Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1
Penatalaksanaan pasien gangguan depresi harus diarahkan kepada
beberapa tujuan. Pertama, keselamatan pasien harus terjamin. Kedua, kelengkapan
evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya
untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien kedepan juga hurs diperhatikan.
Walaupun penatalaksanaan farmakoterapi dan psikoterapi harus dipikirkan pada
pasien, peristiwa kehidupan yang penuh ketegangan dapat meningkatkan angka ke
kambuhan. Selanjutnya melalui terapi harus dapat menurunkan banyaknya stresor
berat dalam kehidupan pasien. 2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2.1 Derivat trisiklik dan tertrasiklik / Antidepresan Trisiklik & tetrasiklik
(TCA)
a) Kerja farmakologis 5
1. Farmakokinetik
Umumnya tidak diabsorbsi sempurna dan mengalami metabolisme
lintas pertama yang signifikan. Obat ini terikat banyak pada protein
plasma dan sangat larut lemak. Antidepresan trisiklik mengalami
metabolisme berupa hidroksilasi dan demetilasi rantai samping alifatik.
Monodemetilasi amin tersier menghasilkan metabolit yang lebih aktif,
yaitu amitriptiline menjadi nortriptilin dan imipramin menjadi desipramin.
2. Farmakodinamik
Efek jangka pendek obat trisiklik dan tetrasiklik adalah untuk
menurunkan ambilan kembali norepinefrin dan serotonin dan menghambat
reseptor asetilkolin muskarinik dan hitamin. Trisiklik dan tetrasiklik
adalah bervariasi dalam hal efek farmakodinamiknya. Amoxapine,
nortriptyline, desipramine, dan maprotiline memiliki aktivitas
antikolinergik yang paling kecil, doxepine memiliki aktivitas
antihihitaminergik yang paling besar.
4
b) Indikasi terapeutik 5
1. Gangguan depresi berat
5
Anoreksia nervosa dan bulimia nervosa telah berhasil diterapi
menggunakan imipramine dan desiramine, meskipun TCA lain juga
efektif.
7. Gangguan nyeri
8. Gangguan lain
c) Interksi obat 5
1. Antihipertensif
2. Antipsikotik
Opioid, alkohol, ansiolitik, hipnotik, dan obat flu yang dijual bebas
memiliki efek tambahan menimbulkan depresi SSP jika diberikan
bersamaan dengan TCA.
6
4. Simpatomimetik
5. Kontrasepsi oral
6. Interkasi lain
7
Nama generik Nama dagang Kisaran dosis dewasa
yang biasa (mg/hari )
e) Efek samping
1. Efek antimuskarinik : penghambatan reseptor aseltilkolin
menyebabkan penglihatan kabur, xerostomi (mulut kering), retensi
urine, konstipasi dan mual.2
2. Kardiovaskular : peningkatan aktivitas katekolamin menyebabkan
stimulasi jantung berlebihan yang dapat membahayakan jika takar
lajak dari salah satu obat dimakan. Perlambatan konduksi
atrioventrikular di antara pasien tua yang depresi perlu mendapat
perhatian. Karena efek samping tersebut , penggunaan antidepresan
trisiklik dikontraindikasikan pada penderita yang baru mengalami
infark miokard dan pada pasien yang mengalami blokade jantung.5
8
3. Hipotensi ortostatik : TCA menghambat reseptor a-adrenergik
sehingga terjadi hipotensi ortostatik dan takikardia yang refleks. Pada
praktik klinik, masalah ini sangat penting terutama untuk orang tua.2
4. Sedasi : sedasi adalah efek TCA yang lazim terjadi dan dapat diterima
dengan baik jika tidak dapt tidur merupakan suatu masalah. Efek
sedatif TCA terjadi akibat aktivitas serotoninergik, kolinergik, dan
histaminergik. Amitryptilin, trimipramine, dan doxepin merupakan
agen yang paling bersifat sedasi.5
5. Perhatian : Antidepresan trisiklik harus digunakan berhati-hati pada
pasien mania depresi, karena dapat menutupi tingkah maniak.
Pemberian pada pasien usia lanjut dan penderita kondisi medis lain
khususnya penderita jantung juga harus berhati-hati. Usia lanjut sangat
sensitif terhadap efek samping berkaitan dengan interaksi TCA dengan
reseptor kolinergik dan a-adrenergik sehingga menyebabkan pasien
jatuh dan patah tulang. Antidepresan trisiklik mempunyai indeks terapi
yang sempit sehingga berbahaya bila mengalami overdosis, misalnya
5-6 kali dosis maksimal harian imipramin dapat letal. Pasien depresi
yang ingin bunuh diri harus diberikan obat secara terbatas dan perlu
dimonitor.2
9
Gambar 1. Efek Samping TCA
f) Jenis-jenis TCA7
1. Amitriptilin hidroklorida
Indikasi:
depresi, terutama bila diperlukan sedasi; nocturnal enuresis pada anak.
