Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Magister Management
Disusun dan diajukan oleh
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya penulisan thesis ini yang berjudul “Analisis Lambatnya
Implementasi 5S dengan Metode Root Cause Analysis (Studi Kasus
Perusahaan Tambang Nickel Terdaftar dalam BEI)”.
Olehnya, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya pada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan ini:
1. Kedua pembimbing saya Ibu Prof. Dr. Hj. Mahlia Muis, SE., M.Si
dan Bapak Dr. Muhammad Ismail, SE., M.Si atas segala saran,
masukan, tinjauan, dan persetujuan mereka sehingga proposal
saya ini bisa saya selesaikan dengan baik.
2. Keluarga saya, orang tua (drg. Vedastus Gaston Spilleben dan
Theresia Maria Tandiayuk), istri (Elisabeth Julianti, ST) dan ketiga
anak-anak saya (Tristan, Nadine, dan William) yang selalu memberi
dukungan, inspirasi, dan motivasi dalam menyelesaikan tulisan ini.
3. Manajemen perusahaan tempat saya bekerja selama ini yang
mendukung dalam pengembangan saya dengan program kuliah in
site ini, dan memberikan waktu bagi saya untuk melakukan
bimbingan tugas akhir ini.
Masih banyak lagi pihak yang belum saya sebutkan satu persatu, semoga
Tuhan selalu membalas kebaikan mereka.
Penulis
iv
Abstrak
Abstract
ALLOYSIUS AIY RESTON - Analysis for the slowimplementation
progressof 5SusingRootCause Analysismethod(case study nickel
miningcompanylistedin theBEI) – supervised by Mahlia Muis and
Muhammad Ismail
The research using root cause analysis method, which define the
significant basic cause of slow implementation of 5S. The root cause
analysis it self consist of three main processes: (1) grasp the situation, (2)
cause investigation, and (3) problem correction/prevention.
The result of this research shows that the root causes of 5S slow in
implementation is dispute in define areas’ range, implementation
plan/strategy, monitoring and control and knowledge/skill. Therfore, to
achieve the implementation target we need to re-communicate the
standard, focus on monitoring the standard’s implementation, and
implementation system in area shall be strengthen by leadership.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
Abstrak iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 11
C. TUJUAN PENULISAN 11
D. MANFAAT PENELITIAN 12
B.1 Wastologi 14
B.7 5 Whys 25
A. RANCANGAN PENELITIAN 29
E. ANALISIS DATA 32
B. GAMBARAN PENELITIAN 39
C. IDENTIFIKASI MASALAH 40
D. KLARIFIKASI MASALAH 44
MASALAH 52
G. PENYEBAB LANGSUNG 57
viii
BAB V 76
A. KESIMPULAN 76
B. SARAN 77
REFERENSI 79
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.2 Dua puluh perusahaan penghasil nikel teratas pada tahun
2011. 3
Tabel 4.3. 5 Whys untuk lokasi workpost yang terlalu luas untuk
dikontrol 58
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.2. Gap yang didapatkan dari perbandingan plan dan aktual 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
sekitar tahun 2005, appresiasi pasar terhadap nikel sangat tinggi, yang
1.2 kita juga bisa melihat dua puluh perusahaan penghasil nikel teratas di
lesunya pasar di industri logam dasar (base metals) sebagai imbas dari
tahun 2010 dan 2011, harga nikel tampak sedikit lebih stabil dikisaran
bawah (lihat Gambar 1.1, namun tetap saja margin keuntungan industri ini
menjadi sangat tipis dan tidak menarik bagi investor lagi yang tercermin
Tabel 1.1 Opearasi Nikel terbesar di tahun 2011 (2012 pada tabel di atas adalah forecast
pada saat laporan tersebut dibuat)
Tabel 1.2 Dua puluh perusahaan penghasil nikel teratas pada tahun 2011.
perusahaan.
