Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi pembangunan merupakan hal yang
tidak mungkin dihindari oleh setiap Negara. Saat ini pemerintah sedang giat melakukan
pembangunan di segala bidang. Pembangunan itu selalu meningkat seiring dengan
bertambahnya penduduk dan kepentingan untuk mensejahterakan rakyat. Salah satunya
adalah adanya pembangunan di bidang industri propelan.
PT. Infironaa Persero merupakan perusahaan industry propelan strategis yang bergerak
dalam memberikan layanan bahan peledak terpadu untuk sektor migas, pertambangan
umum, kuari, dan konstruksi serta sector pertahanan keamanan.
Propelan merupakan bahan pendorong roket atau peluru yang tersusun atas fuel,
oksidator dan aditif. Propelan base adalah bahan bakar dengan fuel dan oksidator yang
sudah terpadu dalam satu senyawa kimia, misalkan Nitrocellulose atau Nitroglycerine atau
Nitroguanidin. Propelan menjadi komponen utama amunisi bagi kebutuhan persenjataan
ringan, alutsista seperti meriam, kanon dan roket maupun untuk kepentingan sipil dan
industri.
Meskipun propelan termasuk dalam low explosive, potensial ledakan dalam site seperti
bangunan proses dan penyimpanan bahan peledak dapat terjadi. Aspek keselamatan
bangunan proses dan penyimpanan juga harus diatur dan dipastikan jumlah bahan peledak
yang diijinkan serta dihitung jarak aman antar bangunan evaluasi estimasi jumlah bahan
peledak dalam masing-masing bagian atau bangunan dihitung berdasarkan standart
internasional jarak aman.
Kebutuhan propelan dalam negeri sampai saat ini masih sepenuhnya diperoleh dari
impor, sehingga sangat rawan terhadap embargo dan kemandirian kemampuan pertahanan
NKRI. Untuk mewujudkan industry propelan ini, kami bekerjasama dengan perusahaan
dari Perancis melalui perusahaan proxel dan eulenco, sedangkan dari Indonesia ditunjuk
PT. Infironaa (Persero) yang akan kami dirikan.
PT.Infironaa (Persero) akan dibangun dikawasan energetic material center (emc)
Subang, Jawa Barat. Di lokasi seluas hampir 200 hektar ini akan diisi fasilitas perkantoran,
gudang, labolatorium dan pabrik.
PT. Infironaa (Persero) merupakan amunisi dan bahan peledak yang dalam proses
produksinya menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat B3, disamping kegiatannya
membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka pemerintah mempunyai kebijakan di bidang
lingkungan hidup. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meminimalisasi dampak
yang timbul dari suatu kegiatan atau industry. Maka diberlakukan kewajiban dalam
penyusunan studi kelayakan lingkungan berupa penyusunan dokumen AMDAL. Melalui
dokumen AMDAL dapat diperkirakan dampak yang timbul dari suatu kegiatan kemudian
bagaimana dampak tersebut dikelola baik dampak negative maupun dampak positif.
1.2. Tujuan
Tujuan dari dibangunnya Industry PT. INFIRONAA (persero) adalah sebagai berikut:
- Untuk mewujudkan kemandirian bangsa khususnya penguasaan kemampuan di bidang
indsutri alat utama system pertahanan (alutista)
- Untuk memenuhi kebutuhan propelan di Indonesia dengan kemampuan produksi
nitrogliserin sebanyak 200 ton/tahun, spherical powder (propelan double base untuk
MKK) sebanyak 400 ton/tahun, propelan double base roket sebanyak 80 ton/tahun, dan
propelan komposit sebanyak 200 ton/tahun.
