Está en la página 1de 24

ANALISIS PERANGKAT SOAL

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan


yang dibina oleh Bapak Sudjono Dan Ibu Murni Saptasari

Oleh:

Kelompok 4 / Off.B
Mita Listiani (110341421538)
Nadidah Safitri (110341421535)
Rizky Pradita Yudhiasri (110341421545)
Tri Riskawati (110341421550)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Soal yang diberikan saat tes seharusnya dilakukan evaliasi terhadap
kelayakannya. Analisis soal pada umumnya terdiri dari analisis butir soal dan
analisis perangkat soal. Tujuan dari analisis soal ii adalah untuk
menyeragamkan perseepsi semua pemeriksa khususnya terhadap pedoman
penilaian, dan memeriksa kesesuaian pedoman penilaian dengan tingkat
kemampuan peserta ujian. Selain itu, perlunya pemahaman analisis soal ini
disebabkan supaya dapat diketahui kelemahan butir soalnya. Kelemahan butir
soal disebabkan konstruksinya yang kurang tersusun dengan baik. Adapun
penyebabnya antara lain kurang waktu, kurang terlatih, belum terbiasa, tidak
adanya uji coba mutu soal.
Adapun analisis perangkat soal terdiri dari validasi dan reliabilitas.
Pentingnya memahami analisis perangkat soal ini supaya dapat mengetahui
keteerukuran tujuan. Dengan demikian untuk analisa ini diperlukan
penguasaan akan tujuan pembelajaran yang sangat dipengaruhi oleh
taksonomi Bloom.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang tersebut, timbul beberapa
permasalahan antara lain sebagai berikut.
1. Apa yang di maksud dengan analisis perangkat soal?
2. Bagaimana analisis perangkat soal terkait dengan koefisien
validitasnya?
3. Bagaimana analisis perangkat soal terkait dengan koefisien
reabilitasnya?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai, adalah untuk sebagai berikut.
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anlisis perangkat soal.
2. Menganalisis koefisien validitas dari analisis perangkat soal.
3. Menganalisis koefisien reabilitas dari analisis perangkat soal.
BAB II
ISI

A. Definisi Analisis Perangkat Soal


Perangkat soal akan di analisis mutunya dengan spesifikasi validitas
dan reabilitas. Adapun karakteristik perangkat tes antara lain adalah reabilitas
yakni adanya sumber ketidak akuratan tes dapat berupa butir tes yang
mendua, terlalu sukar atau jumlah butir soal tidak mewakili materi belajar.
Konsep reabilitas diartikan sebagai sejauh mana suatu alat ukur diyakini
memberikan informasi yang konsisten dan tidak mendua tentang karakteristik
peserta tes yang diujikan (benar-benar hasil uji bukan kebetulan atau
spekulasi). Selain itu adalah validitas yakni seberapa jauh perangkat tes
berguna dalam mengambil keputusan yang relevan dengan tujuan yang
ditentukan analisis kualitatif oleh para ahli di bidang studi tertentu
(Anonim.2012).

