Está en la página 1de 50

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi pembangunan merupakan hal yang
tidak mungkin dihindari oleh setiap Negara. Saat ini pemerintah sedang giat melakukan
pembangunan di segala bidang. Pembangunan itu selalu meningkat seiring dengan
bertambahnya penduduk dan kepentingan untuk mensejahterakan rakyat. Salah satunya
adalah adanya pembangunan di bidang industri propelan.
PT. Infironaa Persero merupakan perusahaan industry propelan strategis yang bergerak
dalam memberikan layanan bahan peledak terpadu untuk sektor migas, pertambangan
umum, kuari, dan konstruksi serta sector pertahanan keamanan.
Propelan merupakan bahan pendorong roket atau peluru yang tersusun atas fuel,
oksidator dan aditif. Propelan base adalah bahan bakar dengan fuel dan oksidator yang
sudah terpadu dalam satu senyawa kimia, misalkan Nitrocellulose atau Nitroglycerine atau
Nitroguanidin. Propelan menjadi komponen utama amunisi bagi kebutuhan persenjataan
ringan, alutsista seperti meriam, kanon dan roket maupun untuk kepentingan sipil dan
industri.
Meskipun propelan termasuk dalam low explosive, potensial ledakan dalam site seperti
bangunan proses dan penyimpanan bahan peledak dapat terjadi. Aspek keselamatan
bangunan proses dan penyimpanan juga harus diatur dan dipastikan jumlah bahan peledak
yang diijinkan serta dihitung jarak aman antar bangunan evaluasi estimasi jumlah bahan
peledak dalam masing-masing bagian atau bangunan dihitung berdasarkan standart
internasional jarak aman.
Kebutuhan propelan dalam negeri sampai saat ini masih sepenuhnya diperoleh dari
impor, sehingga sangat rawan terhadap embargo dan kemandirian kemampuan pertahanan
NKRI. Untuk mewujudkan industry propelan ini, kami bekerjasama dengan perusahaan
dari Perancis melalui perusahaan proxel dan eulenco, sedangkan dari Indonesia ditunjuk
PT. Infironaa (Persero) yang akan kami dirikan.
PT.Infironaa (Persero) akan dibangun dikawasan energetic material center (emc)
Subang, Jawa Barat. Di lokasi seluas hampir 200 hektar ini akan diisi fasilitas perkantoran,
gudang, labolatorium dan pabrik.
PT. Infironaa (Persero) merupakan amunisi dan bahan peledak yang dalam proses
produksinya menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat B3, disamping kegiatannya
membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka pemerintah mempunyai kebijakan di bidang
lingkungan hidup. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meminimalisasi dampak
yang timbul dari suatu kegiatan atau industry. Maka diberlakukan kewajiban dalam
penyusunan studi kelayakan lingkungan berupa penyusunan dokumen AMDAL. Melalui
dokumen AMDAL dapat diperkirakan dampak yang timbul dari suatu kegiatan kemudian
bagaimana dampak tersebut dikelola baik dampak negative maupun dampak positif.

1.2. Tujuan
Tujuan dari dibangunnya Industry PT. INFIRONAA (persero) adalah sebagai berikut:
- Untuk mewujudkan kemandirian bangsa khususnya penguasaan kemampuan di bidang
indsutri alat utama system pertahanan (alutista)
- Untuk memenuhi kebutuhan propelan di Indonesia dengan kemampuan produksi
nitrogliserin sebanyak 200 ton/tahun, spherical powder (propelan double base untuk
MKK) sebanyak 400 ton/tahun, propelan double base roket sebanyak 80 ton/tahun, dan
propelan komposit sebanyak 200 ton/tahun.
- Untuk memproduksi propelan amunisi dan roket
- Untuk dapat menghemat devisa negara karena selama ini kebutuhan propelan Indonesia
diimpor dari luar negeri

1.3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari dibangunnya kegiatan industry PT. INFIRONAA
(persero):
1. Mengoptimalkan potensi industry dalam negeri serta penguatan struktur industry
2. Mengembangkan sumber daya manusia dengan keahlian dibidang propelan
3. Alih teknologi dengan penguasaaan dan pengembangan sendiri serta diversifikasi
produk
4. Kemandirian ketahanan dan pertahanan nasional serta penegakan kedaulatan negara,
karena propelan merupakan komponen utama untuk munisi dan roket bagi kebutuhan
operasi TNI dan Polri
5. Terdukungnya kebutuhan operasi baik kuantitas maupun kualitas, seperti kegiatan
komando pendidikan, bekal persediaan di seluruh Kodam, serta bekal pertahanan di
empat-tempat strategis/instalasi strategis dan latihan rutin untuk satuan/pasukan; (c)
Sebagai salah satu sumber daya dalampengembangan Alutsista
BAB II
PELINGKUPAN

2.1. LINGKUP RENCANA YANG AKAN DITELAAH


2.1.1. GAMBARAN UMUM RENCANA KEGIATAN
Identitas Perusahaan:
Nama Perusahaan : PT. INFIRONAA (Persero)
Jenis Badan Hukum : Perseroan Terbatas (PT)
Alamat Perusahaan : Jl. Raya Cikamurang KM 12, Desa Tanjungsiang,
Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang Provinsi Jawa
Barat
Phone : 022 – 2042787
Fax : 022 – 7301222
Website : http://www.Infironaa.com
E-mail : info@Infironaa.com
Status Pemodalan : BUMN
Bidang Usaha : Industri Propelan, Amunisi dan Bahan Peledak
Penanggung Jawab : Lutfy Muharam – Direktur Utama

PT. INFIRONAA (Persero) atau “INFIRONAA” adalah badan usaha milik negara
terdepan yang melayani kebutuhan negara dan komersial dalam bidang bahan
berenergi tinggi baik di dalam negeri maupun luar negeri khususnya ASEAN.
PT. INFIRONAA (Persero) sebagai suatu BUMN mempunyai tugas pokok
memproduksi peralatan kebutuhan HANKAM, dan produk-produk lainnya untuk
kebutuhan Pemerintah maupun swasta, melaksanakan alih teknologi, menyiapkan
Sumber Daya Manusia yang berkualitas serta melakukan perdagangan dalam arti
yang seluas-luasnya didalam maupun diluar negeri.
Pembangunan pabrik ini memiliki nilai yang sangat strategis karena akan dapat
mendorong kemandirian ketahanan dan pertahanan nasional serta penegakan
kedaulatan negara, dikarenakan propelan merupakan komponen utama untuk amunisi
bagi kebutuhan operasi Industri pertahanan, TNI dan POLRI. Manfaat dari
dibangunnya pabrik ini adalah dapat mengoptimalkan otensi industry dalam negeri
serta diversifikasi produk.
Pembangunan proyek ini merupakan hasil dari kesepakatan kerjasama
internasional bidang pertahanan dan keamanan antara Indonesia dan Perancis.
Sehingga proyek ini dibangun atas dasar kerjasama dengan perusahaan Perancis
yaitu Eurenco dan Roxel France.
Proyek ini akan di bangun di lahan Energetic Material Center (EMC) di Subang
Jawa Barat. EMC ini merupakan kawasan yang dikhususkan untuk lahan
perkembangan pertahanan dan keamanan nasional milik Balai Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Pertahanan. INFIRONAA akan dibangun dengan luas
lahan 200 Ha dan luas bangunan 6 Ha atau 60.000 m2. Ukuran pabrik dibuat kecil
dibandingkan dengan luas lahan dan lokasi antar gedung utama dibuat berjauhan hal
ini didasari adanya standar keamanan dengan konsep Safety Distance atau jarak
aman. Sehingga apabila sewaktu-waktu meledak tidak akan melewati batas wilayah
pabrik.
Pembangunan proyek ini direncanakan akan berlangsung selama 4 tahun yaitu
pada akhir tahun 2016 dan selesai pada tahun 2020. Biaya yang dikeluarkan untuk
pembangunan ini adalah sebesar USS 300 juta.
INFIRONAA merupakan industry yang bergerak di bidang pembuatan propelan,
amunisi dan bahan peledak sehingga dalam proses produksinya menggunakan bahan-
bahan yang bersifat B3 disamping juga kegiatannya membutuhkan tingkat keamanan
yang tinggi.
Propelan merupakan bahan pendorong roket atau peluru yang tersusun atas fuel,
oksidator dan aditif. Propelan base adalah bahan bakar dengan fuel dan oksidator
yang sudah terpadu dalam satu senyawa kimia, misalkan Nitrocellulose atau
Nitroglycerine atau Nitroguanidin. Propelan menjadi komponen utama amunisi bagi
kebutuhan persenjataan ringan, alutsista seperti meriam, kanon, roket, peluru, peluru
kendali, roket antariksa, propelan untuk amunisi caliber kecil, menengah dan besar
maupun untuk kepentingan sipil dan industry yang nantinya akan dirakit oleh
industry pertahanan seperti PT. PINDAD.
Industri ini direncanakan dapat memproduksi bahan baku yang terdiri dari
Nitroglycerine 200 ton/tahun, Nitrocellulose 200 ton/tahun, Nitroguanidin 200
ton/tahun, spherical powder 400 ton/tahun, propelan double base roket 80 ton/tahun
dan propelan komposit 200 ton/tahun.
Untuk bahan peledak INFIRONAA memproduksi bahan peledak (bom) untuk
komersial maupun militer yang berdaya ledak tinggi seperti:
1. Dayagel seismic
2. Dayagel series
3. Dayagel non electric
4. Shaped charges
5. Dayagel sivos
6. Grenade detonator
7. Bomb P-100
8. Blast effect bomb
2.1.2. JADWAL RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Tabel 2.1 Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan PT. INFIRONAA

