Está en la página 1de 12

Adsorption is the proccess of accumulting substances that are in solution on a suitable

interface. Adsorption is a mass transfer operation in that a constituent the liquid phase is
transferered to the solid phase. The adsorbate is the substance that is being removed from the
liquid phase at the interface. The adsorbent is the solid, liquid , or gas phase onto which the
adsorbate accumulates. Although adsorption is used at the air-iquid interface in hte flotation
proccess, only the case of adsorption at the liquid-solid interface will be considered in this
discussion. The adsorption proccess has not been used extensively in wastewater treatment,
but demands for a better quality of treated wastewater effluent, inqluiding toxicity reduction,
have led to an intensiveexamination and use of the proccess of adsorption on activated
carbon. Activated carbon treatment of wastewater is usually thought of as a polishing
proccess for water that has already received normal biological treatment. The carbon in this
case is used to remove a portion of remainig dissolved organic matter. The purpose of this
section is to introduce the basic concepts of adsorption and to consider carbon adsorption

Industri penyamakan kulit termasuk salah satu industri yang mengeluarkan limbah cair dalam
volume cukup besar. Pada penyamakan 1 ton kulit basah diperlukan air ± 40 m3 dan
kemudian dibuang sebagai limbah cair yang tercampur dengan bahan kimia sisa proses dan
komponen kulit yang terlarut selama penyamakan (Paul et al., 2013).

Paul, H. L., Phillips, P. S., Covington, A. D., Evans, P., & Antunes, A. P. M. 2013. Dechroming
optimisation of chrome tanned leather waste as potential poultry feed additive: A waste to
resources. In Proceeding XXXII Congress of IULTCS. Istambul, Turkey: IULTCS.

Buekens, A & Zyaykina, N.N. 2014. Adsorbents and Adsorption Processes for Pollution
Control. Pollution Control Technologies – Encyclopedia of Life System. Diakses dari
http://www.eolss.net/sample-chapters/c09/e4-14-02-03.pdf pada tanggal 20 Januari 2017
Adsorpsi adalah serangkaian proses yang terdiri atas reaksi-reaksi permukaan zat padat
(disebut adsorben) dengan zat pencemar (disbut adsorbat), baik pada fasa cair maupun gas.
Karena adsorpsi adalah fenomena permukaan, maka kapasitaas adsorpsi dari suatu adsorben
merupakan fungsi luas permukaan spesifik.

Adsopsi dapat dikelompokkan menjadi :

1. Adsorpsi fisik
2. Adsorpsi Kimiawi
3. Adsorpsi Pertukaran
Adsorpsi fisik relatif tidak spesifik dan disebabkan oleh gaya vab der waal’s atau gaya
tarik yang lemah antar molekul. Molekul teradsorpsi bebas bergerak disektar permukaan
adsorben dan tidak hanya menetap di satu titik. Apabila gaya tark molekuler antara suatu zat
terlarut dengan adsorben itu lebih besar daripada gaya tarik antara zat terlarut dengan pelarut,
maka zat terlarut akan teradsorpsi di permukaan adsorben. Adsorpsi fisik ini biasanya
berlangsung dapat dibalik
Adsorpsi kimiawi merupakan hasil gaya yang lebih besar dibandingkan dengan
pembentukan senyawa kimia. Secara normal bahan yang teradsorpsi membentuk lapisan di
atas permukaan berupa molekul-molekul yang tidak bebas bergerak ke permukaan satu ke
permukaan lainnya. Jika permukaan tertutup oleh lapisan monomolekuler, kapasitas adsorben
akan habis. Adsorpsi kimiawi jarang yang bersifat dapat dibalik.
Adsorpsi pertukarab adalah adsorpsi yang diperankan oleh tarikan listrik antara adsorbat
dan permukaan adsorben. Ion dari suatu substansi banyak berperan dalam adsorpsi ini. Ion akan
terkonsentrasi di permukaan adsorben sebagai hasil tarikan elektrostatik ke tempat yang
bermuatan berlawanan di permukaan. Pada umumnya, ion dengan muatan yang lebih besar,
seperti ion valensi tinggi, akan tertarik lebih kuat menuju ke tempat yang bermuatan
berlawanan daripada molekul-molekul yang bermuatn lebih kecil, seperti ion monovalen. Ion
yang berukuran lebih kecil juga mempunyai tarikan yang lebih besar. Pertukaran ion termaksud
dalam kelompok ini.