B. Koefisien Validitas dalam Analisis Perangkat Soal


Validitas suatu perangkat tes merupakan kemampuan suatu tes untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Azwar, 2012: 51). Validitas juga
merujuk pada ketepatan (appropriateness), kebermaknaan (meaningfulness)
dan kemanfaatan (usefulness) kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi
skor tes (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dengan demikian menunjukkan
bahwa validitas dalam sebuah tes menjadi hal yang sangat penting karena
akan mengukur kemampuan peserta didik secara tepat. Validitas tes dapat
diketahui dari hasil pemikiran dan pengalaman. Secara garis besar ada dua
macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
Macam Validitas
a. Validitas Logis
Validitas logis mengandung kata logis, berasal dari kata “logika”
yang artinya penalaran. Validitas logis dapat diartikan menunjuk pada
kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan hasil penalaran, artinya instrument tersebut telah dirancang
dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Ada dua macam
validitas logis, yakni validitas isi dan validitas konstrak. Berikut ini adalah
penjabaran dari kedua validitas tersebut.
1. Validitas Isi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan. Hal ini berarti bahwa validitas isi menunjuk suatu kondisi
sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang
dievaluasi.
2. Validitas konstruksi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir
soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir
seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Dengan
kata lain, validitas konstruk menunjuk suatu kondisi sebuah instrument
yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang
seharusnya dievaluasi.
b. Validitas Empiris
Validitas empiris memuat kata “empiris” yang artinya
“pengalaman”. Sebuah instrument dikatakan memiliki validitas empiris
apabila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris tidak dapat
diperoleh hanya dengan menyusun instrument berdasarkan ketentuan
seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni validitas “ada sekarang” dan
validitas prediksi. Berikut ini uraian mengenai validitas ada sekarang dan
validitas prediksi.
1. Validitas ada sekarang
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas ada sekarang jika
hasilnya sesuai dengan pengalaman. Artinya, bahwa bagi instrument
yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudah tersedia, atau
yang sudah ada.

2. Validitas prediksi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas
ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang
akan terjadi pada masa yang akan datang.
Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi product moment ada dua macam, yakni:
1. Korelasi product moment dengan simpangan, dan
2. Korelasi product moment dengan angka kasar.
Rumus korelasi product moment dengan simpangan

Rumus korelasi product moment angka kasar

Di mana:
rxy= koefisien korelasi antara variable X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
Perbandingan validitas soal yang dihitung dengan rumus simpangan,
terdapat 0,003, lebih besar nilai yang dihitung dengan rumus simpangan. Hal
ini wajar karena dalam mengerjakan perkalian atau penjumlahan jika
dipperoleh 3 atau angka di belakang koma dilakukan pembulatan ke atas.
Perbedaan ini dianggap sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Penjelasan
lebih rincinya adalah bahwa ada nilai korelasi positif dan korelasi negatif.
− Korelasi positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua hal.
Misalnya, hal pertama nilainya naik, hal kedua ikut naik. Sebaliknya jika
hal pertama turun, yang kedua ikut turun.
− Korelasi negative menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara dua
hal. Misalnya, hal pertama nilainya naik, justru yang kedua turun.
Sebaliknya jika yang pertama turun, maka yang kedua naik.
Keadaan hubungan antara dua hal yang kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari tidak selalu hanya positif atau negative saja, tetapi
mungkin 0. Besarnya korelasipun tidak menentu.
Koefisien korelasi terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Namun karena
dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka, maka kemungkinan
memperoleh nilai lebih dari 1,00. Koefisien negative menunjukkan hubungan
kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk
mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai
berikut.
Nilai r Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0, 80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Penafsiran harga koefisien korelasi ada 2 cara, yakni sebagai berikut.
1. Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi,
cukup, dan sebagainya.
2. Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik r product moment sehingga
dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih
kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak
signifikan. Begitu juga arti sebaliknya.

