Está en la página 1de 20

ALUMINIUM

Abstract : Aluminium is a metal that is most abundant in the earth's crust, and the third most
element after oxygen and silicon. Aluminium contained in the earth's crust of approximately
8.07% to 8.23% of the entire solid mass of the Earth's crust. Aluminium is a highly reactive
element so easily oxidized, because it was not found aluminiun in nature in its elemental
form, but rather oxide compounds. Aluminum is made using Bayer-Hall Heroult process and
recycling. One of the properties of aluminum is corrosion resistant as well as a conductor of
heat and electricity. Aluminium classified into pure aluminum and alloys.

keywords: pure aluminium, aluminium alloy, Bayer-Hall Heroult process, recycling, Strength
tensile, hardness, Ductility.

I. PENDAHULUAN

Aluminium adalah logam ringan yang cukup penting peranannya dalam kehidupan
manusia. Di dalam dunia usaha logam, ada dua logam ringan yang digunakan secara
tersendiri: aluminium dan magnesium. Aluminium adalah logam yang paling banyak
digunakan setelah baja, logam ini ditemukan pada tahun 1827 oleh seorang kimiawan Jerman
Friedrich Wohler. Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mudah
teroksidasi, karena sifatnya itu di alam tidak ditemukan aluminiun dalam bentuk unsur,
melainkan senyawa oksida. Umumnya dalam bentuk oksida alimunat atau silikat. Penelitian
mengenai pemisahan aluminium dimulai pada tahun 1808. H. Davy adalah orang pertama
yang menamakan aluminium, dan menggunakan elektrolisis untuk memproduksi potassium,
sodium, stronsium, calcium, barium, magnesium, boron namun tidak berhasil untuk
memisahkan aluminium. Pada tahun 1854, Henari Saint Clavil Deauville memproduksi
aluminium dari natrium aluminium klorida dengan pemanasan menggunakan logam natrium
sebagai katalisator. Proses ini telah berlangsung kurang lebih 35 tahun dan mengalami
peningkatan produksi hingga sepuluh ton Per tahun. Proses produksi aluminium yang
digunakan saat ini ditemukan secara bersamaan oleh Charles Hall di USA dan Paul Heroult di
Prancis pada tahun 1886. Prosesnya adalah elektrolisa alumina (Al2O3) di dalam lelehan
Kriolit (Na3AlF6). Pada temperatur 980°C, sehingga menghasilkan aluminium cair. Pada
tahun 1888 Hall mendirikan sebuah perusahaan untuk memproduksi aluminium. Perusahaan
yang kemudian dikenal sebagai Perusahaan Aluminium Amerika atau Alcoa. Kapasitas
produksi meningkat menjadi 300 ton pada tahun 1981. Pada tahun 1983 kapasitas produksi
aluminium dengan metode Hall-Heroult ini meningkat dan berkembang pesat dengan
banyaknya industri kimia yang berdiri serta dibukanya kesempatan untuk penanaman modal
asing, baik itu industri kimia yang merupakan industri hulu, yaitu memproduksi produk yang
merupakan bahan baku bagi industri lain atau industri bahan baku, bahan pembantu maupun
tenaga kerja semakin meningkat. Salah satu dari industri hilir yang perlu didirikan di
Indonesia adalah pabrik Aluminium Flouride (AlF3) yang produknya digunakan sebagai
bahan pembantu peleburan aluminium. Selama 50 tahun terakhir aluminium telah menjadi
logam yang luas penggunaannya setelah baja. Perkembangan ini di dasarkan pada sifat-
sifatnya yang ringan ,tahan korosi,mudah di produksi dan cukup ekonomis dan yang Paling
terkenal adalah penggunaan aluminium sebagai bahan pembuatan pesawat terbang sifat yang
kurang baik pada kekuatan sehingga tidak cocok untuk bagian mesin yang menanggung
beban berat karena aluminium mempunyai berat satu pertiga baja .kekuatan tensil berkisar
200-600 Mpa sedangkan aluminium murni berkisar 90 Mpa. Oleh karena itu,dalam jurnal ini
akan dibahas tentang sifat aluminium, cara pembuatan aluminium, paduan aluminium dan
aplikasi dalam pemanfaatan aluminium.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Aluminium, Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak.
Aluminium ditemukan oleh Sir Humprey Davy dalam tahun 1809 sebagai suatu unsur, dan
pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted, tahun 1825. Secara industri Paul
Heroult di perancis dan C. M. Hall di amerika serikat secara terpisah telah memperoleh logam
aluminium dari alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi. Sampai sekarang
proses Heroult Hall masih dipakai untuk memproduksi aluminium. Aluminium adalah logam
yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan
silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari
seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton
pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore,
dan lain-lain). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena aluminium merupakan
logam yang cukup reaktif. Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan,
dan dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu,
tergantung kekasaran permukaannya. Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan
unsur apapun selain aluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran
tidak pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang terkandung
di dalamnya Pengotor yang mungkin berada di dalam aluminium murni biasanya adalah
gelembung gas di dalam yang masuk akibat proses peleburan dan pendinginan/pengecoran
yang tidak sempurna, material cetakan akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor
lainnya akibat kualitas bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang
aluminium). Umumnya, aluminium murni yang dijual di pasaran adalah aluminium murni
99%, misalnya aluminium foil Sumber Aluminium Aluminium merupakan logam yang paling
banyak ditemukan di kerak bumi (8.3%), dan terbanyak ketiga setelah oksigen (45,5%) dan
silicon (25,7%) Aluminium sangat reaktif khususnya dengan oksigen, sehingga unsure
aluminium tidak pernah dijumpai dalam keadaan bebas di alam, melainkan sebagai senyawa
yang merupakan penyusun utama dari bahan tambang bijih bauksit yang berupa campuran
oksida dan hidroksida aluminium. Aluminium juga ditemukan di granit dan mineral-mineral
lainnya. Aluminium ada di alam dalam bentuk silikat maupun oksida, yaitu antara lain:
sebagai silikat contohnya feldspar, tanah liat, mika sebagai oksida anhidrat contohnya
kurondum (untuk amril) sebagai hidrat contohnya bauksit sebagai florida contohnya kriolit.