- Untuk memproduksi propelan amunisi dan roket
- Untuk dapat menghemat devisa negara karena selama ini kebutuhan propelan Indonesia
diimpor dari luar negeri
1.3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari dibangunnya kegiatan industry PT. INFIRONAA
(persero):
1. Mengoptimalkan potensi industry dalam negeri serta penguatan struktur industry
2. Mengembangkan sumber daya manusia dengan keahlian dibidang propelan
3. Alih teknologi dengan penguasaaan dan pengembangan sendiri serta diversifikasi
produk
4. Kemandirian ketahanan dan pertahanan nasional serta penegakan kedaulatan negara,
karena propelan merupakan komponen utama untuk munisi dan roket bagi kebutuhan
operasi TNI dan Polri
5. Terdukungnya kebutuhan operasi baik kuantitas maupun kualitas, seperti kegiatan
komando pendidikan, bekal persediaan di seluruh Kodam, serta bekal pertahanan di
empat-tempat strategis/instalasi strategis dan latihan rutin untuk satuan/pasukan; (c)
Sebagai salah satu sumber daya dalampengembangan Alutsista
BAB II
PELINGKUPAN
PT. INFIRONAA (Persero) atau “INFIRONAA” adalah badan usaha milik negara
terdepan yang melayani kebutuhan negara dan komersial dalam bidang bahan
berenergi tinggi baik di dalam negeri maupun luar negeri khususnya ASEAN.
PT. INFIRONAA (Persero) sebagai suatu BUMN mempunyai tugas pokok
memproduksi peralatan kebutuhan HANKAM, dan produk-produk lainnya untuk
kebutuhan Pemerintah maupun swasta, melaksanakan alih teknologi, menyiapkan
Sumber Daya Manusia yang berkualitas serta melakukan perdagangan dalam arti
yang seluas-luasnya didalam maupun diluar negeri.
Pembangunan pabrik ini memiliki nilai yang sangat strategis karena akan dapat
mendorong kemandirian ketahanan dan pertahanan nasional serta penegakan
kedaulatan negara, dikarenakan propelan merupakan komponen utama untuk amunisi
bagi kebutuhan operasi Industri pertahanan, TNI dan POLRI. Manfaat dari
dibangunnya pabrik ini adalah dapat mengoptimalkan otensi industry dalam negeri
serta diversifikasi produk.
Pembangunan proyek ini merupakan hasil dari kesepakatan kerjasama
internasional bidang pertahanan dan keamanan antara Indonesia dan Perancis.
Sehingga proyek ini dibangun atas dasar kerjasama dengan perusahaan Perancis
yaitu Eurenco dan Roxel France.
Proyek ini akan di bangun di lahan Energetic Material Center (EMC) di Subang
Jawa Barat. EMC ini merupakan kawasan yang dikhususkan untuk lahan
perkembangan pertahanan dan keamanan nasional milik Balai Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Pertahanan. INFIRONAA akan dibangun dengan luas
lahan 200 Ha dan luas bangunan 6 Ha atau 60.000 m2. Ukuran pabrik dibuat kecil
dibandingkan dengan luas lahan dan lokasi antar gedung utama dibuat berjauhan hal
ini didasari adanya standar keamanan dengan konsep Safety Distance atau jarak
aman. Sehingga apabila sewaktu-waktu meledak tidak akan melewati batas wilayah
pabrik.
Pembangunan proyek ini direncanakan akan berlangsung selama 4 tahun yaitu
pada akhir tahun 2016 dan selesai pada tahun 2020. Biaya yang dikeluarkan untuk
pembangunan ini adalah sebesar USS 300 juta.
INFIRONAA merupakan industry yang bergerak di bidang pembuatan propelan,
amunisi dan bahan peledak sehingga dalam proses produksinya menggunakan bahan-
bahan yang bersifat B3 disamping juga kegiatannya membutuhkan tingkat keamanan
yang tinggi.
Propelan merupakan bahan pendorong roket atau peluru yang tersusun atas fuel,
oksidator dan aditif. Propelan base adalah bahan bakar dengan fuel dan oksidator
yang sudah terpadu dalam satu senyawa kimia, misalkan Nitrocellulose atau
Nitroglycerine atau Nitroguanidin. Propelan menjadi komponen utama amunisi bagi
kebutuhan persenjataan ringan, alutsista seperti meriam, kanon, roket, peluru, peluru
kendali, roket antariksa, propelan untuk amunisi caliber kecil, menengah dan besar
maupun untuk kepentingan sipil dan industry yang nantinya akan dirakit oleh
industry pertahanan seperti PT. PINDAD.