C. Koefisien Reabilitas dalam Analisis Perangkat Soal


1. Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas merupakan derajat keajegan (consistency) di antara dua
buah hasil pengukuran pada objek yang sama. Definisi ini dapat diilustrasikan
dengan seseorang yang diukur tinggi badannya akan diperoleh hasil yang
tidak berubah walaupun menggunakan alat pengukur yang berbeda dan skala
yang berbeda. Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, prestasi atau
kemampuan seorang siswa dikatakan reliabel jika dilakukan pengukuran,
hasil pengukuran akan sama informasinya, walaupun penguji berbeda,
korektornya berbeda atau butir soal yang berbeda tetapi memiliki
karakteristik yang sama (Mehrenn dan Lehmann dalam Muhson, 2001).
Menurut Arikunto (2013), reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi
apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jika validitas
dihubungkan dengan tidak menyimpangnya data dari kenyataan, reliabilitas
dihubungkan dengan ketetapan hasil meski telah dilakukan perekaman data
berkali-kali.
Besarnya ketetapan itulah yang menunjukkan tingginya reliabilitas
suatu instrumen. Scarvia dan Anderson dalam Arikunto (2013) menyatakan
bahwa validitas memang lebih penting dari reliabilitas, namun reliabilitas
juga perlu. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa reliabilitas akan
menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin saja reliable, tetapi
tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel. Berdasarkan
uraian di atas, maka dalam pembuatan alat ukur dalam dunia pendidikan
harus dilakukan secermat mungkin dan disesuaikan dengan kaidah-kaidah
yang telah ditentukan oleh ahli-ahli pengukuran di bidang pendidikan
(Muhson, 2001). Untuk melihat reliabilitas suatu alat ukur, yang berupa suatu
indeks reliabilitas, dapat dilakukan penelaahan secara statistik. Nilai ini biasa
dinamakan dengan koefisien reliabilitas (reliability coefficient). Koefisien
reliabilitas berkisar antara 0 hingga 1.
Mehrens & Lehmann (1973: 104) menyatakan bahwa meskipun tidak ada
perjanjian secara umum, tetapi secara luas dapat diterima bahwa untuk tes yang
digunakan untuk membuat keputusan pada siswa secara perorangan harus
memiliki koefisien reliabilitas minimal sebesar 0,85. Dengan demikian, pada
penelitian ini, tes seleksi digunakan untuk menentukan keputusan pada siswa
secara perorangan, sehingga indeks koefisien reliabilitasnya diharapkan minimal
sebesar 0,85 (Mehrenn dan Lehmann dalam Muhson, 2001). Arikunto (2013)
menyatakan bahwa ada beberapa hal yang sedikit banyak akan mempengaruhi
hasil tes siswa. Namun, jika dihubungkan dengan perubahan besar koefisien
reliabilitas, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 hal yang dapat
mempengaruhi yaitu sebagai berikut.

a. Semakin Panjang Tes, Reliabilitas Semakin Tinggi


Tes yang terdiri dari banyak butir soal tentunya akan lebih valid dibandingkan
dengan tes yang hanya terdiri dari beberapa butir soal. Tinggi rendahnya validitas
menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas. Besarnya reliabilitas berhubungan dengan
penambahan banyaknya butir soal. Terkait dengan hal ini, Spearman dan Brown
membuat sebuah formula yang dikenal dengan rumus Spearman-Brown yaitu sebagai
berikut.

rn: Besarnya koefisien reliabilitas sesudah tes saat telah ditambahkan butir soal yang
baru.
n : Berapa kali butir soal ditambah.
r : besarnya koefisien reliabilitas sebelum butir soal ditambah
b. Hal yang Berhubungan dengan Testee
Suatu tes yang diujicobakan kepada kelompok yang terdiri dari banyak siswa
akan memberikan keragaman hasil yang menggambarkan besar kecilnya reliabilitas
tes. Tes yang diujicobakan pada bukan kelompok terpilih akan menunjukkan
reliabilitas yang lebih besar dibanding tes yang dicobakan pada kelompok tertentu
yang diambil secara dipilih (Arikunto, 2013).
c. Hal yang Berhubungan dengan Penyelenggara Tes
Faktor penyelenggara tes yang bersifat administratif sangat menentukan hasil
tes sehingga berpengaruh pada nilai reliabilitasnya. Contohnya, adanya petunjuk yang
diberikan oleh penyelenggara tes sebelum tes dimulai akan memberikan ketenangan
pada para peserta dan ketenangan ini sangat berpengaruh terhadap hasil tes.