Model Adsorpsi

Model adalah tiruan dari suatu kondisi nyata yang menekankan pada aspek-aspek yang
dianggap pening dan mengabaikan aspek-aspek lainnya. Pada proses adsorpsi, telah banyak
model dikembangkan, tetapi pengembangan model-model itu tidak lepas dari model adsorpsi
yang umum digunakan yaitu isoterm Langmuir atau Freundlich.

Model Adsorpsi Langmuir

Model adsorpsi Langmuir mendefinisikan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum terjadi


akibat adanya lapisan tunggal (monolayer) adsorbat di permukaan adsorben. Ada empat asumsi
dasar yang digunakan dalam model ini, yaitu :

1. Molekul diadsorpsi oleh site (tempat terjadinya reaksi di permukaan adsorben) yang
tetap
2. Setiap site dapat “memegang” satu molekul adsorbat
3. Semua site mempunyai energi yang sama
4. Tidak ada interaksi antara molekul yang teradsorpsi dengan site sekitarnya

Persamaan reaksi kimia dinyatakan dengan KLact sebagai konstanta kesetimbangan.

S+M S−M
{𝑆 − 𝑀} {𝑆 − 𝑀}
𝐾𝐿𝑎𝑐𝑡 = =
{𝑀}{𝑆} 𝑓𝑀 {𝑀}{𝑆}

Dimana [S – M] adalah mol zat teradsorpsi per liter larutan, [M] adalah konsentrasi spesies
bebas dalam larutan (mol/L), [S] adalah konsentrasi di site dan fM adalah spefisien. Dengan
menggabungkan persamaan kesetimbangan masa (persamaan )dengan persamaan () diperoleh
persamaan isoterm adsorpsi Langmuir.

Kesetimbangan massa ST = [S − M] + [S]


𝐿 𝐾𝑎𝑐𝑡 [S ]𝑓𝑀 {𝑀}
T
Langmuir [S + M] = 1+𝐾 𝑎𝑐𝑡 [S
𝐿 T ]𝑓𝑀 {𝑀}

Dimana [ST] adalah konsentrasi total di site. Dalam bentuk yang umum, persamaan ()
dapat ditulis :

𝑥 𝑞𝑚 𝑏𝐶
=
𝑚 1 + 𝑏𝐶
Dimana x/m adalah besarnya adsorbat yang teradsorpsi oleh adsorben (mg/gr). qm adalah
maksimum adsorbat yang dapat teradsorpsi, b adalah konstanta Langmuir (l/mg) dan C adalah
konsentrasi adsorbat di air pada saat kesetimbangan.
Dengan eksperimen laboratorium, kapasitas adsorpsi maksimum (qm) dan konstata
Langmuir (b) dapat diperoleh. Untuk memudahkan perhitungan, maka persamaan () dilierkan
menjadi :

1 1 1 1
𝑥⁄ = +
𝑚 𝑞𝑚 𝑏 𝐶 𝑞𝑚

Data percobaan laboratorium yang diperoleh diplot dengan 1/(x/m) sebagai sumu y dan
1/C sebagai sumbu x. Grafik yang diperoleh adalah garis linier dengan slope = 1/(qmb) dan
intercept = 1/qm

Model adsorpsi Freundlich

Model adsorpsi Freundlich digunakan jika diasumsikan bahwa terdapat lebih dari satu
lapisan permukaan (multilayer) dan site bersifat heterogen, yaitu adanya perbedaan energi pada
tiap-tiap site. Konstanta kesetimbangan untuk model Freundlich adalah :

{𝑆 − 𝑀} {𝑆 − 𝑀}
𝐾𝐿𝑎𝑐𝑡 = =
{𝑀}1/𝑛 (𝑓𝑀 {𝑀})1/𝑛

Isoterm Freundlich sering digunakan untuk menjelaskan adsorpsi kimia organik pada
karbon aktig pada konsentrasi yang relatif tinggi di dalam air dan air limbah. Eksponen 1/n
biasanya kurang dari 0.1 karena site dengan eneri pengikata terbesar digunakan lebih dahulu,
oleh site yang lebih lemah dan seterusnya.