yang telah popular di dunia telah di adopsi dan mengalami fine tuning
dan ringkas, bebas dari hal-hal yang tidak memberikan nilai tambah pada
5
Metode 5S, yakni Sort, Set, Shine, Standardize and Sustain adalah
bagian dari manajemen lean itu sendiri. Metode ini diharapkan dapat
Gambar 1.2. Pergerakan harga saham PT Vale Indonesia dalam Rupiah (sumber:
www.bloomberg.com/quote/INCO:IJ/chart)
sangat bagus dan punya relevansi erat dengan budaya kerja ini.
kerja lebih kondisif bagi semua pekerja, mulai dari level paling bawah
sendirinya dan akan kembali lagi kepada kebiasaan yang lama. Dan yang
paling mereka takutkan adalah jika metode ini semakin sempurna, maka
program house keeping yang mahal dan mewah karena butuh sangat
timbul juga effort yang sangat mahal yang diajukan dalam rangka
perusahaan.
Tabel 1.3. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2007 (Sumber 2007
Housekeeping Project Report, Julius Pangaribuan)
checklist, kulturnya sampai pada tahun ke-dua masih belum bisa sustain.
33.1 (rata-rata) dari 100 poin yang diinginkan (lihat tabel 1.4).
manajemen lean hal ini merupakan hal mendasar yang harus dibangun
karyawan.
10
Ke empat hal ini, jika kita melihat secara umum, maka akan
dihilangkan.
mereka adalah mereka belum melihat manfaat dari 5S untuk mereka. Dan
B. RUMUSAN MASALAH
sudah berjalan kurang lebih tiga tahun masih belum mencapai 40%
root cause analysis yang juga merupakan salah satu alat dalam
C. TUJUAN PENULISAN
dipaparkan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
objek penelitian
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Akademik
perusahaan/korporasi besar.
perusahaan di Indonesia.
2. Bagi Perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bertahan (sustain).
Sedangkan untuk root cause analysis (RCA) itu sendiri berkaitan dengan
B.1 Wastologi
jenisnya…..”
yang ada mulai bermunculan dan kita tinggal meregister dan memikirkan
rendah.
1
JIT Implementation Manual; Waste and 5S’s, Hiroyuki Hirano, 1990, pg. 147
16
Tipe-tipe sampah itu adalah: [1] Man, [2] Machine, [3] Material, [4]
tersebut.
Gambar 2.1. Contoh sampah dalam operasi menyekrup untuk mengeratkan (sumber: JIT
Implementation Manual; Waste an 5S’s, Hiroyuki Hirano, pg. 148)
kerja dan juga hasil kerja. Dan akar masalah dari resistansi dari karyawan
Gambar 2.2.Delapan tipe sampah menurut metode 5MQS (sumber: JIT Implementation
Manual; Waste an 5S’s, Hiroyuki Hirano, pg. 153)
manajemen stratifikasi untuk membuang yang tidak diperlukan itu. Sort ini
parah dan kita akan menemukan akar masalahnya. Dengan demikian kita
dengan tepat.
atau dalam tata letak yang benar sehingga dapat dipergunakan dalam
mutu dan keamanan, berarti tempat kerja yang rapih akan tercipta.
indicator.
2
Takashi Osada, The 5S’s, Five Keys to A Total Quality Environment, 1995
19
dan shine dengan cara yang seragam dan cara yang terbaik. Standardize
budaya yang terjadi dalam perusahaan. Budaya ini yang akan mendorong
dilihat mulai dari masing-masing bagian dalam 5S, proses yang terjadi dan
sorting dan setting), dan Risk Management (yang dapat dengan mudah
Gambar 2.3. Manfaat yang diperloleh dari implementasi 5S (Sumber: JIT Implementation
Manual; Waste and 5S’s, Hiroyuki Hirano, 1990
21
diinginkan dalam lingkungan kerja, apakah itu adalah faktor fisik, manusia,
yakni:
Mengidentifikasi permasalahan
Klarifikasi permasalahan
Breakdown permasalahan
menyelesaikan masalah
terjadinya error.
Gambar 2.5. Metode praktikal penyelesaian masalah (Source: Neville Clarke hand out
training).
dilakukan”telah di tentukan
Insident keselamatan.