Waktu pelaksanaan
N Jenis 2016 2017 2018 2019 2020
o kegiatan 6 7 8 9 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2
A Tahap Prakonstruksi

1 Survey
dan
perencan
aan
2 Pengurus
an
perizinan
3 Studi
AMDAL
B Tahap Konstruksi

1 Rekruitm
ent
Tenaga
Kerja
2 Pembersi
han
Lahan
3 Mobilisas
i
Peralatan
dan
Material
4 Mobilisas
i Tenaga
Kerja
5 Pembang
unan
Industri

6 Pemutusa
n Tenaga
Kerja
C Tahap Operasional

1 Rekruitm
ent
Tenaga
Kerja
2 Operasio
nal
Pabrik
3 Pemeliha
raan
Peralatan
Jenis Kegiatan:
A. Tahap Pra-Konstruksi
a) Survey dan perencanaan
Kegiatan survey dan perencanaan ini merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh PT. DAHANA beserta tim AMDAL meliputi survei kondis
fisik, kimia, biologis maupun kesmas di sekitar tempat pembangunan industri
propelan dan penyusunan site plan.
b) Pengurusan Perizinan
Pengurusan perizinan ini dilakukan terhadap izin-izin yang diperlukan
dalam pembangunan industri propelan ini.
c) Studi AMDAL
Pada tahap ini dilakukan analisis mengenai dampak lingkungan yang akan
terjadi apabila industri ini dibangun pada daerah tersebut.
B. Tahap Konstruksi
a) Rekruitment Tenaga Kerja
Pada tahapan ini, diperlukan tenaga kerja untuk pembangunan industri
keseluruhan. Pihak pelaksana proyek membutuhkan tenaga kerja yang terampil
dan sesuai dengan tingkat kebutuhan proyek. Untuk itu diperlukan tenaga kerja
dalam jumlah yang cukup banyak baik yang terlatih maupun buruh.
b) Pembersihan Lahan
Tahapan ini merupakan awal dari proses pembangunan industri Propelan
Kawasan yang semula berupa tanah yang ditanami beberapa tanaman keras dan
perkebunan milik warga dibersihkan dan dipersiapkan untuk pembangunan
bangunan pabrik.
c) Mobilisasi Peralatan dan Material
Proyek pembangunan industri memerlukan peralatan berat serta
pengangkutan material yang akan digunakan dalam pembangunan industri, jalan,
dan unit-unit lainnya. Mobilisasi alat berat dapat mengganggu ketenteraman
masyarakat terutama disekitar lokasi proyek karena menimbulkan debu, gas-
buang, getaran maupun kebisingan.
d) Mobilisasi Tenaga Kerja
Dalam proses pembangunan memerlukan tenaga kerja yang banyak,
sehingga akan memungkinkan mobilitas tenaga kerja menuju dan keluar dari
lokasi. Hal ini akan menyebabkan kebisingan padatnya lalu lintas terutama pada
jam-jam masuk dan keluarnya tenaga kerja yang akan menggangu masyarakat
disekitar industri.
e) Pembangunan Industri
Dengan adanya pembangunan ini akan menimbulkan kebisingan dan
getaran, mengotori udara dengan debu. Kebisingan, getaran, debu dan gas-buang
dari peralatan berat serta kegiatan pembangunan tersebut dapat mengganggu
kesehatan, dan ketenangan masyarakat. Selain itu juga akan mengganggu populasi
flora dan fauna. Karena adanya penebangan pohon dan pengrusakan habitat fauna.
f) Pemutusan Tenaga Kerja
Setelah tahap konstruksi berakhir, maka hanya sebagian tenaga kerja yang
memenuhi syarat tetap bekerja untuk kepentingan perusahaan. Dengan adanya
pemutusan kerja ini dapat menimbulkan konflik sosial dan keresahan di antara
pekerja.
C. Tahap Pasca Konstruksi
a) Rekruitment Tenaga Kerja
Memasuki pasca konstruksi atau mulai beroperasinya pabrik semen ,
diperlukan tenaga-tenaga ahli dan profesional baik lokal maupun non lokal untuk
menjalankan industri sebagaimana mestinya. Karena terbatasnya tenaga kerja
yang diperlukan maka tidak semua calon tenaga kerja dapat diterima. Ini
disebabkan adanya persyaratan dan kualifikasi tertentu sesuai dengan formasi
yang ada.
b) Operasional Pabrik
Pada tahap ini pabrik mulai beroperasi. Adapun tahapan proses produksi
pada pabrik propelan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Proses Produksi Propelan

Secara umum proses pembuatan propelasn terdiri dari tujuh tahapan yaitu:
1. Preparation
Merupakan proses menyiapkan bahan baru berupa penghalusan oksidator
(ginding process), pengayakan dan penimbangan. dampak yang hihasilkan
adalah limbah padat dan debu.
2. Pre-Mixing
Merupakan proses pencampuran fluel dan curing agent agar terjadi reaksi
polimerisasi membentuk rantai polimer yang lebih panjang. Dampak yang
dihasilkan adalah kebisingan dan limbah cair.
3. Mixing
Merupakan proses pencampuran komponen padat berupa oxider dan addtives
ke dalam fuel binder sehingga terbentuk slurry. Dampak yang dihasilkan
adalah kebisingan, limbah cair dan limbah padat
4. Casting
Merupakan proses pencetakan slurry propelan ke dalam tabung cetakan /
motor case dengan bantuan mandrel untuk membentuk konfigurasi grain.
Dampak yang dihasilkan adalah kebisingan dan limbah padat.
5. Curing
Merupakan proses pemansan ropelan, biasanya pada temperature 600C,
sehingga terjadi pematangan propelan dimana terjadi perubahan slurry
menjadi fase padat.
6. Decoring
Merupakan encabutan mandrel dari propelan sehingga terbentuk konfigurasi
grain.
7. Finishing
Merupakan proses akhir setelah propelan tercetak sehingga siap untuk
digunakan
c) Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan peralatan sangat dibutuhkan selama pengoperasian industri.
Untuk pemeliharaan ini, dibutuhkan peningkatan keterampilan tenaga kerja.
Sehingga kualitas tenaga kerja meningkat dan ada peningkatan kesejahteraan pada
karyawan.

2.2 RONA AWAL


2.2.1 KOMPONEN FISIK KIMIA
1. Topografi

Secara topografi kabupaten Subang memiliki topografi yang lengkap


dimulai dari daerah pegunungan (500-1000 mdpl) dengan luas 41.035,09 Ha atau
20 % dari luas wilayah Kabupaten Subang. Daerah dataran rendah dengan
ketinggian antara 0-50 mdpl dengan luas 92.939, 7 Ha atau 45,15% dari seluruh
luas wilayah Kabupaten Subang.

2. Iklim dan Curah Hujan

Akibat adanya perbedaan topografi diatas, sehingga secara garis besar iklim di
kabupaten Subang dapat dibagi menjadi bagian atau zona wilayah iklim. Di
wilayah Selatan karena dukungan alam pegunungan dengan demikian memiliki
suhu rata-rata yang relatif sejuk, berkisar 20-27oC dan adanya variasi iklim ini
menjadikan kelembaban udara di atas wilayah subang mencapai 72%-91%
dengan curah hujan rata-rata 1600-3000 mm per tahunnya dengan musim
kemarau per tahunnya selama 4 bulan.