Cara konvensional untuk menyatakan isoterm Freundlich diberikan oleh persamaan ()

[S − M] = 𝐾𝐹 [𝑀]1/𝑛

Dimana 1/m dan KF adalah konstanta-konstanta Freundlich. Persamaan () dapat pula


ditulis dalam model yang umum sebagai berikut :
1
𝑥
Model Freundlich : = 𝐾𝐶 𝑛
𝑚

Dimana x/m adalah besarnya adsorbat yang teradsorpsi oleh adsorben (mg/gr), K adalah
konstanta Freundlich (mg/g) yang proposional dengan ration distribusi konsentrasi adsorbat di
solid-air, 1/n menyatakan ketidak linear (tanpa satuan) dan C adalah konsentrasi adsorbat air
pada saat kesetimbangan.

Konstanta Freundlich diperolh dengan eksperimen. Untuk mendapatkan konstanta K dan


1/n dilakukan linierisasi terhadap persamaan () sebagai berikut :
ln(𝑥⁄𝑚) = ln 𝐾 + 1⁄𝑛 ln 𝐶

Data percobaan laboratorium yang diperoleh diplot dengan ln (x/m) sebagai sumbu y dan
ln C sebagai sumbu x. Grafik yang diperoleh adalah garis linier dengan slope – 1/n dan
intercept = ln K

Studi Adsorpsi

Setiap bahan yang akan dipakai sebagai adsorben harus diuiji telebih dahulu kapasitas
adsorpsinya terhadap adsorbat tertentu. Untuk mendapatkan kapasitas optimum daari suatu
bahan adsorben, perlu dilakukan studi laboratorium dengan cara batch ataupun dengan
kontinyu dalam suatu kolom adsorpsi.

Sistem batch

Studi adsorpsi menggunakan sistem batch dilakukan dalam sejumlah gelas erlenmeyer
yang berisi larutan yang mengandung zat tertentu yang akan diadsorpsi pada konsentrasi dan
volume tertentu. Pada tiap-tiap tabung dibutuhkan sejumlah adsorben dengan berat yang
bervariasi. Selanjutnya larutan dan adsorben dalam tabung tersebut dikockok dalam waktu
tertentu (waktu tercapainya kesetimbangan) dan setelah itu konsentrasi larutan dianalisa.
Selisih konsentrasi adsorbat sebelum dan setelah adsorpsi dianggap sebaai konsentrasi adsorbat
yang teradsorpsi oleh adsorben. Besarnya adsorbat yang teradsorpsi oleh tiap satuan berat
adsorben dapat dihitung dari tiap gelas erlenmeyer.

Data yang diperoleh dapat diolah dengan model adsorpsi tertentym tergantung dari asumsi
dasar dari tiap-tiap model adsorpsi da adsorben atau adsorbat yang digunakan. Dengan formula
yang ada, koefisien atau parameter model dapat diperoleh. Koefisien ini dapat digunakan dalam
desain kolom adsorpsi untuk percobaan secara kontinyu.