Peringatan:
penyakit jantung (terutama dengan aritmia), epilepsi, hamil, menyusui, lansia,
gangguan faal hati, penyakit tiroid, psikosis, glaukoma sudut sempit, retensi urin,
bersamaan dengan terapi elektrokonvulsif, hindari pemutusan obat mendadak,
hati-hati pada anestesia, porfiria.
10
Kontraindikasi:
infark miokardial yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat.
Efek Samping:
mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil,
efek pada kardiovaskular (aritmia, hipotensi postural, takikardia, sinkope,
terutama pada dosis tinggi), berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku
(terutama anak), hipomania, bingung (terutama lansia), gangguan fungsi seksual,
perubahan gula darah, nafsu makan bertambah. Lebih jarang dapat terjadi: lidah
hitam, ileus paralitik, kejang, agranulositosis, leukopenia, eosinofilia, purpura,
trombositopenia, hiponatremia, sakit kuning.
Dosis:
Oral: depresi: dosis awal 75 mg 1 kali (lansia dan remaja 30-75 mg/hari), dosis
terbagi, atau dosis tunggal menjelang tidur. Naikkan bertahap bila perlu,
maksimal 150 mg. Dosis pemeliharaan lazim: 50-100 mg/hari. ANAK di bawah
16 tahun, tidak dianjurkan untuk depresi. Nocturnal enuresis, ANAK 7-10 tahun
10-20 mg, 11-16 tahun 25-50 mg, malam hari. Maksimal periode pengobatan
(termasuk pemutusan obat secara bertahap) 3 bulan.
2. Amoksapin
Indikasi:
depresi.
Peringatan:
lihat Amitriptilin hidroklorida.
Kontraindikasi:
lihat Amitriptilin hidroklorida.
Efek Samping:
lihat Amitriptilin hidroklorida. Dilaporkan juga terjadi tardive dyskinesia,
menstruasi tidak teratur, pembesaran payudara, dan galaktorea pada wanita.
11
Dosis:
dosis awal 100-150 mg/hari, dosis terbagi, atau dosis tunggal menjelang tidur.
Naikkan bila perlu, maksimal 300 mg/hari. Dosis pemeliharaan lazim: 150-250
mg/hari. LANSIA: dosis awal 25 mg, 2 kali sehari, naikkan bila perlu setelah 5-7
hari, maksimal 50 mg, 3 kali sehari. ANAK di bawah 16 tahun tidak dianjurkan.
3. Imipramin Hidroklorida
Indikasi:
depresi, nocturnal enuresis pada anak.
Peringatan:
lihat Amitriptilin hidroklorida.
Kontraindikasi:
lihat Amitriptilin hidroklorida.
Efek Samping:
lihat Amitriptilin hidroklorida, kurang sedatif.
Dosis:
depresi: dosis awal sampai 75 mg/hari, dalam dosis terbagi, naikkan bertahap
sampai 150-200 mg (sampai 300 mg untuk pasien rawat inap). Sampai 150 mg
dapat diberikan sebagai dosis tunggal sebelum tidur. Dosis pemeliharaan lazim:
50-100 mg/hari. LANSIA dosis awal 10 mg/hari, naikkan bertahap sampai 30-50
mg/hari. ANAK tidak dianjurkan (pada depresi). Nocturnal enuresis, ANAK 7
tahun, 25 mg, 8-11 th 25-50 mg, lebih dari 11 tahun 50-75 mg, menjelang tidur.
Periode pengobatan maksimal (termasuk pemutusan obat bertahap), 3 bulan.
Untuk mengulang kembali, periksa pasien lengkap lebih dulu.
4. Klomipramin Hidroklorida
Indikasi:
depresi, fobia dan obsesi. Terapi tambahan untuk katapleksi yang berkaitan
dengan narkolepsi; serangan panik.
12
Peringatan:
lihat amitriptilin hidroklorida.
Kontraindikasi:
lihat amitriptilin hidroklorida.
Efek Samping:
lihat amitriptilin hidroklorida.
Dosis:
oral: dosis awal 10 mg/hari, naikkan bila perlu sampai 30-150 mg sehari
(LANSIA 30-50 mg/hari), dalam dosis terbagi atau dosis tunggal menjelang tidur,
maksimal 250 mg/hari. Dosis pemeliharaan lazim 30-50 mg/hari (kasus berat 50-
100 mg). ANAK tidak dianjurkan. Untuk kasus fobia dan obsesi, dosis awal 25
mg/hari (LANSIA 10 mg) naikkan setelah 2 minggu sampai 100-150 mg/hari.
ANAK tidak dianjurkan. Terapi tambahan pada kasus katapleksi yang berkaitan
dengan narkolepsi, dosis awal 10 mg/hari bertahap dinaikkan sampai respons
yang memuaskan (rentang dosis 10-75 mg/hari).
