Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Abstrak—Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis digunakan untuk sol sepatu, bahan pasta gigi, bahan serat
natrium silikat dari lumpur lapindo yakni dengan optik, bahan baku fero silikon, silikon karbida dan bahan
mereaksikan larutan NaOH 50 ml berkonsentrasi 10 M pada abrasit (ampelas dan sand blasting) (Fairus, 2009).
Lumpur Lapindo dengan suhu 180o C selama 1 jam. Hasil uji Untuk memperoleh silikat dari lumpur lapindo maka
FTIR dan XRD menunjukkan hasil sintesis tersebut
mengandung natrium silikat dengan nilai bilangan gelombang
diperlukan terlebih dahulu disintesis dengan natrium
901,21 cm-1 dan memiliki bentuk amorf dengan sudut 2θ : hidroksida (NaOH). Dari sintesis ini akan diperoleh
32,13o. Pengujian korosi dilakukan pada baja tulangan beton Natrium Silikat (Na2SiO3). Natrium silikat ini juga
berumur 21 hari dengan 2 pengkondisian lingkungan yaitu memiliki kegunaan yang sangat banyak diantaranya sebagai
pada larutan NaCl 12,5% dan air rawa. Dari hasil uji korosi bahan perekat, bahan pembuatan sabun dan detergent, serta
didapatkan bahwa cara pelapisan baja tulangan beton dengan bahan pembantu pada industri tekstil dan kertas, absorben,
inhibitor kurang efektif dalam menekan laju korosinya. dan pelindung logam dari korosi (Ria, 2011).
Sedangkan penambahan 5 ml memiliki efisiensi paling tinggi Korosi merupakan masalah yang sangat serius dilihat
yaitu 45,62% dan mampu menekan laju korosi sebesar 0,11 dari berbagai bidang misalnya ekononi dan keselamatan
mpy pada air rawa, pada penambahan 10 ml memiliki nilai
efisiensi paling tinggi sebesar 36% pada larutan NaCl 12,5%
(Nizam, 2009). Pada baja tulangan beton, korosi merupakan
dan laju korosinya 0,1197 mpy. Penambahan inhibitor pada musuh yang utama karena korosi tidak dapat dihindari
beton lebih dari 10 ml akan mengurangi kuat tekan beton namun dapat di hambat laju pertumbuhannya, dampaknya
hingga ± 25% dari kuat tekan beton normal. Dengan mampu mengurangi kekuatan baja tersebut. Pada baja
demikian penambahan 5 ml inhibitor pada beton merupakan tulangan beton biasanya korosi terjadi akibat pengaruh
cara yang paling efektif dalam menekan laju korosi pada baja dengan lingkungannya berada dan dari benton itu sendiri
tulangan dan memiliki kuat tekan yang masih tinggi akibat tidak standarnya bahan yang dipakai (Sudjono,
dibandingkan dengan penambahan inhibitor lainnya. 2005). Pada daerah yang ekstrim yang bersifat korosif
seperti daerah pesisir pantai, daerah bekas rawa, daerah
Kata kunci— natrium silikat, inhibitor, korosi, lumpur Lapindo,
baja tualangan beton
bekas tempat pembuangan sampah, daerah-daerah ini yang
dapat mengurangi kekuatan konstruksi beton akibat adanya
serangan korosi terhadap baja tulangannya (Sulistyoweni,
I. PENDAHULUAN
2002). Dengan permasalahan yang seperti itulah perlu
S
aat ini lumpur lapindo merupakan salah satu bencana dilakukan pencegahan, ada beberapa cara untuk mencegah
alam yang sulit untuk dikendalikan, hal ini tentu saja terjadinya korosi pada sebuah logam antar lain dengan
sangat merugikan lingkungan sekitar, karena menggunakan cara coating, cathodic protection, pemilihan
menyebabkan pemukiman dan area persawahan di sekitar material yang sesuai dengan lingkungan dan menggunakan
semburan tenggelam oleh banyaknya volume lumpur yang inhibitor.
