Está en la página 1de 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

DI SUSUN OLEH:

1. Endah Dwi Lestari (P27220013 014)

2. Evita Sari (P27220013 016)

3. Wahyu Fajri Ramadhan (P 27220013 044)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN 2015
BAB I

PENGERTIAN

A. DEFINISI
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman
bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak
diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan
tentram.
Tugas seorang perawat :
1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit.
2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi
hidup dan keadaan klien.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN DAN KEAMANAN


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melindungi diri
dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi, gangguan sensori persepsi,
tingkat kesadaran, status emosional, kemampuan komunikasi, pengetahuan pencegahan
kecelakaan, dan faktor lingkungan. Perawat perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat
merencanakan perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.
1. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan
dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya
yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus
tindakan pencegahannya.
2. Gaya Hidup.
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi,
ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-
obatan atau zat aditif berbahaya.

3. Status mobilisasi.
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi.
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi
keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat,
memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran.
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan
berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan
kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien
disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional.
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan
kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi
terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi.
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi
juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang
buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang
berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus.
Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab
cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

C. MACAM-MACAM BAHAYA / KECELAKAAN


Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di tempat pelayanan
kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:
1. Api /kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran
yang paling sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi
jika terdapat tiga elemen sebagai berikut: panas yang cukup, bahanbahan yang mudah
terbakar, dan oksigen yang cukup.
2. Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti uap air
panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik,
atau agen radioaktif. Klien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang
mengalami penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.
3. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi
akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan pencahayaan
yang kurang.
4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas
kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup sedikit.
Penyebab utama keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya atau
beracun yang sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya bunuh
diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena penurunan pengelihatan) atau
akibat overdosis obat (karena penurunan daya ingat).
5. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai oleh
perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan
kebakaran, contoh: percikan listrik didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah
satu pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang grounded yaitu bersifat
mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung kepermukaan tanah.

6. Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran,
tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar
kebisingan serta kerentanan individu. Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan
gangguan pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpapar suara 85-95 desibel
untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang progressive.
Suara bising dibawah 85 desibel biasanya tidak mengganggu pendengaran.
7. Radiasi.
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau
pengobatan melalui radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur
diagnoostik seperti radiografi, fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering
digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.
8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan oksigen akibat
gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti
contoh pada klien tenggelam atau kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa
disebabkan oleh adanya benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk ke
paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta
kematian.
9. Lain-lain
Kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi dengan baik
(equipment-related accidents) dan kesalahan prosedur yang tidak disengaja (procedure-related
equipment).

D. PENCEGAHAN KECELAKAAN DI RUMAH SAKIT.


1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.
2. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.
3. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik,
menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
4. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.

5. Menghindari kecelakaan :
a. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.
b. Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah.
c. Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.
d. Meja yang mudah dijangkau.
e. Kereta dorong ada penghalangnya.

6. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas
angin, dan lain-lain.

7. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti tabung
oksigen dan termos.

8. Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.

9. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien
terpisah antara infeksi dan non-infeksi.

10. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.

11. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.

12. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.

13. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya.

14. Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.