5. Nortriptilin
Indikasi:
penyakit depresi, nocturnal enuresis pada anak.
Peringatan:
lihat pada amitriptilin hidroklorida.
Kontraindikasi:
lihat pada amitriptilin hidroklorida.
Efek Samping:
lihat pada amitriptilin hidroklorida, kurang sedatif.
13
Dosis:
depresi, dosis rendah pada awalnya dan ditingkatkan sesuai yang diperlukan
hingga 75-100 mg per hari dalam dosis terbagi atau sebagai dosis tunggal;
pemantauan kadar plasma di atas 100 mg per hari (maksimum 150 mg per hari,
pada pasien rawat inap); REMAJA DAN LANSIA 30-50 mg/hari dalam dosis
terbagi; tidak dianjurkan untuk kasus depresi pada ANAKNocturnal enuresis,
ANAK 7 tahun 10 mg, 8-11 tahun 10-20 mg, di atas 11 tahun 25-35 mg, pada
malam hari; jangka waktu maksimum pengobatan (termasuk penghentian
bertahap) 3 bulan perlu pengujian fisik penuh dan EKG sebelum terapi
selanjutnya.
6. Trimipramin
Indikasi:
penyakit depresi, terutama jika diperlukan efek sedasi.
Peringatan:
lihat Amitriptilin hidroklorida.
Kontraindikasi:
lihat Amitriptilin hidroklorida.
Efek Samping:
lihat Amitriptilin hidroklorida.
Dosis:
Awal, 50-75 mg per hari dalam dosis terbagi atau sebagai dosis tunggal menjelang
tidur malam, ditingkatkan jika diperlukan menjadi 150 mg-300 mg per hari;
LANSIA, dosis awal, 10-25 mg tiga kali sehari, dosis pemeliharaan, setengah
dosis dewasa; ANAK, tidak direkomendasikan.
14
2.2.2 Derivat MAOI (Mono Amine Oksidase Inhibitor)
a) Kerja farmakologis
1. Farmakokinetik
2. Farmakodinamik
15
paling tinggi adalah di hati, saluran gastrointestinal, sistem saraf pusat,
dan sistem saraf simpatik. MAOAdalam saluran gastrointestinal adalah
bertanggung jawab untuk metabolisme tyramine diet; jika
MAOA diinhibisi oleh MAOI, tyramine makanan dapat memasuki
sirkulasi secara langsung dalam bentuk tidak termetabolisme dan
selanjutnya dapat bertindak sebagai presor, yang menyebabkan suatu
krisis hipertensif.
MAO memiliki dua jenis. MAOA relatif lebih spesifik untuk
metabolisme norepinefrin dan serotonin; MAOB relatif spesifik untuk
metabolisme phenylethylamine; baik MAOA maupun MAOB terlibat
dalam metabolisme dopamin. Jika digunakan MAOI ireversibel untuk
mengobati pasien, diperlukan waktu sekurangnya dua minggu setelah
dosis obat terakhir sebelum pasien dapat dengan aman memakan
makanan yang mengandung tyramine, karena tubuh memerlukan kira-
kira dua minggu untuk mensintesis ulang MAO yang telah diinhibisi
secara ireversibel dan dihancurkan oleh MAOI yang ireversibel.
b) Indikasi terapeutik
Indikasi MAOI adalah serupa dengan indikasi untuk obat trisiklik dan
tetrasiklik. MAOI mungkin efektif pada gangguan panik dengan agorafobia,
gangguan stress pasca trauma, gangguan makan, fobia sosial, dan gangguan nyeri.
c) Interkasi obat
MAOI dapat menyebabkan interkasi yang beratvdan bahkan fatal dengan
berbagai obat lain. Khususnya karena MAOI berfungsi untuk meningkatkan
konsentrasi neurotransmiter amin biogenik intrasinaps. MAOI ttidak boleh
diberikan bersamaan dengan obat yang memiliki efek serupa dengan
neurotransmitter ini. Yang termasuk disini adalah sebagian besar antidepresan
juga agen prekursor. MAOI dapat meningkatkan kerja depresan SSP, termasuk
alkohol dan barbiturat. MAOI tidak boleh diberikan bersama dengan obat
serotonergik seperti SSRI dan clomipramin karena kombinasi ini dapt
mencentuskan sindrom serotonin. Gejala awalnya dapat berupa tremor,
16
hipertonisitas, mioklonus, dan tanda-tanda otonom yang dapat berkembang
menjadi halusinasi.
d) Dosis
Terapi antidepresan diawali dengan dosis kecil dan ditingkatkan hingga
mencapai dosis harian yang efektif atau dosis yang dapat ditoleransi pasien.