keluar. Setiap hari lumpur yang keluar dari perut bumi ± Sebagai contoh menghambat laju korosi dengan
30.000m3/hari (BPLS,2012). Dengan banyaknya lumpur menggunakan inhibitor dapat dilakukan dengan cara
yang keluar tersebut menarik perhatian beberapa peneliti memanfaatkan lumpur lapindo sebagai bahan utama untuk
untuk mengetahui apa saja yang terdapat dalam kandungan membuat inhibitor Na2SiO3 . Dalam hal mensintesis lumpur
lumpur tersebut. Menurut (Farid, 2013) di dalam lumpur lapindo ini, menggunakan metode yang telah dilakukan
lapindo mengandung banyak unsur namun unsur yang oleh peneliti sebelumnya yaitu mensintesis natrium silikat
paling dominan adalah Si 46,7%, Fe 24,5% dan Al 13% pada suhu 180o C. Metode ini diklaim memiliki hasil
sisanya rata-rata < 6%. Lumpur lapindo dapat dimanfaatkan sintesis natrium silikat yang paling tinggi dibandingkan
seperti dalam pembuatan batu bata, genteng, sebagai dengan metode lain yang telah dilakukan oleh penelitian
agregat campuran beton dan masih banyak lainnya. Selain sebelumnya (Aditya, 2014).
itu lumpur lapindo ini memiliki manfaat sebagai alternatif
cadangan produsen silikat, namun dalam mendapatkannya II. METODE PENELITIAN
tidak semudah seperti mendapatkan pasir silikat. Silikat
murni memiliki keunikan salah satunya bersifat hidrofobik Beberapa tahap yang perlu dilakukan pada penelitian ini
dan biasanya banyak digunakan di berbagai industri seperti antara lain:
2
A. Preparasi Lumpur Lapindo menggunakan air rawa. Larutan garam dibuat dengan
Pada proses ini Lumpur lapindo terlebih dahulu dicuci melarutkan NaCl produksi PT. Barataco ke dalam aquades.
dengan menggunakan HCl 3M selama 4 jam kemudian Larutan garam dikondisikan sangat pekat yang bertujuan
dicuci kembali dengan aquades. Pencucian ini memiliki untuk mempercepat penetrasi larutan terhadap bajatulangan
tujuan agar kandungan pengotor-pengotor seperti tanah, beton dengan konsentrasi kandungan yaitu 12,5%.
rumput-rumputan, dan pengotor lainnya hilang. Lumpur Perhitungan untuk mendapatkan larutan NaCl 12,5%
kemudian dikeringkan pada furnace pada temperatur ditunjukkan oleh rumus berikut :
100oC untuk menghilangkan kadar airnya.kemudian di
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑆𝐴𝑃
hancurkan menjadi serbuk kemudian diayak dengan NaCl 12,5% 𝑥 100% = 12,5% (1)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
ukuran 140 mess.
B. Sintesis Senyawa Natrium Silikat Dari persamaan di atas maka dapat dibuat larutan
garam NaCl 12,5% dengan mencampurkan NaCl sebanyak
Bahan yang digunakan yaitu NaOH sebanyak 20 gr
125 gram ke dalam 1000 gram aquades. Massa jenis dari
dilarutkan menggunakan aquades 50 ml untuk
aquades adalah 1 g/mL, sehingga volume aquades yang
menghasilkan NaOH 10 M sebanyak 50 ml kemudian
dibutuhkan adalah 1000 mL. Kemudian beton akan
dicampurkan dengan lumpur lapindo sebanyak 5 gr dan
direndam kedalam dua larutan tersebut dan akan terus
selanjutnya dipanaskan di hot plate dengan suhu 180o C
dijaga level airnya pada ketinggian 7,5 cm.
