Está en la página 1de 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TUNA NETRA

A. Definisi
Tuna netra adalah seseorang yang memiliki indera penglihatan yang tidak
berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari
seperti halnya orang normal, sehingga mereka memiliki keterbatasan
melakukan berbagai aktivitas yang membutuhkan bantuan penglihatan seperti
menonton televisi, membaca huruf atau tanda visual, dan hal lainnya yang
berkenaan dengan penglihatan.Untuk mengetahui ketunanetraan dapat
digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes Snellen Card (Delphie,2011).
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang dimaksud dengan
tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau
tidak berfungsinya indera penglihatan.
Menurut Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) tunanetra adalah mereka
yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang
masih memiliki sisah penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan
penglihatanya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan
cahaya normal meski pun dibantu dengan kacamata (kurang awas).

B. Etiologi
Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:
1. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat
hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak
dalam kandungan, antara lain:
a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari
hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang
tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara
lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya
merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan
mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar
melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal,
dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam
kandungan dapat disebabkan oleh:
1) Gangguan waktu ibu hamil.
2) Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah
tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
3) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena
rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata,
telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang
sedang berkembang.
4) Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor.
Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera
penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
5) Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada
mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

2. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi
sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga
baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi
lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan,
misalnya:
1) Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
2) Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon
trachomanis.
3) Katarak; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga
lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata
menjadi putih.
4) Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam
bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
5) Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang
disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-
pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem
sirkulasi hingga merusak penglihatan.
6) Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik,
dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk.
Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer
akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas
objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.
7) Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki
potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan
kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator
terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa
ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan
tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti
masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya,
kecelakaan dari kendaraan, dll.

C. Klasifikasi Tuna Netra


Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for
Disability and Health (ICF) dalam Marjuki (2011), Penyandang Cacat
Penglihatan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Low vision (Penglihatan Sisa) adalah seseorang yang mengalami
kesulitan/ gangguan jika dalam jarak minimal 30 cm dengan
penerangan yang cukup tidak dapat melihat dengan jelas baik bentuk,
ukuran, dan warna.
2. Light Perception (Persepsi Cahaya) yaitu seseorang hanya dapat
membedakan terang dan gelap namun tidak dapat melihat benda
didepannya.
3. Totally blind (Buta Total) yaitu seseorang tidak memiliki kemampuan
untuk mengetahui/ membedakan adanya sinar kuat yang ada langsung
di depan matanya.

Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, ada


beberapa klasifikasi tunanetra, seperti di bawah ini:

a. Berdasarkan Waktu Terjadinya Ketunanetraan:


1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali
tidak memiliki pengalaman penglihatan.
2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki
kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah
memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang
mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
4. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan
segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian
diri.
5. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
b. Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan
1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang
memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih
dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu
melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi
penglihatan.
2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang
kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan
menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa
atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali
tidak dapat melihat.

D. Anatomi Fisiologi

gambar 1.1 anatomi mata

Alat indera penglihat pada manusia adalah mata.Indera penglihat (mata)


