Está en la página 1de 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bencana silih-berganti menyambangi negeri belakangan ini. Gunung meletus, tanah


longsor sampai pada bencana banjir seakan-akan sudah menjadi pengunjung tetap. Namun,
semua itu tidak menjadikan pemerintah dan masyarakat semakin sigap menangani bencana.
Banjir yang pada akhir-akhir ini melanda hampir di seluruh wilayah Indonesia yakni Jakarta,
Bandung, Semarang, Cirebon, Jambi, Makassar termasuk peristiwa tsunami kecil yang terjadi
di Manado, Sulawesi Utara membuat seluruh masyarakat panik dan segera membutuhkan
penanganan dari Pemerintah atas bencana ini. Peristiwa tahunan seperti ini seharusnya
menjadikan Indonesia lebih pengalaman dalam penanganan bencana. Bencana banjir tersebut
seharusnya dapat ditangani dampaknya lebih awal, jika Indonesia mau belajar dan
memperbaiki kesalahan- kesalahan dari penanganan bencana banjir sebelumnya.

Tanggung jawab pemerintah terhadap bencana didasarkan pada Pembukaan Undang-


Undang Dasar RI Tahun 1945 (UUD RI Tahun 1945) yang mengamanatkan bahwa
“Pemerintah atau Negara Kesatuan Republik Indonesia melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”. Sebagai tindak lanjut dari amanat tersebut, secara yuridis sudah
ada peraturan perundang-undangan sebagai solusi dalam hal terjadinya bencana alam
termasuk banjir yaitu Pemerintah bersama DPR RI pada tahun 2007 telah menetapkan UU
No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (UU Penanggulangan Bencana).

Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) pada 16


September 2014 lalu telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang
Pencarian dan Pertolongan. RUU ini telah disahkan oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) pada 16 Oktober lalu, dan diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM
Amir Syamsudin pada hari yang sama sebagai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014
tentang Pencarian dan Pertolongan.

Dalam Undang-Undang (UU) ini disebutkan, bahwa penyelenggaraan Pencarian dan


Pertolongan bertujuan di antaranya untuk: a. Melakukan pencarian serta memberikan
pertolongan, penyelamatan, dan Evakuasi Korban secara cepat, tepat, aman, terpadu dan
terkoordinasi; dan b. Mencegah dan mengurangi kefatalan dalam Kecelakaan.

“Negara bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan.


Adapun penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan dilaksanakan oleh Pemerintah,” bunyi
Pasal 5 Ayat (1,2) UU ini.

Disebutkan dalam UU ini, bahwa penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan dilakukan


terhadap: a. Kecelakaan; b. Bencana; dan/atau c. Kondisi membahayakan manusia.
Terkait dengan hal itu, UU ini mengamanatkan adanya Rencana Induk Pencarian dan
Pertolongan yang disusun untuk jangka wkatu 20 (dua puluh) tahun, dan dapat ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun

B. Maksud dan Tujuan

Kajian singkat ini bertujuan untuk menggambarkan dari sisi perspektif hukum bagaimana
implementasi UU Penanggulangan Bencana terhadap penanggulangan bencana banjir
yang terjadi secara musiman di hampir seluruh wilayah Indonesia serta memberikan
masukan kepada para pemangku kepentingan penanganan bencana dalam hal koordinasi
penanganan bencana.

Undang-undang ini dibuat dengan menimbang :


a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan tujuan untuk
memberikan perlindungan terhadap hidup dan kehidupannya termasuk perlindungan
dari kecelakaan, bencana, dan kondisi membahayakan manusia berlandaskan pada
Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa tanggung jawab negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari kecelakaan, bencana, dan kondisi
membahayakan manusia dilakukan melalui pencarian dan pertolongan secara cepat,
tepat, aman, terpadu, dan terkoordinasi oleh semua komponen bangsa;
c. bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pencarian dan pertolongan
yang telah ada belum dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh
serta belum sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Pencarian dan Pertolongan.
Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan bertujuan:
a. melakukan pencarian serta memberikan pertolongan, penyelamatan, dan Evakuasi
Korban secara cepat, tepat, aman, terpadu, dan terkoordinasi;
b. mencegah dan mengurangi kefatalan dalam Kecelakaan;
c. menjamin penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan yang terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh;
d. mewujudkan sumber daya manusia Pencarian dan Pertolongan yang memiliki
kompetensi dan profesional;
e. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan;
dan
f. meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Pencarian dan Pertolongan.
C. Ruang Ligkup
1. UU no. 24 tahun 2007
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi
2. UU no. 29 tahun 2014
Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan kegiatan mencari, menolong,
menyelamatkan, dan mengevakuasi manusia yang menghadapi keadaan darurat dan/atau
bahaya dalam kecelakaan, bencana, atau kondisi membahayakan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. UU No 24 Tahun 2007 Tentang Pennggulangan Bencana


Pengertian Bencana
Dalam undang undang nomor 24 tahun 2007 bencana didefinisikan sebagai peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. ( UU No. 24 tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) )