selama 1 jam dan diaduk dengan magnetic stirrer,
kemudian hasil sintesis tadi di saring dengan kertas saring D. Pengujian Korosi
yang halus untuk memisahkan antara lumpur dengan hasil Dalam tahapan pengujian ini hal yang paling utama
sintesis yang berwarna agak kekuningan yang bisa disebut dilakukan yaitu menyiapkan sampel sebanyak 10 sampel
dengan natrium silikat. Warna kuning ini disebabkan oleh dengan memiliki 5 variasi yang berbeda dengan 2
pengaruh HCL saat pembersihan lumpur dari pengotor. pengondisian lingkungan yang berbeda. Berikut tabel
Setelah disintesis kemudian diuji kandungan inhibitor matrik sampel uji sebagai berikut :
natrium silikat (Na2SiO3). Uji XRD bertujuan untuk Tabel 1
mengetahui senyawa natrium silikat yang terbentuk dari Matriks sampel uji dengan metode yang digunakan :
hasil sintesis dan melakukan uji FTIR untuk mengetahui Variasi Keadaan
gugus fungsi natrium silikat. Inhibitor Inhibitor Dicampurkan pada
Larutan Tanpa Dilapiskan Beton dengan Variasi
C. Preparasi Sampel Uji Inhibitor pada Baja Inhibitor Masing-Masing
Tulangan 10 ml 15 ml 20 ml
Sampel yang digunakan adalah baja tulangan tanpa ulir Air Rawa 1 1 1 1 1
BTjP24 dengan diameter 10 mm. Pada proses preparasi Laruran NaCl
1 1 1 1 1
sampel uji, terlebih dahulu mempersiapkan bahan utamanya 12,5%
berupa pemotongan baja tulangan dengan pnjang 100 mm
sebanyak 10 buah dan menyiapkan semen portland, pasir Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan arus
dan kerikil sebagai agregratnya serta air sebagai pelarutnya. sebagai lat bantu untuk mempercepat proses korosi pada
Kemudian adonan beton di bedakan menjadi 4 jenis setiap sampel yang dilakukan pada 2 kondisi yang berbeda
diantaranya : a. tanpa penambahan inhibitor (nratrium yaitu sampel di rendam pada larutan NaCl 12,5% dan
silikat); b. dengan penambahan inhibitor sebanyak 5 ml; c. perendaman pada air rawa. Pada pengujian ini rangkaian
penambahan inhibitor sebanyak 10 ml; d. ditambahkan disusun secara seri dengan menggunakan tembaga sebagai
inhibitor sebanyak 15 ml. Setelah jadi adonan kemudian katodanya sebab tembaga memiliki nilai eletron negatif
besi di tanam sedalam 70 mm kedalam adonan dan dicetak yang lebih besar dibandingkan dengan nilai elektron yang
dengan dibentuk silinder yang memiliki diameter 50 mm dimiliki oleh baja tulangan. Selanjutnya data arus dicatat
dan tinggi 100 mm kemudian sampel dikeringkan selama 1 sebagai acuan untuk mengetahui persebaran arus di tiap
hari selanjutnya dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampel bahwa perlakuan yang diberikan antar sampel uji
hingga berumur 21 hari. sama.
10mm Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode
proteksi korosi dengan menggunakan arus paksa namun
30mm
10mm 50mm
Gambar 1 Ukuran sampel secara keseluruhan
Transmittance %
80
70
E. Menghitung Laju Korosi dan Efisiensi Inhibitor 60
50 2790.68 1618.09
40
Dalam perhitungan laju korosi pada penelitian ini 30
20
903.43
yaitu menghitung berat yang hilang akibat terjadinya korosi 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
Transmittance %
Sintesis
nantinya akan dapat diketahui efektifitas dari penggunaan 100
90
inhibotor natrium silikat dari hasil sintesis lumpur lapindo. 80
2360,64 1987.95
1455.52 901.21
mengacu pada standar ASTM G31–72, rata-rata laju korosi 4000 3500 3000 2500 2000
wavenumber (cm-1)
1500 1000 500
melalui metode ini didapatkan melalui persamaan berikut : Gambar 3 Hasil uji FTIR sintesis natrium silikat
𝐾. 𝑊
𝐶𝑅 = (2)
𝐷. 𝐴. 𝑡 Sedangkan untuk hasil dari pengujian XRD dengan
menggunakan radiasi Cu K-α pada rentang sudut 5o – 60o
dengan : CR = corrosion rate (laju korosi) yang berfungsi untuk mengetahui tingkat kemurnian dari
K = konstanta laju korosi natrium silikat.
T = waktu dalam (jam)
A = luas area logam (cm2) 1800
Komersial
Aditya, 2014
Sintesis
W = selisih massa setelah dengan sebelum 1600
800
(Aditya, 2014)
Satuan laju korosi yang digunakan adalah mils per 600
200
perhitungan laju korosi, dapat diketahui efisiensi inhibitor 0
(Sintesis)
tulangan) menuju ke katoda (tembaga) sehingga terjadi Selain pada bentuk fisik beton, baja tulangan beton
proses reaksi anodik yang produk akhirnya berupa karat juga mengalami perubahan yaitu terjadi korosi pada
atau korosi. Perlaukuan yang diberikan sama setiap sampel permukaannya, hal ini dapat dilihat pada gambar 7 dibawah
rata-rata teraliri arus 3.24 mA sehingga memudahkan dalam ini.
pengamatan untuk mengetahui kinerja dari inhibitor
natrium silikat terhadap variasi sampel yang diteliti.