Sistem Kontinyu

Studi adsorpsi dengan sistem kontinyu dilakukan dalam sebuah kolom adsorpsi skala
laboratorium. Percobaan ini dapat digunakan untuk menetukan:

a) Waktu operasi adsorpsi


b) Volume air terolah sebelum tercapainya breakthrough
c) Kehilangan tekanan (head loss) melalui kolom
d) Bentuk kurva exhaustion
Prosedur studi kolom adsorpsi dilakukan sebagai berikut :
a) Pilih satu atau lebih karbon dengan karakteristik fisik dan kimia yang sesuai
b) Lakukan percobaan adsorpsi pendahuluan secara batch untuk menentukan tingkat
keterolahan air dengan variasi karbon. Hasil studi ini dapat digunakan sebagai dasar
perbandingn kinerja berbagai karbon dan memilih karbon yang paling efektif.
c) Lakukan uji kolom adsorpsi untuk mendapatkan data yang akan digunakan dalam
desain sistem
d) Lakukan analisa data laboratorium menggunakan model desain yang sesuai

Dalam aplikasinya di lapangan, pengolahan air limbah dengan adsorpsi yang menggunaan
adsorben berbentuk serbuk digunakan sistem batch atau sistem kontinyu. Untuk adsorben yang
berbentuk butiran, bentukk reaktor yang sering digunakan adalah berupa kolom adsorpsi,
dimana air limbah dilewatkan pada bed dari adsorben. Arah aliran dapat dibuat kebawah
(downflow) atau keatas (upflow.

Pada adsorpsi sistem kontinyu, adsorben dibubuhkan teruh-menerus pada air limbah yang
mengalir di dalam reaktor dengan waktu kontak tertenru, kemudian air limbah diallirkan ke
bak pengendap atau filter untuk menghilangkan adsorben dari air limbah.

Adsorpsi adalah molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya
tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini
menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Pada adorpsi gas dipermukaan
zat padat, terjadi kesetimbangan antara gas yang terjerap dengan gas sisa. Daya jerap zat padat
terhadap gas tergantung pada jenis adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperatur
gas dan tekanan gas. Makin luas permukaan adsorben, makin banyak gas yang dapat diserap.
Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya jerap dihitung tiap satuan massa
adsorben (Sukardjo, 2002).
Sistem adsorpsi ada dua macam, yaitu adsorpsi sistem batch dan adsorpsi sistem kontinyu.
Adsorpsi sistem batch dengan cara partikel adsorben ditempatkan dalam sebuah larutan
adsorbat dan diaduk untuk mendapatkan kontak yang merata sehingga terjadi proses adsorpsi
(Rahayu dan Hardyanti, 2007). Konsentrasi larutan awal (Co) nantinya akan berkurang dan
bergerak ke konsentrasi kesetimbangan (Ce) setelah beberapa waktu tertentu. Tujuan dari
sistem batch adalah untuk mengetahui karakteristik adsorbat dan adsorben. Sedangkan
adsorpsi sistem kontinyu dilakukan dengan adsorben selalu berkontak sehingga proses kontak
yang terjadi relatif lebih konstan (Metcalf & Eddy, 2003).
Kurniawan (2015), menyebutkan Adsorpsi kolom adalah proses pemisahan bahan dari
campuran gas atau cair, bahan yang akan dipisahkan ditarik oleh permukaan zat padat yang
menyerap (adsorben). Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap ditempatkan ke suatu
hamparan tetap dan fluida kemudian dialirkan melalui hamparan tetap tersebut sampai zat
padat itu mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak dapat berlangsung lagi.
Kebanyakan zat pengadsorpsi adalah adsorben. Bahan-bahan yang berpori, dan adsorpsi
berlangsung terutama pada dinding-dinding pori. Proses adsorpsi umumnya menggunakan
proses secara batch pada bak-bak yang berukuran besar, sehingga menjadikan adsorpsi kolom
menjadi jenis sistem adsorpsi yang sekarang ini banyak digunakan karena memiliki kelebihan
yaitu larutan selalu dikontakkan dengan adsorben sehingga adsorben dapat mengadsorp dengan
optimal sampai kondisi jenuh, dan memiliki kapasitas yang besar. Pengoperasian peralatan
kolom adsorpsi
Salah satu cara pengolahan limbah adalah menggunakan arang aktif dan tanaman air.
Arang aktif memiliki kemampuan untuk mereduksi air limbah dengan kapasitas dan daya serap
yang besar. Kelemahan dari arang aktif adalah harga yang cukup mahal yang tidak sesuai
dengan daya beli masyarakat sehingga masyarakat menggunakan arang non aktif (Alimsyah
dan Damayanti 2013).
Bahan kimia yang digunakan dalam industri penyamakan kulit yang termasuk bahan
berbahaya adalah : bahan korosif, bahan beracun, oksidator, dan cairan mudah terbakar.
Apabila bahan tersebut terbawa bersama air buangan, akan menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan.
Mulai