Industri ini direncanakan dapat memproduksi bahan baku yang terdiri dari
Nitroglycerine 200 ton/tahun, Nitrocellulose 200 ton/tahun, Nitroguanidin 200
ton/tahun, spherical powder 400 ton/tahun, propelan double base roket 80 ton/tahun
dan propelan komposit 200 ton/tahun.
Untuk bahan peledak INFIRONAA memproduksi bahan peledak (bom) untuk
komersial maupun militer yang berdaya ledak tinggi seperti:
1. Dayagel seismic
2. Dayagel series
3. Dayagel non electric
4. Shaped charges
5. Dayagel sivos
6. Grenade detonator
7. Bomb P-100
8. Blast effect bomb
2.1.2. JADWAL RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Tabel 2.1 Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan PT. INFIRONAA
Waktu pelaksanaan
N Jenis 2016 2017 2018 2019 2020
o kegiatan 6 7 8 9 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2
A Tahap Prakonstruksi
1 Survey
dan
perencan
aan
2 Pengurus
an
perizinan
3 Studi
AMDAL
B Tahap Konstruksi
1 Rekruitm
ent
Tenaga
Kerja
2 Pembersi
han
Lahan
3 Mobilisas
i
Peralatan
dan
Material
4 Mobilisas
i Tenaga
Kerja
5 Pembang
unan
Industri
6 Pemutusa
n Tenaga
Kerja
C Tahap Operasional
1 Rekruitm
ent
Tenaga
Kerja
2 Operasio
nal
Pabrik
3 Pemeliha
raan
Peralatan
Jenis Kegiatan:
A. Tahap Pra-Konstruksi
a) Survey dan perencanaan
Kegiatan survey dan perencanaan ini merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh PT. DAHANA beserta tim AMDAL meliputi survei kondis
fisik, kimia, biologis maupun kesmas di sekitar tempat pembangunan industri
propelan dan penyusunan site plan.
b) Pengurusan Perizinan
Pengurusan perizinan ini dilakukan terhadap izin-izin yang diperlukan
dalam pembangunan industri propelan ini.
c) Studi AMDAL
Pada tahap ini dilakukan analisis mengenai dampak lingkungan yang akan
terjadi apabila industri ini dibangun pada daerah tersebut.
B. Tahap Konstruksi
a) Rekruitment Tenaga Kerja
Pada tahapan ini, diperlukan tenaga kerja untuk pembangunan industri
keseluruhan. Pihak pelaksana proyek membutuhkan tenaga kerja yang terampil
dan sesuai dengan tingkat kebutuhan proyek. Untuk itu diperlukan tenaga kerja
dalam jumlah yang cukup banyak baik yang terlatih maupun buruh.
b) Pembersihan Lahan
Tahapan ini merupakan awal dari proses pembangunan industri Propelan
Kawasan yang semula berupa tanah yang ditanami beberapa tanaman keras dan
perkebunan milik warga dibersihkan dan dipersiapkan untuk pembangunan
bangunan pabrik.
c) Mobilisasi Peralatan dan Material
Proyek pembangunan industri memerlukan peralatan berat serta
pengangkutan material yang akan digunakan dalam pembangunan industri, jalan,
dan unit-unit lainnya. Mobilisasi alat berat dapat mengganggu ketenteraman
masyarakat terutama disekitar lokasi proyek karena menimbulkan debu, gas-
buang, getaran maupun kebisingan.
d) Mobilisasi Tenaga Kerja
Dalam proses pembangunan memerlukan tenaga kerja yang banyak,
sehingga akan memungkinkan mobilitas tenaga kerja menuju dan keluar dari
lokasi. Hal ini akan menyebabkan kebisingan padatnya lalu lintas terutama pada
jam-jam masuk dan keluarnya tenaga kerja yang akan menggangu masyarakat
disekitar industri.