A NaCl 12,5%
B NaCl 12,5%
10 mm
C NaCl 12,5%
8 D NaCl 12,5%
E NaCl 12,5%
A air rawa
(a)
7 B air rawa
C air rawa
D air rawa
6 E air rawa
5
Arus (mA)
4
10 mm
3
(b)
2
Gambar 7 Korosi pitting yang terjadi pada baja tulangan (a) pengujian di
1 larutan NaCl 12,5% (b) pengujian di air rawa.
0
1 2 3 4 5
Time (Day) Dari gambar tersebut terlihat bahwa baja tulangan
Gambar 5 Arus yang diterima tiap sampel.
telah terkorosi yang berupa bintik hitam yang merupakan
jenis korosi pitting (sumuran) yang mengakibatkan
Dalam proses terjadinya korosi pada baja tulangan permukaan logam tersebut terlihat berlubang, di karenakan
beton yang diakibatkan ketika beton di rendam pada suatu tidak homogennya lapisan pada permukaan baja tulangan.
larutan maka beton tersebut akan mengalami penetrasi atau Korosi ini bermula pada bagian baja yang menghadap ke
difusi dari larutan tersebut baik larutan NaCl 12,5% arah katoda, ini terjadi karena pada saat mengadap katoda
ataupun air rawa, hal ini dapat mempengaruhi nilai dari secara otomatis memudahkan baja untuk melepaskan
resistansi yang dimiliki oleh beton tersebut ketika dialiri elektron dari anoda menuju ke katoda. Selain itu korosi juga
arus dan kadar O2 yang ada pada sebuah larutan memiliki terjadi kebih cepat pada bagian antara baja tulangan yang
peranan penting untuk proses oksidasi terhadap baja bebas dengan baja tulangan yang terselimuti beton, hal ini
tulangan sehingga terjadilah korosi. Peranan penting terjadi karena tidak homogennya permukaan baja tersebut
inhibitor natrium silikat yang bereaksi dengan beton akibat beda konsentrasi O2.
sehingga membentuk lapisan pelindung yang berfungsi
melindungi permukaan logam dari interaksi lingkungan.
Setelah dilakukan pengujian korosi terlihat perubahan
bentuk pada bentuk fisik beton yang mengalami perubahan
akibat adanya korosi, hal ini ditandai dengan munculnya
cairan bening pada permukaan beton dan terjadi kerak di
sekeliling beton, seperti yang telihat pada gambar 6.
(a) (b)
Gambar 8 Pengamatan secara mikroskopik pada baja tulangan setelah
mengalami pembongkaran (a) pengujian di larutan NaCl
12,5%, (b) pengujian di air rawa.
C. Efisiensi Inhibitor Terhadap Laju Korosi rendah dibandingkan dengan penambahan inhibitor lainnya
Selama pengujian korosi pada larutan NaCl 12,5% memiliki nilai sebesar 0,11 mpy.
dan air rawa diketahui pengaruh metode penambahan 50
Efisiensi (%) pada larutan NaCl 12,5%
Efisiensi (%) pada air rawa
1* Pelapisan Inhibitor pada baja tulangan
Efisiensi (%)
NaCl 12,5% maupun air rawa. 20
10
Tabel 2
Laju Korosi dan Efisiensi Inhibitor pada Larutan NaCl 12,5% dan Air 0
Rawa 0
I
1* 5 10 15
Penambahan Inhibitor (ml)
NaCl 12,5% Air Rawa
Sampel CR Efisiensi CR Efisiensi Gambar 10 Hubungan efisiensi terhadap penambahan inhibitor natrium
(mpy) (%) (mpy) (%) silikat.