Malsalah lingkungan.
effort yang dilakukan oleh perusahaan tanpa hasil yang memadai karena
tidak berfokus pada apa yang penting. Bahkan kegagalan bisa saja terjadi
Contoh dari FMEA dapat dilihat dalam tabel 2.1 di bawah. Dalam
mengimplementasaikan 5S.
keahlian sesuai dengan masalah dalam analisis ini dari semua orang yang
B.7 5 Whys
Five whys (5 Whys) adalah salah satu cara untuk sampai kepada
akar masalah yang sebenarnya. Namun tidak mutlak hanya lima tingkatan
pertanyaan ‘mengapa’, bisa jadi kurang dari lima atau bahkan lebih dari
Implementasi 5S:
INEFISIENSI PROSES
KEUNGGULAN
Sort, Set, Shine,
Standardize,
Sustain
Faktor-faktor penghambat
implementasi
Knowledge
Skill
Leadership
5S sukses
Eksekusi
Knowledge Motivasi Karyawan terimplementasi
implementasi 5S
sebagai structure
Insentif
Training Implementation
Implementation
Kontrol monitoring
Strategy Plan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
pada Bab I, sangat jelas bahwa tujuan studi dari penelitian ini adalah
karena mungkin baru sedikit studi yang dilakukan dalam bidang ini3.
diagram Fishbone dan 5 whys seperti yang telah dijelaskan dalam BAB II
pengambilan keputusan.
dan berfokus pada yang memberikan dampak yang paling besar (Pareto).
3
Uma Sekaran, 2003, Research Methods for Business, Jilid 1, hal 156.
30
dan pengolah nikel yang terdaftar di BEI, sejak bulan Maret 2013 sampai
menggunakan teknik klaster ini, mereka lebih dapat menghemat biaya dan
penelitian.
31
jumlah
Pareto.
E. ANALISIS DATA
BAB IV
dimiliki cukup besar, didukung oleh lebih dari tiga ribu karyawan permanen
dan sekitar enam ribu karyawan kontraktor, baik yang bekerja secara
di nilai sebagai hal yang paling dasar untuk dimiliki oleh setiap karyawan
tanpa terkecuali.
yang sangat besar pada area tersebut, karena begitu banyak inventory
memadai.
tahun ke tiga masih selalu berada di bawah target yang ditetapkan oleh
4
Noronha, Carlos; 2002; The Theory of Culture-specific Total Quality Management in Chinese
regions; Hal.130
35
workpost biasanya merupakan satu wilayah kerja dari satuan unit terkecil,
workpost. Nilai (score) yang diperoleh dari assessment ini merupakan nilai
yang memimpin beberapa workpost, maka nilainya diambil hasil dari rata-
5
Reg- 00076-G, Prosedur 5S VALE.
36
manajemen puncak.
sebagaimana berikut:
1. S1 (Sort) : 20 poin
2. S2 (Set) : 20 poin
3. S3 (Shine) : 20 poin
4. S4 (Standardize) : 20 poin
5. S5 (Sustain) : 20 poin
dalam workpost berguna bagi aktivitas dalam workpost tersebut, tidak ada
sampah yang menyita tempat areal bekerja, tidak ada timbunan inventory
yang urgent dibutuhkan, tidak ada material atau perlatan yang cacat, tidak
yang tidak berguna (tidak memberikan nilai tambah pada proses) dalam
workpost tersebut.
37
semua barang dan hal memiliki tempat dan berada pada tempatnya.
yang jelas.
udara, dan sebagainya. Shine juga memberikan efek ‘eye catching’ untuk
bekerja, baik itu psikis maupun fisik. Psikis memastikan bahwa pekerjaan
workpost ini tidak ada hal yang melebihi ambang batas toleransi yang bisa
diterima oleh tubuh manusia, dan jika ada harus diproteksi. Misalnya
orang di dalamnya.
memiliki areal kerja yang paling besar dengan jumlah karyawan yang
adalah:
manajemen level empat (L4), SGM merupakan posisi level tiga (L3), GM
bawah.