2. Cara-Cara Mencari Besarnya Reliabilitas


a. Metode Bentuk Paralel (double-test-double-trial method)
Metode ini menggunakan tes paralel yang diujikan pada sekelompok siswa
yang sama. Tes paralel atau tes equivalen adalah dua buah tes yang memiliki
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda
(Arikunto, 2013). Sementara menurut Widiarso (2012) tes paralel adalah dua buah
tes yang disusun dari tujuan ukur yang sama dan blue print yang sama sehingga
jumlah item atau taraf kesukarannya untuk tes kognif adalah sama. Secara
statistik, tes paralel diasumsikan dengan nilai varian skor tampak dan varian eror
yang setara (parallel) atau ditambahkan dengan asumsi rerata skor yang setara
(strict parallel) antar kedua tes. Dalam melakukan metode ini, penguji harus
menyiapkan dua buah tes. Masing-masing tes yang telah dibuat, diujicobakan pada
kelompok siswa yang sama. Misal, tes Biologi Seri A akan dicari reliabilitasnya. Tes
Seri B diujicobakan pada siswa yang sama. Kedua hasil tes (Seri A dan Seri B)
dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua hasil tes inilah yang menunjukkan
koefisien reliabilitas tes Seri A. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa penguji
harus membuat dua soal tes sehingga sedikit banyak akan terasa sangat merepotkan.
b. Metode Tes Ulang (test-retest method)
Metode ini menggunakan satu seri tes, namun diujicobakan dua kali kepada
kelompok siswa yang sama. Kelemahan dari metode ini, untuk tes yang banyak
mengungkap pengetahuan yang bersifat ingatan dan pemahaman, cara ini kurang
mengena karena testee masih akan ingat butir-buir soalnya (Arikunto, 2013).
Biasanya kenaikan skor dialami oleh semua siswa karena secara umum, kondisi siswa
saat melakukan tes sudah jauh berbeda. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pada
dua metode pertama ini, para ahli berusaha untuk mencari rumus paten yang dapat
digunakan untuk menentukan besarnya koefisien reliabilitas.
c. Metode Belah Dua (Split Half Method)
Berbeda dengan metode pertama dan metode kedua yang setelah
ditemukannya koefisien korelasi langsung ditafsirkan menjadi koefisien reliabilitas,
metode ketiga ini menggunakan rumus-rumus khusus untuk mencari koefisien
reliabilitas. Maksud dari belah dua disini, koefisien reliabilitas dicari dengan teknik
dasar membelah butir soal alias item menjadi dua, bukan mengelompokkan peserta
tes menjadi dua. Ada dua cara untuk membelah butir-butir soal, yaitu sebagai berikut.
1) Membelah item-item menjadi item ganjil dan item genap. Selanjutnya disebut
belahan ganjil-genap.
2) Membelah item menjadi item awal dan item akhir, yaitu separo jumlah pada nomor
awal dan separo jumlah pada nomor akhir.
Dalam makalah ini, dibahas 6 rumus yang dapat digunakan untuk menghitung
besarnya koefisien reliabilitas menggunakan metode belah dua yaitu rumus
Spearman-Brown, rumus Flanagan, rumus Rulon, rumus K-R.20, rumus K-R.21 dan
rumus Hoyt. Sebelumnya, akan dibahas terlebih dahulu tentang pembelahan butir-
butir soal.
Data yang digunakan adalah tabel analisis item tes matematika dalam Arikunto (2013:
108).

No Nama Nomor Item 1,3 2,4 1.2 6.7.8.9.10


5,7,9 ,6 3.4.5
,8,10
12 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Gan- Ge- Awal Akhir
total jil nap
1. Hartati 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 5 3 3 5
2. Yoyok 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5 3 2 2 3
3. Oktav 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 4 0 4 1 3
4. Wendi 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 3 2 3 2
5. Diana 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 3 3 5 1
6. Paul 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 4 4 0 3 1
7. Susana 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 4 3 5 2
8. Helen 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 3 5 3 5

Dari tabel di atas, dapat dianalisis variabel X dan Y yaitu sebagai berikut.