Antidepresen dengan efek sedasi sebaiknya diberikan malam hari sebelum tidur,
sebaliknya antidepresan dengan efek insomnia diberikan pada pagi hari. Terapi
rumatan diindikasi untuk pasien dengan serangan susulan yang lebih berat dan
sulit diobati. 1
e) Efek samping
Krisis hipertensi, hipotensi, tremor, insomnia, kejang, sindrom serotonin (
sindrom yang terdiri atas hipertermia, rigiditas otot, perubahan status mental,
serta tanda vital yang cepat, akibat pemberian bersama dengan SSRI.
F) Jenis-jenis MAOI
1. Moklobemid
Indikasi:
depresi mayor.
Peringatan:
hindari pada pasien agitasi atau eksitasi (atau beri sedatif sampai 23 minggu),
tirotoksikosis, gangguan hati berat, dapat membangkitkan episode manik pada
kelainan bipolar, hamil dan menyusui (hindari).
Interaksi:
lihat lampiran (moklobemid).
Kontraindikasi:
kondisi kebingungan akut, feokromositoma.
Efek Samping:
17
gangguan tidur, pusing, mual, nyeri kepala, gelisah, agitasi, bingung, kenaikan
enzim hati (jarang), kemungkinan hiponatremia. ruam, pruritus, urtikaria, muka
pusing.
Dosis:
dosis awal 300 mg/hari, biasanya dalam dosis terbagi, sesudah makan, sesuaikan
dengan respons. Rentang dosis: 150-600 mg/hari.ANAK : tidak dianjurkan.
18
pada kenyataannya, pemberian SSRI dengan makanan sering menurunkan
insidensi gejala mual dan diare yang sering berhubungan dengan
pemakaian SSRI.
2. Farmakodinamik
b) Indikasi terapeutik
c) Interkasi obat
d) Efek samping
Efek sedasi SSRI lebih ringan dan dibanding antidepresan trisiklik efek
muskarinik dan kardiotoksiknya lebih sedikit. Efek samping SSRI termasuk efek
pada saluran cerna (dipengaruhi dosis dan sering meliputi, mual, muntah,
19
dispepsia, sakit perut, diare, konstipasi), anoreksia dengan penurunan berat badan
(dilaporkan juga terjadi peningkatan nafsu makan dan peningkatan berat badan)
serta reaksi hipersensitifitas termasuk gatal, urtikaria, angioudem, anafilaksis,
artralgia, mialgia, fotosensitifiti, efek samping lain termasuk mulut kering, gugup,
ansietas, halusinasi, mengantuk, kejang (lihat peringatan di atas),
galaktorea,gangguan fungsi seksual, retensi urin, berkeringat, hipomania atau
mania (lihat peringatan di atas), gangguan pergerakan dan diskinesia, gangguan
penglihatan, hiponatremia, dan gangguan perdarahan termasuk ecchymoses dan
purpura. Perilaku bunuh diri telah dikaitkan dengan penggunaan antidepresan.
Glaukoma sudut sempit sangat jarang memburuk selama terapi dengan SSRI.
e) Jenis-jenis SSRI
1. Amineptin
Indikasi:
depresi.
Peringatan:
hamil, menyusui
Interaksi:
penghambat MAO.
Kontraindikasi:
Huntington's chorea, riwayat hepatitis karena amineptin.
Efek Samping:
reaksi kulit, sakit kuning, mudah tersinggung, gugup, insomnia, hipotensi,
konstipasi, mulut kering
Dosis:
200 mg/hari dalam dua dosis bagi, pagi dan siang. Pada awal terapi ditambahkan
dosis kecil ansiolitik
20
2. Esitalopram Oksalat (Merupakan Isomer Dari Sitalopram)
Indikasi:
Episode depresi mayor, gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia, gangguan
ansietas secara umum, gangguan ansietas sosial (fobia sosial), gangguan obsesif
konvulsif.
Peringatan:
Anak, remaja <18 tahun, lansia, kehamilan, menyusui, berencana hamil,
mengemudi, penurunan fungsi ginjal, penyakit jantung koroner, ansietas
paradoksikal, kejang, mania/hipomania, diabetes, keinginan untuk bunuh diri,
akatisia/kegelisahanpsikomotor, hiponatremia, perdarahan, terapi elektrokonvulsi,
sindroma serotonin.
Interaksi:
Penghambat selektif, reversibel MAO-A (moklobemid), selegilin: risiko sindroma
serotonin. Golongan serotonergik (tramadol, sumatriptan, dan derivat triptan):
risiko sindroma serotonin. Litium, triptofan: meningkatkan efek esitalopram.
Antikoagulan oral: meningkatkan efek antikoagulan. Penghambat CYP2C19
(omeprazol, fluoksetin, fluvoksamin, lansoprazol, tiklopidin) dan dengan
simetidin: peningkatan kadar plasma esitalopram. Obat dengan indeks terapi
sempit (flekainid, propafenon, metoprolol), antidepresan (desipramin,
klomipramin, nortriptilin), antipsikotik (risperidon, tioridazin, haloperidol):
peningkatan kadar plasma.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas, penggunaan bersama dengan penghambat MAO (nonselektif
dan ireversibel), dan pimozid.
