Está en la página 1de 8

analisa sperma, makroskopis,mikroskopis,kimiawi

Pemeriksaan yang pertama kali dilakukan untuk menilai adanya masalah pada kesuburan
pria adalah dengan melakukan analisis sperma.
Pemeriksaan sperma dilakukan melalui bahan sperma yang dikeluarkan melalui jalan
masturbasi ataupun melalui sanggama terputus. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan segera
(paling lambat 1 jam setelah sperma dikeluarkan).
Syarat pemeriksaan sperma analisis:

1. Keadaan pria hari pemeriksaan hendaknya cukup sehat, tidak dalam keadaan
lelah, lapar dan cukup beristirahat sebelumnya.
2. Sperma dikeluarkan setelah didahului oleh abstinensia seksual (tidak ejakulasi
dengan cara apapun) selama 3 – 4 hari (rekomendasi WHO abstinensia 2 sampai 7
hari).
3. Sperma dikeluarkan secara mastrurbasi di Laboratorium, dan harus di tampung
secara utuh.

Pada kondisi dimana pria tidak dapat mengeluarkan sperma di laboratorium, maka boleh
yang bersangkutan dapat mengeluarkan di tempat lain, misalnya di rumah/hotel dekat
dengan laboratorium dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1. Masturbasi tidak diperkenankan memakai bahan pelicin seperti sabun, minyak dan
lain-lainnya.
2. Wadah penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan dibilas
berulang-ulang untuk menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di pakai. Botol
sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml. Sebaiknya wadah dalam
keadaan steril dan sudah dipersiapkan oleh laboratorium pemeriksa.
3. Tidak diperkenankan menampung sperma kedalam kondom.
4. Gelas penampung ditutup cukup dengan penutup atau dengan kertas
5. Sperma yang sudah tertampung segera diserahkan kepada petugas laboratorium
dalam waktu setengah sampai satu jam.
6. Dalam perjalanan menuju laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar 25-
35oC, misalnya dalam kantong pakaian yang dikenakan.

Pemeriksaan dengan melakukan senggama terputus boleh dilakukan asalkan dengan


memperhatikan persyaratan/persiapan yang tersebut di atas.

Beberapa cara memperoleh sperma

a. Masturbasi / Onani
Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma, biasanya
dengan tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat
tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma,
menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang lain.
b. Coitus Interuptus ( CI )
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab :
a.Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak
mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.
b. Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke
vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.

c. Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena
sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan yang dapat
mematikan sperma

d. Reflux poscital
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina, sperma
tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam
volume konsentrasi dan viskositas.

e. Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum,
disini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya yang
keluar adalah cairan prostat.
Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun faktor
psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang tertentu yang tidak
bisa melakukan onani atau orang yang tidak mengerti tentang onani.
Biasanya orang kota lebih gampang dari pada orang desa, orang muda lebih mudah dari
pada orang tua, orang yang tidak di sunat lebih gampang daripada orang yang di sunat,
juga pengaruh religius.
Cara memperoleh sperma sebagai pilihan kedua adalah dengan cara Coitus Interuptus
bila alasan religius cara pertama tidak memungkinkan.

Analisa sperma Secara Makroskopis


Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara
lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada
suhu kamar dalam waktu 15 – 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami
pencairan (Liquefaction).
Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim – enzim yang diproduksi oleh kelenjar
prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara lain meliputi :

a. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
ξ Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali
ejakulasi
ξ Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
ξ Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume.
Bagi orang indonesia volume yang normal 2 – 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut
Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.

Hypospermia disebabkan oleh :


 Ejakulasi yang berturut-turut
 Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
 Penampung sperma tidak sempurna

Hyperspermia disebabkan oleh :


a. Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.
b.Minum obat hormon laki – laki.

Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.

b. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup
dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.
Cara kerjanya :
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung,
baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 – 7,8.
pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan
mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak
segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-),
mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis,
vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.

c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal
bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma.
Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang
khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin
(suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara pemeriksaannya :
ξ Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
ξ Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai
bau seperti klor / kaporit.

d. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya
berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit
yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma
menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna
kemerahan.
Cara kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna
putih menggunakan penerangan yang cukup.

e. Liquefection
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat
dengan jalan melihat coagulumnya.
Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya
jelek).
Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin :
Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau
memang tak mempunyai vesika seminalis.

f. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :

 Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian
ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm. Makin panjang benang
yang terjadi makin tinggi viskositasnya.

 Cara Pipet Elliason


Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur
vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet sampai
angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setalah itu arahkan pipet tegak
lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan
hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal < 2 detik. Semakin kental
sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena :
- Spermatozoa terlalu banyak
- Cairannya sedikit
- Gangguan liquedaction
- Perubahan komposisi plasma sperma
- Pengaruh obat-obatan tertentu.

g. Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam
sperma, hal ini dapat disebabkan karena
- Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
- Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
- Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
Cara pemeriksaan fruktosa :
- 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur sampai
rata.
- Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
- Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat atau
merah jingga.
- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma
azoospermia

Analisa Sperma Secara Mikroskopik


Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk
pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 – 3 mm, diletakan
diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu
siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.

1. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma


Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan
kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan
dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.
Cara Pemeriksaanya :
- Diaduk sperma hingga homogen
- Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan cover
glass(ukuran standar)
- Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X
- Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang
I = 10 Spermatozoa
II = 5 Spermatozoa
III = 7 Spermatozoa
IV = 8 Spermatozoa
Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 – 10 spermatozoa perlapang pandang.
Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi
spermatozoa adalah 5 – 10 juta/ml
Kalau spermatozoanya banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang)
Misalnya ¼ Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang pandang 200 spermatozoa.
Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi
spermatozoa adalah 200 juta/ml
Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan
pemeriksaan konsentrasi, jadi disini menghemat tenaga dan reagensia, bila didapatkan
nol spermatozoa disebut Azoospermia.
Azoospermia dapat disebabkan oleh karena :
- Testisnya kecil atau rusak
- Salurannya testis buntu (obstruksi)
- Vasectomy bila diperlukan untuk check up
Apabila Azoospermia, ini menggambarkan operasi vasectomy tersebut berhasil dan ini
sangat menggembirakan pasien
- Over dosis Androgen dan corticosteroid
2. Pergerakan Sperma
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan spermatozoa
dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena
dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga spermatozoa mudah bergerak akan
tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu
maka :
- spermatozoa akan memburuk pergerakannya.
- pH dan bau mungkin akan berubah .
spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang
kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain
- Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa
tidak bergerak
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC).

Perhitungan :
Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak kurang
baik, lalu yang bargerak baik misal :
- yang tidak bergerak = 25%
- yang bergerak kurang baik = 50%
- yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya :
10%,15%, 20%)
Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
guna mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa
yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup.

Sebab menurunnya motilitas spermatozoa


 Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan.
 Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.

3. Perhitungan Jumlah Sperma


Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan metode
hemositometer atau ”electronic coulter counter”. Metode hemositometer lebih sering
digunakan untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah
(misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah
dengan segera. Metode hemositometer ini dipergunakan di sebagian besar negara.
Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1 :10, 1:20,1:50,atau 1:100 tergantung
pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai pengencer
berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan gentian violet pekat dan
aquadestilita sampai 1000 ml. Pewarnaan tidak diperlukan bila dipergunakan mikroskop
fase kontras. Perlu digunakan 2 pengenceran untuk setiap sperma. Meskipun sering
digunakan pipet leukusit tidak cukup tepat untuk digunakan sebagai alat pengenceran
dan karena itu disarankan sebagai alat pengenceran dipergunakan pipet mikro modern
(10, 50, 100 atau 200ul). Sperma yang diencerkan harus diaduk lebih dahulu dan segera
dipindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas
penutup.
hemositometer ini diletakan kamar lembab selama 15 menit sampai 20 menit agar semua
sel mengendap kemudian dihitung dibawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase
kontras dan pembesaran 100 atau 100X spermatozoa (sel benih yang matang yang
mempunyai ekor yang dihitung). Perbedaan antara jumlah sperma dari kedua
pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10 % pada sperma yang mempunyai densitas
rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas tinggi (> 60 juta/ml).
Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml
sperma. Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam ejakulat.
Prosedur perhitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer (kamar hitung
Neubauer) adalah sebagai berikut :
Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah leukosit, cukup satu bidang saja
(tidak perlu 4 bidang)

Kamar hitung Neubeur untuk menghitung spermatozoa

Perhitungan :
Luas = 1 mm2
Tinggi = 0,1 mm
Vol = 0,1 mm3
Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 X pengenceran X N
= 10 X N X pengenceran
= 10 N X Pengenceran /mm3
Jumlah spermatozoa / cc = 10 N X Pengenceran x 1000

N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak W

4. Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan dengan cara
:
Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di fixasi
dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan pewarnaan
dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain menurut kesukaan sendiri.
Bentuk Normal :
 Bentuk oval
Bentuk spermatozoa abnormal :
 Bentuk Piri ( Seperti buah pir )
 Brntuk terato ( tidak beraturan dan berukuran besar )
 Bentuk lepto ( ceking )
 Bentuk Mikro ( Kepala seperti jarum pentul )
 Bentuk Strongyle ( seperti larva stongyloides )
 Bentuk Lose Hezel ( Tanpa kepala )
 Bentuk Immature ( spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic )
Cytoplasmic droplet

Arti klinik
1. Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik
2. banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek
3. banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan.
Misalnya : radang varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama.

5. Lekosit
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin, misalnya 3 –
8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya dengan infeksi organ –
organ spermiogenesis.

. Analisa Sperma Secara Kimia


Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa
adalah : Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis
Cara pemeriksaan Fruktosa :

Regensia :
1. Larurtan Ba(OH)2 0,3N
2. Larutan Zn SO4 0,175M
3. Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%.
4. Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 %
Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml.
Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.

Prosedur Kerja
1. Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan
0.1 ml mani dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan Ba(OH)2 campur
tambahan 0.5 ml Zn SO4. kemudian dicentrifuqe.
2. Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko)
Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1
Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa
Tabung B diisi 2 ml aquadest
3. Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl
4. Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit
5. Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer
6. Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl
Kadar Fruktosa sperma normal : 120 – 450 mg/dl

También podría gustarte