No Nama Item ganjil Item genap


(1,3,5,7,9) (2,4,6,8,10)
(X) (Y)
1. Hartati 5 3
2. Yoyok 3 2
3. Oktav 0 4
4. Wendi 3 2
5. Diana 3 3
6. Paul 4 0
7. Susana 4 3
8. Helen 3 5
2
ΣX = 25 ΣX = 93 ΣY = 22 ΣY2 = 76
ΣXY = 63
Selanjutnya, hasil analisi data yang telah didapatkan dapat digunakan untuk
menghitung besarnya koefisien reliabilitas. Besarnya koefisien reliabilitas dari tes
tersebut dapat dicari dengan beberapa teknik yaitu sebagai berikut.
1) Menggunakan Rumus Spearman-Brown
Pertama, dilakukan penghitungan korelasi product moment menggunakan rumus:

Setelah dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan memasukkan hasil
analisis data yang telah dilakukan, didapatkan bahwa r hh atau rxy sebesar -0,3786.
Harga tersebut baru menunjukkan reliabilitas separo tes. Oleh karena itu perlu
dilakukan langkah kedua, menggunakan rumus Spearman-Brown yaitu sebagai
berikut.

2 r1/21/2

r1I =
(1 + r1/21/2)

Koefisien reliabilitas separo tes yang telah ditemukan dapat dimasukkan ke dalam
rumus ini, penghitungannya adalah sebagai berikut.

= -0,5493
Dengan data yang tertera dalam tabel, dapat juga item diganti dengan skor
belahan awal-akhir. Variabel X yang digunakan adalah item awal (soal nomor
1,2,3,4,5) dan variabel y yang digunakan adalah item akhir (soal nomor 6,7,8,9,10).
2) Menggunakan rumus Flanagan
Rumus Flanagan dapat menjadi alternatif kedua untuk menghitung koefisien
reliabilitas. Dalam menggunakan rumus ini tidak perlu dilakukan perhitungan korelasi
product moment seperti pada rumus Spearman-Brown.
Rumus Flanagan adalah sebagai berikut.

Keterangan:
-r11 = reliabilitas tes
-S12= varians belahan pertama (1) dalam hal ini adalah varians skor item ganjil.
-S12= varians belahan kedua(2) dalam hal ini adalah varians skor item genap
-St2= varians total, yaitu varians skor total
Varians ditulis dengan menggunakan kuadrat dikarenakan varians merupakan
standar deviasi kuadrat atau simpangan baku kuadrat. Rumus untuk mencari varians
adalah sebagai berikut.

Dengan N adalah banyaknya jumlah peserta test.


Koefisien reliabilitas dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Varians item ganjil (S12) = = 1,859

Varians item genap (S22) = = 1,937

Varians total diambil dari tabel yang ada skor totalnya.

Varians total = = 2,36


Nilai-nilai yang telah ditemukan dimasukkan ke dalam rumus Flanagan.

- r11 = )

= -2 (2-1,609)
= -1,218
3) Menggunakan rumus Rulon
Rumus Rulon yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menentukan
koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut.

Sd2 = varians beda (varians different)


D = difference, perbedaan antara skor belahan pertama (awal) dengan skor
belahan kedua (akhir)
Tabel difference dari hasil tes yang telah didapatkan adalah sebagai berikut.