3. Kualitas Udara Kabupaten subang

Tabel 2.3 Kualitas Udara Kabupaten Subang

Hasil Pengukuran
No Parameter Baku mutu Satuan
1 2 3 4
1 Sulfur dioksida (SO2) 900 µg/Nm3 23,04 23,18 27,65 30,85
2 Karbon monoksida (CO) 30.000 µg/Nm3 5.167 5.201 5.522 5.957
3 Nitrogen dioksida (NO2) 400 µg/Nm3 14,83 17,98 18,15 24,73
4 Oksidan (O3) 235 µg/Nm3 34,49 57,62 62,35 66,47
5 Hidrokarbon (HC) 160 µg/Nm3 98 98 124 131
6 Debu (TSP) 230 µg/Nm3 111 128 332 497
7 PM10 (partikel <10 µm) 150 µg/Nm3 64 64 86 104
8 PM2,5 (partikel <2,5 µm) 65 µg/Nm3 21 21 43 48
9 Timbal (Pb) 2 µg/Nm3 0,04 0,04 0,07 0,07
Sumber: PT. Unilab Perdana

Keterangan: PP RI 41 tahun 1999 Baku Mutu Udara ambien Nasional

Tabel 2.4 Pengukuran Tingkat Kebisingan (Halaman Luar) Kabupaten Subang

No Lokasi Sumber Kebisingan Hasil (dB(A))


1 Sekitar pertigaan Kalijati Aktifitas pasar dan kendaraan 68,21
2 Kawasan sekitar chandra theatre Aktifitas pasar dan kendaraan 65,8
3 Perum. Cikarang Baru Jababeka II Aktifitas penduduk 48,5
4 PT. Papertech Aktifitas kendaraan 66,5
Metode 22-3/IK/UA-O
Sumber: PT. Perdana periode 2014
Keterangan: Nilai kebisingan adalah nilai equivalen selama waktu pengukuran dilakukan
sesaat selama 10 menit dengan interval 5 detik

2.2.2 KOMPONEN BIOLOGI


1. Flora
Secara umum di Kabupaten Subang Jawa Barat ditumbuhi oleh vegetasi yang
tergolong ekosistem pertanian serta bercampur dengan vegetasi alami antara lain
sebagai berikut.
Tabel 2.5 Jenis tumbuhan di Kabupaten Subang

No Jenis tumbuhan
1 Pohon Kamper
2 Jati
3 Bunga Raffles
4 Tenggarin
5 Kayu Ulin
6 Kasturi
7 Kayu besi
8 Kenari hitam
9 Merbau darat
10 Merbau pantai
11 Nipah
12 Sagu
13 Kayu hitam
14 Kayu rima
15 Kayu candana
16 Karet
17 Teh
18 Tebu
19 Kacang panjang
20 Nenas
21 Cengkeh
22 Rambutan
23 Padi

2. Fauna
Jenis fauna yang ada di Kabupaten Subang antara lain burung, mamalia, reptil dan
amfibia. Beberapa jenis fauna tersebut diantaranya sebagai berikut.
Tabel 2.6 Jenis Fauna di Kabupaten Subang

No Jenis Fauna Nama Burung


Wirik Kelabu
1 Aves Pelanduk
Prenjak Jawa
2 Mamalia Tikus got
Cecurut
ayam mandar bontod
Cicak rumah
Cicak rumah
3 Reptilia
Kadal
Hap-hap
Kodok buduk
4 Amfibi Katak Tegalan
Bancet

3. Kependudukan

Jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Subang akhir tahun 2013


yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk di Kabupaten Subang berdasarkan Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 Sagalaherang 14.644 14.719 29.363
2 Serang Panjang 12.551 12.288 24.839
3 Jalancagak 20.027 19.723 39.750
4 Ciater 14.353 14.209 28.562
5 Cisalak 20.027 19.723 39.750
6 Kasomalang 20.928 20.342 41.270
7 Tanjungsiang 21.947 21.644 43.591
8 Cijambe 19.710 19.355 39.065
9 Cibogo 21.873 21.574 43.591
10 Subang 63.945 62.052 125.997
11 Kalijati 30.818 31.579 62.397
12 Dawuan 19.469 19.576 39.405
13 Cipeundeuy 23.395 23.490 46.885
14 Pabuaran 30.495 30.301 60.769
15 Patokbeusi 39.941 39.153 79.094
16 Purwadadi 29.339 31.256 60.595
17 Cikaum 23.327 23.967 47.294
18 Pagaden 30.395 30.199 60.594
19 Pagaden barat 16.817 17.178 33.995
20 Cipunagara 30.502 29.848 60.350
21 Compreng 22.903 21.475 44.378
22 Binong 22.392 21.018 43.410
23 Tambakdahan 21.065 19.794 40.859
24 Cisaem 52.812 51.684 104.496
25 Pamanukan 29.295 27.223 56.518
26 Sukasari 20.517 19.802 40.319
27 Pusakanagara 20.049 18.794 38.813
28 Pusakajaya 23.378 21.886 45.224
29 Legonkulon 11.530 10.441 21.971
30 Blanakan 31.851 30.414 62.265
KAB. SUBANG 762.481 747.125 1.509.606

2.2.3 KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT


2.2.1 FASILITAS KESEHATAN
Tabel 2.7 Sarana dan Prasarana UPTD Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten
Subang

Kondisi
No Jenis sarana Jumlah RUSAK
BAIK RUSAK
BERAT
1. Gedung Puskesmas 1 buah - 1 -
2. Puskesmas Pembantu 2 Buah 1 1 -
3. Rumah Dinas : - - -
- Perawat 5 buah - 1 4
- Dokter 0 buah - - -
4. Pusling Roda 4 2 buah 2 - -
5. Sepeda Motor 7 buah 6 1 -
6. KIA KIT 7 buah 6 1 -
7. Puskesmas KIT 1 - 1 -
8. Puskesmas Pemb. KIT 4 buah - 2 2
9. Usila KIT 1 buah - 1 -
10 UKS KIT 4 buah 3 1 -
11. BP. Gigi KIT 1 buah - 1 -
12. Poliklinik set 1 buah 1 - -
13. Minor Surgery set 1 buah 1 - -
14. Imunisasi KIT 1 buah 1 - -
15. Sanitasi KIT 1 buah 1 - -
16. Dental KIT 1 buah 1 - -
17. Dental unit 1 buah 1 - -
18. Laboratorium set 1 buah 1 - -
19. Nutrition KIT 1 buah 1 - -
20. KIE KIT (Paket penyuluhan) 1 buah 1 - -
21. Emergency KIT 1 buah 1 - -
22. Telepon 1 buah 1 - -
23. Computer 3 buah 3 - -
24. Laptop 5 buah 5 - -
25. Sumber air bersih 1 buah 1 - -
26. Sarana Pembuangan Sampah 1 buah 1 - -
27. Sarana Pembuangan Air 1 buah 1 - -
Limbah (SPAL)
28. Sarana Pembuangan Tinja 1 buah 1 - -
(Jamban)
2.2.2. TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS
Tabel 2.8 Jumlah Karyawan Berdasarkan Profesi

NO PROFESI JUMLAH
1 Kepala Puskesmas 1
2 Kepala Tata Usaha 1
3 Dokter Puskesmas 0
4 Dokter Gigi Puskesmas 1
5 Bidan Puskesmas 10
6 Bidan Desa 12
7 Perawat Puskesmas 20
8 Perawat Gigi Puskesmas 2
9 Sanitarian 2
10 Nutrisionis 1
11 Tenaga Kes Lain 1
12 Pelaksana Tata Usaha 2
13 Ka. Pustu 1
14 Asisten Apoteker 2
15 Analis Kesehatan 2
16 OB 1
JUMLAH 59
2.2.3. UHH
Umur Harapan Hidup digunakan untuk mengetahui berapa lama orang
dapat hidup sejak kelahiran. Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah
satu indikator yang sangat penting sebagai tolak ukur keberhasilan
pembangunan kesehatan. Di Kabupaten Indramayu, dengan peningkatan UHH
diharapkan dapat mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Berdasarkan data Statistik Kecamatan Indramayu tahun 2012, untuk IPM
Kecamatan Indramayu 76,13. IPM Bidang Kesehatan Kec. Indramayu tahun
2012 adalah 76,67. Sedangkan Angka Harapan Hidup (AHH) Kec. Indramayu
tahun 2012 yaitu 71 tahun. Sedangkan Angka Harapan Hidup Kab. Indramayu
tahun 2012 adalah 67,64 tahun. Jika melihat umur harapan hidup pada tahun
2012 untuk Kec. Indramayu sudah lebih baik dari rata-rata AHH Kab.
Indramayu.

