Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
TUNA NETRA
A. Definisi
Tuna netra adalah seseorang yang memiliki indera penglihatan yang tidak
berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari
seperti halnya orang normal, sehingga mereka memiliki keterbatasan
melakukan berbagai aktivitas yang membutuhkan bantuan penglihatan seperti
menonton televisi, membaca huruf atau tanda visual, dan hal lainnya yang
berkenaan dengan penglihatan.Untuk mengetahui ketunanetraan dapat
digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes Snellen Card (Delphie,2011).
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang dimaksud dengan
tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau
tidak berfungsinya indera penglihatan.
Menurut Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) tunanetra adalah mereka
yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang
masih memiliki sisah penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan
penglihatanya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan
cahaya normal meski pun dibantu dengan kacamata (kurang awas).
B. Etiologi
Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:
1. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat
hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak
dalam kandungan, antara lain:
a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari
hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang
tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara
lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya
merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan
mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar
melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal,
dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam
kandungan dapat disebabkan oleh:
1) Gangguan waktu ibu hamil.
2) Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah
tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
3) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena
rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata,
telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang
sedang berkembang.
4) Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor.
Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera
penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
5) Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada
mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.
2. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi
sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga
baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi
lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan,
misalnya:
1) Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
2) Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon
trachomanis.
3) Katarak; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga
lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata
menjadi putih.
4) Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam
bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
5) Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang
disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-
pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem
sirkulasi hingga merusak penglihatan.
6) Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik,
dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk.
Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer
akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas
objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.
7) Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki
potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan
kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator
terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa
ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan
tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti
masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya,
kecelakaan dari kendaraan, dll.
D. Anatomi Fisiologi
E. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 (satu)
meter.
2. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu
melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.
3. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 200.
4. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang
awas.
5. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
6. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
7. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan.
F. Dampak Kondisi Tuna Netra
1. Secara kognitif :
a. Pengenalan/pengertian terhadap dunia luar tidak diperoleh secara
lengkap dan utuh, shg perkembangan kognitif cenderung terhambat
dibandingkan orang normal pada umumnya.
b. Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif tidak saja erat
kaitannya dengan kecerdasan atau kemampuan inteligensi, tetapi
juga kemampuan indera penglihatan.
2. Secara Motorik :
a. Fungsi sistem neuromuskularnya tidak bermasalah tetapi fungsi
psikis tidak mendukung shg menjadi hambatan dalam
perkembangan motorik.
b. Secara fisik, tuna netra biasanya: berjalan dengan posisi tegak,
kaku, lamban, dan penuh kehati-hatian dimana tangan mereka
selalu berada di depan dan sedikit tersendat pada saat berjalan.
c. Segi intelegensi, anak-anak tunanetra hampir sama dengan anak
normal pada umumnya,dimana ada anak yang cerdas, ada yang
rata-rata dan ada yang rendah. Menurut Kirley (1975), berdasarkan
tes intelegensi dengan menggunakan Hayes-Binet Scale ditemukan
bahwa rentang IQ anak tunanetra berkisar antara 45- 160, dengan
distribusi12,5% memiliki IQ kurang dari 80, kemudian 37,5%
dengan IQ diatas 120 dan 50% dengan IQ antara 80-120.
d. Segi perkembangan emosi, anak tunanetra sedikit mengalami
hambatan dibandingkan dengan anak yang normal.
e. Keterlambatan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dalam proses belajar. Pada awal masa kanak-kanak,
akan melakukan proses belajar untuk mencoba menyatakan
emosinya, hal ini tetap dirasakan tidak efisien karena mereka tidak
dapat melakukan pengamatan terhadap reaksi lingkungan secara
tepat. Akibatnya pola emosi yang ditampilkan mungkin berbeda
atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh diri sendiri
maupun lingkungannya.
f. Segi perkembangan sosial, tunanetra memiliki lebih banyak
hambatan. Hal tersebut muncul sebagai akibat langsung maupun
tidak langsung dari ketunanetraannya. Kurangnya motivasi,
ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru,
perasaan-perasaan rendah diri, malu, sikap-sikap masyarakat yang
seringkali tidak menguntungkan seperti penolakan, penghinaan,
sikap tak acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial, serta terbatasnya
kesempatan bagi anak untuk belajar tentang pola-pola tingkah laku
yang diterima merupakan kecenderungan tunanetra yang dapat
mengakibatkan perkembangan sosialnya amenjadi terhambat. Jadi,
perkembangan sosial dari penderita tunanetra sangat tergantung
pada bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama
lingkungan keluarga terhadap penderita tunanetra itu sendiri.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
meliputi nama, usia, alamat, status, pendidikan, agama dll.
2. Riwayat kesehatan
3. Keadaan umum
4. Riwayat sosial
5. Kemampuan mandiri
6. Pada pemeriksaan terfokus pada mata
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan cacat
sejak lahir
2. Defisit kemandirian berhubungan dengan keterbatasan aktifitas fisik
3. Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
4. Resiko Cedera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
RENCANA KEPERAWATAN
Manajemen Lingkungan
§ Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
§ Pindahkan benda-benda berbahaya dari lingkungan
pasien
§ Sediakan tempat tidur yang rendah
§ Tempatkan benda +benda pada tempat yang dapat
dijangkau pasien
“ TUNA NETRA ”
DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING AKADEMIK :
PUJI SETYA RINI, S.Kep.,Ns., M.Kep