E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANAN DAN KESELAMATAN
KLIEN

1. Faktor Fisiologis
Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik, apabila salah satu
sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan mengancam keamanan seseorang. Misalnya orang
akan menarik tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan sebagainya.
a. Sistem Muskuloskeletal
Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial dalam
pembentukan postur dan pergerakan yang normal. Kerusakan yang terjadi pada mobilitas
dan kemampuan untuk merespon terhadap hal yang membahayakan, dan ini
meningkatkan risiko terhadap injuri. Masalah muskoloskeletal yang mengganggu
keamanan dapat diakibatkan oleh keadaan seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot,
artritis, atau strains dan sprains
b. Sistem Neurologis
Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi akan
menciptakan sistem yang baik pada individu. Rangsangan yang diterima dari saraf tepi
akan diteruskan ke sistem saraf pusat melalui proses persepsi kognisi yang baik sehingga
seseorang dapat memutuskan dalam melakukan proses berfikir. Hal tersebut akan
menciptakan seseorang mampu melakukan orientasi dengan baik terhadap orang, tempat
dan waktu sehingga orang akan merasa nyaman. Gangguan neurologis yang dapat
mengancam keamanan seperti cedera kepala, medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-
obatan, stroke, injuri tulang belakang, penyakit degeneratif (seperti Parkinson dan
Alzaimer), dan tumor kepala.
c. Sistem Kardiorespirasi
Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat beristirahat
karena suplai O2 dan nutrisi untuk sel, jaringan dan organ tercukupi dengan baik. Adapun
kondisi gangguan sistem kardiovaskuler yang mengganggu keamanan adalah hipertensi,
gagal jantung, kelainan jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi. Penyakir
respirasi atau pernafasan yang mengganggu keamanan seperti kesulitan bernafas,
wheezing, danm kelelahan yang diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap aktivitas,
keterbatasan mobilitas.
d. Aktivitas dan Latihan
Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada kedaruratan.
Keterbatasan dalam aktivitas dan latihan akan mengganggu seseorang dalam mengenali
hal yang mengancam dirinya dari luar.
e. Kelelahan (Fatigue)
Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap bahaya,
kesulitan mengambil keputusan dan ketidakadekuatan dalam pemecahan masalah.
Fatigue dapat diakibatkan karena kurang tidur, gaya dan pola hidup, jam pekerjaan,
stress, atau karena berbagai macam pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.
2. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping.
Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan yang akan mengganggu
keamanan seseorang, dimana seseorang akan kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu. Contoh,
seseorang yang mengalami kecemasan mengenai prosedur operasi, maka seseorang tersebut akan
mengalami miskomunikasi tentang informasi apa yang akan dia lakukan setelah operasi sehingga
akan mengancam keamanan dia waktu pulang ke rumah sehingga akan muncul masalah
komplikasi setelah operasi.

Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung dengan keamanan. Faktor
kepribadian seseorang memainkan peranan dalam keamanan. Menarik diri, pemalu dan
ketidakpercayaan berpengaruh pada peningkatan keamanan, sehingga seseorang perlu untuk
belajar kembali atau mereka akan mengalami masalah gangguan jiwa/mental.

3. Faktor Lingkungan
a. Rumah
Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan, pengaturan panas
dan sebagainya. Pengaturan perabot rumah tangga merupakan bagian penting dari
keamanan di dalam rumah. Penataan yang baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan
ruangan, tangga sangat menentukan keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan
senjata tajam, rokok, lantai rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan kimia akan
membantu dalam pencegahan baya dalam rumah termasuk sumber listrik dan api. Masalah
utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya risiko adanya untuk jatuh.
b. Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan adanya risiko
untuk terjadi injuri pada seseorang. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari jenis pekerjaan
dan tempat seseorang bekerja, baik secara fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja
maka seseorang sangat membutuhkan adanya suatu kondisi yang ergonomis, sehingga
perlu adanya pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah
terjadinya injuri atau kecelakaan kerja.
c. Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan keamanan seperti
kegaduhan, kebisingan, pencahayaan yang kurang baik di tempat umum maupun pusat
bermain. Sanitasi lingkungan juga sangat berperan dalam peningkatan keamanan individu
dalam komunitas.
d. Tempat pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang baik bagi
petugas kesehatan maupun pasiennya. Bahaya dapat ditimbulkan karena peralatan,
kesalahan prosedur dan sebagainya. Hal ini perlu adanya standar operasional prosedur
yang baku dan diperbaharui di RS sehingga kebutuhan akan keamanan dapat terpenuhi
untuk semua yang ada dalam rumah sakit.
e. Temperatur
Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan seseorang.
Perlu adanya penyesuaian diri terhadap perubahan temperatur/suhu yang ada sehingga
kebutuhan keamanan seseorang dapat terpenuhi.
f. Polusi
Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara bebas akan
menggangu keamanan seeorang. Bahan kimia dalam produk kimia yang terdapat baik di
udara, air dan tanah akan menganggu ekosistem yang ada.
g. Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun dimanapun sanagt
muttlak diperlukan untuk mencegah terjadinya sengatan listrik ataupun kebakaran.
h. Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen ataupun kematian sel
sehingga mengakibatkan tubuh seseorang menjadi rentan sehingga keamanan seseorang
dapat mengalami masalah.
4. Faktor Penyakit
Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis merupakan penyakit yang dapat
menjadikan tubuh untuk mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang
baik dalam pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga infeksi
nosokomial tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik ataupun keluarga.
5. Faktor ketidak pengindahan tentang keamanan
Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan kebutuhan keamanan.
Apabila standar prosedur telah dilakukan sesuai dengan kepatuhan yang ada maka keamanan
seseorang dapat tercipta.