disebut juga fotoreseptor karena mata sangat peka terhadap rangsangan
cahaya. Mata memiliki sejumlah reseptor khusus untuk mengenali
perubahan sinar dan warna.
BAGIAN – BAGIAN MATA
1. Bola Mata
Bola mata manusia berdiameter kira-kira 2,5 cm dengan 5/6 bagian
nya terbenam dalam rongga mata dan hanya 1/6 bagiannya saja yang
tampak dari luar dengan bagian depan yang bening. Bola mata bagian
luar tersusun atas lapisan jaringan ikat yang berwarna putih dan kuat
yang disebut sklera dan lapisan dalam mempunyai pigmen tipis dan
banyak pembuluh darah yang disebut koroid.
2. Sklera
Dipermukaan sklera terdapat sel-sel epitel yang membentuk membran
mukosa dan berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab.
Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus
cahaya) yang disebut kornea, dan berfungsi untuk memfokuskan
cahaya yang masuk kedalam mata. Kornea dilindungi oleh selaput
yang disebut konjungtiva, kornea tidak mengandung pembuluh darah
tetapi banyak mengandung serabut saraf.
3. Koroid
Koroid yaitu lapisan tipis yang dibentuk oleh jaringan ikat yang
mengandung banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen.Dengan
adanya pembuluh darah koroid ini berperan sebagai penyuplai
makanan kelapisan retina mata.Koroid terletak sebelah dalam sklera,
bagian belakang lapisan mata ini ditembus oleh saraf optik (saraf otak
II).
4. Iris
Iris merupakan selaput yang menggantung diantara lensa dan
kornea.Iris dikenal sebagai selaput pelangi dan berperan mengatur
banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam bola mata.Pengaturan
ini berlangsung diluar kesadaran kita (otonom).Lubang bulat ditengah
iris di sebut pupil.Didalamnya terdapat otot dilator pupil yang
berfungsi untuk memperkecil diameter pupil. Iris banyak mengandung
pembuluh darah dan pigmen, jumlah pigmen akan menentukan warna
mata.
5. Retina
Retina merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Retina terdiri dari
tiga lapisan neuron yaitu:
a. Lapisan sel batang dan sel kerucut.
b. Lapisan neuron bipolar.
c. Lapisan neuron ganglion.
6. Lensa Mata
Lensa mata terletak dibelakang pupil dan iris, berbentuk cembung,
bersifat transparan, serta dikelilingi oleh jaringan yang mengikatnya
( ligamentum suspensorium). Lensa mata terdiri atas lapisan serat
protein. Apabila lensa mata menjadi keruh maka akan mengganggu
penglihatan, ini disebut katarak.
Lensa mata membagi mata menjadi dua ruangan yaitu ruang antara
kornea dengan lensa (ruang muka), dan ruang belakang lensa (ruang
belakang).Kedua ruang tersebut berisi cairan kental dan transparan
seperti jeli.Ruang muka berisi aqueous humor, yang berfungsi menjaga
bola mata serta memberi nutrisi untuk kornea dan lensa. Sedang ruang
belakang berisi vitreus humor, yang berfungsi untuk menyokong
struktur lensa dan bola mata.

E. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 (satu)
meter.
2. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu
melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.
3. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 200.
4. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang
awas.
5. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
6. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
7. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan.
F. Dampak Kondisi Tuna Netra
1. Secara kognitif :
a. Pengenalan/pengertian terhadap dunia luar tidak diperoleh secara
lengkap dan utuh, shg perkembangan kognitif cenderung terhambat
dibandingkan orang normal pada umumnya.
b. Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif tidak saja erat
kaitannya dengan kecerdasan atau kemampuan inteligensi, tetapi
juga kemampuan indera penglihatan.
2. Secara Motorik :
a. Fungsi sistem neuromuskularnya tidak bermasalah tetapi fungsi
psikis tidak mendukung shg menjadi hambatan dalam
perkembangan motorik.
b. Secara fisik, tuna netra biasanya: berjalan dengan posisi tegak,
kaku, lamban, dan penuh kehati-hatian dimana tangan mereka
selalu berada di depan dan sedikit tersendat pada saat berjalan.
c. Segi intelegensi, anak-anak tunanetra hampir sama dengan anak
normal pada umumnya,dimana ada anak yang cerdas, ada yang
rata-rata dan ada yang rendah. Menurut Kirley (1975), berdasarkan
tes intelegensi dengan menggunakan Hayes-Binet Scale ditemukan
bahwa rentang IQ anak tunanetra berkisar antara 45- 160, dengan
distribusi12,5% memiliki IQ kurang dari 80, kemudian 37,5%
dengan IQ diatas 120 dan 50% dengan IQ antara 80-120.
d. Segi perkembangan emosi, anak tunanetra sedikit mengalami
hambatan dibandingkan dengan anak yang normal.
e. Keterlambatan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dalam proses belajar. Pada awal masa kanak-kanak,
akan melakukan proses belajar untuk mencoba menyatakan
emosinya, hal ini tetap dirasakan tidak efisien karena mereka tidak
dapat melakukan pengamatan terhadap reaksi lingkungan secara
tepat. Akibatnya pola emosi yang ditampilkan mungkin berbeda
atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh diri sendiri
maupun lingkungannya.
f. Segi perkembangan sosial, tunanetra memiliki lebih banyak
hambatan. Hal tersebut muncul sebagai akibat langsung maupun
tidak langsung dari ketunanetraannya. Kurangnya motivasi,
ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru,
perasaan-perasaan rendah diri, malu, sikap-sikap masyarakat yang
seringkali tidak menguntungkan seperti penolakan, penghinaan,
sikap tak acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial, serta terbatasnya
kesempatan bagi anak untuk belajar tentang pola-pola tingkah laku
yang diterima merupakan kecenderungan tunanetra yang dapat
mengakibatkan perkembangan sosialnya amenjadi terhambat. Jadi,
perkembangan sosial dari penderita tunanetra sangat tergantung
pada bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama
lingkungan keluarga terhadap penderita tunanetra itu sendiri.