COO
SGM
SGM Rekayasa, Penge
SGM Pabrik SGM Pembangkit SGM Keunggulan
Penambangan mbangan
Pengolahan dan Perawatan Operasi
dan Eksplorasi Teknologi dan
Pendukung
B. GAMBARAN PENELITIAN
III). Untuk kategori grasp the situation, ada lima langkah yang akan
dilakukan yakni identify the problem, clarify the problem, breakdown the
problem, locate the points of cause dan grasp the tendency of the
identify and confirm the direct cause of the abnormal occurance dan
perusahaan, sebagai salah satu KPI dari tiap lini manajemen dan
karyawan. Data hasil audit ini akan digunakan dalam analisis Pareto,
dua kali untuk menangkap semua isu baik yang berasal dari karyawan,
the direct cause of the abnormal occurance dan analysis the root cause
C. IDENTIFIKASI MASALAH
adalah mengeliminasi kondisi yang tidak normal dan diluar kondisi yang
41
manajemen.
sendiri adalah gap antara kondisi sekarang dengan level kinerja apa yang
ini dapat terjadi dalam proses, produk ataupun sistem. Kesalahan dalam
tersebut.
oleh data, apakah itu berasal dari data primer, sekunder maupun
6
Latino, Robert J, 2002, Root Cause Analysis
7
Neville Clarke Root Cause Analysis Handouts Training, December 2012
42
40 poin (dari 100 poin) untuk semua jenis workpost. Pada tahun 2013,
S yakni shine dan sort. Di tahun 2012, fokus sudah dilebarkan ke sort, set
dan shine, dan ini diteruskan ke tahun 2013. Untuk workpost kolektif, juga
pada tahun 2013 sudah fokus menerapkan sort, set, shine, standardize
dan sustain.
L3 Maintenance &
20.35 20 36.23 40 33.39 47.99
Utilities
L3 Engineering, Tech.
16.80 20 40.40 40 39.54 47.99
Dvlp., and Support
L3 Mining &
28.43 20 39.65 40 38.21 47.99
Exploration
gap sebesar 33.9% sebagaimana yang terlihat pada Tabel 4.2. Sehingga
44
sebesar 33.9%. Ini adalah gap KPI terhadap target yang diharapkan
GAP
Gambar 4.2. Gap yang didapatkan dari perbandingan plan dan aktual
atas, yakni masalah yang didapatkan adalah gap sebesar 33.9% pada
workposts operasional.
D. KLARIFIKASI MASALAH
ini, kita juga melihat area L3 mana yang paling besar gap-nya di tahun
Chart Title
Administrative Collective Operational
76
32 68
5
20
06
6
4
1
5 3
ETDS Maintenance & Mine and PP
Utilities Exploration
yang kini menjadi sangat ketat dan peka. Dan ternyata setelah
melakukan RCA
lebih besar dari jenis workpost yang lain.Tingkat pencapaian poin dari tiap
700 80
600
60
Percent
Priority
500
400
40
300
200
20
100
0 0
Time Area MU ETDS MineXpl Other
Area Impact Possibility Priority Priority 729 81 27 27
Duration
Percent 84.4 9.4 3.1 3.1
PP 3 9 1 27 Cum % 84.4 93.8 96.9 100.0
MineXpl 3 3 3 27
MU 9 9 9 729
ETDS 3 3 9 81
Gambar 4.5. Analisa pareto dalam menentukan departemen mana yang akan menjadi fokus dalam RCA
49
mengkonfirmasi ketiga hal di atas. Hal ini dapat terlihat dalam Gambar 4.6
Pada Gambar 4.7. adalah salah satu ruang dimana barang rusak
ada aturan yang jelas, dan tampak elektrikal bercampur-baur antara motor
listrik berbagai ukuran, mesin las, mesin generator dan lain sebagainya.
peralatan untuk bekerja juga tertutup oleh peralatan yang akan diperbaiki.
Gambar 4.7. Kondisi ruang tunggu pengerjaan barang elektrikal – Maret 2013
51
bahwa gap antar apa yang terjadi dengan konsep 5S masih cukup besar.