Efek Samping:
Sangat umum: mual. Umum: penurunan dan peningkatan nafsu makan,
peningkatan berat badan, ansietas, kegelisahan, penurunan libido, mimpi buruk,
anorgasmia, insomnia, somnolen, pusing, paraestesia, tremor, sinusitis, menguap,
21
diare, konstipasi, muntah, mulut kering, peningkatan keringat, artralgia, mialgia,
gangguan ejakulasi, impotensi, lelah, demam. Tidak umum: penurunan berat
badan, bruksisme, agitasi, gugup, serangan panik, kebingungan, gangguan perasa,
gangguan tidur, pingsan, midriasis, gangguan penglihatan, tinitus, takikardi,
epistaksis, pendarahan gastrointestinal (termasuk pendarahan rektal), urtikaria,
alopesia, ruam, pruritus, metroragia, menoragia, udem. Jarang: reaksi anafilaktis,
agresi, depersonalisasi, halusinasi, sindroma serotonin, bradikardi. Frekuensi tidak
diketahui: trombositopenia, sekresi ADH tidak sesuai, hiponatremia, anoreksia,
mania, keinginan bunuh diri, perilaku bunuh diri, diskinesia, gangguan gerak,
kejang, akatisia/kegelisahan psikomotor, perpanjangan QT elektrokardiogram,
hipotensi ortostatik, hepatitis, kelainan hasil uji fungsi hati, ekimosis, angioedema,
retensi urin, galaktorea, priapisme.
Dosis:
Satu kali sehari, dengan atau tanpa makanan. Episode depresi mayor: 10 mg satu
kali sehari, maksimal 20 mg satu kali sehari. Lama terapi 2-4 minggu, dilanjutkan
minimal 6 bulan setelah gejala diatasi. Gangguan panik dengan atau tanpa
agorafobia: dosis awal: 5 mg selama 1 minggu dilanjutkan 10 mg satu kali sehari,
maksimal 20 mg satu kali sehari. Pengobatan efektif setelah 3 bulan dan dapat
berlangsung beberapa bulan. Gangguan ansietas sosial: 10 mg satu kali sehari,
maksimal 20 mg satu kali sehari. Lama terapi 2-4 minggu, dilanjutkan selama 3
bulan setelah gejala diatasi. Pengobatan dapat dilanjutkan hingga 6 bulan untuk
menghindari relaps. Gangguan ansietas secara umum: 10 mg satu kali sehari,
maksimal 20 mg satu kali sehari. Pengobatan efektif setelah 3 bulan dan dapat
dilanjutkan hingga 6 bulan untuk menghindari relaps. Gangguan obsesif konvulsif:
10 mg satu kali sehari, maksimal 20 mg satu kali sehari. Pengobatan efektif
setelah 16-24 minggu, dan dapat dilanjutkan hingga terbebas dari gejala.
3. FLUOKSETIN
Indikasi:
lihat pada Dosis.
Peringatan:
22
penyakit jantung, epilepsi (hindari bila sulit dikendalikan), bersama dengan terapi
elektro syok, riwayat mania, gangguan hati dan ginjal, hamil dan menyusui,
hindari pemutusan mendadak.
Interaksi:
lihat Lampiran 1 (antidepresan, SSRI).
Efek Samping:
saluran cerna, reaksi hipersensitivitas, mulut kering, gugup, cemas, nyeri kepala,
insomnia, palpitasi, tremor, bingung, pusing, hipotensi, hipomania atau mania,
mengantuk, astenia, kejang, demam, disfungsi seksual, berkeringat, gangguan
gerak dan diskinesia, sindrom neuroleptik maligna, hiponatremia, gangguan
fungsi hati, anemia aplastika, gangguan peredaran darah otak, ekomosis,
pneumonia eusinofilik, hiperprolaktinemia, anemia hemolitik, pankreatitis,
pansi?openia, kecenderungan bunuh diri, trombositopenia, purpura
trombositopenik, perdarahan vagina pada pemutusan obat, perilaku kekerasan,
rambut rontok
Dosis:
depresi: 20 mg/hari. ANAK: tidak dianjurkanBulimia nervosa : 60
mg/hari.ANAK: tidak dianjurkan. Gangguan obsesif kompulsif: dosis awal 20
mg/hari, naikkan dosis bila dalam beberapa minggu tak ada respons. Maksimal:
60 mg/hari. ANAK: tidak dianjurkan.
4. FLUVOKSAMIN MALEAT
Indikasi:
depresi.
Peringatan:
lihat Fluoksetin; hindari penghentian mendadak, dapat menyebabkan penurunan
denyut jantung.
Kontraindikasi:
23
lihat Fluoksetin.