1. Sifat-Sifat Aluminium

Sifat-sifat penting yang dimiliki aluminium sehingga banyak digunakan sebagai material
teknik adalah sebagai berikut:

Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³)

2. Tahan korosi

Sifat bahan korosi dari aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan


aluminium oksida (Al2O3) pada permukaan aluminium (fenomena 1 pasivasi).
Pasivasi adalah pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap
komponen udara sehingga lapisan1tersebut melindungi lapisan dalam logam dari
korosi. Lapisan1ini membuat Al tahan korosi tetapi sekaligus sukar dilas, karena
perbedaan melting point (titik lebur). Penghantar listrik dan panas yang baik
Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika
dibandingkan dengan massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan
dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas dan listrik yang
cukup baik, namun cukup berat dan mudah fabrikasi/di tempa Sifat lain yang
menguntungkan dari aluminium adalah sangat mudah di fabrikasi, dapat dituang
(dicor) dengan cara penuangan apapun. Dapat deforming dengan cara:
rolling,drawing, forging, extrusi dll. Menjadi bentuk yang rumit sekalipun.
Kekuatannya rendah tetapi pemaduan (alloying) kekuatannya bisa ditingkatkan.
Kekuatan dan kekerasan aluminium tidak begitu tinggi dengan pemaduan dan heat
treatment dapat ditingkatkan kekuatan dan kekerasannya. Kekuatan mekanik
meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, dan Ni. Sifat elastisnya yang
sangat rendah, hampir tidak dapat diperbaiki baik dengan pemaduan maupun
denganheat treatment. Selain sifat yang diatas,aluminium juga memiliki sifat fisika,
mekanik dan kimia.

a. Sifat Fisika Aluminium

Unsur Aluminium
Simbol Al
Nomor Atom 13
Massa Atom Relatif 26,98
Konfigurasi Elektron 1s² 2s² 2p6 3s² 3p¹
Titik Didih (ºC) 660,4
Titik Leleh (ºC) 2467
Rapatan pada 25ºC (gram/cm³) 2,70
Warna Metalik
Energi Ionisasi (kJ/mol) 277,6
Afinitas Elektron (kJ/mol) 42,6
Keelektronegatifan 1,61
Jari-jari Ion 0,51
Jari-jari Atom 1,43
Potensial Elektrode -1,71
Daya Hantar Panas 2,1
Daya Hantar Listrik 38.10ˉ³

b. Sifat Mekanik Aluminium

Sifat mekanik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi oleh
konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut.

Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini disebabkan
oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan aluminium oksida di
permukaan logam aluminium segera setelah logam terpapar oleh udara bebas. Lapisan
aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi dapat
terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam yang bersifat lebih katodik karena
dapat mencegah oksidasi aluminium.

a) Kekuatan tensil

Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan


pengujian tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan pada
kurva tegangan-regangan hasil pengujian, dan biasanya terjadi ketika terjadinya
necking. Kekuatan tensil bukanlah ukuran kekuatan yang sebenarnya dapat terjadi di
lapangan, namun dapat dijadikan sebagai suatu acuan terhadap kekuatan bahan.
Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan umumnya sangat
rendah, yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk penggunaan yang memerlukan
kekuatan tensil yang tinggi, aluminium perlu dipadukan. Dengan dipadukan dengan
logam lain, ditambah dengan berbagai perlakuan termal, aluminium paduan akan
memiliki kekuatan tensil hingga 580 MPa (paduan 7075).

b) Kekerasan

Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu bahan yang
mencegah terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut ketika diaplikasikan
suatu gaya. Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh elastisitas, plastisitas,
viskoelastisitas, kekuatan tensil, ductility, dan sebagainya. Kekerasan dapat diuji dan
diukur dengan berbagai metode. Yang paling umum adalah metode Brinnel, Vickers,
Mohs, dan Rockwell. Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu
sekitar 65 skala Brinnel, sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk
logam. Untuk kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan, aluminium perlu
dipadukan dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan termal atau fisik. Aluminium
dengan 4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu disimpan pada temperatur tinggi
dapat memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135.

c) Ductility

Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk menerangkan
seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara Plastis tanpa terjadinya retakan.
Dalam suatu pengujian tensil, ductility ditunjukkan dengan bentuk neckingnya
material dengan ductility yang tinggi akan mengalami necking yang sangat sempit,
sedangkan bahan yang memiliki ductility rendah, hampir tidak mengalami necking.
Sedangkan dalam hasil pengujian tensil, ductility diukur dengan skala yang disebut
elongasi. Elongasi adalah seberapa besar pertambahan panjang suatu Bahan ketika
dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam persentase pertambahan panjang
perpanjang awal bahan yang diujikan. Aluminium murni memiliki ductility yang
tinggi. Aluminium paduan memiliki ductility yang bervariasi, Tergantung konsentrasi
paduannya, namun pada umumnya memiliki ductility yang lebih rendah dari pada
aluminium murni, karena ductility berbanding terbalik dengan kekuatan tensil, serta
hampir semua aluminium paduan memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi daripada
aluminium murni.

c. Sifat Kimia Aluminium

a) Serbuk aluminium dipanaskan dalam uap air menghasilkan Hidrogen dan


alumunium oksida. Reaksinya berlangsung relatif lambat karena adanya lapisan
aluminium oksida pada logamnya, membentuk Oksida yang lebih banyak selama
reaksi.

b) Aluminium akan terbakar dalam oksigen jika bentuknya serbuk, sebaliknya lapisan
oksidanya yang kuat pada alumunium cenderung menghambat reaksi. Jika kita
taburkan serbuk alumunium ke dalam nyala bunsen, maka akan kita dapatkan
percikan. Aluminium oksida yang berwana putih akan terbentuk.

c) Aluminium seringkali bereaksi dengan klor dengan melewatkan klor kering di


atas alumunium foil yang dipanaskan sepanjang tabung. Alumunium terbakar
dalam aliran klor menghasilkan alumunium klorida yang kuning sangat pucat.
Alumunium klorida ini dapat menyublim (berubah dari padatan ke gas dan kembali
lagi) dan terkumpul di bagian bawah tabung saat didinginkan.

