Está en la página 1de 5

10 Faedah Tentang Tawadhu'

1. Definisi Tawadhu'

Tawadhu' (‫ )التّواضع‬secara bahasa adalah ‫" التّذلّل‬Ketundukan" dan ‫" التّخاشع‬Rendah Hati". Asal
katanya adalah Tawadha'atil Ardhu' yakni Tanah itu lebih rendah daripada tanah sekelilingnya.

Tawadhu' secara istilah adalah tunduk dan patuh kepada otoritas kebenaran, serta kesediaan
menerima kebenaran itu dari siapa pun yang mengatakan nya, baik dalam keadaan ridha maupun
marah.

Tawadhu' juga merendahkan diri dan santun terhadap manusia, dan tidak melihat diri memiliki
nilai lebih dibandingkan hamba Allah (manusia) yang lain nya.

2. Macam-Macam Tawadhu'

Tawadhu' terdiri dari dua macam :

 Pertama : Tawadhu' yang terpuji. Tawadhu' yang terpuji adalah sikap merendahkan diri
kepada Allah dan tidak berbuat semena-mena atau memandang remeh terhadap sesama.
 Kedua : Tawadhu' yang tercela. Tawadhu' yang tercela adalah sikap merendahkan diri
dihadapan orang kaya dengan harapan mendapatkan sesuatu darinya.

Orang yang berakal seharusnya menghindari sikap tawadhu' yang tercela dan menerapkan
tawadhu' yang terpuji dalam setiap aspek kehidupan nya.

3. Syarat-Syarat Tawadhu'

Syarat tawadhu' ada dua :

Pertama : Selalu Ikhlas karena Allah Subhanahu wa ta'ala


Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam :
ّ ‫وما تواضع أحد هلل ّإّل رفعه هللا‬
‫عزوج ّل‬
"Tidaklah seorang bertawadhu' yang ditunjukkan semata-mata karena Allah, melainkan Allah
Azza wa Jalla akan mengangkat (derajat)nya." [Diriwayatkan oleh Imam Muslim didalam
Shahih nya no 2588]
Kedua : Mempunyai Kemampuan
Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam :
ّ ‫ حتّى يخيّر من أ‬, ‫ دعاه هللا يوم القيامة على رءس الخالئق‬, ‫من ترك اللّباس تواضعا هلل وهو يقدر عليه‬
‫ي حلل اإليمان شاء‬
‫يلبسها‬
"Barangsiapa yang menanggalkan pakaian mewah karena tawadhu' kepada Allah, padahal ia
dapat (mampu) membelinya, Allah akan memanggilnya pada hari kiamat dihadap sekalian
manusia, kemudian menyuruhnya memilih sendiri pakaian iman mana pun yang ia kehendaki
untuk dikenakan." [Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam Sunan nya no 2481, Imam
Ahmad didalam Musnad nya 3/439 dan Imam al-Hakim dalam Al-Mustadraknya IV/183. Lihat
juga Silsilatul Ahaadits Ash-Shahihah no 718]

4. Implikasi-Implikasi Tawadhu'

a. Tawadhu' kepada Allah Azza wa Jalla


Tawadhu' ini terdiri atas dua maca yaitu :

1. Tawadhu' seorang hamba kepada Allah ketika melaksanakan ketaatan kepada-Nya tanpa
disertai perasaan bangga diri dan riya'.
2. Seorang merendahkan diri kepada Allah tatkala mengingat dosa-dosa yang telah ia
perbuat sehingga ia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling sedikit ketaatan nya
(amalanya) dan paling banyak dosanya (dimana hal ini akan mendorongnya untuk
bertaubat).

b. Tawadhu' dalam Berpakaian dan Penampilan

c. Tawadhu' Ahli Ilmu (Ulama)


Selayaknya bagi seorang ulama tidak perlu mengaku-ngaku dirinya sebagai orang yang berilmu
dan tidak perlu membanggakan diri atas apa yang dimilikinya, kecuali dalam keadaan yang
terpaksa atau darurat karena dia membicarakan nya sebagai bentuk syukur atas nikmat yang
diberikan Allah kepada nya. Bukan untuk membanggaan diri dihadapan manusia.

d. Tawadhu' Penuntut Illmu


Selayaknya bagi para penuntut ilmu untuk senantiasa tawadhu' karena orang tawadhu' diantara
mereka adalah orang yang lebih banyak ilmunya. Perumpamaan nya seperti tempat yang lebih
rendah, ia lebih banyak genangan airnya dan lebih banyak manfaatnya.

5. Tingkatan-Tingkatan Tawadhu'

a. Tawadhu' dalam Agama


Tawadhu' dalam agama yaitu tunduk kepada agama yang dibawa oleh Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa sallam dan patuh terhadap nya.

b. Tawadhu' kepada sesama Makhluk


Tawadhu' kepada sesama Makhluk terdapat tiga makna :
1. Ridha untuk menjadikan seseorang dari kaum Muslimin sebagai saudaramu, karena Allah
telah ridha kepadanya untuk menjadi hamba-Nya.
2. Tidak menolak kebenaran, walaupun kebenaran itu datang dari musuh mu.
3. Menerima maaf dari orang yang meminta maaf.

6. Keutamaan-Keutamaan Tawadhu'

a. Tawadhu' dapat mengangkat derajat seorang hamba.


Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :

"Tidaklah berkurang harta karena sedekah, tidaklah Allah menambah kepada seseorang hamba
sifat pemaaf, kecuali dia akan mendapatkan kemuliaan, serta tidaklah seorang menerapkan sifat
tawadhu' karena Allah kecuali Allah pasti mengangkat derajatnya." [Diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam Shahih nya XVI/141, Imam Ad-Darimi dalam Sunan nya 1/369, Imam Ahmad
dalam Musnad 2/386 dan selain nya]

b. Tawadhu' dapat mengangkat derajat dan pangkat seorang hamba


Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :

"Tidaklah dari setiap keturunan Adam, melainkan dikepalanya terdapat hakamah ditangan
seorang Malaikat. Apabila ia tawadhu', dikatakan kepada Malaikat tersebut : "Angkatlah
hakamahnya", sedangkan apabila ia sombong, dikatakan kepada Malaikat tersebut : "Letakkan
hakamahnya." [Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah no 538]

Hakamah adalah besi kekang yang berada dihidung kuda, tali kekang tersebut dapat mencegah
kuda dari melawan perintah penunggangnya.

c. Tawadhu' itu menghasilkan keselamatan, mendatangkan persahabatan, menghapuskan


dendam, dan menghilangkan pertentangan.
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu', sehingga seseorang tidak
merasa bangga lagi sombong terhadap orang lain dan tidak pula berlaku aniaya kepada orang
lain." [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih nya]

7. Tanda-Tanda Manusia Tawadhu'

a. Tunduk dan patuh kepada Kebenaran.

Dengan menerima sepenuh hati kebenaran dan tidak ada keinginan didalam dirinya untuk
menentang kebenaran tersebut.

b. Menghormati orang lain dan menghargai kedudukan nya.


Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda : "Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia." [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya]

c. Sederhana dalam berjalan yakni berjalan dengan ringan, tenang, tidak memberatkan diri
didalam langkahnya, tidak dibuat-buat dan tidak terkandung didalam nya kesombongan,
tidak pula memalingkan pipi, tidak juga terlalu lepas kendali. Bukan berjalan seperti orang
yang tidak berdaya, lemah langkahnya dan menundukkan kepala.

d. Rendah hati dan lemah lembut kepada sesama

8. Hal-Hal yang Dapat Memotivasi Timbulnya Sifat Tawadhu'

a. Bertafakur terhadap asal penciptaan manusia.


Dengan mengetahui asal muasal penciptaan diri nya, yang hina dan rendah, kemudian Allah
memberikan kehidupan, membaguskan bentuknya, dan memberikan nafkah kepadanya. Maka
bagaimana mungkin dia bisa menyombongkan diri lagi tinggi hati?

Ibnu Hibban rahimahullah berkata dalam kitab Raudhatun 'Uqalaa' wa Nuzhatul Fudhalaa' hal 61
: "Bagaimana tidak harus tawadhu', sedangkan dia tercipta dari nutfah yang memancar dan
akhirnya kembali menjadi bangkai yang busuk, sementara semasa hidupnya ia senantiasa
membawa kotoran."

b. Mengetahui terbatasnya kemampuan nya.


Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
kesombongan karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung." [al-Quran surat al-Isra' ayat 37]

9. Contoh Tawadhu' nya Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam

a. Larangan memuji beliau berlebih-lebihan.


Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda : "Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam
memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani memuji Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku
hanya hamba-Nya maka katakanlah (bahwa aku) hamba Allah dan Rasul-Nya." [Diriwayatkan
oleh al-Bukhari dalam Shahih nya IV/478]

b. Membantu Pekerjaan
Dari al-Aswad bin Yazid, dia berkata : "Aku pernah bertanya kepada Aisyah : "Apakah yang
biasa dilakukan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salalm dirumahnya? Aisyah menjawab : "Beliau
biasa membantu keluarga, apabila mendengar suara adzan, beliau segera keluar (untuk
menunaikan) shalat." [Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih nya]

10. Syair tentang Tawadhu'

Seorang penyair rahimahullah berkata :


‫وّل تمش فوق األرض ّإّل تواضعا‬
‫فكم تحتها قوم هم منك أرفع‬
ّ ‫فإن كنت في‬
‫عز وخير ومنعة‬
‫فكم مات من قوم منك أمنع‬
"Janganlah engkau berjalan diatas bumi ini kecuali dengan ketawadhu'an.
Berapa banyak orang yang berada dibawah bumi (mayat) dari golonganmu, sedangkan mereka
(dulunya) lebih tinggi (kedudukan dan kekuasaan nya) daripada engkau.
Jika engkau berada dalam kekuasaan, kebaikan dan benteng yang kokoh.
Maka berapa banyak orang yang telah mati sedangkan dia lebih kokoh (pertahanan nya)
daripada dirimu."

[Diringkas dari kitab At-Tawadhu' fi Dhauil Kitab was Sunnah, Syaikh Salim bin Ied al-Hilali.
Diterjemahkan dengan judul "Hakikat Tawadhu' dan Sombong Menurut al-Quran dan as-
Sunnah" cet Pustaka Imam Syafi'i]

Oleh: Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Roni al-Mirluny

También podría gustarte