F. FUNGSI SISTEM SARAF

1. menerima informasi dari dalam maupun luar melalui afferent sensory pathway (sensorik)
2. mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat
3. mengolah informasi yang diterima baik di tingkat saraf (refleks) maupun di otak untuk
menentukan respon yang tepat dengan situasi yang di hadapi
4. menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent pathway tadi (motorik) keorgan-
organ tubuh sebagai kontrol atau memodifikasi tindakan.

G. KEBIJAKAN RUMAH SAKIT TERKAIT KESELAMATAN DAN KEAMANAN


PADA PASIEN
Keselamatan pasien juga dapat menurangi berdampaknya terhadap peningkatan biaya
pelayanan, dengan meningkatnya pasien rumah sakit, harapkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat.

Saat ini ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit. Yakni,
keselamatan pasien, keselamatan petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan, serta keselamatan bisnis rumah
sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit itu sendiri.
BAB II

ASKEP GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN


KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

A. PENGKAJIAN
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti adanya
perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi:
a. Halusinasi

b. Gangguan proses pikir

c. Kelesuan

d. Ilusi

e. Kebosanan dan tidak bergairah

f. Perasaan terasing

g. Kurangnya konsentrasi

h. Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.

2. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:

a. Kesadaran menurun;

b. Kelemahan fisik;

1) Imobilisasi;
2) Penggunaan alat bantu.

3. Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi:

Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home
hazards appraisal).

a) Resiko Jatuh
1) Usia klien lebih dari 65 tahun
2) Riwayat jatuh di rumah atau RS
3) Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran
4) Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas
5) Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)
6) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)
7) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics,
or laxatives)
b) Riwayat kecelakaan

Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh


karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan
ituterulang kembali

c) Keracunan

Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian
meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya
pencegahannya.

d) Kebakaran
Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien
mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga
tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.

4. Pengkajian Bahaya

Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar
tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau
dapat mengakibatkan kecelakaan.

5. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)

Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup
tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal.
Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh
karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur.

Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka
dan tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu
memahami hal-hal yang memberikan kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau
lingkungan pelayanan kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap
keamanan klien dan lingkungan. Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain
pengkajian terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan,
termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas
tersebut.

6. Data Subjective

Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan
kebutuhan keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan
aktivitas, dan sebagainya. Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil,
perhatian terhadap tanda bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status
imunisasi, pengertian dan pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali
juga tentang perubahan lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.

Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup:
kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.

a) Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu
(alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun,
dan hidup sendiri.
b) Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan,
kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika
memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma,
kesulitan mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
c) Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan
orientasi orang, tempat dan waktu)
d) Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat
anti cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
e) Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan,
kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.

7. Data Objective

Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait
dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas.
Pengkajian juga mencakup prosedur test diagnostik.

a) Sistem Neurologis

 Status mental
 Tingkat kesadaran
 Fungsi sensori
 Sistem reflek
 Sistem koordinasi
 Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
 Sensivitas terhadap lingkungan

b) Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi

 Toleransi terhadap aktivitas


 Nyeri dada
 Kesulitan bernafas saat aktivitas
 Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi

c) Integritas kulit

 Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien


 Kaji adanya luka, scar, dan lesi
 Kaji tingkat perawatan diri kulit klien

d) Mobilitas

 Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien


 Kaji range of motion klien
 Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

B. DIAGNOSA
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah, 2003)

1. Injuri ( jatuh )

Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya


dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.
Kemungkinan berhubungan dengan:

 Kurangnya informasi tentang keamanan


 Kelemahan
 Gangguan kesadaran;
 Kurangnya koordinasi otot;
 Epilepsi;
 Episode kejang;
 Vertigo;
 Gangguan persepsi.