d) Aluminium disimbolkan dengan Al, dengan nomor atom 13 dalam tabel periodik
unsur. Bauksit, bahan baku aluminium memiliki kandungan aluminium dalam
jumlah yang bervariasi, namun pada umumnya di atas 40% dalam berat. Senyawa
aluminium yang terdapat di bauksit diantaranya Al2O3, Al(OH)3, γ-AlO(OH), dan
α-AlO(OH).
Isotop aluminium yang terdapat di alam adalah isotop 27Al, dengan persentase sebesar
99,9%. Isotop 26Al juga terdapat di alam meski dalam jumlah yang sangat kecil. sotop 26A
merupakan radioaktif dengan waktu paruh sebesar 1720000 tahun. Isotop aluminium yang
sudah ditemui saat ini adalah aluminium dengan berat atom relatif antara 23 hingga130,
dengan isotop 27Al merupakan isotop yang paling stabil. Difusi atom di tentukan oleh macam
atom, tetapi pada umumnya sangat lambat pada Temperature biasa dengan pencelupan dingin
kekosongan atom tetap ada, jadi dengan berjalannya waktu struktur atom bisa berubah,
yang menghasilkan perubahan sifat-sifatnya. Perubahan sifat-sifat dengan berjalannya waktu
pada umumnya di1namakan penuaan. Apabila proses itu berjalan pada temperature Kamar di
namakan penuaan ilmiah, sedangkan apabila proses itu terjadi pada Temperatur lebih tinggi
dinamakan penuaan buatan Proses Pembuatan Aluminium. Aluminium adalah logam yang
sangat reaktif yang membentuk ikatan kimia berenergi tinggi dengan oksigen. Dibandingkan
dengan logam lain, proses ekstraksi aluminium dari batuannya memerlukan energi yang
tinggi untuk mereduksi Al2O3. Proses reduksi ini tidak semudah mereduksi besi dengan
menggunakan batu bara, karena aluminium merupakan reduktor yang lebih kuat dari karbon.
Proses Bayer-Hall Heroult Proses produksi aluminium Dimulai dari pengambilan bahan
tambang yang mengandung aluminium (bauksit, corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore,
dan sebagainya) Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses Bayer. Proses Bayer
menghasilkan alumina (Al2O3) dengan membasuh bahan Tambang yang mengandung
aluminium dengan larutan natrium hidroksida pada temperatur 175ºC sehingga menghasilkan
aluminium hidroksida, Al(OH)3. Aluminium hidroksida lalu dipanaskan pada suhu sedikit di
atas 1000ºC sehingga terbentuk alumina dan H2O yang menjadi uap air. Setelah Alumina
dihasilkan, alumina dibawa ke proses Hall-Heroult. Proses Hall-Heroult dimulai dengan
melarutkan alumina dengan leelehan Na3AlF6, atau yang biasa disebut cryolite. Larutan lalu
dielektrolisis dan akan mengakibat kan aluminium cair menempel pada anoda, sementara
oksigen dari alumina akan teroksi bersama anoda yang terbuat dari karbon, membentuk
karbon dioksida. Aluminium cair memiliki massa jenis yang lebih ringan dari pada larutan
alumina, sehingga pemisahan dapat dilakukan dengan mudah. Elektrolisis aluminium dalam
proses Hall-Heroult menghabiskan energi yang cukup banyak. Rata-rata konsumsi energi
listrik dunia dalam mengelektrolisis alumina adalah 150kWh perkilogram aluminium yang
dihasilkan. Energi listrik menghabiskan sekitar 20-40% biaya produksi aluminium di seluruh
dunia. Daur ulang aluminium Salah satu keuntungan aluminium lainnya adalah mampu
didaur ulang tanpa mengalami sedikitpun kehilangan kualitas. Proses daur ulang tidak
mengubah struktur aluminium, daur ulang terhadap aluminium dapat dilakukan berkali-kali
.Mendaur ulang aluminium hanya mengkonsumsi energi sebesar 5% dari yang digunakan
dalam memproduksi aluminium dari bahan tambang (economist.com). Di0Eropa, terutama
negara Skandinavia,095% aluminium yang beredar merupakan bahan Hasil daur ulang Proses
daur ulang aluminium berawal dari kegiatan meleburkan dengan pemanasan Suhu tinggi
beberapa sampah aluminium. Hal ini akan menghasilkan endapan. Endapan ini dapat diekstraksi
Ulang untuk mendapatkan aluminium, dan Limbah yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
bahan campuran aspal dan beton karena merupakan limbah yang berbahaya bagi alam. Sebagai
produk utama dihasilkan alumunium yang meleleh kemudian dicetak kembali untuk
dikomersialkan.

3. Klasifikasi Alumunium dan Penggolongan Paduannya

1. Aluminium Murni

Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan Dicetak dalam keadaan
biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak untuk
penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan logam lain.