e) Pembangunan Industri
Dengan adanya pembangunan ini akan menimbulkan kebisingan dan
getaran, mengotori udara dengan debu. Kebisingan, getaran, debu dan gas-buang
dari peralatan berat serta kegiatan pembangunan tersebut dapat mengganggu
kesehatan, dan ketenangan masyarakat. Selain itu juga akan mengganggu populasi
flora dan fauna. Karena adanya penebangan pohon dan pengrusakan habitat fauna.
f) Pemutusan Tenaga Kerja
Setelah tahap konstruksi berakhir, maka hanya sebagian tenaga kerja yang
memenuhi syarat tetap bekerja untuk kepentingan perusahaan. Dengan adanya
pemutusan kerja ini dapat menimbulkan konflik sosial dan keresahan di antara
pekerja.
C. Tahap Pasca Konstruksi
a) Rekruitment Tenaga Kerja
Memasuki pasca konstruksi atau mulai beroperasinya pabrik semen ,
diperlukan tenaga-tenaga ahli dan profesional baik lokal maupun non lokal untuk
menjalankan industri sebagaimana mestinya. Karena terbatasnya tenaga kerja
yang diperlukan maka tidak semua calon tenaga kerja dapat diterima. Ini
disebabkan adanya persyaratan dan kualifikasi tertentu sesuai dengan formasi
yang ada.
b) Operasional Pabrik
Pada tahap ini pabrik mulai beroperasi. Adapun tahapan proses produksi
pada pabrik propelan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Proses Produksi Propelan
Secara umum proses pembuatan propelasn terdiri dari tujuh tahapan yaitu:
1. Preparation
Merupakan proses menyiapkan bahan baru berupa penghalusan oksidator
(ginding process), pengayakan dan penimbangan. dampak yang hihasilkan
adalah limbah padat dan debu.
2. Pre-Mixing
Merupakan proses pencampuran fluel dan curing agent agar terjadi reaksi
polimerisasi membentuk rantai polimer yang lebih panjang. Dampak yang
dihasilkan adalah kebisingan dan limbah cair.
3. Mixing
Merupakan proses pencampuran komponen padat berupa oxider dan addtives
ke dalam fuel binder sehingga terbentuk slurry. Dampak yang dihasilkan
adalah kebisingan, limbah cair dan limbah padat
4. Casting
Merupakan proses pencetakan slurry propelan ke dalam tabung cetakan /
motor case dengan bantuan mandrel untuk membentuk konfigurasi grain.
Dampak yang dihasilkan adalah kebisingan dan limbah padat.
5. Curing
Merupakan proses pemansan ropelan, biasanya pada temperature 600C,
sehingga terjadi pematangan propelan dimana terjadi perubahan slurry
menjadi fase padat.
6. Decoring
Merupakan encabutan mandrel dari propelan sehingga terbentuk konfigurasi
grain.
7. Finishing
Merupakan proses akhir setelah propelan tercetak sehingga siap untuk
digunakan
c) Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan peralatan sangat dibutuhkan selama pengoperasian industri.
Untuk pemeliharaan ini, dibutuhkan peningkatan keterampilan tenaga kerja.
Sehingga kualitas tenaga kerja meningkat dan ada peningkatan kesejahteraan pada
karyawan.
Akibat adanya perbedaan topografi diatas, sehingga secara garis besar iklim di
kabupaten Subang dapat dibagi menjadi bagian atau zona wilayah iklim. Di
wilayah Selatan karena dukungan alam pegunungan dengan demikian memiliki
suhu rata-rata yang relatif sejuk, berkisar 20-27oC dan adanya variasi iklim ini
menjadikan kelembaban udara di atas wilayah subang mencapai 72%-91%
dengan curah hujan rata-rata 1600-3000 mm per tahunnya dengan musim
kemarau per tahunnya selama 4 bulan.
