Está en la página 1de 4

Resume : JUDGEMENT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan


Pertimbangan dan pengambilan keputusan (judgment and decision making) merupakan inti
dari akuntansi keperilakuan dan menjadi isu penting bagi praktisi dan peneliti akuntansi
(Kahneman, 1991; Bonner, 2008; Suartana, 2010). Setiap orang akan selalu dihadapkan
pada pengambilan keputusan, baik keputusan bersifat krusial atau keputusan ringan, atau
jenis keputusan yang bersifat normatif atau deskriptif. Keputusan normatif merupakan
keputusan yang diambil berdasarkan norma/aturan yang berlaku, sedangkan keputusan
deskriptif diambil berdasarkan fakta-fakta empiris yang ada. Kedua model pengambilan
keputusan ini tidak lepas dari pertimbangan yang dipakai, apakah berdasarkan asumsi
yang rasional atau menggunakan petunjuk praktis (heuristic).
Pertimbangan auditor berkaitan dengan aspek pengetahuan dalam proses pengambilan
keputusan. Pertimbangan auditor juga dipengaruhi oleh persepsi terhadap situasi yang
ada. Berbagai jenis pertimbangan yang harus diperhatikan terkait dengan masalah memilih
mana yang lebih baik, menilai mana yang lebih tepat/sesuai, mengevaluasi biaya dan
manfaat/dampak, serta menetapkan dan memutuskan sesuatu hal penting dari setiap
situasi. Setiap masalah memiliki sejumlah alternatif dan peluang penyelesaiannya. Oleh
karena itu, proses pengambilan keputusan secara rasional harus memperhatikan enam
langkah (Bazerman, 1994; Suartana, 2010), yaitu: (1) menentukan dan mendiagnosis
permasalahan; (2) mengidentifikasi kriterianya; (3) mengukur kinerja; (4) menciptakan
alternatif; (5) mengukur nilai alternatif dari setiap kriteria, dan (6) menghitung keputusan
yang terbaik atau optimal. Pertimbangan secara praktis dalam pengambilan keputusan
kadang kala dilakukan karena keterbatasan informasi yang terkait dengan permasalahan atau
kondisi/situasi yang tidak pasti.
Pertimbangan auditor juga dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman. Tingkat
pendidikan yang tinggi dan pengalaman yang cukup, pertimbangan auditor menjadi lebih
baik dalam pengambilan keputusan. Kualitas pertimbangan ditentukan oleh data dan
daya/upaya (Kennedy,1993). Data internal mengacu pada pengetahuan auditor dan data
eksternal mengacu pada informasi atau sinyal dari lingkungan yang diterima oleh auditor.
Peningkatan kualitas data internal dilakukan dengan melatih penyegaran ingatan dan
pelatihan teknis, sedangkan kualitas data eksternal dilakukan dengan pencarian, elaborasi,
klasifikasi dan mengeleminasi data yang tidak relevan.
B. Bounded Rationality
Model yang dibangun atas tesis Bounded rationality berusaha menggambarkan mengenai
proses pengambilan keputusan sebenarnya yang dijalani manajer. Pengembangan dari
sejumlah model dalam pandangan ini berangkat dari pertanyaan : Apakah seorang manajer
mengambil langkah – langkah mengikuti pola model rasional atau mereka memilih penentuan
proses pengambilan keputusan mengikuti model rasionalitas yang dibatasi (irasional)?
Kebanyakan manajer cenderung untuk memilih penggunaan model kedua. Dimana istilah
bounded rationality dengan irrationality. Istilah tersebut mewakili ide tentang keterbatasan
kemampuan manusia; bahwa pengambilan keputusan dibatasi (bounded) kemampuan
rasionalitasnya oleh sejumlah keterbatasan atau hambatan kala melakukan proses
pengambilan keputusan dan menentukan pilihan. Perubahan lingkungan yang pesat dan
semakin rumit, serta keterbatasan mereka dalam mencari, mendapatkan dan memilah dan
mengolah informasi yang berkualitas merupakan factor penyebab manajer terikat pada
pandangan bounded rasionality. Selain itu, factor penyebab keterbatasan rasionalitas manusia
adalah jumlah dan ketepatan waktu yang tepat dari informasi yang didapat, kehadiran situasi
yang kritis dan batasan waktu penyelesaian masalah.Seluruh factor tersebut menyebabkan
pengambilan keputusan tidak dapat berlaku secara rasional, namun mereka cenderung berlaku
irasonal. Irasional dalam hal ini menandakan kehadiran sejumlah hambatan proses pengolahan
informasi dalam pengambilan keputusan. Dalam usaha untuk menggambarkan realitas secara
lebih akurat maka sejumlah model telah dibangun:
1. Model bounded rationality dalam pengambilan keputusan oleh H. A Simon.
2. Carniege Model (G. R Jones 2001), pada model kedua ini ditambahkan satu variabel
yaitu koalisi organisasi (organization coalitions) variabel ini menggambarkan
organisasi sebagai koalisi dari sejumlah keinginan yang berbeda. Konsep ini
menunjukkan bahwa pemilihan satu alternative akan mendapat persetujuan dari
koalisi yang paling dominan yang memiliki kekuasaan untuk melakukan pilihan guna
mewujudkan solusi.
Carniege model menggambarkan pengambilan keputusan yang berlangsung di
lingkungan yang tidak pasti, dimana informasi sulit didapat, tidak utuh, dan sering kali
memiliki sifat ganda. Model ini juga menggambarkan proses pengambilan keputusan
secara real-life, dimana manajer dihadapkan pada keterbatasan proses pengolahan
informasi oleh karena factor rasionalitas yang dibatasi.