2. Aluminium Paduan

Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon, magnesium,
tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970.Secara umum,
penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan meningkatkan kekuatan
tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika melebihi konsentrasi tersebut,
umumnya titik lebur akan naik disertai meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya
senyawa, kristal, atau granula dalam logam. Namun, kekuatan bahan paduan
aluminium tidak hanya bergantung pada konsentrasi logam paduannya saja, tetapi
juga bagaimana proses perlakuannya hingga aluminium siap digunakan, apakah
dengan penempaan, perlakuan panas, penyimpanan, dan sebagainya.

3. Paduan Aluminium-Siliko

Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan kekerasan dan
kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa pada aluminium paduan
yang Dihasilkan pada perlakuan panas. Jika konsentrasi silikon lebih tinggi dari
15%, tingkat kerapuhan logam akan meningkat secara drastis akibat terbentuknya
kristal granula silika.

4. Paduan Aluminium-Magnesium

Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam paduan
yang cukup drastis, dari 660ºC hingga 450ºC. Namun, hal ini tidak menjadikan
aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan mudah karena korosi
akan terjadi pada suhu diatas 60ºC. Keberadaan magnesium juga menjadikan logam
paduan dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat rendah, di mana
kebanyakan logam akan mengalami failure pada temperatur tersebut.

5. Paduan Aluminium-Tembaga

Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat,


namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak boleh
memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan umumnya, untuk
kepentingan penempaan, paduan tidak boleh memiliki konsentrasi tembaga di
atas 5,6% karena akan membentuk senyawa CuAl2 dalam logam yang
menjadikan logam rapuh.

6. Paduan Aluminium-Mangan

Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan pengerasan
tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan logam paduan dengan
kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu rapuh.Selain itu, penambahan mangan
akan meningkatkan titik lebur paduan aluminium.

7. Paduan Aluminium-Seng

Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling terkenal karena
merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang. Paduan ini memiliki
kekuatan tertinggi dibandingkan paduan lainnya, aluminium dengan 5,5% seng dapat
memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan elongasi sebesar 11% dalam setiap
50 mm bahan. Bandingkan dengan aluminium dengan 1% magnesium yang memiliki
kekuatan tensil sebesar 410 MPa namun memiliki elongasi sebesar 6% setiap 50 mm
bahan.

8. Paduan Aluminium-Lithium

Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan massa jenis dan


peningkatan modulus elastisitas hingga konsentrasi sebesar 4% lithium, setiap
penambahan 1% lithium akan mengurangi massa jenis paduan sebanyak 3% dan
peningkatan modulus elastisitas sebesar 5%. Namun aluminium-lithium tidak lagi
diproduksi akibat tingkat reaktivitas lithium yang tinggi yang dapat meningkatkan
biaya keselamatan kerja.
9. Paduan Aluminium-Skandium

Penambahan skandium ke aluminium membatasi pemuaian yang terjadi pada paduan,


baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada di lingkungan yang panas.
Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena terdapat paduan lain yang lebih murah
dan lebih mudah diproduksi dengan karakteristik yang sama, yaitu paduan titanium.
Paduan Al-Sc pernah digunakan sebagai bahan pembuat pesawat tempur Rusia, MIG,
dengan konsentrasi Sc antara 0,1- 0,5% (Zaki, 2003, dan Schwarz, 2004).

10. Paduan Aluminium-Besi

Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu
"kecelakaan". Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan
menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik. Efek
kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara signifikan,
namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam
paduan 10% silikon, keberadaan Fe sebesar 2,08% mengurangi kekuatan tensil dari
217 hingga 78 MPa, dan menambah skala Brinnel dari 62 hingga 70. Hal ini terjadi
akibat terbentuknya kristal Fe-Al-X, dengan X adalah paduan utama aluminium selain
Fe.

11. Paduan Alnico

Alnico merupakan paduan yang tersusun dari aluminium (Al), nikel (Ni), dan kobalt
(Co), dengan penambahan besi, tembaga dan kadang titanium. Alnico mengandung 8-
12% Al, 15-26% Ni, 5-24% Co, lebih dari 6% Cu, lebih dari 1% Ti dan sisanya
adalah Fe. Kegunaan utama dari paduan alnico adalah sebagai magnet.

12. Paduan Duralumin

Duralumin (juga disebut duraluminum, duraluminium, atau dural) adalah nama


dagang dari salah satu tipe dari paduan aluminium. Paduan utamanya terdiri dari
tembaga, mangan, dan magnesium. Paduan yang paling umum digunakan adalah tipe
AA2024, yang mengandung 4,4% tembaga, 1,5% magnesium, 0,6% mangan dan
93,5% aluminium. Besar yield strength adalah 450 MPa, dengan variasi yang
bergantung pada komposisi dan temper.