2.2.4. MORTALITAS
Tabel 2.9 Data Kematian Kasar di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Tahun 2015

No. Jumlah
Desa/Kelurahan
Laki-laki Perempuan
1. Teluk Agung 32 30
2. Plumbon 34 50
3. Dukuh 17 14
4. Pekandangan Jaya 26 28
5. Pekandangan 33 42
6. Kepandean 11 5
7. Bojongsari 8 11
8. Singajaya 21 27
9. Singaraja 14 20

Total 196 227


Sumber data : Data di Desa di wilayah Puskesmas Plumbon tahun 2015

2.2.5. MORBIDITAS
Tabel 2.10 jumlah kunjungan rawat jalan di UPT Puskesmas Tanjungsiang Tahun 2015

169 Jumlah Kunjungan


No Bulan
UMUM ASKESKIN KASEP ASKES JUMLAH
1 Januari 2846 803 - 72 3721
2 Februari 2846 878 - 81 3805
3 Maret 2923 811 10 - 3744
4 April 3349 1189 4 - 4542
5 Mei 2429 954 1 - 3384
6 Juni 2659 754 3 - 3416
7 Juli 2130 696 2 - 2828
8 Agustus 3137 1024 - - 4161
9 September 2755 989 - - 3744
10 Oktober 2956 1073 8 - 4037
11 November 3177 1087 - - 4264
12 Desember 2724 1076 7 - 3807
Jumlah 33.931 11.334 35 153 45.453
Sumber data : Buku register rawat jalan tahun 2015

2.2.6. 10 PENYAKIT BESAR


Tabel 2.11 10 Besar Penyakit di Puskesmas Tanjungsiang Tahun 2015

No NAMA PENYAKIT KODE JUMLAH JUMLAH


PENYAKIT LAKI – PEREMPUAN
LAKI
1 ISPA J06 2471 2534 5005
2 Myalgia M79.1 2055 2365 4420
3 Influenza J11 1121 1341 2462
4 Gastritis K29.9 1223 975 2198
5 Hipertensi I10 1142 603 1745
6 Faringitis J02.0 798 317 1115
7 Migren A09 411 483 894
8 Dermatitis L309 255 389 644
9 Dermatitis Sub Kutan L98 145 235 380
10 Susp. Typoid A01.4 188 119 379
Jumlah 9809 9361 19170

2.2.7. PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN


TABEL 2.11 REKAPITULASI DATA PENYAKIT TAHUN 2015-2016

Jumlah Penderita Tahun 2015


NO. Nama Penyakit September Oktober November
L P L P L P

1 Shigelosis, Disentri Basiler tidak spesifik 0 0 2 3 1 2

2 Diare dan Gastroenteritis 26 20 28 23 17 22

TB. Paru BTA (+) dengan tanpa


3 9 8 10 7 11 8
pemeriksaan

4 TB. Paru Klinis 17 19 6 16 12 16

5 Kusta 1 0 0 0 1 3
6 Infeksi, Herpesuirus (Herpes Simplex) 7 7 9 10 19 13

7 Varisela / Cacar air 12 8 1 8 39 27

8 Campak 1 11 0 0 3 7

9 Scabies 6 10 0 1 7 4

10 Nasofaringitis Akuta (Common cdd) 127 87 49 51 78 95

11 Faringitis Akuta 16 27 1 0 16 36

12 Tonsilitis Akuta 2 1 21 30 0 0

13 P. ISPA Akut tidak spesifik 27 45 6 4 55 69

14 Influenza 72 112 40 51 82 122

15 Pneumonia 1 2 66 87 2 2

Data yang telah diolah menunjukkan bahwa pada Tahun 2015 kasus yang
menderita penyakit berbasis lingkungan laki-lakinya sebanyak 906 orang
(45,76%), perempuan sebanyak 1074 (54,24%).
TABEL 2.12 REKAPITULASI DATA PENYAKIT TAHUN 2015-2016

JUMLAH PENDERITA TAHUN 2016

NO NAMA PENYAKIT
FEBRUARI MARET
L P L P
1 Diare 35 27 12 25
2 TBC Paru BTA (+) 7 5 6 1
3 Tersangka TBC Paru 14 13 23 9
4 Kusta MB 1 1 1 1
5 DBD 7 6 8 6
6 Pneumonia 9 8 12 8
Data yang telah diolah menunjukkan bahwa pada Tahun 2016 kasus yang menderita
penyakit berbasis lingkungan laki-lakinya sebanyak 305 orang (42,07%), perempuan
sebanyak 420 (57,93%).

2.2.4 KOMPONEN KESEHATAN LINGKUNGAN


Kesehatan lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap derajat
kesehatan masyarakat. Lingkungan fisik sebagai bagian dari kesehatan lingkungan
mencakup antara lain : ketersediaan air bersih, jamban keluarga, rumah sehat, SPAL,
dan Tempat Sampah, Tempat-Tempat Umum serta Tempat Pengolahan Makanan.
a. Air Bersih
Pada tahun 2015, Rumah Tangga yang memiliki sarana air bersih 12.183 RT.
Dari keluarga yang memiliki sarana air bersih, yang memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 11.939 (98%). Berdasarkan hasil tersebut, keluarga yang memiliki
sarana air bersih sudah mencapai target dari pencapaian program sebesar 80%.
b. Jamban Keluarga
Di wilayah Kecamatan Tanjungsiang Kota Subang, jumlah sarana jamban
keluarga yang dipakai sebanyak 12.183 jamban. Dari 12.183 RT yang memiliki
jamban dan diperiksa, yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 10.356 RT ( 85
% ). Keadaan ini sudah mencapai target program yaitu sebesar 75%.
c. Rumah Sehat, Sanitasi Lingkungan, Tempat-tempat Umum dan Tempat
Pengelolaan Makanan
Jumlah rumah yang berada di wilayah Kecamatan Tanjungsiang Kota
Subang sebanyak 12.183 rumah. Dari 12.183 rumah yang diperiksa, yang
memenuhi syarat kesehatan rumah sehat sebanyak 9.503 rumah (78 %). Keadaan
ini sudah mencapai target program sebesar 75%. Jumlah RT yang memiliki
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) sebanyak 12.183, dan yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 9.625 (79 %). Untuk tempat-tempat umum (mesjid,
musholla, puskesmas, sekolah, pesantren, hiller) terdapat sebanyak 95 lokasi. Dari
95 Tempat-tempat Umum (TTU) yang diperiksa, yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 85 (89,47%). Sedangkan Tempat Pengelolaan Makanan
(TPM) terdapat sebanyak 50. Dari 50 TPM yang diperiksa, sebanyak 40 TPM (80
%) yang memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan untuk kegiatan Klinik Sanitasi
sudah dilakukan, dari sasaran 937 kasus yang dilakukan konseling sebanyak 94
kasus (10,03%).

2.2. PELINGKUPAN
2.3.1. BATAS ADMINISTRASI
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa
melakukan kegiatan social ekonomi dan social budaya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Berikut merupakan
batas adminstratif PT. INFIRONAA:
Batas sebelah Barat : Kota Subang
Batas sebelah Timur : Kabupaten Sumedang
Batas sebelah Selatan : Kabupaten Bandung Barat
Batas sebelah Utara : Kabupaten Purwakarta
2.3.2. BATAS PROYEK
Batas proyek merupakan ruang dimana PT. INFIRONAA akan melakukan
kegiatan prakontruksi, kontruksi dan operasi. Dari ruang inilah sumber dampak
terhadap lingkungan hidup disekitarnya termasuk dalam hal ini alternative lokasi
rencana usaha. Berikut merupakan batas proyek PT. INFIRONAA:
Titik koordinat PT. INFIRONAA : -60 42’ 43.00”, +1070 35’ 49.00”
Luas lahan : 200 Ha
Luas bangunan : 6 Ha atau 60.000 m2
Batas sebelah Barat : Perkebunan teh, nanas, dan kelapa sawit
Batas sebelah Timur : Sungai Ciomay
Batas sebelah Selatan : PT. PERSADA JAYA
Batas sebelah Utara : Perkebunan teh
2.3.3 BATAS EKOLOGI
Batas ekologi didelineasi berdasarkan perkiraan ekosistem yang akan terkena
dampak, baik melalui media air, udara, ataupun tanah. Delineasi ruang ekologis
yang terpengaruh juga mencakup area di sekitar lokasi proyek yang diprakirakan
terkena paparan debu dan kebisingan akibat kegiatan pembangunan industri yang
mungkin akan tercemar.
Udara : Pencemaran udara pada kegiatan pembangunan industri propelan
bersumber dari pengangkutan yang berupa partikel debu. Paparan debu dari
kegiatan transportasi paparan terjadi di sekitar jalur jalan yang diperkirakan sekitar
500 – 1000 meter dari sumber dampak. Penentuan 500 – 1000 meter dari tempat
pembangunan industri berdasarkan perkiraan akses jalan menuju tempat
pembangunan yang berada di daerah pegunungan dan tingginya kecepatan angin di
wilayah pembangunan.
Air : Pencemaran air bersumber dari terjadinya erosi dan sedimentasi. Batas
ekologis ditetapkan pada sungai-sungai yang terkena dampak dan sumber air yang
digunakan untuk kegiatan pembangunan.
Tanah : Dampak yang dapat ditimbulkan dari pembangunan industri terhadap
kondisi tanah di wilayah pembangunan yaitu berubahnya bentuk lahan.