Efek Samping:
lihat Fluoksetin. jarang menaikkan enzim hati, biasanya dengan gejala (hentikan
pengobatan), galaktorea.
Dosis:
dosis awal 100 mg/hari. Maksimal: 300 mg/hari, dosis terbagi. ANAK: tidak
dianjurkan.
5. PAROKSETIN
Indikasi:
depresi gangguan obsesif konpulsif, gangguan panik.
Peringatan:
lihat Fluoksetin.
Kontraindikasi:
lihat Fluoksetin.
Efek Samping:
lihat Fluoksetin. Reaksi ekstrapiramidal dan sindrom putus obat lebih sering
dibanding SSRI lain.
Dosis:
biasanya 20 mg tiap pagi, bila perlu naikkan dosis bertahap dengan 10 mg, sampai
maksimal 50 mg/hari (lansia 40 mg/hari). ANAK tidak dianjurkan.
6. SERTRALIN
Indikasi:
Depresi termasuk depresi yang timbul karena ansietas pada pasien dengan atau
tanpa riwayat mania, kelainan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder),
kelainan stres post-trauma (post traumatic stress disorder).
24
Peringatan:
Lihat keterangan di atas.
Interaksi:
lihat lampiran 1.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas komponen obat, penggunaan bersama dengan inhibitor
monoamin oksidase (MAOIs) dan penggunaan bersama dengan pimozide.
Efek Samping:
Lihat keterangan di atas, takikardi, hipotensi postural, bingung, amnesia, perilaku
agresif, psikosis, pankreatitis, hepatitis, jaundice, kegagalan hati, iregular
menstruasi, paraestesia, juga dilaporkan terjadinya trombositopenia (belum ada
bukti hubungan sebab akibatnya).
Dosis:
Depresi, dosis awal 50 mg per hari, naikkan dosis jika perlu sebesar 50 mg dalam
beberapa minggu hingga maksimum 200 mg per hari; dosis perawatan 50 mg per
hari; anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun tidak direkomendasikan; kelainan
obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder), dewasa dan remaja lebih dari
13 tahun, dosis awal 50 mg per hari, naikkan dosis jika perlu secara bertahap
sebanyak 50 mg selama beberapa minggu; interval dosis lazim 50-200 mg per
hari; anak-anak umur 6-12 tahun dosis awal 25 mg per hari, naikkan dosis hingga
50 mg per hari setelah satu minggu, selanjutnya naikkan dosis kembali jika perlu
sebanyak 50 mg dengan interval paling tidak satu minggu (maksimum 200 mg per
hari); anak-anak dibawah 6 tahun tidak direkomendasikan; kelainan stres post-
trauma (post traumatic stress disorder), dosis awal 25 mg per hari, naikkan setelah
satu minggu menjadi 50 mg per hari; jika respon yang terjadi hanya sebagian dan
jika obat menjadi ditoleransi, dosis dinaikkan bertahap sebanyak 50 mg selama
beberapa minggu hingga maksimum 200 mg per hari. Anak-anak dan remaja di
bawah 18 tahun tidak direkomendasikan.
25
7. SITALOPRAM
Indikasi:
penyakit depresi, gangguan panik.
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas; juga palpitasi, takikardia, hipotensi postural, batuk,
yawning, rasa bingung, gangguan konsentrasi, malaise, amnesia, migrain,
paraestesia, mimpi yang abnormal, gangguan pengecapan, peningkatan salivasi,
rinitis, tinnitus, poliuria, gangguan mikturisi, euforia; memberikan efek yang
berlawanan berupa peningkatan depresi pada saat awal terapi pada gangguan
panik (kurangi dosis).
Dosis:
Penyakit depresi, 20 mg satu kali sehari pada pagi hari atau malam, ditingkatkan
jika perlu hingga maksimal 60 mg sehari (LANSIA, maksimal 40 mg per hari);
ANAK dan REMAJA di bawah 18 tahun, tidak direkomendasikan. Gangguan
panik, dosis awal 10 mg sehari ditingkatkan hingga 20 mg setelah 7 hari, dosis
lazim 20-30 mg sehari; maksimal 60 mg sehari (LANSIA, maksimal 40 mg per
hari); ANAK dan REMAJA di bawah 18 tahun, tidak direkomendasikan.
1. AGOMELATIN
26
Indikasi:
pengobatan episode depresi mayor pada pasien dewasa.
Peringatan:
Pasien dengan riwayat mania atau hipomania, riwayat percobaan bunuh diri,
pasien dengan peningkatan serum trans aminase, intoleransi laktosa. Belum ada
data khasiat dan keamanan pada pasien lansia dengan demensia, kehamilan dan
menyusui.
Interaksi:
Penghambat CYP1A2 sedang seperti propanolol, grepafloksasin, enoksasin dan
estrogen dapat meningkatkan kadar agomelatin.
