jahe (zingiber officinale
Rosc) secara batch’, Skripsi, S.T, Jurusan
Teknik Kimia, Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia.
Sa’adah, H. & Nurhasnawati, H. 2015, Perbandingan
Pelarut Etanol Dan Air Pada Pembuatan
Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine
americana Merr.) Menggunakan Metode
Maserasi, Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2) 149-
153.
Saifudin, A. 2014, Senyawa Alam Metabolit
Sekunder Teori, Konsep dan Teknik
Pemurnian, Deepublish, Sleman, Yogyakarta,
Indonesia.
Santoso, I.A. 2015, ’Pemberian Ekstrak Etanol
Daun Afrika Selatan (Vernonia amgydalina)