Tabel 4.1, dan juga rencana tiap departemen dalam tiga S pertama
dan menandai requirement mana yang akan menjadi fokus dalam tahun
yang dimiliki.
berdasarkan tiga S yang pertama (Sort, Set dan Shine) yang memang
Untuk itu, gap sebesar 33,8% pada Gambar 4.2 adalah gap yang
daftar pertanyaan yang masuk dalam gap 33.8% ini akan kita analisis
lebih lanjut.
lokasi aktual penyebab masalah dan melacak mepali untuk melihat titik
penyebab. Dalam tahap ini pertanyaan yang sering timbul adalah lokasi
mana yang menjadi titik fokus saya, dan apakah yang harus saya amati?
Pareto
ParetoChart
Chartof
ofC9
C9
140
140
120
120
100
100 So we need
breakdown
100 80
80
100
Percent
Percent
80
80 60
60
Gap
Gap
problem base on
60
60 40
40
40
40
20
Gambar 4.9. Pareto ke empat sub-departemen utama pada Departemen Maintenance dan Utilities
dapat distabilkan dengan terlebih dahulu mencapai Sort, Set dan Shine.
54
Gambar 4.10. Grafik Pareto untuk 3S pertama workpost operasional dan rata-rata gap
dari masing-masing pemilik workpost
tersebut adalah:
menanyakan ‘mengapa’.
Dalam masalah ini, kita bisa meneliti pada workpost milik siapa saja
langsung dapat terlihat (pada barchart yang ditandai). Mereka inilah yang
yang sebenarnya.
Gambar 4.12 Pemilik workpost dan besarnya penyimpangan di area Maintenance dan
Utilities untuk Q4: Sign, demarkasi, marking and labeling
56
Gambar 4.13 Pemilik workpost dan besarnya penyimpangan di area Maintenance dan
Utilities untuk Q5: Penepatan pada tempatnya (right place)
Gambar 4.14 Pemilik workpost dan besarnya penyimpangan di area Maintenance dan
Utilities untuk Q6 Keteraturan alat kerja (orderliness)
G. PENYEBAB LANGSUNG
dan keteraturan alat kerja. Ketiga masalah inilah yang akan dicarikan
adalah:
gambar 4.15)
59
Gambar 4.15 Analisis fishbone diagram: Rambu, demarkasi, penandaan, dan pemberian label
Mesin/Equipment Material
Penandaan,
Demarkasi,
Pemasangan Rambu
dan Label yang tidak
memadai Pemahaman mengenai Sistem kontrol
konsep masih kurang kurang
Reward dan Punishment
Kurang pelatihan
Leadership enforcement
Bekerja shift
tanggung jawab yang terlalu besar bagi masing-masing manager kita plot
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa root cause dapat berhenti pada why ke
tiga. Hal ini dapat saja dilakukan mengingat penyebab dasar yangbisa
mendapatkan 3 rekomendasi:
malam.
61
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa root cause pertanyaan ini justru
berhenti di why yang ke enam. Jika kita berhenti di why yang ke lima,
peroleh adalah:
2. Membuat jadwal routine sort dan set selain shine yang sudah ada.
perencanaan.
penyebab dasarnya kita cari melalui 5 whys seperti tabel 4.7 di bawah.
63
langsung lainnya, inventori yang terlalu banyak ini juga kita buatkan tabel
5 whys.