Studi literatur

Desain peralatan penelitian :


Alat :
 Adsorben yang digunakan 1. Alat pengambilan sampel
 Tanaman yang digunakan COD dan TSS
 Dimensi Reaktor 2. Alat pengujian sampel COD
dan TSS
Bahan :
Persiapan alat dan bahan : 1. Limbah cair penyamakan kulit
2. Kulit salak
3. Eceng gondok
Pembuatan reaktor 4. Bahan yang digunakan untuk
reaktor
5. Bahan yang digunakan untuk
Penelitian pendahuluan : pengujian sampel

 Pengambilan dan pengujian awal konsentrasi


limbah penyamakan kulit
 Persiapan adsorben (Pembuatan adsorben &
penjujian adsorben dengan metode batch)
 Penentuan kriteria tumbuhan fitoremediasi
 Aklimatisasi

Pengoperasian reaktor

Pengujian dan analisa parameter COD & TSS pada ouput

Pengolahan data dan analisis data

Penyusunan laporan

Selesai
Afrizal, 2008).

Aji B.K. dan Kurniawan F., 2012


Alessandro et al.., 2003).

Alimsyah dan Damayanti 2013).

Arifin (2003)

Asip et al. (2008

Bhandary dan D’archy (1996


Bhatnagar dan Minocha (2006)
Buekens dan Zyaykina (2014)
dalam Hardyanti (2007)).
Danarto (2007

Danarto (2007)

Fahrizan, 2008
Fardiaz, 1992

Hartanti et al., 2014

Herwin Suskendriyati, 2000


Indah N. dan Joko S
IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemical)
Kaswinarmi, 2007

Khakim, 2016
Kim dan Morr 1996
Kurniawan (2015
Lasindrang et al., (2014)
Liu, 2009).

Lokapuspita et al., (2012)


Mahyudin dan Prayogo, 2015)

Mayasari dan Sholeh, 2016

Metcalf & Eddy, 2003).


Odeh et al., 2015)

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014

Permana et al., 2014


Pilon, 2005
Prayitno, 2013

Putri et al.. (2014


Rahayu dan Hardyanti, 2007

Rahmayani et al., (2013)


Ratnani et al., 2010
Risch, 1995
Rizky (2012
Rukmi et al., 2013

Saragih, 2008
Setiawati, 2004
Setiyono dan Yudo, (2014)

Sholeh dan Gresy, 2016


Subramani et al., 2003

Sukardjo, 2002

UPT, 1997

Widajanti,2007
Wijayanti (2016)
Nurhayati, I & Sutrisno, J. 2013. Limbah Ampas Tebu Sebagai Penyerap Logam Berat Pb.
Prosiding Seminar Nasional Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Hal: 59-70.
Arifin, B. 2003. Suatu Tinjauan Adsorben Murahan Untuk Menghilangkan Logam Berat.
Prosiding Seminar Nasional Nasional Teknik Kimia. Hlm. 38-44.

Keuntungan pengolahan dengan sistem constructed wetlands adalah biaya pengolahan dan
perawatan lebih murah, mampu mengolah air limbah domestik dan industri dimana kualitas
effluent yang dihasilkan terbukti baik dan sistem manajemen dan kontrol yang mudah. Sistem
Constructed wetlands dikonstruksi sedemikian rupa dan diisi dengan batuan, tanah dan zat
organik untuk mendukung tumbuhan seperti eichornia, reeds, cattail. Tumbuhan ini
mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan-potongan vegetatifnya yang
terbawa arus akan terus berkembang menjadi eceng gondok dewasa. Eceng gondok sangat
peka terhadap keadaan yang unsur haranya didalam air kurang mencukupi, tetapi responnya
terhadap kadar unsur hara yang tinggi juga besar. Proses regenerasi yang cepat dan
toleransinya terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan eceng gondok dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali pencemaran lingkungan (Soerjani, 1975).