C. Model Deskriptif Dalam Pengambilan Keputusan


Teori utilitas harapan juga mengasumsikan bahwa para pengambil keputusan memahami
informasi dan mereka mampu secara implisit maupun eksplisit menghitung keuntungan dan
kerugian dari masing-masing alternatif. Akhirnya, teori mendalilkan bahwa pengambil
keputusan membandingkan perhitungan ini dan memilih tindakan yang dapat memaksimalkan
utilitas yang diharapkan. Salah satu alternatif awal untuk teori utilitas yang diharapkan
diusulkan oleh peraih Nobel Herbert Simon (1956). Simon mengusulkan bahwa seseorang
merasa puas daripada optimistis ketika membuat keputsan. Untuk merasa puas mereka harus
memilih jalan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan utilitas biasanya didefinisikan
hanya dalam hal kekayaan bersih, nilai didefinisikan dalam hal keuntungan dan kerugian.
Selain itu, fungsi nilai kerugian berbeda dari fungsi nilai keuntungan. Karena fungsi nilai
kerugian lebih curam dari fungsi nilai keuntungan.
Teori prospek memprediksi bahwa preferensi akan tergantung pada bagaimana masalah
disusun. Jika suatu nilai referensi didefinisikan sebagai suatu pengeluaran yang terlihat
sebagai sebuah keuntungan, maka hasil nilai fungsi akan cekung dan pembuat keputusan akan
menolak mengambil resiko. Di sisi lain , jika nilai referensi didefinisikan sebagai pengeluaran
yang dipandang sebagai kerugian, maka fungsi nilai akan cembung dan pembuat keputusan
akan mengambil keputusan untuk mencari risiko. Ketika seseorag telah yakin akan nilai
referensi yang mereka dapatkan dari teori prospek, maka pembuat keputusan akan berusaha
untuk menghilangkan atau menghidari risiko secara keseluruhan dibandingkan hanya
mengurangi risiko tersebut. Pseudocertainty Selain efek kepastian , Tversky dan Kahneman (
1981) telah membahas "efek pseudocertainty. Untuk model pengambilan keputusan ini,
pengambil keputusan membuat suatu kebijakan di mana kebijakan tersebut tidak terlihat jelas
atau tidak terlihat langsung dampaknya.
Teori Penyesalan Teori prospek menjelaskan, pembuat keputusan mengevaluasi alternatif
mereka relatif terhadap titik acuan. Status quo mungkin adalah titik acuan yang paling umum,
tetapi dalam beberapa kasus, orang membandingkan kualitas keputusan mereka untuk apa
yang mungkin terjadi jika mereka telah membuat pilihan yang berbeda. Dalam kata-kata
Loomes dan Sugden ( 982, hal 820): " Teori Penyesalan bersandar pada dua asumsi dasar :
pertama, bahwa banyak orang mengalami perasaan yang kita sebut penyesalan dan sukacita,
dan kedua, bahwa dalam pengambilan keputusan di bawah ketidakpastian, mereka mencoba
untuk mengantisipasi dan memperhitungkan perasaan tersebut. Teori ini memiliki risiko
prediksi yang sama dengan teori prospek, tetapi teori penyesalan memprediksi pilihan ini
dengan menambahkan variabel baru, penyesalan , dengan fungsi utilitas normal.
Orang-orang menggunakan sejumlah strategi keputusan yang berbeda untuk membuat
pilihan multi- atribut, dan strategi ini bervariasi tergantung pada jenis masalah. Ketika
pembuat keputusan dihadapkan dengan pilihan sederhana antara dua alternatif, mereka sering
menggunakan apa yang dikenal sebagai "kompensasi" strategi (Payne, 1982). Strategi
pengganti lain dikenal sebagai “model tambahan berbeda”, dan model ini mirip dengan model
linear. Dalam model linier, masing-masing dimensi dievaluasi, dan nilai-nilai tertimbang
dijumlahkan untuk membentuk indeks keseluruhan nilai. Strategi Non-Kompensasi Ketika
orang dihadapkan dengan pilihan yang rumit antara sejumlah alternatif, mereka biasanya
menggunakan “strategi tanpa pengganti” . Berbeda dengan strategi kompensasi, strategi ini
tidak memungkinkan trade-offs..
Pada strategi lexicographic, pembuat keputusan mengginakan strategi mulai dari
megidentifikasi dimensi yang paling tidak penting untuk diperbandingkan dan memilih
alternatif yang diperlukan. Berdasarkan strategi “eliminasi oleh aspek-aspek”, setiap aspek
dibandingkan dengan proporsi kemungkinan ke kepentingan. Berbagai alternatif
dibandingkan dengan tanggapan dari aspek yang terseleksi, alternatif inferior lalu dieliminasi,
aspek lain yang diperbandingkan diseleksi, alternatif tambahan dieliminasi, dan sampai pada
sau alternatif. Dimensi Paling Penting Hipotesisnya adalah pemberian pilihan antara dua
alternatif yang sama, orang cenderung memilih alternatif yang lebih unggul pada dimensi
yang lebih penting. Slovic menyebutnya sebagai "hipotesis dimensi yang paling penting".

También podría gustarte