metode 5S.Hal ini merujuk pada keselamatan dan kesehatan kerja yang
bonus gaji sampai pemutusan hubungan kerja. Sama seperti yang lain,
ini melekat pada karyawan. Hal ini berarti bobot untuk penerapan
I. PERBAIKAN/PENCEGAHAN MASALAH
digabungkan. Hal ini seringkali terjadi dalam root cause analysis, bahwa
66
penanggung jawab masing-masing butir action plan tersebut. Hal ini untuk
kali training yang diadakan pada shift pagi. Penyelarasan ini difasilitasi
Areal workpost yang Mereview luasan dan Mengidentifikasi workkpost yang Reston Week 23 Done
terlalu luas untuk jumlah workpost sampai masih terlalu luas dan membaginya
beberapa workpost unit terkecil (supervisor) sampai unit kerja terkecil
owner. Mengidentifikasi workpost yang
terlalu kecil untuk bisa digabungkan
Kompetensi konsep Mengadakan pelatihan Membuat sesi dengan materi yang Reston Week 26 Postponed
5S dikalangan supervisor dikhususkan untuk supervisor
supervisor masih lapangan dan manajer bawah (L1)
kurang
Jadwal training belum Menyesuaikan jadwal Inventaris karyawan shift yang Training Week 26 Done
disesuaikan dengan training belum memperoleh training dari kordinator tiap
jadwal shift karyawan semua bagian kemudian Area
dijadwalkan sesuai jadwal shift, cuti
dan pelatihan lainnya
Belum melaksanakan Melakukan workshop sort Membuat workshop sort dan set Team 5S Routine In
sort dan set dan set dalam sebuah workpost di area progress
sebagai percontohan
Sort dan set belum Penjadwalan sort dan set Setiap workpost membuat jadwal Focal point Weekly Done
diadakan secara rutin rutin untuk pelaksanaan sort, set area
dan shine (misalnya 15 menit
setiap dua minggu)
Regulasi 5S dari Mengadopsi regulasi 5S Mengadopsi regulasi 5S dengan Team Week 23 In
korporasi belum dari korporasi penyesuaian sesuai karakteristik di Implementator progress
diadopsi oleh unit Indonesia kemudian sistem
bisnis di Indonesia mengkomunikasikannya ke produksi
karyawan.
Perencanaan masih Memastikan aktivitas 5S Memasukkan aktivitas 5S kedalam Focal point Week 23 Not yet
belum memasukkan dimasukkan dalam paket kegiatan maintenance area done
aktivitas 5S dalam semua paket pekerjaan pemerisaan rutin, perbaikan,
paket pekejaan maintenance penggantian, modifikasi dan
pemasangan aset baru
68
Implementator belum Mengadakan lokakarya Mengadakan lokakarya singkat Team Week 23 Not yet
memberikan konsep dengan manajemen lini mengenai posisi 5S dalam strategi implementator
5S secara utuh mengenai tujuan dan jangka panjang dengan gambaran sistem
kepada manajemen letak 5S dalam strategi dan pemetaan yang jelas produksi
lini jangka panjang
5S masih tergabung Mengangkat bobot 5S Memasukkan 5S sebagai salah COO Mid year Done
dalam implementasi dalam program insentif satu target dengan bobot antara review
sistem produksi dalam tahunan 10% - 15% dari total insentif yang (Week 26)
Program Insentif akan diterima
Tahunan
Belum memahami Mengadakan pelatihan Menjadikan protokol audit 5S Team Week 24 Not yet
metode RCA RCA dengan mengambil sebagai contoh workshop dalam implementator
contoh KPI 5S pelatihan RCA sistem
produksi
Tabel 4.11 Rangkuman rencana tindakan (action plan)
69
sampai 4.18 dapat dilihat sorting yang diadakan pada workpost pilot
(gambar 4.6 sampai dengan gambar 4.8). Dan hasilnya dapat terlihat
secara fisik pada gambar 4.19 sampai gambar 4.21. Beberapa masalah
menjadi lebih luas untuk penyimpanan karena waste sudah dibuang, dan
diberi label dan jumlah stok maksimal dan minimal sudah ditandai secara
visual.
satu KPI utama, tidak lagi berada dibawah sistem produksi. Sehingga dari
73
250 poin, terdapat 50 poin sampai 150 poin adalah bersumber dari
penilaian 5S. Ini berlaku dari level karyawan terbawah sampai tertinggi.
BAB V
A. KESIMPULAN
kurang (knowledge/skill)
(knowledge/skill)
(implementation strategy/plan)
77
(knowledge/implementation strategy).
adalah:
tepat
pekerjaan maintenance
B. SARAN
sebagai berikut:
serempak.
79
REFERENSI
Latino, Robert J., 2002. Root Cause Analysis. Improving Performance for
Bottom-Line Results.Jilid 2. CRC Press LLC. Virginia: USA