No Nama Item awal Item Akhir d


(1,2,3,4,5) (6,7,8,9,10)
(X) (Y)

1. Hartati 3 5 -2
2. Yoyok 2 3 -1
3. Oktav 1 3 -2
4. Wendi 3 2 -1
5. Diana 5 1 4
6. Paul 3 1 2
7. Susana 5 2 3
8. Helen 3 5 -2

Langkah-langkah untuk menghitung koefisien reliabilitas menggunakan rumus


Rulon adalah sebagai berikut.
1. Mencari varians total (St2) menggunakan rumus seperti yang telah dijelaskan
dalam pembahasan rumus Flanagan. Varians total yang telah diketahui dari
hasil penghitungan sebelumnya adalah 2,36.
2. Menghitung Sd2 menggunakan rumus:
Dengan melakukan penghitungan menggunakan rumus tersebut, diketahui bahwa
Sd2 = 5,234.
3. Menghitung koefisien reliabilitas menggunakan rumus Rulon:

r11 = 1 – = 1-2,218 = -1,218


Dari penghitungan menggunakan rumus Flanagan dan rumus Rulon,
keduanya menunjukkan hasil yang lebih besar dari 1,00. Secara teoretik, hasil
ini salah tetapi karena selama proses penghitungan didapatkan pembulatan-
pembulatan, hal seperti ini seringkali terjadi.

4) Penggunaan Rumus Rulon

Keterangan:
Rumus Sd2 = varians beda (varians different)

D = different, adalah perbedaan antara skor belahan pertama (awal) dengan skor
belahan kedua (akhir)

Agar lebih memperjelas keterangan, berikut tabel belahan awal-akhir.

No. Nama Awal Akhir d


1. Hartati 3 5 -2
2. Yoyok 2 3 -1
3. Oktaf 1 3 -2
4. Wendi 3 2 1
5. Diana 5 1 4
6. Paul 3 1 2
7. Susana 5 2 3
8. Helen 3 5 -2

Dengan kalkulator atau hitungan biasa diketahui bahwa

∑d = 3 ; ∑d2 = 43

Dengan perhitungan terdahulu diketahui varians total = 2,75


Sd2= = = = = 5,234

Lalu dimasukkan ke dalam rumus Rulon

= = 1-2,218 = -1,218

Menurut Arikunto (2013), terdapat dua syarat untuk dapat menggunakan


metode belah dua, yakni banyaknya item harus genap agar dapat dibelah dan item
yang membentuk soal tes harus homogen atau paling tidak setelah dibelah
terdapat keseimbangan antara belahan pertama dengan belahan kedua. Untuk
mengatasi kesulitan memenuhi persyaratan ini maka reliabilitas dapat dicari
dengan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson. Rumus yang
digunakan untuk mencari reliabilitas dan banyak digunakan orang dua rumus,
yaitu rumus K-R.20 dan rumus K-R.21.

5) penggunaan rumus K-R.20

Rumus
Keterangan:
r1 = reliabiltas tes secara keseluruhan
P = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
N = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar
varians)

Di dalam buku-buku lain seringkali n diganti dengan huruf k yang juga


melambangkan banyaknya item. Demikian pula pada S sebagai lambang deviasi,
dituliskan SB sebagai singkatan “Simpangan Baku. Berikut rumus K-R.20.

Berikut contoh tabel analisis penggunaan rumus k-R.20


No. Nama Nomor item Skor
total

1 2 3 4 5 6 7
1. Wardoyo 1 0 1 1 1 1 0 5

2. Benny 0 1 1 0 1 1 1 5
3. Hanafi 0 0 0 0 1 0 1 2
4. Rahmad 0 1 1 1 1 1 1 6
5. Tanti 1 0 0 0 1 0 0 2
6. Nadia 0 1 1 1 1 0 0 4
7. Tini 0 0 0 1 1 1 0 3
8. Budi 0 1 0 1 1 0 0 3
9. Daron 0 1 0 1 1 0 0 3
10. Yakob 0 0 0 1 1 0 0 2
Np 2 5 4 7 10 4 3 35
p 0,2 0,5 0,4 0,7 1 0,4 0,
3
q 0,8 0,5 0,6 0,3 0 0,6 0,
7
pq 1,31
(∑pq)

Data yang diperoleh lalu dimasukkan ke dalam rumus K-R.20

S = 1,56 (dicari dengan kalkulator)

= 1,17 x S dapat dicari dengan menarik akar varians

= 1,17 x S = 1,36 (dicari dengan kalkulator)