A (Tanpa Inhibitor) 0,1871 0 0,2023 0
B (Pelapisan Inhibitor) 0,1736 7,21 0,1764 12,79 Pada penelitian ini terlihat jelas bahwa penambahan
C (Penambahan 5 ml) 0,1235 34 0,11 45,62 inhibitor mampu meningkatkan nilai efisiensi untuk
D (Penambahan 10 ml) 0,1197 36 0,1203 40,53 menekan laju korosi pada penambahan inhibitor 10 ml
E (Penambahan 15 ml) 0,1343 28,19 0,1224 39,48 mampu menekan laju korosi pada larutan NaCl 12,5%
sebesar 0,1197 mpy dengan efisiensi 36%. Nilai efisiensi
Dari tabel 2 diatas terlihat bahwa penambahan yang paling tinggi pada pengkondisian air rawa berada pada
inhibitor mampu mengurangi laju korosi berbeda halnya saat penambahan inhibitor natrium silikat sebanyak 5 ml
pada pemberian inhibitor yang hanya dilapiskan pada baja pada kondisi variasi keadaan ini memiliki nilai efisiensi
tulangan, cara ini kurang efektif untuk mencegah korosi sebesar 45,62%, Sedangkan untuk penambahan 15 ml
karena cara ini membuat lapisan pasif pada baja tulangan mengalami penurunan efisiensi hal ini diakibatkan semakin
tidak stabil akibat adanya butiran kristal pada permukaan banyak inhibitor yang ada pada beton tersebut maka
logam sebelum dilakukan pengecoran. Butiran kristal ini konsentrasi dari natrium silikat akan semakin pekat
muncul dari proses coating dengan menggunakan natrium sehingga memudahkan larutan untuk melakukan difusi
silikat ketika sudah kering, sehingga menyebabkan reaksi akibat beda konsentrasi dengan larutan uji namun pada
antara permukaan logam dengan lapisan inhibitor secara kondisi ini inhibitor juga dapat bekerja untuk melindungi
langsung. Dari data tabel diatas terlihat bahwa pada kondisi baja tulangan hanya saja kurang maksimal hal ini di
inhibitor yang dilapiskan pada baja mempunyai nilai tunjukkan dengan hanya dapat menekan laju korosi pada
efisiensi yang paling rendah, sedangkan untuk penambahan larutan NaCl 12,5 % sebesar 0,1343 mpy dengan nilai
inhibitor memiliki efisiensi yang lebih baik. efisiensi sebesar 28,19 % dan pada kondisi perendaman air
Laju Korosi pada NaCl12,5%
rawa mampu menekan laju korosi sebesar 0,1224 mpy
0.20
Laju Korosi pada Air Rawa
1* Pelapisan inhibitor pada baja tulangan
dengan nilai efisiensi 39,48%.
0.18
D. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Terhadap
Laju Korosi (mpy)
I
Pengujian dilakukan di Teknik Sipil ITS dengan
1*
0 5 10
Penambahan Inhibitor (ml)
15
menggunakan standart uji SNI 03-1974-1990.
0.7
Steel Pipelines By Using Sacrificial Anodes”. Mechanical
Laju Korosi (mpy)
0.6 0.16
Engineering. Universiti Malaysia Pahang.
0.5 [10]Pierre-Adrien Itty, Marijana Serdar, Cagla Meral, Dula Parkinson,
0.4
0.14 Alastair A. MacDowell, Dubravka Bjegovic´, Paulo J.M. Monteiro.
2014. “In Situ 3D Monitoring Of Corrosion On Carbon Steel And
0.3 0.12 Ferritic Stainless Steel Embedded In Cement Paste”. Journal
0.2
Corrosion Science 83 (2014) 409–418.
I 0.10 [11]Roberge, Pierre R. 2000. Handbook of Corrosion Engineering. New
0 1* 5 10 15
York: McGraw-Hill
Penambahan Inhibitor (ml)
[12]Sidiq, M. Fajar. 2013. “Analisa Korosi Dan Pengendaliannya”. Jurnal
Gambar 13 Hubungan kuat tekan dan laju korosi terhadap penambahan Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259 25
inhibitor. [13]Sujdono, Agus Santoso, 2005. “Pengaruh Penggunaan Mineral
Tambahan Pada Campuran Beton”. Teknik Sipil. Universitas Kristen
Dari gambar 13 diatas diketahui bahwa penambahan Petra.
[14]Wirawan, HC. Kis Agustin, M. Sigit Darmawan. “Studi
inhibitor sebanyak 5 ml merupakan cara yang efektif guna Eksperimental Korosi Baja Tulangan Menggunakan Metode
melindungi baja tulangan dari korosi dan pada penambahan Dipercepat Pada Beton Dengan Variasi Fly Ash di Lingkungan
Khlorida”.