Hasil Pengukuran
No Parameter Baku mutu Satuan
1 2 3 4
1 Sulfur dioksida (SO2) 900 µg/Nm3 23,04 23,18 27,65 30,85
2 Karbon monoksida (CO) 30.000 µg/Nm3 5.167 5.201 5.522 5.957
3 Nitrogen dioksida (NO2) 400 µg/Nm3 14,83 17,98 18,15 24,73
4 Oksidan (O3) 235 µg/Nm3 34,49 57,62 62,35 66,47
5 Hidrokarbon (HC) 160 µg/Nm3 98 98 124 131
6 Debu (TSP) 230 µg/Nm3 111 128 332 497
7 PM10 (partikel <10 µm) 150 µg/Nm3 64 64 86 104
8 PM2,5 (partikel <2,5 µm) 65 µg/Nm3 21 21 43 48
9 Timbal (Pb) 2 µg/Nm3 0,04 0,04 0,07 0,07
Sumber: PT. Unilab Perdana
No Jenis tumbuhan
1 Pohon Kamper
2 Jati
3 Bunga Raffles
4 Tenggarin
5 Kayu Ulin
6 Kasturi
7 Kayu besi
8 Kenari hitam
9 Merbau darat
10 Merbau pantai
11 Nipah
12 Sagu
13 Kayu hitam
14 Kayu rima
15 Kayu candana
16 Karet
17 Teh
18 Tebu
19 Kacang panjang
20 Nenas
21 Cengkeh
22 Rambutan
23 Padi
2. Fauna
Jenis fauna yang ada di Kabupaten Subang antara lain burung, mamalia, reptil dan
amfibia. Beberapa jenis fauna tersebut diantaranya sebagai berikut.
Tabel 2.6 Jenis Fauna di Kabupaten Subang
3. Kependudukan
Kondisi
No Jenis sarana Jumlah RUSAK
BAIK RUSAK
BERAT
1. Gedung Puskesmas 1 buah - 1 -
2. Puskesmas Pembantu 2 Buah 1 1 -
3. Rumah Dinas : - - -
- Perawat 5 buah - 1 4
- Dokter 0 buah - - -
4. Pusling Roda 4 2 buah 2 - -
5. Sepeda Motor 7 buah 6 1 -
6. KIA KIT 7 buah 6 1 -
7. Puskesmas KIT 1 - 1 -
8. Puskesmas Pemb. KIT 4 buah - 2 2
9. Usila KIT 1 buah - 1 -
10 UKS KIT 4 buah 3 1 -
11. BP. Gigi KIT 1 buah - 1 -
12. Poliklinik set 1 buah 1 - -
13. Minor Surgery set 1 buah 1 - -
14. Imunisasi KIT 1 buah 1 - -
15. Sanitasi KIT 1 buah 1 - -
16. Dental KIT 1 buah 1 - -
17. Dental unit 1 buah 1 - -
18. Laboratorium set 1 buah 1 - -
19. Nutrition KIT 1 buah 1 - -
20. KIE KIT (Paket penyuluhan) 1 buah 1 - -
21. Emergency KIT 1 buah 1 - -
22. Telepon 1 buah 1 - -
23. Computer 3 buah 3 - -
24. Laptop 5 buah 5 - -
25. Sumber air bersih 1 buah 1 - -
26. Sarana Pembuangan Sampah 1 buah 1 - -
27. Sarana Pembuangan Air 1 buah 1 - -
Limbah (SPAL)
28. Sarana Pembuangan Tinja 1 buah 1 - -
(Jamban)
2.2.2. TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS
Tabel 2.8 Jumlah Karyawan Berdasarkan Profesi
NO PROFESI JUMLAH
1 Kepala Puskesmas 1
2 Kepala Tata Usaha 1
3 Dokter Puskesmas 0
4 Dokter Gigi Puskesmas 1
5 Bidan Puskesmas 10