13. Paduan Silumin


Silumin adalah paduan aluminium yang mengandung silicon sekitar 4% dan 22%.
Silumin memiliki ketahanan korosi yang tinggi, sehingga silumin sangat bermanfaat
dalam peralatan basah. Penambahan silicon pada aluminium juga membuat silumin
lebih cair.

Silumin sangat baik kecairannya, mempunyai permukaan yang bagus, tanpa kegetasan
panas, sangat baik untuk paduan coran, dan koefisien pemuaian yang kecil. Koefisien
pemuaian termal silumin sangat rendah oleh karena itu paduannya pun mempunyai
koefisien yang rendah apabila ditambah Si lebih banyak.

4. Aplikasi atau Kegunaan Alumunium

Aluminium adalah logam non-besi yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Produksi global dunia pada tahun 2005 mencapai 31,9 juta ton, melebihi produksi
semua logam non-besi lainnya (Hetherington et al, 2007). Ada beberapa kegunaan
umum dari alumunium yaitu sebagai berikut :

a) Aluminium memiliki rasio kekuatan terhadap massa yang paling tinggi, sehingga
banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket. Aluminium juga dapat
menjadi reflektor yang baik; lapisan aluminium murni dapat memantulkan 92%
cahaya. Aluminium murni, saat ini jarang digunakan karena terlalu lunak.
Penggunaan aluminium murni yang paling luas adalah aluminium foil (92-99%
aluminium).

b) Paduan aluminium-magnesium umumnya digunakan sebagai bahan pembuat badan


kapal. Paduan lainnya akan mudah mengalami korosi ketika berhadapan dengan
larutan alkali seperti air laut.

c) Paduan aluminium tembaga lithium digunakan sebagai bahan pembuat tangki bahan
bakar pada pesawat ulang-alik milik NASA.

d) Uang logam juga terbuat dari aluminium yang diperkeras. Hingga saat ini, sulit
dicari apa bahan paduan uang pembuat uang logam berwarna putih keperakan ini,
kemungkinan dirahasiakan untuk mencegah pemalsuan uang logam.
e) Velg mobil juga menggunakan bahan aluminium yang dipadu dengan magnesium,
silicon, atau keduanya, dan dibuat dengan cara ekstrusi atau dicor.

f) Beberapa jenis roda gigi menggunakan paduan Al-Cu. Penggunaan paduan Cu untuk
mendapatkan tingkat kekerasan yang cukup dan memperpanjang usia benda akibat
fatigue.

g) Sektor pembangunan perumahan; untuk kusen pintu dan jendela.

h) Sektor industri makanan, untuk kemasan berbagai jenis produk.

i) Sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang kerajinan.

j) Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi (III) oksida,
digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk menyambung rel kereta
api.

Pembuatan Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O). Tawas digunakan untuk menjernihkan air


pada pengolahan air minum.) Pembuatan Aluminium Sulfat (Al2(SO4)³.18H2O)
digunakan untuk industri kertas dan karton, pewarna pada industri tekstil, dan pemadam
kebakaran jenis busa. (bila dicampur dengan NaHCO3 dan zat pengemulsi).

5. Dampak dan Penanggulangan Bahaya Aluminium bagi Manusia

Dampak yang ditimbulkan akibat terpapar serbuk alumunium yaitu sebagai berikut :

1. Kerusakan pada sistem saraf pusat

2. Kerusakan Paru-paru

3. Demensia (Menurunnya kekuatan intelektual otak)

4. Kehilangan memori ingatan

5. Kelesuan

6. Gemetar berat

Penanggulangan yang bisa dilakukan terhadap bahaya diatas yaitu:


a) Terapi farmakologis seperti menggunakan obat asetilkolinesterase inhibitor, vitamin,
dan antioksidan

b) Sesegera Minum air sebanyak mungkin ketika bahan yang mengandung alumunium
tertelan

c) Menggunakan obat hirup (Ventolin Inhaler)

d) Meminum obat levodopa, bromokriptin, pergolid, selegilin, atau antikolinergik

6. Dampak dan Penanggulangan Bahaya Aluminium Bagi Lingkungan

Dampak lingkungan yang terjadi akibat tercemar oleh aluminium diantaranya:

a) Pencemaran kehidupan air

Ion alumunium bereaksi dengan protein dalam insang ikan dan embrio katak yang
mengakibatkan kematian. Hewan seperti burung atau bahkan manusia yang memakan
ikan tersebut juga akan otomatis terkontaminasi.