Constructed Wetland (CW) dengan menggunakan tumbuhan Eceng gondok merupakan


salah satu alternatif pengolahan air limbah sebelum dibuang kebadan air penerima.
Pengolahan limbah dengan Constructed Wetland memanfaatkan mikroorganisme dalam
tanah dan tanaman dalam areal tersebut. Dalam sistem ini terjadi akivitas pengolahan
seperti sedimentasi, filtrasi, gas transfer, adsorbsi, pengolahan kimia dan pegolahan
biologis karena akivitas mikrorganisme dalam tanah dan aktivitas tanaman untuk proses
fotosintesis, pengoksida dan plan uptake (Metcalf & Eddy, 1993). Dalam beberapa hal
sistem ini menguntungkan karena biayanya murah, sederhana, dan memiliki kemampuan
proses meminimalisasi limbah yang tinggi.

Sebelum tumbuhan ini dipergunakan untuk pengujian perlu dicuci terlebih dahulu dan
kemudian ditanam dalam kolam yang berisi air sumur. Keseragaman tumbuhan uji
dipertimbangkan dari kesamaan lokasi pengambilannya, umurnya yaitu dipilih yang berumur
muda yang dapat dilihat dari morfologinya, ukuran tumbuhan dipilih yang seragam tingginya
dan jumlah daunnya. Jumlah tumbuhan Eceng gondok dalam setiap reaktor CW
diperhitungkan berdasarkan jarak tanam atau kepadatannya di dalam reaktor tersebut, dimana
setiap rekator uji diberi tumbuhan ini dengan jumlah yang sama 20 buah.
Waktu pengujian sampel dilakukan pada hari ke-0, 3, 6, 9 dan 12 dengan pertimbangan
waktu tersebut merupakan waktu kontak system pengolahan secara alamiah (natural
treatment) yang biasa dipergunakan. Variasi waktu pengambilan sampel juga dimaksudkan
untuk mencari waktu kontak yang paling optimal dalam system CW yang diteliti tersebut.

Variasi konsentrasi air limbah dilakukan dengan pengenceran yang menggunakan air sumur.
Pengaliran limbah cair pada reaktor dilakukan selama 12 hari, kemudian dilakukan analisa di
laboratorium pada variasi waktu ke 0, 3, 6, 9, dan 12 hari. Media tanam berupa reaktor
terbuat dari kayu dan dilapisi plastik

Penelitian ini dilakukan selama 12 hari dimana pengamatan dilakukan setiap hari, akan tetapi
untuk pengambilan sampelnya dilakukan selang 3 hari, ini bertujuan untuk bisa lebih
mengetahui perbandingan penurunan yang lebih baik

Tanaman-tanaman dan organ rizosfer mereka dapat digunakan untuk fitoremediasi dalam
beberapa cara. Mereka dapat digunakan sebagai filter dalam constructed wetlands atau dalam
hydroponic setup, yang terakhir disebut rizhofiltration. Pohon dapat digunakan sebagai
penghalang hidrolik untuk membuat aliran air ke atas zona akar, mencegah kontaminan
meresap
5 Siswoyo et al 2012 Pengolahan Air Limbah Untuk mengetahui efisiensi Menggunakan air limbah d
Laboratorium dengan removal merkuri (Hg) dari air limbah buatan laboratorium
Menggunakan Sistem limbah laboratorium dengan limbah dialirkan ke re
Kombinasi Adosrpsi dan memanfaatkan adsorpsi dengan dengan karbon aktif untuk
Fitoremediasi karbon aktif dikombinasikan 4, 6 dan 8 jam dan kem
untuk fitoremediasi dengan dilanjutkan dengan re
enceng gondok dan kangkung air. fitoremediasi untuk 0, 3, 6,
12 hari sebagai waktu kont

También podría gustarte