G. Kebutuhan Tuna Netra


Kebutuhan sebagai manusia tidak berbeda dengan kebutuhan manusia
pada umumnya. Pada dasarnya setiap prilaku manusia tertuju pada motif
pemenuhan kebutuhan, yang berarti kebutuhan mempengaruhi prilaku
manusia.
Menurut teori Maslow tentang motivasi atau perilaku yang dipengaruhi
kebutuhan digambarkan seperti piramida yang tersusun dari lima tingkat
dan setiap tingkatnya mengandung satu unsur kebutuhan.
1. Kebutuhan Fisiologis
Kepuasan dari haus, lapar dan sex. Kepuasan Fisiologis ini harus
terpenuhi lebih dulu apabila menginginkan kebutuhan berikutnya
terpenuhi.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Bagi tunanetra perasaan aman sulit diperoleh. Kerusakan penglihatan
menyebabkan gangguan di dalam menerima informasi lewat mata,
sedangkan indera lainnya kurang memberikan kejelasan. Akibat
ketidakjelasan ini tunanetra selalu bertanya-tanya apa yang ada
dihadapannya. Akibat ketidakpastian ini juga menyebabkan tunanetra
selalu ada rasa curiga.
3. Kebutuhan akan kasih sayang
a. Rasa memiliki dan rasa kasih sayang itu akan ada pada seseorang
apabila seseorang sudah merasakan kebutuhan fisiologisnya
terpenuhi dan kebutuhan akan rasa amannya juga terpenuhi.
b. Kecenderungan rasa kasih sayang pada seseorang timbul apabila
kehadiran seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungan.
c. Kehadiran seorang tunanetra di tengah keluarga dan lingkungan
pasti tidak diharapkan. Tidak ada orang tua yang mengharapkan
kelahiran anaknya menderita tunanetra. Karena itu kehadirannya
menimbulkan kekecewaan. Biasanya kekecewaan orang tua dan
lingkungan dimunculkan dalam bentuk sikap tidak menyayangi
dan tidak memiliki.
4. Kebutuhan akan penghargaan
a. Setiap manusia membutuhkan penghargaan atau rasa dihargai oleh
lingkungan. Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tapi juga
berbentuk penghargaan psikologis.
b. Seseorang akan dihargai apabila ia dapat berbuat sesuatu baik bagi
dirinya maupun pada lingkungan, begitu juga penderita tuna netra.
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
a. Ketidaktergantungan pada pertolongan orang lain merupakan
perwujudan dari kemampuan tunanetra dalam mengaktualisasikan
dirinya ditengah-tengah lingkungannya.
b. Seorang tunanetra yang mampu mewujudkan dan merealisasikan
aktualisasi dirinya, berarti ia telah memperoleh kebebasan.
Kebebasan dan kemandirian inilah yang selalu didambakan oleh
setiap orang termasuk tunanetra.
H. Kebutuhan Khusus Tuna Netra
1. Fisiologis
Membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, pengobatan dan
evaluasi medis secara umum. Sebagai kegiatan diperlukan latihan
gerak dan ekspresi tubuh.
2. Personal
a. Ketunanetraan merupakan pengalaman personal, orang diluar
dirinya tidak akan memahami tanpa ia mengalaminya.
b. Efek psikologis dari personal adalah, banyak tergantung pada
waktu terjadinya ketunanetraan dan kualitas serta karakteristik
susunan kejiwaannya.
c. Akibat ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka timbul
beberapa kebutuhan yang bersifat personal pula. Kebutuhan
tersebut antara lain adalah latihan Orientasi dan Mobilitas, minat
untuk berinteraksi dengan lingkungan terutama dalam hal
mengolah dan menerima informasi dari lingkungan, keterampilan
aktivitas kehidupan sehari-hari seperti menolong diri sendiri.
Pendidikan dan bimbingan penyuluhan juga merupakan kebutuhan
personal secara khusus dan banyak lagi kebutuhan yang bersifat
individual.
3. Sosial
a. Apabila ketunanetraan terjadi dan muncul dalam suatu keluarga,
maka susunan keluarga akan mengadakan perubahan dan
penyesuaian baik secara total maupun sebagian
b. Baik buruknya pengaruh adanya seorang tunanetra di tengah
keluarga tergantung pada menerima tidaknya semua anggota
keluarga terhadap adanya kenyataan tersebut diatas.
c. Dengan adanya pandangan ketunanetraan sebagai fenomena social,
maka kebutuhan dari segi social adalah adanya hubungan yang
baik antar personal (personal relationship), interaksi yang baik
antar anggota keluarga, interaksi dan hubungan dengan teman-
temannya, dan membutuhkan pula untuk ikut berpartisipasi dengan
berbagai kegiatan dalam lingkungannya.