b) Pencemaran udara

Debu alumunium mudah terhisap oleh burung, serangga, atau manusia yang
mengakibatkan berat badan turun drastis, penurunan aktivitas hingga terjadi kematian.

c) Pencemaran tanah

Alumunium terakumulasi dalam air tanah yang akan merusak akar tanaman dan
mencemari bagian dalam tanaman sehingga bila ada hewan atau manusia yang memakan
tanaman tersebut maka akan terpapar secara tidak langsung. Selain itu alumunium juga
dapat mengurangi kadar posfat karena ion alumunium bereaksi dengan ion fosfat, sehingga
organisme-organisme tanah akan kekurangan fosfat sebagai protein yang akan
menyebabkan kematian organisme tersebut.
Penanggulangan lingkungan yang dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut:

a) Bioremoval atau penambahan biomassa/mikroorganisme yang dapat mengurangi


kandungan logam dalam air.

b) Penyaringan air menggunakan filter mangan zeolit dan filter karbon aktif yang
dilengkapi dengan filter cartridge dan sterilisator Ultraviolet untuk menangkap
segala bentuk ion logam berbahaya dalam air perebusan tanaman dengan NaCl dan
asam asetat konsentrasi rendah yang akan menetralisir kandungan logam dalam
tanaman.

KESIMPULAN

Aluminium merupakan logam yang paling banyak ditemukan di kerak bumi (8.1%), tetapi
tidak pernah ditemukan secara bebas di alam. Selain pada mineral yang telah disebut di atas,
ia juga ditemukan di granit dan mineral-mineral lainnya. Aluminium ada di alam dalam
bentuk silikat maupun oksida, yaitu antara lain:

sebagai silikat misal feldspar, tanah liat, mika sebagai oksida anhidrat misal kurondum
(untuk amril)

 sebagai hidrat misal bauksit

 sebagai florida misal kriolit.

Aluminium adalah logam yang sangat reaktif yang membentuk ikatan kimia berenergi tinggi
dengan oksigen. Dibandingkan dengan logam lain, proses ekstraksi aluminium dari
batuannya memerlukan energi yang tinggi untuk mereduksi Al2O3. Proses reduksi ini tidak
semudah mereduksi besi dengan menggunakan batu bara, karena aluminium merupakan
reduktor yang lebih kuat dari karbon.

Dalam proses pembuatan aluminium ada dua cara yaitu:


1) Proses Bayer-Hall Heroult

2) Proses daur ulang aluminium

Logam aluminium dan paduannya antara lain:

1) Paduan Aluminium-Silikon

2) Paduan Aluminium-Magnesium

3) Paduan Aluminium-Tembaga

4) Paduan Aluminium-Mangan

5) Paduan Aluminium-Seng

6) Paduan Aluminium-Lithium

7) Paduan Aluminium-Skandium

8) Paduan Aluminium-Besi

9) Paduan Alnico

Paduan Silumi
nDaftar Pustaka

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka

Christoph Schmitz, Josef Domagala, Petra Haag.2006. Handbook of aluminium recycling:


fundamentals, mechanical preparation, metallurgical processing, plant design. Vulkan-
Verlag GmbH.

Dieter G. E.1988. Mechanical Metallurgy.

McGraw-Hill. Emsley, John. 2001. Nature's Building Blocks: An A-Z Guide to the
Elements. Oxford, UK: Oxford University

Press Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.

Greenwood, Norman N.; Earnshaw, A.1997.Chemistry of the Elements (2nded.), Oxford:


Butterworth-Heinemann.

Polmear, I. J. 1995. Light Alloys: Metallurgy of the Light Metals.

Arnold. Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore: Fong & Sons
Printers Pte. Ltd.

Manahan, Stanley E. 1994. Environmental Chemistry Sixth Edition. London: Lewis


Publisher CRC Pres. Inc.

Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rinika
Cipta.

Sugiyarto, Kristian H. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA UNY.

Surdia Tata, Dan Saito Shinroku.1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT


Dainippon Gitakarya Printing

Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT Kalman Media Pusa

También podría gustarte