= 1,17 x 0,29 = 0,3415 dibulatkan 0,342


6) Penggunaan rumus K-R.21
Rumus K-R.21:

Keterangan:
M = mean atau rerata skor total

= 1,17 x

r11 = 1,17 x

= 1,17 x (1-0,946)
= 1,17 x 0,0541 = 0,06329 dibulatkan 0,0633
Jika dibandingkan reliabilitas yang dihitung K-R.20 dan K-R.21 lebih
besar yang pertama. Memang menggunakan rumus K-R.20 cenderung
memberikan hasil yang lebih tinggi, tetapi pekerjaannya lebih rumit.
7) penggunaan rumus Hoyt

Rumus atau r11 =

Keterangan:
r11= reliabilitas seluruh soal
Vr = varians responden
Vs = varians sisa
Untuk mencari reliabilitas suatu soal dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
Langkah 1: mencari jumlah kuadrat responden dengan rumus

Keterangan:
Jk (r) = jumlah kuadrat item
Xt = skor total tiap responden
K = banyaknya item
N = banyaknya responden atau subjek
Langkah 2 : mencari kuadrat item dengan rumus

Langkah 3: mencari jumlah kuadrat total dengan rumus


Keterangan:
Jk (t) = jumlah kuadrat total
∑B = jumlah jawab benar seluruh item
∑S = jumlah jawab salah seluruh item
Langkah 4: mencari jumlah kuadrat sisa dengan rumus
Jk (s) = Jk (t)- Jk (r) – J (i)
Langkah 5: mencari varians responden dan varians sisa dengan tabel F
Dalam mencari varians ini diperlukan db (derajat kebebasan) dari masing-masing
sumber varians.
db = banyaknya N setiap sumber variasi dikurangi 1

variasi =

Langkah 6: memasukkan ke dalam rumus r11

Untuk memperjelas penggunaan rumus Hoyt dalam mencari reliabilitas tes dapat
diamati pada tabel di bawah ini, sebelumnya tabel ini sudah digunakan untuk
mencari reliabilitas dengan rumus K-R.20.

Tabel Analisis Item Untuk Mencari Reliabilitas Dengan Rumus Hoyt


No. Nama Nomor item Skor Skor
total kuadra
(X) t total
(X2)
1 2 3 4 5 6 7
1. Wardoyo 1 0 1 1 1 1 0 5 25

2. Benny 0 1 1 0 1 1 1 5 25
3. Hanafi 0 0 0 0 1 0 1 2 4
4. Rahmad 0 1 1 1 1 1 1 6 36
5. Tanti 1 0 0 0 1 0 0 2 4
6. Nadia 0 1 1 1 1 0 0 4 16
7. Tini 0 0 0 1 1 1 0 3 9
8. Budi 0 1 0 1 1 0 0 3 9
9. Daron 0 1 0 1 1 0 0 3 9
10. Yakob 0 0 0 1 1 0 0 2 4
Jumlah jawab 2 5 4 7 10 4 3 35
benar
Kuadrat jumlah 4 25 16 49 100 16 9
jawab benar ∑Xt

Jumlah kuadrat 219


jumlah jawab
benar
Jumlah jawab 8 5 6 3 0 6 7 35
salah

Berdasarkan tabel ini dapat dicari reabilitas soal dengan rumus Hoyt melalui
langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah 1: mencari jumlah kuadrat responden

= = 20, 143 – 17,5 = 2,643

Langkah 2: mencari kuadrat item

= = 21,9 – 17,5 = 4,4

Langkah 3: mencari jumlah kuadrat total

= = = 17,5
Langkah 4: mencari jumlah kuadrat sisa
Jk (s) = Jk (t)- Jk (r) – J (i)
= 17,5 - 2,643 – 4,4 = 10,457
Langkah 5: mencari varians responden dan varians sisa dengan tabel F
Tabel F