Kontraindikasi:
hipersensitif, gangguan fungsi hati seperti sirosis atau penyakit hati aktif,
penggunaan bersamaan dengan penghambat CYP1A2 seperti fluvoksamin,
siprofloksasin.
Efek Samping:
sakit kepala, pusing, lemas, insomnia, migrain, mual, diare, konstipasi, nyeri perut
bagian atas, hiperhidrosis, nyeri punggung, kelelahan, peningkatan ALAT/ ASAT
pada pemeriksaan fungsi hati, kecemasan.
Dosis:
25 mg 1 kali sehari diminum saat akan tidur malam.
Jika tidak ada perbaikan setelah 2 minggu pengobatan, dosis dapat ditingkatkan
menjadi 50 mg sekali sehari. Pasien dengan depresi harus diobati minimal selama
6 bulan untuk memastikan pasien sudah tidak mengalami gejala lagi.
Tidak dianjurkan untuk pasien di bawah 18 tahun.
2. DULOKSETIN HCL
Indikasi:
gangguan depresi mayor.
27
Peringatan:
interval QT memanjang, gangguan konduksi jantung, pemakaian bersama dengan
obat-obatan yang memperpanjang interval QT, gagal jantung kongestif, hamil dan
menyusui; aktivasi mania/hipomania.
Interaksi:
tidak boleh digunakan bersamaan dengan MAOI irreversibel non selektif seperti
obat SSRI (paroksetin, fluoksetin) karena risiko sindrom serotonin, diberikan 14
hari setelah penghentian MAOI atau MAOI dapat diberikan minimal 5 hari
setelah penghentian duloksetin. Tidak boleh digunakan bersamaan dengan
fluvoksamin, siprofloksasin atau enoksasin karena dapat meningkatkan kadar
duloksetin dalam plasma.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap duloksetin dan komponen produk; kerusakan ginjal berat,
penyakit hati yang menyebabkan kerusakan hati.
Efek Samping:
konstipasi, mulut kering, mual; lebih jarang, diare, muntah, nafsu makan
berkurang, berat badan berkurang, lelah, pusing (kecuali vertigo), mengantuk,
tremor, keringat berlebih, wajah memerah, pandangan kabur, anorgasmia,
insomnia, libido menurun, ejakulasi tertunda, gangguan ejakulasi, disfungsi
ereksi.
Dosis:
Dosis awal, 60 mg satu kali sehari (maksimal 120 mg dua kali sehari). Tidak
direkomendasikan untuk ANAK dan REMAJA di bawah 16 tahun.
3. MIRTAZAPIN
Indikasi:
depresi mayor.
28
Peringatan:
gangguan jantung, hipotensi, riwayat retensi urin, sensitif mengalami glaukoma
sudut sempit, diabetes melitus, penyakit jiwa (dapat memperburuk gejala
gangguan kejiwaan), riwayat seizure atau depresi bipolar; gangguan fungsi hati;
gangguan fungsi ginjal; kehamilan (lampiran 4); menyusui (lampiran 5).
Gangguan darah: Pasien harus melaporkan setiap gejala demam, nyeri
kerongkongan, stomatitis atau gejala lain dari infeksi selama terapi. Obat harus
segera dihentikan jika terjadi diskrasia darah. Gejala putus obat : mual, muntah,
pusing, agitasi, ansietas dan sakit kepala merupakan gejala yang umum terjadi jika
obat dihentikan secara tiba-tiba atau jika dosis obat diturunkan secara bermakna;
dosis sebaiknya diturunkan perlahan dalam beberapa minggu.
Interaksi:
lihat lampiran 1 (mirtazapin).
Efek Samping:
meningkatkan nafsu makan dan berat badan; edema, sedasi; kurang umum terjadi,
pusing, sakit kepala; jarang, hipotensi postural, mimpi yang abnormal, mania,
perilaku ingin bunuh diri, seizure, tremor, mioklonik, paraestesia, artralgia,
mialgia, akatisia, ruam kulit dan gangguan darah termasuk agranulositosis yang
terjadi secara reversibel (lihat peringatan); sangat jarang, glaukoma sudut sempit.
Dosis:
Awal, 15 mg sehari, diminum menjelang tidur pada malam hari, dapat
ditingkatkan dalam 2-4 minggu menurut respons; maksimal 45 mg sehari sebagai
dosis tunggal pada malam hari menjelang tidur atau dalam dua dosis terbagi;
ANAK dan REMAJA di bawah 18 tahun, tidak direkomendasikan.
4. VENLAFAKSIN
Indikasi:
Depresi sedang sampai berat, termasuk depresi yang disebabkan karena ansietas.