2.3. PENETAPAN DAMPAK


2.4.1. PENETAPAN DAMPAK POTENSIAL
Pada bagian ini, dilakukan identifikasi segenap dampak lingkungan hidup yang
secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana usaha dana tau kegiatan.
Pada tahap ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak.
Metode yang dilakukan dalam mengidentifikasi damak potensial PT. INFIRONAA
adalah dengan penelaahan pustaka, diskusi dengan para pakar, pemrakarsa, instansi
yang bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan dan pengamatan
lapangan (observasi).
Diuraikan secara singkat mengenai dampak potensial yang akan dikaji dalam
dokumen ADKL pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi.
Dampak potensial tersebut yaitu sebagai berikut.
A. Tahap Pra-Konstruksi
a. Survey dan perencanaan
Dari kegiatan survey lapangan ini diperkirakan akan menimbulkan beberapa
dampak isu sosial berupa keresahan masyarakat (gangguan kamtibmas)
dan keresahan/persepsi masyarakat. Keresahan masyarakat ini desebabkan karena
adanya isu pembangunan proyek. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
mengadakan sosialisasi tentang akan diadakannya proyek kepada masyarakat dan
pengumuman di media massa.
B. Tahap Konstruksi
a. Rekruitment Tenaga Kerja
Jenis dampak yang terjadi yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi
penduduk setempat, dimana jumlah penduduk sebanyak 1.509.606 orang yang
membutuhkan pekerjaan atau sekitar 30% dari jumlah seluruh penduduk
Kabupaten Subang
b. Pembersihan Lahan
Dari kegiatan pengosongan lahan ini dapat menimbulkan dampak
kerusakan ekosistem karena disebabkan oleh penggalian dan perataan
tanah. Hal ini mengakibatkan rusaknya perkebunan di sekitar lokasi proyek
sehingga dapat menurunkan jenis (keanekaragaman) dan jumlah flora dan fauna
di lingkungan tersebut. Selain itu, kegiatan ini juga dapat menimbulkan dampak
menurunnya kualitas udara. Penurunan kualitas udara ini disebabkan karena
peningkatan debu dan partikulat akibat kegiatan pengosongan lahan. Hal ini selain
dapat menggangu flora dan fauna juga kesehatan masyarakat sekitar. Dampak lain
yang dapat ditimbulkan dari kegiatan ini adalah keresahan masyarakat.
Keresahan masyaraat ini dapat timbul saat dimulai pembangunannya
tapak. Hal ini menandakan proyek akan segera dimulai.
c. Mobilisasi Peralatan dan Material
Mobilisasi alat berat dan material yang akan digunakan pada tahap konstruksi
ini dapat menimbulkan gangguaan lalu lintas. Akibat adanya keluar masuk
kendaraan lalu lintas di sekitar proyek dapat terganggu apabila tidak ada SOP
yang mengatur mengenai akses ini. Kegiatan ini juga menimbulkan dampak
terhadap peningkatan getaran dan kebisingan di wilayah sekitar proyek. Getaran
yang ditimbulkan akibat keluar masuknya proyek dapat mengakibatkan
rusaknya eksosistem sekita Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas
ini dapat menggangu kehidupan masyarakat sekitar.
d. Mobilisasi Tenaga Kerja
Dalam proses pembangunan memerlukan tenaga kerja yang banyak,
sehingga akan memungkinkan mobilitas tenaga kerja menuju dan keluar dari
lokasi. Hal ini akan menyebabkan kebisingan padatnya lalu lintas terutama pada
jam-jam masuk dan keluarnya tenaga kerja yang akan menggangu masyarakat
disekitar industri.
e. Pembangunan Industri
1. Meningkatnya limpasan air hujan. Meningkatnya limpasan air hujan
dikarenakan ruang yang tadinya terbuka sekarang dibangun terminal sehingga
limpasan air hujan meningkat.
2. Penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara ini disebabkan
karena peningkatan debu dan partikulat akibat kegiatan pengosongan lahan.
Hal ini selain dapat menggangu flora dan fauna juga kesehatan masyarakat
sekitar.
3. Peningkatan kebisingan. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas
pembangunan ini dapat menggangu kehidupan masyarakat sekitar.
4. Risiko bahaya kebakaran dan tumpahan dari kegiatan pembangunan industry
dapat merusak ekosistem, mempengaruhi flora dan fauna setempat.
f. Pemutusan Tenaga Kerja
Pelepasan Tenaga kerja menyebabkan warga kehilangan
pekerjaannya,sehingga akan menurunkan pendapatan ekonomi warga dan
menimbulkan warga mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan.
C. Tahap Pasca Konstruksi
a. Rekruitment Tenaga Kerja
Dengan tersedianya lahan pekerjaan yang baru diprediksi akan
menambah pendapatan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan begitu akan terjadi
perubahan nilai sehingga masyarakat akan cenderung menuju masyarakat
menengah keatas atau masyarakat yang lebih mapan.
b. Operasional Pabrik
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasional diindustri INFIRONAA
adalah sebagai beikut:
1. Peningkatan risiko bahaya kebakaran dan ledakan
2. Gangguan lalu lintas dan kemacetan dari adanya mobilisasi tenaga kerja dan
pengangkutan material operasional pabrik
3. Penurunan kualitas udara di dalam ruangan
4. Penurunan kualitas udara di luar ruangan
5. Peningkatan kebisingan di dalam ruangan
6. Peningkatan kebisingan di luar ruangan
7. Peningkatan volume sampah
8. Pencemaran limbah B3
9. Penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan domestic
10. Gangguan estetika lingkungan akibat timbulan sampah domestil
11. Peningkatan kecelakaan kerja
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan produksi di Industri INFIRONAA adalah
sebagai berikut:
i. Preparation
Merupakan proses menyiapkan bahan baru berupa penghalusan oksidator
(ginding process), pengayakan dan penimbangan. dampak yang hihasilkan
adalah limbah padat dan debu.
ii. Pre-Mixing
Merupakan proses pencampuran fluel dan curing agent agar terjadi reaksi
polimerisasi membentuk rantai polimer yang lebih panjang. Dampak yang
dihasilkan adalah kebisingan dan limbah cair.
iii. Mixing
Merupakan proses pencampuran komponen padat berupa oxider dan addtives
ke dalam fuel binder sehingga terbentuk slurry. Dampak yang dihasilkan
adalah kebisingan, limbah cair dan limbah padat
iv. Casting
Merupakan proses pencetakan slurry propelan ke dalam tabung cetakan /
motor case dengan bantuan mandrel untuk membentuk konfigurasi grain.
Dampak yang dihasilkan adalah kebisingan dan limbah padat.
v. Curing
Merupakan proses pemanasan propelan, biasanya pada temperature 600C,
sehingga terjadi pematangan propelan dimana terjadi perubahan slurry
menjadi fase padat. Dampak yang dihalsikan adalah limbah padat dan uap
panas.
vi. Decoring
Merupakan pencabutan mandrel dari propelan sehingga terbentuk konfigurasi
grain. Dampak yang dihalsilkan adalah limbah padat.
vii. Finishing
Merupakan proses akhir setelah propelan tercetak sehingga siap untuk
digunakan

2.4.2. PENETAPAN DAMPAK HIPOTETIK


Pada bagian ini, diuraikan secara singkat mengenai dampak hipotetik yang akan
dikaji dalam dokumen ADKL adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Resiko Bahaya Kebakaran
A. Sumber dampak
Sumber dampak dari keberadaan bangunan pabrik yang terkategori sebagai
bahaya kebakaran , dari penggunaan listrik yang jika terjadi kerusakan
menyebabkan percikan api.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu peningkatan resiko bahaya kebakaran.
C. Tolok ukur dampak
Tolok ukur peningkatan resiko kebakaran ini yaitu tidak terjadi kebakaran dan
Peraturan Daerah Kota Subang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Kota Subang.
D. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
1. Pemeliharaan sarana prasarana yang menggunakan listrik secara teratur
2. Penggantian sarana yang menggunakan listrik jika telah menunjukkan
kerusakan
3. Penggunaan alat-alat listrik yang hemat energy dan sesuai standar PLN
4. Penghematan/ efisiensi pemakaian energi listrik
5. Membentuk Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG).
6. MKKG melakukan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran,
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun yang meliputi materi antara lain:
- Pengetahuan dan penggunaan alat pemadam api ringan;
- Pengetahuan dan penggunaan sistem hydrant;
- Evakuasi penghuni dan penyelamatan;
- Fire safety management;
- Rencana operasi dan protap pemadaman kebakaran
7. Menyediakan akses pemadam kebakaran untuk memudahkan kendaraan
pemadam api menuju lokasi.
8. Menyediakan akses pemadam kebakaran untuk memudahkan kendaraan
pemadam api menuju lokasi.
9. Melengkapi sarana penyelamatan jiwa dan sistem proteksi kebakaran, antara
lain :
1) Sarana penyelamat jiwa berupa :
- Sarana jalan keluar,
- Pencahayaan darurat tanda jalan keluar,
- Petunjuk arah jalan keluar,
- Komunikasi darurat,
- Pengendali asap,
- Tempat berhimpun sementara, dan
- Tempat evakuasi
2) Sistem proteksi kebakaran berupa :
- Alat pemadam api ringan,
- Sistem deteksi dan alarm kebakaran,
- Petunjuk arah darurat
10. Koordinasi dengan UPT Pemadam Kebakaran Kota Cimahi dalam pengecekan
APAR.
Gambar 4.1 Detektor dan Alarm Kebakaran

