Está en la página 1de 3

Sediaan salep mata merupakan sediaan salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan

dasar salep yang cocok . yang mana bahan obat harus larut atau terdispersi secara homogen.
Dalam praktikum dibuat sediaan salep mata tetrasiklin dengan basis campuran yang tertera
dalam Fornas (adeps lanae, setil alcohol, paraffin cair dan vaselin kuning) serta eksipien
antaralain:metil paraben, asam tartrat, buffer fosfat dan Nacl. Tetrasiklin HCl berfungsi sebagai
zat aktif dengan mekanisme kerja Tetrasiklin HCl yaitu hambatan pada sintesis protein ribosom
dengan menghalangi pemasukan asil t-RNA pada fase pemanjangan yang termasuk fase
translasi. Diindikasikan untuk trakoma serta infeksi lain pada mata oleh karena bakteri gram
negatif dan gram positif yang sensitif.

Basis untuk salep mata menggunakan jenis vaselin kuning dasar salep larut air, karna dispersi
obatnya larut dalam air lebih baik, Vaselin flavum juga bebas dari sesepora oksidator dan asam
yang mengiritasi mata. Vaselin flavum yang dipilih dan bukan vaselin album karena lebih aman
untuk mata yang merupakan organ yang sangat sensitif.misalnya penggunaan vaselin putih
karena masih terdapat kandungan asam sulfat akibat proses pemutihan vaselin kuning menjadi
vaselin putih, dikhawatirkan akan menyebabkan iritasi pada mata. Penambahan parafin cair ke
vaselin berguna untuk memperbaiki konsistensi basis sehingga lebih lunak dan memudahkan
penggunaan. Setil alcohol sebagai pengemulsi antara air mata dan basis salep sehingga
mempermudah proses difusi dan absorpsi tetrasiklin. adeps lanae sebagai pembawa hidrofobik

Pemilihan bahan tambahan ini atas dasar efektifitas masing masing bahan. Pengawet Anti
Mikroba Pengawet diperbolehkan untuk menjaga sterilitas produk setelah kemasan dibuka dan
selama pengunaan oleh pasien Metil paraben dipilih sebagai antimikroba cocok untuk sediaan
salep mata yang basisnya hidrokarbon. Spectrum kerjanya luas dan sekresi lebih mudah karena
melarut dengan mata. Kadar yang digunakan hanya 0,15% dengan range 0,01-0,1%. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi iritasi kulit jika, karena pada kadar yang maksimal bisa
mengakibatkan dermatitis. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama
dengan 0,9 % larutan NaCl. Penggunaan Nacl sebagai pengisotonis, untuk menyesuaikan
tonisitas cairan tubuh agar mengurangi rasa pedih saat di oleskan pada mata. . Tonisitas
(osmolaritas) penting pada produk obat mata cair untuk meminimalkan potensi ketidaknyamanan
selama penetesan ke dalam mata. Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-
garam dalam larutan berair.

Buffer fosfat digunakan untuk menstabilkan ph. Buffer dan pH dalam sediaan tetes mata sangat
penting untuk memperbaiki daya tahan sediaan, mengoptimasi kerja zat aktif, dan juga untuk
mencapai kelarutann yang memuaskan. Digunakan kadar sebesar 0,1% agar ph tetap
normal.Antioksidan sebagai penstabil oksidasi dipilih asam tartrat dengan persentase kecil untuk
meminimalisir sifatnya yang bisa mengiritasi mata. Mekanisme kerjanya menghambat terjadinya
autooksidasi. Tidak digunakan antioksidan jenis lain yang ada di laboratorium dalam hal ini,
asam borat atau asam sitrat karena

Proses pembuatan sediaan salep mata berlangsung dengan metode aseptis. Karena zat aktif tidak
tahan terhadap pemanasan sehingga jika dilakukan sterilisasi akhir bisa saja terjadi penguraian
dan mengakibat salep mata tidak stabil. Semua peralatan logam kaca dilakukan sterilisasi dengan
menggunakan oven pada suhu 180ᵒC selama 30 menit. Sedangkan untuk zat aktif dilakukan
proses sterilisasi dengan oven pada suhu 150ᵒc, dikarenakan zat aktif menjadi terurai karena
proses pemanasan, Begitu pula dengan basis salep. seharusnya proses sterilisasi dilakukan
dengan menggunakan sterilisasi dengan sinar gamma. Namun karena ketidaksediaan alat untuk
melakukan proses sterilisasi dengan sinar gamma, jadinya zat aktif tetrasiklin proses sterilisasi di
oven.

Pengemas wadah salep mata menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan jalan
keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya sampai tingkat yang
minimum. Secara bersamaan wadahnya yang tidak transparan juga memberikan perlindungan
tehadap cahaya yang baik. zat aktif tetrasiklin tidak stabil dengan sinar matahari. Pada tube yang
terbuat dari seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan. Wadah dan penutup wadah
salap mata tidak boleh berinteraksi, baik secara kimia maupun fisika dengan sediaan salap Oleh
karena itu tube yang sebagian dalamnya dilapisi kertas perkamen.
Kesimpulan

1. Sediaan salep mata tetrasiklin mata menggunakan prinsip dasar salep yang cocok bahan obat
harus larut atau terdispersi secara homogen serta bersifat isotonis dan isohidris. Pemilihan
eksipien didasari efektifitas masing masing bahan. Antimikroba metil paraben sekresi lebih
mudah karena melarut dengan mata, Nacl sebagai pengisotonis untuk menyesuaikan tonisitas
cairan tubuh agar mengurangi rasa pedih saat di oleskan pada mata. antioksidan asam tartrat
cocok untuk zat aktif bekerja menghambat autooksidasi dan Buffer fosfat sebagai penstabil ph
sediaan agar ph isohidris dengan mata.
2. Proses pembuatan sediaan salep mata berlangsung dengan metode aseptis. Karena zat
aktif tergolong antibiotic tidak tahan terhadap pemanasan sehingga jika dilakukan
sterilisasi akhir bisa saja terjadi penguraian karena sifat zat aktifnya rusak pada suhu
tinggi dan mengakibat salep mata tidak stabil. Metode aseptis dilakukan dengan
melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan (pada awal sebelum pembuatan sediaan)
sesuai dengan sifat dari bahan yang digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses
pembuatan dan pengemasan dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk
mencegah kontaminasi.

También podría gustarte