I. Kebutuhan Pengembangan Motorik Tuna Netra


Tuna Netra memiliki keterbatasan, yaitu:
1. Keterbatasan dalam lingkup keaneka ragaman pengalaman.
2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Keterbatasan dalam mobilitas
4. Pengalaman yang diperoleh tuna netra sangat dibutuhkan untuk
melakukan interaksi dengan lingkungan.
5. Interaksi dapat berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara
tunanetra dengan lingkungannya.
6. Hubungan timbal balik akan aktif bila tunanetra memiliki sumber
informasi didalam mentalnya yang berbentuk konsep-konsep.
7. Konsep sesuatu akan dikuasai anak menjadi suatu data yang benar
sesuai dengan realitas.

J. Alasan Tuna Netra membutuhkan latihan motorik


1. Dalam perkembangan motorik, tunanetra mengikuti urutan
perkembangan yang sama dengan orang pada umumnya akan tetapi ia
mengalami keterlambatan dalam “motor miliestones” termasuk
didalamnya mobilitas.
2. Kehilangan penglihatan membuat stimulasi penglihatan berkurang dan
tidak merangsang untuk bergerak dan bahkan membuat gerakan
menjadi sulit.
3. Banyak tunanetra yang datang dari keluarga yang terlalu melindungi
sehingga tidak ada kesempatan untuk melakukan eksplorasi
lingkungan menyebabkan keterampilan motoknya tidak terlatih.
4. Ketunanetraan tidak memberikan kesempatan untuk membetulkan
gerak, gaya jalan dan sikap tubuh karena ia tak bisa mencontoh orang
sekitarnya. Penyimpangan sikap tubuh (posture) banya terjadi pada
tunanetra.
5. Tunanetra sebagai kelompok memiliki tingkat kesegaran jasmaninya
jauh dibawah orang normal.
6. Mata dengan fungsinya sebagai alat untuk melihat dapat berfungsi
sebagai alat untuk menyeimbangkan tubuh, oleh karena itu tunanetra
memiliki keseimbangan yang kurang baik.
7. Tunanetra harus hidup dihabitatnya seperti orang awas lainnya dan ia
harus bersaing dengan orang awas. Karena itu ia harus memiliki tubuh
yang kuat dan sehat.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
meliputi nama, usia, alamat, status, pendidikan, agama dll.
2. Riwayat kesehatan
3. Keadaan umum
4. Riwayat sosial
5. Kemampuan mandiri
6. Pada pemeriksaan terfokus pada mata

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan cacat
sejak lahir
2. Defisit kemandirian berhubungan dengan keterbatasan aktifitas fisik
3. Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
4. Resiko Cedera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
RENCANA KEPERAWATAN

NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


DX KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi sensori: NOC : NIC
penglihatan berhubungan Vision compensation behavior Pencapaian Komunikasi: Defisit Penglihatan
dengan cacat sejak lahir Kriteria hasil: § Kaji reaksi pasien terhadap penurunan penglihatan
§ Memakai kaca mata atau § Ajak pasien ntuk menentukan tujuan dan belajar melihat
lensa dengan benar dengan cara yang lain
§ Memakai huruf braile § Deskripsikan lingkungan disekitar pasien
§ Memakai penyinaran/ cahaya § Jangan memindahkan sesuatu di ruangan pasien tanpa
yang sesuai memberi informasi pada pasien
§ Bacakan surat atau koran atau info lainnya
§ Sediakan huruf braile
§ Informasikan letak benda-benda yang sering diperlukan
pasien