Gambar 4.2 Alat Pemadam ApiRingan (APAR)

Gambar 4.3 Petunjuk Arah Darurat

2. Terbukanya lapangan pekerjaan


A. Sumber dampak
Sumber dampak berasal dari kegiatan rekrutment tenaga kerja yang
menimbulkan lapangan pekerjaan.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi penduduk
setempat, dimana jumlah penduduk sebanyak 3.813 orang yang membutuhkan
pekerjaan atau sekitar 13,12% dari jumlah seluruh penduduk Kelurahan
Melong.
C. Tolok ukur dampak
Tolok ukur dampak yang digunakan adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No.Kep-20/MEN/III/2004 tentang Jumlah Tenaga Kerja
Lokal Yang Terserap.
A. Rencana pengelolaan lingkungan hidup
Bentuk pengelolaan :
Memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja (buruh pabrik)
sebesar 60% dari total kebutuhan, sesuai dengan keahlian dan kualifikasi
pekerjaan yang dibutuhkan.

3. Gangguan lalu lintas dan kemacetan


A. Sumber dampak
Sumber dampak dari gangguan lalu lintas berasal dari mobilisasi kedaraan
pengangkut bahan baku dan penolong, kendaraan pengangkut karyawan (motor
dan mobil) dan kendaraan pengangkut hasil produksi.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu terjadinya gangguan lalu lintas / kemacetan
pada ruas jalan utama yaitu Jalan Maharmartanegara yang digunakan PT.
INFIRONAAuntuk menyalurkan produknya, dalam hal ini yaitu sebagai jalan
industri.
C. Tolok ukur dampak
Undang - undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan serta adanya kemacetan/gangguan lalu lintas sekitar
akses masuk pabrik.
D. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
1. Pengaturan lalulintas pada saat masuk dan pulang kerja yang dilakukan oleh
satpam intern dibantu dengan petugas polisi lalu lintas dengan prinsip dasar
pengaturan tetap mengutamakan kelancaran di ruas jalan umum.
2. Pengaturan jadwal pengangkutan bahan baku dan penolong serta hasil
produksi yang masuk/keluar pabrik di luar jam dating/pulang kerja
karyawan yaitu pada siang hari/malam hari pada saat situasi jalan tidak
padat.
3. Menghubungi petugas/polisi lalu lintas dan melakukan pengaturan langsung
di jalan.
4. Memasang polisi tidur untuk membatasi kecepatan di sekitar jalan
lingkungan pabrik dengan bentuk desain dan ketinggian mengacu pada
keputusan menteri perhubungan nomor km 3 tahun 1994 pasal 6. Sebagai
berikut :

Gambar 4.4 Bentuk, Desain dan Ketinggian Alat Pembatas Kecepatan

5. Memasang rambu larangan berhenti yang ditempatkan pada lajur


percepatan, perlambatan, dan depan akses pabrik.
6. Memasang rambu peringatan hati- hati dan warning light yang ditempatkan
sebelum akses masukpabrik.
7. Menyediakan bis untuk transportasi karyawan supaya dapat mengurangi
bangkitan dan tarikan kendaraan dari PT. INFIRONAA.
8. Turut menjaga dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas berkaitan dengan pembangunan industri furniture/
meubel PT. INFIRONAA di Jl. Mahar Martanegara No. 105
Kelurahan Melong, Kecamatan Cimahi Selatan. Harus dipasang lampu
flashing light (kuning hazard).
9. Dibuatkan lajur perlambatan (celukan) sepanjang lebih 100 meter sebelum
dan sesudah pintu masuk di lokasi pabrik.
10. Harus dipasang kaca cembung yang dipasang di sudut ruang masuk/ keluar
di lokasi pabrik.
11. Harus di tambah lampu penerangan jalan umum.
12. Dipasang rambu-rambu petunjuk kecepatan maksimum yang diwajibkan.
13. Agar dibuatkan zebra cross/ tempat penyebrangan.
14. Dipasang pita kejut dengan jarak 20 meter sebelum dan sesudah pintu keluar
pabrik.
15. Agar membuat saluran air agar air tidak meluber kejalan yang menimbulkan
rawan Laka.

4. Penurunan kualitas udara di dalam ruangan


A. Sumber dampak
Sumber dampak penurunan kualitas lingkungan kerja berasal dari kegiatan
operasional produksi dari PT. INFIRONAA.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah penurunan kualitas udara di ruang kerja.
C. Tolok ukur dampak
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
D. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
Upaya untuk melindungi tenaga kerja terhadap timbulnya risiko - risiko
bahaya akibat pemaparan faktor bahaya fisika dan kimia, sekaligus
meningkatkan derajat kesehatan kerja di tempat kerja sebagai bagian dari
pemenuhan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
Memasang ventilasi di ruang produksi dan kantor agar memudahkan udara
bersih bersirkulasi.

5. Penurunan kualitas udara di luar ruangan


A. Sumber dampak
Sumber dampak penurunan kualitas lingkungan kerja berasal dari kegiatan
mobilasi kendaraan keluar masuk ke PT. INFIRONAA.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah penurunan kualitas udara di luar ruangan.
C. Tolok ukur dampak
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
D. Rencana pengelolaan lingkungan hidup
Bentuk pengelolaan :
Menanam tanaman hias yang permukaan daunnya berbulu dan berdaun
lebat seperti Beringin (Ficus Benyamina), Puring (Codiaeum Interuptum),
Sri Rejeki (Aglaonema Costatum), Palem Kuning (Pandanus Utiis), dan
Lidah Mertua (Sanseviera Trifaciata-Laurentii) pada lahan terbuka hijau.

6. Peningkatan intensitas kebisingan di dalam ruangan


A. Sumber dampak
Sumber dampak berasal dari mesin-mesin yang digunakan pada proses
produksi di PT. INFIRONAA.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu peningkatan intensitas kebisingan akibat
operasional mesin-mesin pabrik.
C. Tolok ukur dampak
Tolok ukur untuk pengelolaan kebisingan di lingkungan pabrik mengacu
kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupNomor 48 Tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu baku mutu kebisingan di
lingkungan pabrik adalah 70 dBA sedangkan di lingkungan pemukiman
yaitu 55 dBA.
D. Rencana pengelolaan lingkungan hidup:
Bentuk pengelolaan :
Melakukan pemeliharaan mesin - mesin produksi secara rutin seperti
penggantian oli mesin secara rutin dan pelumasan rantai/gear.
7. Peningkatan intensitas kebisingan di luar ruangan
A. Sumber dampak
Sumber dampak berasal dari Mobilisasi kendaraan keluar masuk ke PT.
INFIRONAA.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu peningkatan intensitas kebisingan diluar
ruangan
C. Tolok ukur dampak
Tolok ukur untuk pengelolaan kebisingan di lingkungan pabrik mengacu
kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupNomor 48 Tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu baku mutu kebisingan di
lingkungan pabrik adalah 70 dBA sedangkan di lingkungan pemukiman
yaitu 55 dBA.
D. Rencana pengelolaan lingkungan hidup:
Bentuk pengelolaan :
1. Mereduksi kebisingan dengan tanaman pereduksi bising (bertajuk tebal
dan berdaun rindang seperti bambu jepang).
2. Melakukan pemeliharaan terhadap kendaraan pabrik secara rutin seperti
penggantian oli mesin kendaraan agar emisi dari kendaraan operasional
memenuhi ketentuan yang berlaku, dan mengurangi kebisingan dari
operasional mesin produksi.
3. Membatasi pergerakan kendaraan karyawan (mobil, motor) dan tamu
yang masuk ke lokasi pabrik sampai tempat parkir, sehingga kendaraan
yang masuk ke lingkungan pabrik hanya kendaraan yang mengangkut
bahan dan produk.
4. Melakukan penambahan berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai
tajuk yang tebal dan berdaun rindang dengan berbagai strata yang cukup
rapat dan tinggi untuk mengurangi kebisingan.
5. Menyediakan kendaraan pengangkut karyawan berupa bis, agar dapat
membatasi pergerakan yang menyebabkan kebisingan.
8. Peningkatan volume sampah (samah bernilai ekonomis dan sampah tidak
bernilai ekonomis)
A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari adanya timbulan limbah padat yaitu kegiatan produksi
yang menghasilkan limbah padat berupa sisa potongan produk yang tidak
sempurna dan sisa pembungkus plastik.
B. Jenis dampak
Dampak yang ditimbulkan yaitu peningkatan volume dari limbah
padat/sampah terutama di ruang produksi.
C. Tolok ukur dampak
Tolok ukur pengelolaan sampah mengacu pada Undang-undang No. 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
D. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
1. Mengumpulkan sampah yang bernilai ekonomis untuk dijual
bekerjasama dengan pihak ke-3.
2. Memasyarakatkan tertib dalam masalah pembuangan sampah di lokasi
kegiatan dengan cara memasang stiker pada lokasi strategis “Jagalah
Kebersihan” dan tanda peringatan/anjuran “Buanglah Sampah Pada
Tempatnya”.
3. Pembersihan sampah di lokasi kegiatan dilakukan setiap hari dan adanya
pekerja untuk pengelolaan persampahan
4. Sampah akan diangkut petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Cimahi untuk dibuang ke TPA serta pembuangan sampah
dilakukan setiap hari.