6 Bidan Desa 12
7 Perawat Puskesmas 20
8 Perawat Gigi Puskesmas 2
9 Sanitarian 2
10 Nutrisionis 1
11 Tenaga Kes Lain 1
12 Pelaksana Tata Usaha 2
13 Ka. Pustu 1
14 Asisten Apoteker 2
15 Analis Kesehatan 2
16 OB 1
JUMLAH 59
2.2.3. UHH
Umur Harapan Hidup digunakan untuk mengetahui berapa lama orang
dapat hidup sejak kelahiran. Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah
satu indikator yang sangat penting sebagai tolak ukur keberhasilan
pembangunan kesehatan. Di Kabupaten Indramayu, dengan peningkatan UHH
diharapkan dapat mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Berdasarkan data Statistik Kecamatan Indramayu tahun 2012, untuk IPM
Kecamatan Indramayu 76,13. IPM Bidang Kesehatan Kec. Indramayu tahun
2012 adalah 76,67. Sedangkan Angka Harapan Hidup (AHH) Kec. Indramayu
tahun 2012 yaitu 71 tahun. Sedangkan Angka Harapan Hidup Kab. Indramayu
tahun 2012 adalah 67,64 tahun. Jika melihat umur harapan hidup pada tahun
2012 untuk Kec. Indramayu sudah lebih baik dari rata-rata AHH Kab.
Indramayu.
2.2.4. MORTALITAS
Tabel 2.9 Data Kematian Kasar di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Tahun 2015
No. Jumlah
Desa/Kelurahan
Laki-laki Perempuan
1. Teluk Agung 32 30
2. Plumbon 34 50
3. Dukuh 17 14
4. Pekandangan Jaya 26 28
5. Pekandangan 33 42
6. Kepandean 11 5
7. Bojongsari 8 11
8. Singajaya 21 27
9. Singaraja 14 20
2.2.5. MORBIDITAS
Tabel 2.10 jumlah kunjungan rawat jalan di UPT Puskesmas Tanjungsiang Tahun 2015
5 Kusta 1 0 0 0 1 3
6 Infeksi, Herpesuirus (Herpes Simplex) 7 7 9 10 19 13
8 Campak 1 11 0 0 3 7
9 Scabies 6 10 0 1 7 4
11 Faringitis Akuta 16 27 1 0 16 36
12 Tonsilitis Akuta 2 1 21 30 0 0
15 Pneumonia 1 2 66 87 2 2
Data yang telah diolah menunjukkan bahwa pada Tahun 2015 kasus yang
menderita penyakit berbasis lingkungan laki-lakinya sebanyak 906 orang
(45,76%), perempuan sebanyak 1074 (54,24%).
TABEL 2.12 REKAPITULASI DATA PENYAKIT TAHUN 2015-2016
NO NAMA PENYAKIT
FEBRUARI MARET
L P L P
1 Diare 35 27 12 25
2 TBC Paru BTA (+) 7 5 6 1
3 Tersangka TBC Paru 14 13 23 9
4 Kusta MB 1 1 1 1
5 DBD 7 6 8 6
6 Pneumonia 9 8 12 8
Data yang telah diolah menunjukkan bahwa pada Tahun 2016 kasus yang menderita
penyakit berbasis lingkungan laki-lakinya sebanyak 305 orang (42,07%), perempuan
sebanyak 420 (57,93%).