Merujuk kepada pasal satu dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 dijelaskan beberapa
istilah atau perngertian dari bencana alam yaitu antara lain :
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor. ( UU No. 24 tahun 2007
Pasal 1 ayat (2) )
3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit. ( UU No. 24 tahun 2007 Pasal 1 ayat (3) )
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. ( UU No. 24 tahun 2007 Pasal 1 ayat (4) )

Berdasarkan pengertian bencana alam yang terdapat di dalam Undang-Undang No. 24 tahun
2007 di atas, maka bencana alam dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu bencana alam,
bencana nonalam dan bencana sosial.
a. Kelembagaan
1) Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Merupakan Lembaga Pemerintah Nondepartemen setingkat menteri. BNPB terdiri
atas unsur:
a) Pengarah penanggulangan bencana Memiliki fungsi merumuskan konsep
lebijakan penanggulangan bencana nasional, memantau, dan mengevaluasi dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
b) Pelaksana penanggulangan bencana Merupakan kewenangan Pemerintah yang
memiliki fungsi koordinasi, komando, dan pelaksana dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Dan anggotanya terdiri atas tenaga professional dan
ahli.
2) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BPBD terdiri dari:
a) Badan pada tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah
gubernur atau setingkat eselon Ib;dan
b) Badan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di
bawah bupati/walikota atau setingkat eselon IIa. BPBD terdiri atas unsur: a)
Pengarah penanggulangan bencana Memiliki fungsi merumuskan konsep
lebijakan penanggulangan bencana nasional, memantau, dan mengevaluasi dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah. Keanggotaannya terdiri atas
pejabat epemerintah daerah terkait dan anggota masyarakat professional dan ahli.

b. Peran Dan Tanggung Jawab Pusat Maupun Daerah


Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 5 menyebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana.Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan
wewenang Pemerintah dan pemerintah daerah, yang dilaksanakan secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. Sehingga penyelenggaraan penanggulangan
bencana dalam dilaksanakan sepenuhnya oleh badan nasional penanggulangan bencana
dan badan penanggulangan bencana daerah.

B. UU No 29 Tahun 2014 Tentang Pencarian Dan Pertolongan


UU no. 29 tahun 2014 adalah undang-undang yang mendasari tentang pencarian dan
pertolongan kepada warga yang terkena bencana. Pencarian dan Pertolongan adalah
segala usaha dan kegiatan mencari, menolong, menyelamatkan, dan mengevakuasi
manusia yang menghadapi keadaan darurat dan/atau bahaya dalam kecelakaan, bencana,
atau kondisi membahayakan manusia. Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan
Pertolongan adalah serangkaian kegiatan Pencarian dan Pertolongan meliputi Siaga
Pencarian dan Pertolongan, dan Operasi Pencarian dan Pertolongan. Siaga Pencarian dan
Pertolongan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memonitor, mengawasi,
mengantisipasi, dan mengoordinasikan kegiatan Pencarian dan Pertolongan. Operasi
Pencarian dan Pertolongan adalah serangkaian kegiatan meliputi Pelaksanaan Operasi
Pencarian dan Pertolongan dan penghentian Pelaksanaan Operasi Pencarian dan
Pertolongan. Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan adalah upaya untuk
mencari, menolong, menyelamatkan, dan mengevakuasi Korban sampai dengan
penanganan berikutnya.
a. Kelembagaan
Pemerintah membentuk Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pencarian dan Pertolongan. Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan merupakan lembaga pemerintah non
kementerian. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan berada di bawah serta
bertanggung jawab kepada Presiden. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
mendirikan kantor/pos Pencarian dan Pertolongan sesuai dengan kebutuhan dan
wilayah tanggung jawab penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan.
b. peran dan tanggung jawab
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, bertugas: a) menyusun dan menetapkan
norma, standar, prosedur, kriteria, serta persyaratan dan prosedur perizinan dalam
penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; b) memberikan pedoman dan
pengarahan dalam penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; c) menetapkan
standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; d) melakukan koordinasi dengan instansi
terkait; e) menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi; f) menyampaikan
informasi penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan kepada masyarakat; g)
menyampaikan informasi penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan secara
berkala dan setiap saat pada masa penyelenggaraan Operasi Pencarian dan
Pertolongan kepada masyarakat; h) melakukan pembinaan, pemantauan, dan evaluasi
terhadap penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; dan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

