Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
2.1. Keluarga
a.Definisi
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). keluarga adalah
kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional,
dan setiap individu punya peran masing-masing (Friedman 1998).
Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat,
ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan
anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh
istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum,
tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai
sebuah keluarga .
Family Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang
komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan keintiman”.
Hariyanto, 2005. keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga .
Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dua orang /
lebih, memiliki ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi, punya peran masing-masing dan mempertahankan suatu budaya.
Ciri-ciri keluarga , antara lain sebagai berikut : Diikat tali perkawinan, ada hubungan
darah, ada ikatan batin, tanggung jawab masing–masing, ada pengambil keputusan,
kerjasama diantara anggota keluarga , interaksi, dan tinggal dalam suatu rumah
2. Ada keterbatasan
b. Fungsi keluarga:
2. Fungsi sosialisasi keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan
mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam
pemecahan masalah.
4. Fungsi ekonomi keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga nya dan
kepentingan di masyarakat.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan
sendiri dan pasangannya, misalnya : makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga : keluarga suami, keluarga
istri dan keluarga sendiri.
Fase ini dimulai dari saat perkawinan hingga si istri hamil. Fase ini merupakan masa
tersulit dalam kehidupan perkawinan, angka perceraian tinggi pada bulan-bulan awal
hingga tahun pertama perkawinan. Pasangan jugA harus melakukan penyesuaian
kepuasan (mutually satisfactory adjustment) sejak awal perkawinan Keadaan akan
makin sulit jika pasangan juga harus melakukan penyesuaian di luar hubungan dengan
suami/isterinya, misal : melanjutkan sekolah, tugas luar kota, mobilitas tinggi,
tergantung kpd orangtua (tempat tinggal, finansial), hubungan dengan keluarga besar.
Maka ada beberapa tugas perkembangan yang harus dijalani oleh pasangan pada fase
pemantapan ini agar bisa menjalani tahap ini dengan baik, antara lain : (Duvall,
sociological perspective, 1985)
3. Memantapkan pola siapa mengerjakan apa, siapa bertanggung jawab kepada siapa
(pembagian peran & tanggung jawab)
- Peran berubah.
- Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas
Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan
hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas utama
harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya.
Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan mengasingkan diri
dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang berkumpul, pastikan segalanya
sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu ikutlah pergi bersama mereka, tentu dengan
seizin suami. Hanya karena Anda tidak ikut-ikutanflirting bersama pria di klub bukan
berarti anda tidak bisa menjadi teman yang suportif.
Pernahkah anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja menikah akan
terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya, entah mengapa, ini selalu terjadi.
Mungkin karena kebiasaan minum atau makan di malam hari atau karena sibuk
berlelah-lelahan pada malam hari sehingga pada pagi harinya jadi lebih semangat
untuk sarapan dalam jumlah banyak. Wah, ini mesti diwaspadai. Sebaiknyaanda mulai
memperbanyak agenda untuk berolahraga bersama pasangan. Tak ingin, kan, si dia
merasa anda tampil tak segar atau terlihat lebih tambun dari sebelum menikah.
Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com memiliki masalah dengan
mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur ekspektasi, seperti anda akan
datang berkunjung bersama pasangan, mengunjungi keluarga isteri atau suami anda
secara berkala.
Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah anda kenal bisa
jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah terpancing amarah.
Namun, jika memang emosi marah sudah memuncak, ucapkan permisi, bilang bahwa
Anda butuh waktu untuk sendiri dulu. Tenangkan diri anda sejenak. Pastikan anda
dalam keadaan tenang dan kepala dingin saat ingin menyelesaikan masalah tadi. Saat
emosi, pikiran anda tidak tenang dan bisa saja mengucapkan hal-hal yang tak anda
maksudkan yang bisa saja malah memperburuk masalah.
Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup setelah menikah.
Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi terobsesi untuk memilikinya
segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi dalam jangka waktu 3 tahun pernikahan
mereka. Jadi, mengapa terburu-buru? Nikmati waktu anda bersama pasangan,
berlibur bersama, menikmati waktu tanpa perlu pusing memikirkan kerepotan akan
keperluan bayi, dan lainnya. Toh, ketika anda dalam keadaan rileks, kemungkinan
untuk hadirnya momongan justru lebih besar.
Salah satu masalah yang bisa terjadi pada keluarga dengan pasangan baru, adalah
timbul dari tugas keluarga sebagai pasangan baru, dimana pada makalah ini
kelompok mencontohkannya pada tugas mendiskusikan untuk memiliki anak atau
memilih KB. Pada pasangan yang memutuskan untuk memilih Kb, maka akan dapat
memunculkan beberapa permasalahan keperawatan.
Dalam keluarga berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih
metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan,
sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu
proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode
kontrasepsi itu sendiri. Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan
karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri
sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan
sosilaL dan budaya terhadap kehamilan tersebut. maka disinilah letak peran perawat
untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal di atas tidak terjadi.
Pengkajian Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi
wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi
klien.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat Jika klien berencana untuk
mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk
digunakan. Kaji faktor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti
riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda
kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah
kehamilan.
a. Kontrasepsi oral
1) Pil keluarga berencana terpadu
Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara, telat haid, hamil,
pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis. Untuk wanita
perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi tidak
dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana.
2) Mini Pil
Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari segala jenis
metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang.
b. Kontrasepsi Hormonal
1) Hormone Implant
Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang tidak
diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari lima
tahun.
2) Hormone Injeksi
Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui.
c. Kontrasepsi Mekanik
1) Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita
dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome.
2) IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena penyakit yang menular
lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/aborsi,
kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola.
d. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen. Digunakan bagi
pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan untuk mempunyai
anak Analisa Data Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan
penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan
kehamilan yang tidak direncanakan.
2.4.1. Pengkajian
2.Perkenalan
6.Kaji stress yang menimpa keluarga dan masalah yang actual potensial
dicapai, dirasakan.
9.Tanyakan hubungan di masa lalu dan sekarang dengan orientasi keluarga mereka
dan bentuk kehidupannya àMmemberi Perawat : pemahaman tentang mereka selama
tahun-tahun pertumbuhan mereka.
2.4.2.Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah :
3.Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda
kontrasepsi
5.Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda
kontrasepsi yang dipilih .
2.4.3. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil :
· Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan :
· Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang
dipilih dan pemecahan masalahnya
· Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi
yang dipilih.
· Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih.
· Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda
tersebut bila pasangan inggin mengganti metode kontrasepsi.
Intervensi :
· Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara memberika informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
· Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan, mengidentfikasi sumber –
sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsukensi tiap tindakan.
· Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakait dengan
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di
rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan .