Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
34
35
sebanyak 38 orang dan buruk 6 orang. Fungsi psikologi dalam kategori baik
sebanyak 41 orang, dan buruk 3 orang. Fungsi fisik sebanyak 12 orang dalam
kategori baik, 32 yang buruk. Bahasan Spesifik hipertensi sebanyak 42 orang
baik dan 2 orang yang buruk.
Responden karakteristik berdasarkan pendidikan SD dengan fungsi
sosial dalam kategori baik sebanyak 41 orang dan buruk 7 orang. Fungsi
psikologi dalam kategori baik sebanyak 41 orang, dan buruk 7 orang. Fungsi
fisik sebanyak 20 orang dalam kategori baik, 28 yang buruk. Bahasan Spesifik
hipertensi sebanyak 47 orang baik, 1 orang buruk. Responden karakteristik
berdasarkan pendidikan SMP dengan fungsi sosial dalam kategori baik
sebanyak 29 orang dan buruk 3 orang. Fungsi psikologi dalam kategori baik
sebanyak 27 orang, dan buruk 5 orang. Fungsi fisik sebanyak 4 orang dalam
kategori baik, 28 yang buruk. Bahasan Spesifik hipertensi sebanyak 28 orang
baik dan 4 orang yang buruk. Responden karakteristik berdasarkan pendidikan
SMA dengan fungsi sosial dalam kategori baik sebanyak 13 orang dan buruk 3
orang. Fungsi psikologi dalam kategori baik sebanyak 14 orang, dan buruk 2
orang. Fungsi fisik sebanyak 8 orang dalam kategori baik, 8 yang buruk.
Bahasan Spesifik hipertensi sebanyak 16 orang baik.
Responden karakteristik berdasarkan pekerjaan pensiun dengan fungsi
sosial dalam kategori baik sebanyak 6 orang dan buruk 2 orang. Fungsi
psikologi dalam kategori baik sebanyak 7 orang, dan buruk 1 orang. Fungsi
fisik sebanyak 4 orang dalam kategori baik, 4 yang buruk. Bahasan Spesifik
hipertensi sebanyak 8 orang baik. Responden karakteristik berdasarkan
pekerjaan lainnya dengan fungsi sosial dalam kategori baik sebanyak 17 orang
dan buruk 3 orang. Fungsi psikologi dalam kategori baik sebanyak 16 orang,
dan buruk 4 orang. Fungsi fisik sebanyak 12 orang dalam kategori baik, 8 yang
buruk. Bahasan Spesifik hipertensi sebanyak 19 orang baik dan 1orang yang
buruk.
40
Tabel 5.11 Karakteritik Umum Kualitas Hidup Lansia di Puskesmas Kedai Durian
Medan
Karakteristik Fungsi Sosial Fungsi Psikologi Fungsi Fisik Bahasan Spesifik
Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk
Umur
60-70 50 3 42 11 19 30 50 3
71-80 41 2 40 3 13 34 41 2
Jenis Kelamin
Perempuan 62 3 60 12 20 52 67 5
Laki-laki 21 10 2 22 12 12 24 0
Status
Menikah 45 7 41 11 20 32 49 3
Janda/Duda 38 6 41 3 12 32 42 2
Pendidikan
SD 41 7 41 7 20 28 47 1
SMP 29 3 27 5 4 28 28 4
SMA 13 3 14 2 8 8 16 0
Pekerjaan
Pensiun 6 2 7 1 4 4 8 0
Lainnya 17 3 16 4 12 8 19 1
Tidak Bekerja 53 7 52 8 12 48 56 4
Buruh 7 1 7 1 4 4 8 0
Lama Hipertensi
≥6 tahun 66 10 65 11 33 42 72 1
≤ 6 tahun 17 3 17 3 0 20 19 0
Keteraturan minum
obat
Teratur 28 9 27 5 8 24 30 2
Tidak Teratur 55 4 55 9 24 40 61 3
42
5.2 Pembahasan
Kualitas hidup lansia adalah persepsi subjektif lansia dengan hipertensi yang
mempengaruhi status kesehatan meliputi fungsi fisik, kesejahteraan psikologis dan
hubungan sosial serta kemampuan fisik yang baik, merasa cukup secara pribadi dan
masih merasa berguna, dan partisipasi dalam kehidupan sosial (Bowling, 2005; Wan
et al., 2011). Kualitas hidup lansia dengan hipertensi meliputi dimensi fungsi fisik,
dimensi kesejahteraan psikologis, dimensi hubungan sosial, serta dimensi bahasan
spesifik hipertensi. Kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai
keberhasilan dari intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan mapun
pengobatan (Fernandêz & Santacreu, 2012).