A. UU No. 24 Tahun 2007


Dalam undang undang nomor 24 tahun 2007 bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. ( UU No. 24 tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) )
Merujuk kepada pasal satu dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 dijelaskan beberapa
istilah atau perngertian dari bencana alam yaitu antara lain : 1. Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 2. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
langsor. ( UU No. 24 tahun 2007 Pasal 1 ayat (2) ) 3. Bencana nonalam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. ( UU No. 24 tahun 2007 Pasal 1
ayat (3) ) 4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror. ( UU No. 24 tahun 2007 Pasal 1 ayat (4) ) 5.
Berdasarkan pengertian bencana alam yang terdapat di dalam UndangUndang No. 24 tahun
2007 di atas, maka bencana alam dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu bencana alam,
bencana nonalam dan bencana sosial. Potensi bencana yang dapat datang kapan saja
membuat penanganannya membutuhkan keterlibatan semua pihak. Atas dasar kondisi
tersebut, BNPB dibentuk sebagai pusat koordinasi antara berbagai institusi dan lembaga yang
berkaitan dengan penanganan bencana. Namun demikian, karena luasnya cakupan tugas yang
diemban BNPB dan koordinasi antar lembaga sering kali terbentur oleh masalah birokrasi
serta aturan, maka hingga saat ini sulit untuk berharap BNPB dapat menjadi solusi dari semua
permasalahan bencana di Indonesia. Karena itulah langkah proaktif dari elemen masyarakat
dan organisasi kemasyarakatan dalam mengurangi dampak merugikan dari bencana
diharapkan dapat membantu BNPB dalam memenuhi tugasnya

B. UU No. 29 Tahun 2014


Kesimpulan BNPP sebagaimana dimaksud merupakan lembaga pemerintah
nonkementerian, yang berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Presiden, dengan
bunyi Pasal 47 Ayat (1,2) UU tersebut. Adapun tugas NPP di antaranya adalah: a. Menyusun
dan menetapkan norma, standar, prosedur, kriteria, serta persyaratan dan prosedur perizinan
dalam penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan b. Memberikan pedoman dan pengarahan
dalam penelenggaraan Pencarian dan Pertolongan c. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan
penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan dan, d. Melakukan koordinasi dengan instansi
terkait. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BNPP memiliki kewenangan
untuk mengerahkan personel dan peralatan yang dibutuhkan dari TNI dan Polri untuk
melaksanakan Operasi Pencarian dan Pertolongan. "BNPP mendirikan kantor/pos Pencarian
dan Pertolongan sesuai dengan kebutuhan dan wilayah tanggung jawab penyelenggaraan
Pencarian dan Pertolongan," bunyi Pasal 49 UU itu.
Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, fungsi, tugas, wewenang, struktur
organisasi, dan tata kerja BNPP akan diatur dengan Peraturan Presiden. Dalam Ketentuan
Peralihan Pasal 84 disebutkan, Badan SAR Nasional yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya sampai
terbentuknya BNPP berdasarkan UU ini. RUU Pencarian dan Pertolongan, mengtakan,
definisi dari UU ini adalah usaha untuk menolong dan menyelamatkan manusia yang
mengalami keadaan darurat, dan tujuannya adalah untuk melakukan pencarian secara tepat,
aman, terpadu, dan terkoordinasi oleh suatu badan yang memiliki kompetensi dan
profesional.. Dalam UU ini disebutkan, bahwa penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan
bertujuan di antaranya untuk: a. Melakukan pencarian serta memberikan pertolongan,
penyelamatan, dan Evakuasi Korban secara cepat, tepat, aman, terpadu dan terkoordinasi; dan
b. Mencegah dan mengurangi kefatalan dalam Kecelakaan. Disebutkan dalam UU ini, bahwa
penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan dilakukan terhadap: a. Kecelakaan; b. Bencana;
dan/atau c. Kondisi membahayakan manusia. Terkait dengan hal itu, UU ini mengamanatkan
adanya Rencana Induk Pencarian dan Pertolongan yang disusun untuk jangka wkatu 20 (dua
puluh) tahun, dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Menurut UU ini,
penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan dilakukan terhadap: a. Kecelakaan kapal
dan pesawat udara; b. Kecelakaan dengan penanganan khusus; c. Bencana pada tahap
tanggap darurat; dan/atau d.Kondisi Membahayakan Manusia "Penyelenggaraan Operasi
Pencarian dan Pertolongan dilakukan melalui: a. Siaga Pencarian dan Pertolongan; b. Operasi
Pencarian dan Pertolongan; dan c. Pelibatan Potensi Pencarian dan Pertolongan, sesuai bunyi
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 Adapun penyelenggaraan Operasi
Pencarian dan Pertolongan, menurut UU ini, menjadi tugas dan tanggung jawab BNPP.
Namun dalam hal kecelakaan tidak membutuhkan penanganan khusus, maka
penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan dilakukan oleh aparat yang berwajib
dan/atau masyarakat.. UU ini menegaskan, bahwa BNPP membantu Operasi Pencarian dan
Pertolongan atas permintaan: a. Panglima TNI atau pejabat yang ditunjuk pada Kecelakaan
Pesawat Udara militer dan Kapal militer; b. Kapolri atau pejabat yang ditunjuk pada
Kecelakaan Pesawat Udara kepolisian dan Kapal kepolisian; c. Instansi pemerintah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keantariksaan pada bandar antariksa;
dan/atau d. Pejabat yang berwenang pada kawasan terlarang lainnya

También podría gustarte