Data yang mungkin ditemukan:

 Perlukaan dan injuri.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 AIDS
 Demensia
 Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin
 Epilepsi
 Penyakit perdarahan.

2. Perubahan proteksi

Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk


melindungi dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.
Kemungkinan berhubungan dengan:

 Defisit imunologi;
 Malnutrisi;
 Kemoterapi atau efek pengobatan;
 Penglihatan yang kurang;
 Kurang informasi tentang keselamatan.

Data yang mungkin ditemukan:


 Riwayat kecelakaan;
 Lingkungan yang beresiko.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 Usia: kematangan, sangat tua;


 Nutrisi kurang;
 Gangguan darah;
 Pembedahan;
 Radiasi atau kemoterapi;
 Penyakit imunitas;
 AIDS.

C. Intervensi ( Rencana Keperawatan )

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Resiko tinggi cedera: jatuh Setelah dilakukan tindakan a. Kaji ulang adanya faktor-
berhubungan dengan berupa modifikasi lingkungan faktor resiko jatuh pada
penurunan sensori (tidak dan pendidikan kesehatan klien.
mampu melihat). dalam 1 hari kunjungan
b. Tulis dan laporkan adanya
diharapkan Klien mampu:
faktor-faktor resiko.
1. Mengidentifikasi bahaya
c.Lakukan modifikasi
lingkungan yang dapat
lingkungan agar lebih
meningkatkan
aman (memasang
kemungkinan cidera.
pinggiran tempat tidur,
2. Mengidentifikasi tindakan
dll) sesuai hasil
preventif atas bahaya
pengkajian bahaya jatuh
tertentu,
pada poin 1.
3. Melaporkan penggunaan
cara yang tepat dalam
melindungi diri dari d. Monitor klien secara
cidera. berkala terutama 3 hari
pertama kunjungan
rumah.

e. Ajarkan klien tentang


upaya pencegahan cidera
(menggunakan
pencahayaan yang baik,
memasang penghalang
tempat tidur,
menempatkan benda
berbahaya ditempat yang
aman).

f. Kolaborasi dengan dokter


untuk penatalaksanaan
glaukoma dan gangguan
penglihatannya, serta
pekerja sosial untuk
pemantauan secara
berkala.

Perubahan Proteksi Setelah dilakukan tindakan a. Luangkan waktu untuk


berhubungan dengan: Defisit berupa modifikasi lingkungan menjelaskan tentang
imunologi, Malnutrisi, dan pendidikan kesehatan proteksi/metode isolasi
Kemoterapi atau efek dalam 1 hari kunjungan
b. Kolaborasi dengan dokter
pengobatan, Penglihatan diharapkan Klien mampu:
dalam pemberian pengobatan
yang kurang, Kurang Pasien tidak mengalami
informasi tentang infeksi nosokomial.
c. Jaga pasien dari injuri dan
keselamatan. infeksi

d. Monitor tanda vital,


integritas kulit, efek obat, dan
pendarahan dari bekas
suntikan

e. Tekan tempat penyutikan


setelah menyuntik

f. Berikan diet adekuat

g. Lakukan pendidikan
kesehatan tentang:

• Pemberian pengobatan

• Mempertahankan
keamanan

• Teknik isolasi

• Penggunaan alat-alat
proteksi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia. Di
sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun
tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas
Kesehatan, Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau
lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah
keadaan aman dan tentram.

B. SARAN

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar
untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu
klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan
keselamatan dan keamanan.
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran UI. (2000). Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri


Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta ; FKUI

http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran perawat dalam


pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan

Maryam Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta ;
Salemba Medika.

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta ; EGC

Tarwoto, Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Watson, Roger. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta ; EGC

También podría gustarte