2.2. PELINGKUPAN
2.3.1. BATAS ADMINISTRASI
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa
melakukan kegiatan social ekonomi dan social budaya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Berikut merupakan
batas adminstratif PT. INFIRONAA:
Batas sebelah Barat : Kota Subang
Batas sebelah Timur : Kabupaten Sumedang
Batas sebelah Selatan : Kabupaten Bandung Barat
Batas sebelah Utara : Kabupaten Purwakarta
2.3.2. BATAS PROYEK
Batas proyek merupakan ruang dimana PT. INFIRONAA akan melakukan
kegiatan prakontruksi, kontruksi dan operasi. Dari ruang inilah sumber dampak
terhadap lingkungan hidup disekitarnya termasuk dalam hal ini alternative lokasi
rencana usaha. Berikut merupakan batas proyek PT. INFIRONAA:
Titik koordinat PT. INFIRONAA : -60 42’ 43.00”, +1070 35’ 49.00”
Luas lahan : 200 Ha
Luas bangunan : 6 Ha atau 60.000 m2
Batas sebelah Barat : Perkebunan teh, nanas, dan kelapa sawit
Batas sebelah Timur : Sungai Ciomay
Batas sebelah Selatan : PT. PERSADA JAYA
Batas sebelah Utara : Perkebunan teh
2.3.3 BATAS EKOLOGI
Batas ekologi didelineasi berdasarkan perkiraan ekosistem yang akan terkena
dampak, baik melalui media air, udara, ataupun tanah. Delineasi ruang ekologis
yang terpengaruh juga mencakup area di sekitar lokasi proyek yang diprakirakan
terkena paparan debu dan kebisingan akibat kegiatan pembangunan industri yang
mungkin akan tercemar.
Udara : Pencemaran udara pada kegiatan pembangunan industri propelan
bersumber dari pengangkutan yang berupa partikel debu. Paparan debu dari
kegiatan transportasi paparan terjadi di sekitar jalur jalan yang diperkirakan sekitar
500 – 1000 meter dari sumber dampak. Penentuan 500 – 1000 meter dari tempat
pembangunan industri berdasarkan perkiraan akses jalan menuju tempat
pembangunan yang berada di daerah pegunungan dan tingginya kecepatan angin di
wilayah pembangunan.
Air : Pencemaran air bersumber dari terjadinya erosi dan sedimentasi. Batas
ekologis ditetapkan pada sungai-sungai yang terkena dampak dan sumber air yang
digunakan untuk kegiatan pembangunan.
Tanah : Dampak yang dapat ditimbulkan dari pembangunan industri terhadap
kondisi tanah di wilayah pembangunan yaitu berubahnya bentuk lahan.
9. Pencemaran limbah B3
A. Sumber Dampak
Bahan-bahan kimia, Oli/pelumas bekas dari kegiatan operasional pabrik dan
pemeliharaan mesin.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu pencemaran limbah bahan berbahaya dan
beracun akibat adanya penggunaan bahan-bahan kimia dan oli/pelumas.
C. Tolok ukur dampak
Tolok ukur pencemaran Limbah B3 mengacu pada Peraturan Pemerintah
No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun,Keputusan BAPEDAL Nomor 5 Tahun 1995 tentang Simbol dan
Label Limbah B3, Keputusan BAPEDAL Nomor 1 Tahun 1995, Keputusan
BAPEDAL Nomor 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara Persyaratan dan
Penyimpanan & Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, Keputusan
BAPEDAL Nomor 2 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah B3.
D. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan adalah :
1. Mengemas limbah B3 sesuai dengan jenisnya dalam kemasan khusus
yang diberi simbol dan label.
2. Mencatat limbah B3 yang dihasilkan dan yang diangkut pihak ketiga
dalam neraca limbah B3 di area TPS Limbah B3, pada setiap timbulnya
limbah B3.
3. Pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh pengangkut limbah B3 yang
berizin dilengkapi dengan dokumen limbah B3 (Manifest) sesuai Kepka
Bapedal Nomor 2 tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Gambar 4.6 (a) Kemasan Drum Untuk Limbah B3 Cair (oli bekas) dan (b)
Kemasan Drum Untuk Limbah B3 Padat (lampu TL bekas, dst.)
5. Oli bekas dikemas dalam drum dan dikelola mengacu pada Kep.
Bapedal No. 255 Tahun 1996 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan
Penyimpanan & Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas di area TPS
Limbah B3.
STEAM PANAS
OLIE DAN FEED BOILER
DIKUMPULKAN UNTUK
PELUMAS BEKAS OIL
PRODUKSI
Outlet
1m
1,8 m
3,6 m
4.5. BIAYA
4.6. TEMPAT DAN WAKTU