29
Peringatan:
Diperlukan pemeriksaan EKG sebelum pengobatan, lakukan pengukuran tekanan
darah sebelum dan secara periodik selama pengobatan; riwayat epilepsi, glukoma
sudut sempit, penggunaan bersama obat lain dapat meningkatkan risiko
perdarahan, riwayat gangguan perdarahan, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi
ginjal (lampiran 3), dapat mempengaruhi kewaspadaan (misal:
mengemudi).Gejala putus obat : gangguan gastrointestinal, sakit kepala, anxietas,
pusing, paraestesia, tremor, gangguan tidur, dan berkeringat. Hal-hal tersebut di
atas sering muncul pada gejala putus obat jika pengobatan dihentikan mendadak
atau dosis diturunkan secara bermakna; Dosis sebaiknya diturunkan secara
bertahap dalam beberapa minggu.
Kontraindikasi:
Penyakit jantung, gangguan elektrolit, hipertensi, gangguan fungsi ginjal atau hati
yang berat, kehamilan (lampiran 4) dan menyusui (lampiran 5), penggunaan
bersamaan venlafaksin dengan inhibitor monoamin oksidase.
Efek Samping:
konstipasi, mual, pusing, mulut kering, insomnia, gugup, mengantuk, astenia,
sakit kepala, disfungsi seksual, berkeringat. Umum terjadi : anoreksia, perubahan
berat badan, diare, dispepsia, muntah, sakit perut, hipertensi, palpitasi,
vasodilatasi, perubahan kolesterol dalam serum, rasa dingin, pireksia, dispnoea,
yawning, mimpi aneh, agitasi, anxietas, bingung, hipertonia, paraestesia, tremor,
sering buang air kecil, gangguan menstruasi, arthralgia, mialgia, gangguan
penglihatan, midriasis, tinnitus, pruritus, ruam kulit. Tidak umum terjadi : apathy,
bruxism, gangguan mengecap, hipotensi, postural hipotensi, arhitmia, sindroma
kurangnya sekresi hormon antidiuretik, halusinasi, myoclonus, retensi urin,
gangguan perdarahan (meliputi echymosis dan hemoragik), alopesia, reaksi
hipersensitivitas meliputi angioedema, urtikaria, fotosensitivitas, jarang terjadi,
perpanjangan interval QT, ataksia, inkoordinasi, gangguan bicara, efek
30
ekstrapiramidal, keinginan bunuh diri, mania dan hipomania, agresi, seizure,
sindroma serotonin dan sindroma malignansi neuroleptik, peningkatan kadar
prolaktin, diskrasia darah, rabdomiolisis, eritema multiforma, Sindroma
Stevens?ohnson, hepatitis, dan dilaporkan terjadinya pankreatitis.
Dosis:
Depresi, dosis awal 75 mg per hari dalam 2 dosis terbagi, naikkan dosis jika perlu
setelah 3-4 minggu menjadi 150 mg per hari dalam 2 dosis terbagi; depresi berat
atau pasien rawat inap dosis dinaikkan lebih cepat dan bertahap sebanyak 75 mg
setiap 2-3 hari hingga maksimum 375 mg per hari, selanjutnya dosis diturunkan
secara bertahap. Anak-anak dan dewasa di bawah umur 18 tahun tidak
direkomendasikan.Sediaan lepas lambat, 75 mg sekali sehari, jika dalam 2 minggu
dibutuhkan peningkatan efek klinik, dosis dapat ditingkatkan hingga 150 mg
sekali sehari. Jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan kembali hingga 275 mg
sekali sehari. Peningkatan dosis sebaiknya dalam interval waktu 2 minggu atau
lebih namun tidak boleh kurang dari 4 hari. Obat sebaiknya diberikan sekali sehari
pada waktu yang sama, pagi hari atau sore hari.
31
Mianserin + ++ +
Amoxapine + + ++ +/- = tidak
Tianeptine +/- +/- +/- ada/minimal
Meclobemide +/- +/- + sekali = non
Sertraline +/- +/- +/- spesifik serotonin
Paroxetine +/- +/- +/-
Fluvoxamine +/- +/- +/- =spesifik
Fluoxetine +/- +/- +/- serotonin
Tabel 5. Penggunaan Obat Antidepresan
32
trisiklik, yang spektrum antidepresinya juga luas tetapi efek sampingnya relatif
lebih berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum
anti depresi yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibanding
trisiklik, yang teringan adalah golongan MAO-i.
Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAO-i
membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period” guna
mencegah timbulnya “serotonin malignant syndrome”. 3
a) Initiating dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu
I. Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III
dan IV, 100 mg/hari pada hari V dan VI.
b) Titrating dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis
efektif kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari
selama 7 sampai 15 hari (minggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan
minggu IV 300 mg/hari
c) Stabilizing dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.
Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan
sampai dosis pemeliharaan.
d) Maintining dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis
pemeliharaan ½ dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
e) Tappering dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating
dosage. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100 mg/hari selama 1 minggu,
33
100 mg/hari à 75 mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1
minggu, 50 mg/hari à 25 mg/hari selama 1 minggu.
34
BAB III
KESIMPULAN
35
DAFTAR PUSTAKA
36