9. Pencemaran limbah B3
A. Sumber Dampak
Bahan-bahan kimia, Oli/pelumas bekas dari kegiatan operasional pabrik dan
pemeliharaan mesin.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu pencemaran limbah bahan berbahaya dan
beracun akibat adanya penggunaan bahan-bahan kimia dan oli/pelumas.
C. Tolok ukur dampak
Tolok ukur pencemaran Limbah B3 mengacu pada Peraturan Pemerintah
No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun,Keputusan BAPEDAL Nomor 5 Tahun 1995 tentang Simbol dan
Label Limbah B3, Keputusan BAPEDAL Nomor 1 Tahun 1995, Keputusan
BAPEDAL Nomor 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara Persyaratan dan
Penyimpanan & Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, Keputusan
BAPEDAL Nomor 2 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah B3.
D. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan adalah :
1. Mengemas limbah B3 sesuai dengan jenisnya dalam kemasan khusus
yang diberi simbol dan label.
2. Mencatat limbah B3 yang dihasilkan dan yang diangkut pihak ketiga
dalam neraca limbah B3 di area TPS Limbah B3, pada setiap timbulnya
limbah B3.
3. Pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh pengangkut limbah B3 yang
berizin dilengkapi dengan dokumen limbah B3 (Manifest) sesuai Kepka
Bapedal Nomor 2 tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun

Gambar 4.5 Simbol Limbah B3 (beracun)


4. Penyimpanan sementara limbah B3 di TPS Limbah B3 berizin (tidak
lebih dari lama waktu simpan yang diizinkan)mengacu pada Kep.
BAPEDAL Nomor 1 tahun 1995 di area TPS Limbah B3.

Gambar 4.6 (a) Kemasan Drum Untuk Limbah B3 Cair (oli bekas) dan (b)
Kemasan Drum Untuk Limbah B3 Padat (lampu TL bekas, dst.)

Gambar 4.7 Contoh Tempat Penampungan Sementara Limbah B3

5. Oli bekas dikemas dalam drum dan dikelola mengacu pada Kep.
Bapedal No. 255 Tahun 1996 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan
Penyimpanan & Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas di area TPS
Limbah B3.
STEAM PANAS
OLIE DAN FEED BOILER
DIKUMPULKAN UNTUK
PELUMAS BEKAS OIL
PRODUKSI

Gambar 4.8 Diagram Pengelolaan Olie bekas

6. Pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh pengangkut limbah B3 yang


berizin dilengkapi dengan dokumen Limbah B3 (Manifest).
7. Membuat neraca limbah B3.

10. Penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan domestik


A. Sumber dampak
Sumber dampak dari penurunan kualitas air akibat adanya air limbah
domestik dari kegiatan kakus.
B. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu penurunan kualitas air permukaan.
C. Tolok ukur dampak
Tolok ukur untuk penurunan kualitas air akibat air limbah domestik ini
mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001, Surat Keputusan GubernurJawa Barat No. 6 Tahun 1999
tentang Baku Mutu Limbah Cair Domestik bagi Kegiatan Industri.
D. Rencana pengelolaan lingkungan hidup
Bentuk pengelolaan :
1. Menyalurkan air limbah dari toilet (black water) ke dalam tangki septik
dengan sistem rembesan sesuai SNI 03-2398-2002 yaitu suatu ruangan
kedap air/beberapa kompartemenya berfungsi menampung & mengolah
air limbah domestik dengan kecepatan alir lambat, sehingga memberi
kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda - benda
padat & penguraian bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk
bahan larut air & gas.
Inlet

Outlet

Gambar 4.9 Tangki Septik Dengan Sistem Resapan

2. Menyalurkan air limbah dari kegiatan kantin (grey water) ke dalam


grease trap sebelum di alirkan ke badan air penerima (dapat
dialirkan terlebih dahulu ke bak sedimentasi).

11. Gangguan estetika lingkungan akibat timbulan limbah padat domestik


A. Sumber dampak
Sumber dampak berasal dari kegiatan domestikkaryawan (sisa makanan)
dan kegiatan administrasi perkantoran (kertas, plastik, dll).
B. Jenis dampak
Dampak yang ditimbulkan yaitu berupa gangguan terhadap estetika
lingkungan akibat limbah padat yang tidak terkelola dengan baik.
C. Tolok ukur dampak
Undang - undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah.
D. Rencana pengelolaan lingkungan hidup
Bentuk pengelolaan :
1. Menyediakan tempat/tong sampah terpilah 3 warna (hijau, kuning, dan
merah) di lokasi yang stategisdengan jumlah yang memadai.
Gambar 4.10 Tong Sampah Terpilah

2. Melakukan pemilahan sampah dengan caramenempatkan sampah pada


tempatnya sesuai jenisnya yaitu hijau untuk sampah organik, kuning untuk
sampah anorganik, dan merah untuk sampah B3 rumah tangga.
3. Menyediakan tempat penyimpanan sampah sementara (TPSS) terpilah 3
warna (hijau, kuning, dan merah), dengan konstruksi sebagai berikut :
Dimensi untuk TPSS yang direncanakan :
t (tinggi) = 1 m; p (panjang) = 3,6 m; l (lebar)= 1,8 m

1m

1,8 m

3,6 m

Gambar 4.11 Tempat Sampah Terpilah


4. Mengumpulkan sampah di tpss terpilah untuk memudahkan pengangkutan
sampah.
5. Menyediakan lahan untuk komposter dengan dimensi dan kapasitas yang
memadai dan melakukan kegiatan pengomposan terhadap sampah organik
dengan menggunakan komposter dan lubang resapan biopori sebagai upaya
untuk mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA.
Tahapan dalam pembuatan kompos adalah sebagai berikut :
1) Pilah sampah, pisahkan sisa makanan, sampah kantin dan benda - benda
yang dapat membusuk.
2) Potong sampah yang terkumpul menjad kecil (kurang lebih 5 x 5 cm).
3) Campurkan dengan larutan penggembur kurang lebih sebanyak 3% dari
volume sampah.
4) Campurkan larutan activator (larutan activator terdiri dari activator
sebanyak 0,05% dari volume sampah, ditambah satu sendok makan gula
pasir, ditambah air 15 liter, larutan tersebut dipersiapkan kurang lebih empat
jam sebelum proses pencampuran dengan sampah.
5) Setelah sampah tercampur merata dengan kedua larutan tersebut diatas,
masukkan ke dalam komposter.
6) Tunggu 14 hari sebelum pintu hasil dibuka dan menggunakan hasil berupa
bubuk hitam, menyerupai tanah yang disebut kompos.
7) Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Cimahi untuk pengelolaan sampah yang ada di TPSS agar bisa
diangkut menuju TPA secara rutin.
8) Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Cimahi untuk pengelolaan sampah yang ada di TPSS agar bisa
diangkut menuju TPA secara rutin.

Gambar 4.14 Skema Pengelolaan Sampah


12. Peningkatan kecelakaan kerja
A. Sumber dampak
Sumber dampak dari kegiatan produksi terutama para pekerja yang bekerja
di dalam area ruang produksi.
B. Jenis dampak
Dampak yang ditimbulkan yaitu berupa peningkatan kecelakaan kerja.
C. Tolok ukur dampak
Undang - undang No.1 Tahun1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
D. Rencana pengelolaan lingkungan hidup
Bentuk pengelolaan :
1. Menyiapkan tempat kerja berdasarkan prosedur kerja.
2. Menyediakan APD (Alat Penyelamat Diri) untuk kegiatan operasional
tenaga kerja.
3. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.
4. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
5. Menerapkan sistem K3 (Keselamatan,Kesehatan Kerja) terhadap tenaga
kerjayang tersusun berdasarkan undang-undang yang berlaku.
6. Memprioritaskanfasilitas Asuransi Kesehatan Kerja, bekerjasama
dengan BPJS Regional setempat untuk karyawan yang bekerja.