5.2.1 Kualitas Hidup Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
Kualitas hidup lansia di wilayah rural yang rendah dapat disebabkan oleh
karakteristik responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden adalah perempuan (75%). Hal ini sejalan dengan penelitian ari tahun 2017
yang menyatakan bahwa n hampir seluruh responden (82,4%) berjenis kelamin
perempuan. Menurut Moons et al., (2004) gender adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup. Bain et al., (2003) juga menemukan bahwa kualitas
hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan. Hal ini
disebabkan laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam peran serta akses dan
kendali terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan/ hal-hal yang penting bagi
laki-laki dan perempuan juga akan berbeda.
5.2.2 Kualitas Hidup Lansia Berdasarkan Pendidikan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar reponden
berpendidikan SD (50%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sari tahun 2017 yang
menyatakan bahwa sebagian besar (64,7%) berpendidikan SD. Kualitas hidup akan
meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh
individu, serta penelitian Noghani, Asghapur, dan Safa (2007) yang menemukan
adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif, meskipun
tidak signifikan. Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya
43
tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Tingginya resiko kualitas hidup
yang lebih rendah pada individu dengan pendidikan rendah disebabkan kurangnya
pengetahuan kesehatan serta kemampuan menerima informasi kesehatan
(penyuluhan) yang sulit ataupun lambat. Sejalan dengan penelitian Kivimaki (2004,
dalam Yuliarti 2007) yang menyebutkan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
gaya hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum alkohol, dan lebih sering
berolahraga yang merupakan upaya pencegahan terjadinya komplikasi sehingga
kualitas hidup individu yang lebih tinggi akan terjaga dengan optimal.
5.2.3 Kualitas Hidup Lansia Berdasarkan Pekerjaan
Hasil penelitian ini meenunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
bekerja (62%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sari tahun 2017 sebagian besar
(52,9%) tidak bekerja. Perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang bekerja,
penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang
tidak mampu bekerja (atau memiliki disabiliti tertentu). Hal ini disebabkan pekerjaan
secara signifikan sebagai prediktor efikasi diri secara umum, atau dengan kata lain
seseorang yang bekerja memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi untuk mengatasi
masalahnya, sehingga kualitas hidup yang optimal dapat dicapai.
5.2.4 Kualitas Hidup Lansia Berdasarkan Lama Menderita Hipertensi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menderita
hipertensi > 6 tahun (79%). Lama menderita hipertensi dapat menyebabkan
komplikasi yang lebih berat apabila tidak segera ditangani. Dibutuhkan adaptasi gaya
hidup antara sebelum dan sesudah terdiagnosa hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Rudianto (2015) yang menyatakan bahwa semakin lama menderita
hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang lebih berat apabila tidak segera
ditangani sehingga berpotensi menyebabkan kualitas hidup penderitanya menurun.
Johnson, Sheldon, dan Carey (2010) mengatakan lama sakit tidak menjamin
peningkatan kepatuhan pasien dalam proses pengelolaan diri.
Dengan demikian hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Johnson,
Sheldon, dan Carey (2010), sebab responden yang lebih lama mengidap hipertensi
44
justru memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Hal ini disebabkan responden
belum mampu melakukan adaptasi gaya hidup antara sebelum dan sesudah
terdiagnosa hipertensi. Salah satu upaya untuk mengontrol hipertensi dan mencegah
terjadinya komplikasi hipertensi adalah menjalankan self management behaviour
(SMB) serta modifikasi gaya hidup.
