Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun Oleh :
A. Pendahuluan
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan
Demam tifoid ditandai antara lain dengan demam tinggi yang terus menerus
bisa selama 3-4 minggu, toksemia, denyut nadi yang relatif lambat, kadang
lekopeni.
limbah yang memadai dan penyediaan air bersih yang cukup, mampu
ekonomi bagi keluraga dan masyarakat. Besarnya beban ekonomi tersebut sulit
dihitung dengan pasti mengingat angka kejadian demam tifoid secara tepat tak
dapat diperoleh.
WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia
pasien rawat inap di rumah sakit, prevalensi kasus demam thypoid sebesar
5,13% . Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan Case Fatality
Rate tertinggi sebesar 0,67%, Pada laporan riset kesehatan dasar nasional
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi thypoid?
2. Apakah etiologi thypoid?
3. Apakah manifestasi klinis thypoid?
4. Bagaimana pathways thypoid?
5. Apakah komplikasi thypoid?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan thypoid?
7. Apakah pemeriksaan penunjang thipoid?
8. Bagaimanakah tinjauan askep secara teori?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi thypoid
2. Mengetahui etiologi thypoid
3. Apakah manifestasi klinis thypoid?
4. Bagaimana pathways thypoid?
5. Apakah komplikasi thypoid?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan thypoid?
7. Apakah pemeriksaan penunjang thipoid?
8. Bagaimanakah tinjauan askep secara teori?
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Typhoid adalah penyakit infeksi yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari tujuh hari, gangguan pada
saluran cerna atau gangguan kesadaran (Mansjoer A, 2000).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
cerna dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan
kesadaran (Suriadi, 2001).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi (Juwono R, 1996).
Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypii (Hidayat, 2006).
B. Etiologi
Penyebab typhoid adalah kuman salmonella typosa dan salmonella paratyphi
A, B, dan C memasuki saluran pencernaan (Noer, 1996).
Penyebab typhoid adalah kuman salmonella typosa, yang merupakan basil
gram negatif bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. Kuman
mempunyai 3 macam :
1. Antigen O (Ogne Houch) Somaus (terdiri dari rantai kompleks lipopoli
sakarida).
2. Antigen H (Houch) terdapat pola flagella.
3. Antigen Vi (Kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi O antigen terhadap fagositosis (Hasan, 1991).
Kuman salmonella typosa dapat tumbuh di semua media pH 7,2 dan suhu 37oC
dan mati pada suhu 54,4 ͦ C.
C. Manifestasi klinis
Pada minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan pemeriksaan suhu tubuh.
Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,
bradikardia, lidah kotor, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran
berupa somnolen sampai koma (Rampengan, 1993).
Menurut Ngastiyah (2005), gejala prodromal ditemukan seperti perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan
berkurang. Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam.
Biasanya berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhu tidak
tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore
dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan
demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan.
Pada mulut nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
kotor, perut kembung, hati dan limpa membesar disertai nyeri pada
perabaan, dapat disertai konstipasi atau diare.
3. Gangguan kesadaran.
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali
penyakitnya berat). Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
roseola (bintik-bintik kemerahan).
D. Pathways
Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita
typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman
tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang
tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang
sehat melalui mulut.
Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk
ke lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama hati dan limpa
serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut membesar (Ngastiyah
2005).
Semula klien merasa demam akibat endotoksin, sedangkan gejala pada
saluran pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus halus. Pada minggu
pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks payers. Ini terjadi pada kelenjar limfoid
usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi
ulserasi plak pyeri (Suriadi 2006).
E. Komplikasi
1. Pada usus halus. Umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi sering fatal.
a. Perdarahan usus.
Bila sedikit, hanya dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika
perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan
tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus.
Biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat
ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati
menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto
rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
c. Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang.
F. Penatalaksanaan
1. Perawatan
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk di isolasi,
observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5 - 7 hari bebas panas,
tetapi tidak harus tirah baring sempurna seperti pada perawatan demam tifoid
dimasa lampau. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan
kondisi penderita.
Penderita dengan kesadaran menurun posisi tubuhnya perlu diubah - ubah
untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
2. Diet
Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan makan penderita thypoid dalam bentuk makanan
lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam thypoid adalah memenuhi
kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid dan mencegah
kekambuhan. Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani
perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter
untuk di konsumsi, antara lain:
a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
b. Tidak mengandung banyak serat.
c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan
makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa
sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran
cerna. Pemberian bubur saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya
komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Syarat-syarat diet
sisa rendah adalah:
a. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas
b. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
c. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total
e. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat
maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi
perorangan
f.Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat)
sesuai dengan toleransi perorangan.
g. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam
dan berbumbu tajam.
h. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak
terlalu panas dan dingin
i. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
j. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus,
diet perlu disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula,
atau makanan parenteral.
Makanan yang dianjurkan antara lain :
a. Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim, roti bakar, kentang rebus, krakers,
tepung-tepungan dibubur atau dibuat puding
b. Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis,
dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar,
dicampur dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas per hari
c. Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas;
susu kedelai
d. Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang,
buncis muda, bayam, labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus,
ditumis
e. Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan
biji) dan tidak banyak menimbulkan gas seperti pepaya , pisang, jeruk,
alpukat
f. Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas
untuk menumis, mengoles dan setup
g. Minuman : teh encer, sirup
h. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam
jumlah terbatas
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit
pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia
sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,
klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.