Sumber Jumlah db Varians


variasi kuadrat
Responden 2,643 9 (10-1)
=

0,294
Item 4,4 6 (7-1)
= 0,733

Sisa 10,457 54 (55-1)


=

0,1936
Total 17,5 69 (70-1)

Untuk mencari db sisa, maka harus mencari db total terlebih dahulu lalu dikurangi
db responden dan db item
db total = k x N – 1 + 7 x 10 x -1 = 70 – 1 = 69
db responden = N- 1 = 10 – 1 = 9
db item = k -1 = 7 – 1 = 6
db total = db total – db responden – db item = 69 – 9 – 6 = 54

Langkah 6: memasukkan ke dalam rumus r11

= = 1 – 0,658 = 0,342 (sama dengan K-R.20)

Mencari Reliabilitas Tes Bentuk Uraian


Pada bahasan sebelumnya dibahas tentang analisis soal objektif berupa pilihan
ganda, untuk menganalisis soal bentuk uraian dapat menggunakan rumus Alpha
atau biasa dikenal dengan Cronbach Alpha. Skor pada masing-masing soal
dicantumkan pada kolom item seperti apa adanya. Rumus alpha yang digunakan
sebagai berikut
Keterangan:
r11 = reabilitas yang dicari
∑σi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σi2 = varians total
Contoh perhitungan untuk mencari reliabilitas
Tabel Analisis Item

Kuadrat
Nomor item Skor skor
No. Nama 1 2 3 4 5 6 total total

1. A 10 6 8 8 10 10 52 2704
2. B 6 4 4 6 6 5 31 961
3. C 8 2 6 8 7 8 39 1521
4. D 7 3 7 7 6 6 36 1296
5. E 0 5 3 2 4 4 18 324
6. F 2 4 2 8 6 8 30 900
7. G 4 3 6 6 6 6 31 961
8. H 5 5 5 7 7 7 36 1296
9. I 5 5 4 6 8 5 33 1089
10. J 3 6 3 4 6 6 28 784
Jumlah 50 43 48 62 66 65 334 11836
Jumlah 32 20 26 41
kuadrat 8 1 4 8 458 451 2120

2120 = jumlah dari kuadrat masing-masing skor


11836 = jumlah kuadrat skor total
Dengan data yang tertera dalam tabel, terlebih dahulu mencari tiap-tiap varians,
lalu dijumlahkan. Berikut rumus varians.

atau

= = = 7,8
= = = 1,61

= = = 3,36

= = = 3,36

= = = 2,24

= = = 2,85

Jumlah varians semua item = 7,8+1,61+3,36+3,36+2,24+2,85 = 21,22

Varian total = = = 68,04

Langkah terakhir adalah memasukkan hasil perhitungan ke dalam rumus Alpha

= x = x 0,688 = 0,8256 dibulatkan 0,826


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian isi dalam makalah, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Perangkat soal akan di analisis mutunya dengan spesifikasi validitas
dan reabilitas.
2. Validitas dalam sebuah tes menjadi hal yang sangat penting karena
akan mengukur kemampuan peserta didik secara tepat. Validitas tes
dapat diketahui dari hasil pemikiran dan pengalaman. Secara garis
besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas
empiris
3. Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap. Jika validitas dihubungkan dengan
tidak menyimpangnya data dari kenyataan, reliabilitas dihubungkan
dengan ketetapan hasil meski telah dilakukan perekaman data berkali-
kali
DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2012. Analisis Soal. (Online)


(http://ocw.usu.ac.id/course/download/1300000002-evaluasi-
remidiasi/der_122_slide_analisis_soal.pdf) diakses 12 April 2014
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Azwar, Syaifuddin (2012) Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kusaeri dan Suprananto (2012) Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Muhson A. 2011. Koefisien validitas dan koefisien reabilitas. Jakarta: Bumi
Aksara.

También podría gustarte