5.2.5 Kualitas Hidup Lansia Berdasarkan Keteraturan Minum Obat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak rutin
menjalani pengobatan hipertensi (64%). Pada pasien dengan hipertensi namun
menjalani pengobatan yang rutin dilaporkan memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu dengan tekanan darah tidak terkontrol dan tidak dalam
pengaruh obat-obatan. Hal ini disebabkan terapi farmakologis dan non farmakologis,
kepatuhan orang dengan hipertensi dalam menjalani pengobatan dan minum obat
dapat meningkatkan kualitas hidup. Hipertensi sering dikaitkan dengan kualitas hidup
yang rendah serta menjadi faktor resiko utama terjadinya penyakit kardiovaskular
lain.
5.2.6 Kualitas Hidup Dimensi Fungsi Fisik Lansia dengan Hipertensi di
Puskesmas Kedai Durian
Hasil penelitian berdasarkan kualitas hidup dimensi fungsi fisik lansia dengan
hipertensi di Puskesmas Kedai Durian menunjukkan dalam kategori buruk (67%).
Soni (2010) mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi dengan
kualitas hidup yang rendah, terutama pada dimensi fisik dan psikologis. Menurut
Theodorou et al., (2011) dan Dewi & Sudhana, (2013), secara fisik hipertensi yang
tidak terkontrol dan menyebabkan terjadi komplikasi yang dapat berujung pada
terjadinya morbiditas dan mortalitas diduga menjadi salah satu mekanisme dari
buruknya dimensi kesehatan fisik pada lansia dengan hipertensi. Individu dengan
hipertensi merasa tidak nyaman serta aktifitas mereka terganggu. Selain itu penderita
juga mengalami gejala-gejala seperti sakit kepala, depresi, cemas, dan mudah lelah
sehingga dimensi fisik kualitas hidup menjadi terganggu.
45
Pada penelitian ini masih ditemukan kualitas hidup lansia yang belum
optimal. Kondisi ini muncul akibat beragam faktor, baik dari individu lansia,
keluarga, maupun lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk menjamin
kesejahteraan lansia melalui program untuk meningkatkan kualitas hidup. Kualitas
hidup lansia dapat ditingkatkan melalui beberapa program seperti posyandu lansia,
puskesmas keliling, senam lansia, penyuluhan dan perlu diberikannya jaminan
kesehatan kepada lansia. Dengan terpenuhinya segala aspek tersebut maka kualitas
hidup lansia yang baik dapat diwujudkan.
47
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sesuai dengan tujuan penelitian maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Responden sebagian besar berusia 60-70 tahun 53 orang (55%). Responden
sebagian besar perempuan 52 orang (75%). Responden sebagian besar
berstatus menikah orang 52 orang (54%). Responden sebagian besar
berpendidikan SD 48 orang (50%). Responden sebagian besar tidak bekerja
60 orang (62%). Responden sebagian besar paling lama menderita hipertensi
> 6 tahunn 76 orang (79%). Responden sebagian besar tidak teratur meminum
obat hipertensi 64 orang (64%).
2. Kualitas hidup dimensi fungsi fisik lansia dengan hipertensi di Puskesmas
Kedai Durian menunjukkan dalam kategori buruk (67%). Kualitas hidup
kesejahteraan psikologis lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kedai Durian
menunjukkan dalam kategori baik (85%). Kualitas hidup dimensi hubungan
sosial lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kedai Durian menunjukkan
dalam kategori baik (86%). Kualitas hidup dimensi bahasan spesifik lansia
dengan hipertensi di Puskesmas Kedai Durian menunjukkan dalam kategori
baik (95%).
6.2 Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
acuan sebagai data dalam pengembangan penelitian.
2. Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dengan hipertensi terutama pada
dimensi fungsi fisik, seperti senam lansia di setiap RW selama satu minggu
sekali, jalan santai satu bulan sekali, mengkampanyekan cara pengelolaan
hipertensi yang tepat, dan melakukan kunjungan rumah bagi lansia yang tidak
aktif melakukan pemeriksaan kesehatan.