13. Limbah padat, limbah cair B3 dari proses produksi


A. Sumber dampak
Sumber dampak dari proses produksi berupa limbah padat dan cair
B. Jenis dampak
Dampak yang ditimbulkan yaitu berupa peningkatan kecelakaan kerja yang
dapat mempengaruhi kesehatan yang berlangsung secara akut meupun
kronis.
C. Tolok ukur dampak
Tolok ukur pencemaran Limbah B3 mengacu pada Peraturan Pemerintah
No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun,Rencana pengelolaan lingkungan hidup
Bentuk pengelolaan :
Pengelolaan limbah B3 padat maupun cair dilakukan oleh pihak ke3 yaitu
oleh PT. PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. KOMPONEN FISIK KIMIA
3.1.1. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN
1. Kualitas Kimia Udara
a. Menentukan titik sampling berdasarkan pertimbangan arah angin dominan,
letak proyek/lokasi rencana kegiatan, dan permukiman penduduk sekitar
yang akan terkena dampak
b. Melakukan sampling di lokasi kegiatan
c. Menganalisis hasil sampling di laboratorium (untuk parameter kimia)
d. Membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu kualitas udara
ambient menurut PP RI No. 41 Tahun 1999.
3.1.2. ALAT DAN BAHAN
Tabel 3.1 Alat dan bahan parameter kualitas kimia udara berdasarkan metode yang diacu

No Parameter Metode Peralatan

1 Kebisingan SNI 7231 : 2009 Sound Level Meter


2 Suhu Direct Reading Thermometer
3 Kelembaban Direct Reading Hygrometer
4 Kecepatan Angin Direct Reading Anemometer
5 Sulfur dioksida (SO2) SNI 19-7119.7-2005 Spectrofotometer
6 Karbon monoksida (CO) SNI 19-1131-1989 Spectrofotometer
7 Nitrogen dioksida (NO2) SNI19-7119.2-2005 Spectrofotometer
8 Oksidan (O3) SNI 19-7119.8-2005 Spectrofotometer
9 Hidrokarbon (HC) Direct Reading Testo Gas Analyzer
10 Debu (TSP) SNI 19-7229.3-2005 High Volume Sampler
11 PM10 (partikel <10 µm) SNI 19-7117.12-2005 Dust Sampler
12 PM2,5 (partikel <2,5 µm) SNI 19-7117.12-2005 Dust Sampler
13 Timbal (Pb) SNI 19-7119.4-2005 Spectrofotometer
3.2. KOMPONEN BIOLOGI
3.2.1. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN
1. Melakukan observasi dilapangan dengan mengecek kondisi dan keberadaan
hewan atau tumbuhan
2. Melakukan wawancara kepada tokoh masyarakat atau masyarakat setempat
mengenai keberadaan fauna di sekitar wilayah pembangunan industri.
3. Pengambilan sampel flora atau fauna yang memungkinkan untuk dianalisis di
laboratorium dan dibandingkan dengan rona awal
3.2.2. ALAT DAN BAHAN
1. Lembar wawancara/lembar observasi
2. Alat tulis

3.3. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT


3.3.1. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN
1. Melakukan advokasi dengan kepala daerah atau pihak pelayanan kesehatan di
wilayah pembangunan untuk mengadakan pemeriksaan kesehatan
2. Mengadakan pemeriksaan kesehatan terhadap masyarakat bersama dengan ahli
medis
3. Membandingkan keadaan kesehatan masyarakat khususnya angka kematian dan
kesakitan dengan keadaan kesehatan masyarakat pada rona awal
3.3.2. ALAT DAN BAHAN
1. Lembar wawancara/lembar observasi
2. Alat tulis

3.4. KOMPONEN KESEHATAN LINGKUNGAN


3.1.1. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN
1. Menentukan komponen kesehatan lingkungan yang diperkirakan menerima
dampak pembangunan.
2. Melakukan pengamatan keadaan di sekitar wilayah kegiatan atau bekerjasama
dengan pihak terkait untuk mengadakan pengamatan dan pemeriksaan
3. Menganalisis hasil pengamatan dan mencari kemungkinan penyebab terjadinya
perubahan komponen lingkungan
4. Membandingkan hasil pengamatan dan pengukuran dengan keadaan komponen
lingkungan pada rona awal dan baku mutu.
3.1.2. ALAT DAN BAHAN
1. Lembar wawancara/lembar observasi
2. Alat tulis

3.5. MATRIK PERKIRAAN DAMPAK PENTING


BAB IV
PELAKSANAAN STUDI
4.1. IDENTITAS PEMARKARSA
Nama Perusahaan : PT. INFIRONAA (persero)
Alamat Perusahaan : Jl. Raya Cikamurang KM 12, Desa Tanjungsiang,
Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat
Phone : 022 – 2042787
Fax : 022 – 7301222
Website : http://www.Infironaa.com
E-mail : info@Infironaa.com
Jenis Usaha : Industri Propelan, Amunisi dan Bahan Peledak
Jabatan : Direktur Fasilitas dan Peralatan

4.2. IDENTITAS PENYUSUN ADKL


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Rencana Pengembangan PT.
INFIRONAA (persero) cabang Subang akan dilaksanakan secara holistik (dikaji dari
beberapa tinjauan ilmu). Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya akan dilibatkan tenaga ahli
sesuai dengan bidang kajian yang diperlukan. Adapun tim penyusun Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Rencana Pengembangan Rencana Pengembangan
PT. INFIRONAA (persero) cabang Subang yaitu :
Nama Perusahaan : INTAKINDO
Alamat Perusahaan : Jl. Magetan Nomor 9, Antapani Kidul, Kota Bandung - 40291
No. Regristrasi : 0070/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH (Legalitas perusahaan berupa
Sartifikat Kopetensi KLH disajikan pada Lampiran 6)
Telephone / Fax : 022-7207520 / 022-7207520
Email : cb.kunshuliyyah@gmail.com
Direktur Utama : Deyna Handiyana, S.Si
Sebagai penyusun Amdal dan bersertifikasi kompetensi Amdal dari INTAKINDO Secara
rinci data tentang tim penyusun dokumen Amdal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
4.3. PENANGGUNG JAWAB STUDI
Nama : Dr. Eko Sugiharto
Jabatan : Kepala pusat Studi lingkungan hidup INTAKINDO
Alamat :Jl. Rereongan Sarupi, Ciumbuleuit Bandung 40142
E-mail : pplhugm@indosat.net.id
Telp. : (022) 2042410
Fax. : (022) 2045722

4.4. TIM PELAKSANA


NO Nama Ijazah dan Sertifikat berkaitan dengan Jabatan Dalam Tim
Penyusunan AMDAL AMDAL
1 Anisa Kusuma 1. DIV : Kesehatan Lingkungan Ketua Tim Penyusun
Dewi 2. Sertifikat Kompetensi Ketua Tim AMDAL
Penyusun AMDAL: 000793/SKPA-
P1/LSKINTAKINDO/I/2013
3. Sertifikat Penyusunan Dokumen AMDAL
(2016)
2 Indah Permatasari 1. DIV : Kesehatan Lingkungan Anggota Tim Penyusun
2. Sertifikat Kompetensi Ketua Tim AMDAL
Penyusun AMDAL: 000793/SKPA-
P1/LSKINTAKINDO/I/2013
3. Sertifikat Penyusunan Dokumen AMDAL
(2016)
3 Luthfy Muharam 1. DIV : Kesehatan Lingkungan Anggota Tim Penyusun
2. Sertifikat Kompetensi Ketua Tim AMDAL
Penyusun AMDAL: 000793/SKPA-
P1/LSKINTAKINDO/I/2013
Sertifikat Penyusunan Dokumen AMDAL
(2016)
4 Nabila wildasari 1. DIV : Kesehatan Lingkungan Anggota Tim Penyusun
2. Sertifikat Kompetensi Ketua Tim AMDAL
Penyusun AMDAL: 000793/SKPA-
P1/LSKINTAKINDO/I/2013
3. Sertifikat Penyusunan Dokumen AMDAL
(2016)
5 Ropa adawiah 1. DIV : Kesehatan Lingkungan Anggota Tim Penyusun
2. Sertifikat Kompetensi Ketua Tim AMDAL
Penyusun AMDAL: 000793/SKPA-
P1/LSKINTAKINDO/I/2013
3. Sertifikat Penyusunan Dokumen AMDAL
(2016)

4.5. BIAYA
4.6. TEMPAT DAN WAKTU

También podría gustarte