Manajemen Lingkungan
§ Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
§ Pindahkan benda-benda berbahaya dari lingkungan
pasien
§ Sediakan tempat tidur yang rendah
§ Tempatkan benda +benda pada tempat yang dapat
dijangkau pasien

2 Defisit perawatan diri NOC : NIC :


berhubungan dengan Self care : Activity of Daily Self Care assistance : ADLs
kelemahan fisik Living (ADLs) § Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
Kriteria Hasil : mandiri.
§ Klien terbebas dari bau badan § Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
§ Menyatakan kenyamanan kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
terhadap kemampuan untuk § Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan ADLs melakukan self-care.
§ Dapat melakukan ADLS § Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
dengan bantuan normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
§ Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
§ Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
§ Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
§ Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

3 Resiko jatuh berhubungan NOC NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)


dengan keterbatasan Risk Kontrol § Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
lapang pandang Kriteria Hasil : § Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
§ Klien terbebas dari cedera kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
§ Klien mampu menjelaskan penyakit terdahulu pasien
cara/metode untukmencegah § Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
injury/cedera memindahkan perabotan)
§ Klien mampu menjelaskan § Memasang side rail tempat tidur
factor resiko dari § Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
lingkungan/perilaku personal § Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
§ Mampumemodifikasi gaya dijangkau pasien.
hidup untukmencegah injury § Membatasi pengunjung
§ Menggunakan fasilitas § Memberikan penerangan yang cukup
kesehatan yang ada § Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
§ Mampu mengenali perubahan § Mengontrol lingkungan dari kebisingan
status kesehatan § Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

4 Resiko Cedera berhubungan NOC NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)


dengan keterbatasan Risk Kontrol § Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
lapang pandang Kriteria Hasil : § Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
§ Klien terbebas dari cedera kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
§ Klien mampu menjelaskan penyakit terdahulu pasien
cara/metode untukmencegah § Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
injury/cedera memindahkan perabotan)
§ Klien mampu menjelaskan § Memasang side rail tempat tidur
factor resiko dari § Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
lingkungan/perilaku personal § Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
§ Mampumemodifikasi gaya dijangkau pasien.
hidup untukmencegah injury § Membatasi pengunjung
§ Menggunakan fasilitas § Memberikan penerangan yang cukup
kesehatan yang ada § Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
§ Mampu mengenali perubahan § Mengontrol lingkungan dari kebisingan
status kesehatan § Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
Daftar Pustaka

Delphie, Bandi. 2011. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT


Refika Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2010). Direktorat Pembinaan Sekolah Luar


Biasa (Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus). Jakarta:
Departemen Pendidikan nasional.

Kartadinata, Sunaryo. 2010. Psikologi Anak Luar Biasa. Surabaya : Dikti.

Ramawati, D (2011). Faktor- faktor yang berhubungan dengan kemampuan


perawatan diri anak tuna netra di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
LAPORAN PENDAHULUAN

“ TUNA NETRA ”

DISUSUN OLEH :

DELFI DWI IKAMADYA


21217012

PEMBIMBING AKADEMIK :
PUJI SETYA RINI, S.Kep.,Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKesMUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2017

También podría gustarte

  • Form Studi Kasus
    Form Studi Kasus
    Documento13 páginas
    Form Studi Kasus
    Delfi Dwi Ikamadya
    Aún no hay calificaciones
  • Leaflet Rematik
    Leaflet Rematik
    Documento2 páginas
    Leaflet Rematik
    Delfi Dwi Ikamadya
    Aún no hay calificaciones
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Documento8 páginas
    Bab Iii
    Delfi Dwi Ikamadya
    Aún no hay calificaciones
  • Kerangka Acuan
    Kerangka Acuan
    Documento10 páginas
    Kerangka Acuan
    Delfi Dwi Ikamadya
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Bab Analisa
    Askep Bab Analisa
    Documento11 páginas
    Askep Bab Analisa
    Delfi Dwi Ikamadya
    Aún no hay calificaciones