Está en la página 1de 10

Skip to content

Tessa Prymananda Putri


ASKEP PADA PASIEN DEFISIT
PERAWATAN DIRI (DPD)
Posted on 16 Maret 2015 by tessaprymanandaputri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri
2. Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan
3. Untuk membahas Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri
1.3 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka, diskusi
kelompok dan browsing internet.

BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Definisi Defisit Perawatan Diri
 Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes
2000)
 Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
 Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi ( hygiene ) , berpakaian / berhias, makan dan BAB
atau BAK ( toileting ).
(Sumber: Nita Fitria, 2009 )

2.2 Rentang Respon


Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan perawatan

diri seimbang kadang tidak diri pada saat stress

 Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
 Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
 Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
2.3 Jenis-jenis perawatan diri
 Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Yaitu : gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

 Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias


Yaitu : gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
 Kurang perawatan diri : Makan
Yaitu : gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
 Kurang perawatan diri : Toileting
Yaitu : gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
toileting sendiri
2.4 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :
 Kelelahan fisik
 Penurunan kesadaran
Menurut DepKes (2000: 20), Penyebab kurang perawatan diri adalah :
 Faktor Predisposisi
 Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
 Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
 Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
 Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
 Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri yaitu : penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

1. Fisik
 Badan bau, pakaian kotor.
 Rambut dan kulit kotor.
 Gigi kotor disertai mulut bau.
 Penampilan tidak rapi
2. Psikologis

 Malas, tidak ada inisiatif.


 Menarik diri, isolasi diri.
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial

 Interaksi kurang.
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
 Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
2.6 Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen,
2000) yaitu :

 Mekanisme koping adaptif


Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai
tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri

 Mekanisme koping maladaptif


Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

2.7 Penatalaksanaan
 Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
 Membimbing dan menolong klien merawatan diri
 Ciptakan lingkungan yang mendukung
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Meliputi nama,jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No. MR, penanggung jawab.
3.1.2 Alasan Masuk
Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara
dengan orang lain, terlihat murung.

3.1.3 Faktor Predisposisi


 Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
 Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
 Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
 Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
 Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok,
keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
 Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
 Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
 Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
 Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
 Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
 Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
 Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.
 Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan
skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan
3.1.5 Analisa Data

No Data Masalah

Data subyektif
– Pasien merasa lemah

– Malas untuk beraktivitas

– Merasa tidak berdaya.

Data obyektif

– Rambut kotor, acak – acakan

– Badan dan pakaian kotor dan bau

– Mulut dan gigi bau. Defisit Perawatan Diri


1
– Kulit kusam dan kotor

– Kuku panjang dan tidak terawat

Data subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa
melakukan apa-apa,

Data obyektif :

Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan,


halitosis, badan bau, kulit kotor Penurunan kemampuan dan
2 motivasi merawat diri

Data subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh


memilih alternatif tindakan, apatis, menolak berhubungan,
kurang memperhatikan kebersihan
3 Isolasi Sosial

3.1.6 Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Isolasi Sosial
3. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
3.1.7 Pohon masalah

Effect : Resiko Tinggi Isolasi sosial

Core problem : Defisit Perawatan Diri

Causa : Penurunan motivasi dan kemampuan

3.2 Diagnosa Keperawatan


Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana Keperawatan

No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi

Bina hubungan saling percaya dgn


menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
– Sapa pasiendengan ramah, baik
verbal maupun non verbal

– Perkenalkan diri dengan sopan

– Tanyakan nama lengkap dan


nama panggilan yang di sukai pasien
Tujuan Umum :
Pasien tidak mengalami – Jelaskan tujuan pertemuan
defisit perawatan diri
– Jujur dan menepati janji
Tujuan Khusus :
– Tunjukkan sikap empati dan
TUK 1 : Pasien bisa menerima pasien apa adanya
Defisit Perawatan Diri : membina hubungan
kebersihan diri, saling percaya dengan – Beri perhatian dan perhatikan
berdandan, makan, perawat kebutuhan dasar pasien
1 BAB/BAK

Melatih pasien cara-cara perawatan


kebersihan diri :
– Menjelasan pentingnya menjaga
kebersihan diri.

– Menjelaskan alat-alat untuk


menjaga kebersihan diri

– Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri

TUK 2 : Pasien mampu – Melatih pasien mempraktekkan


melakukan kebersihan cara menjaga kebersihan diri
diri secara mandiri
Melatih pasien berdandan/berhias :
1. Untuk pasien laki-laki latihan
meliputi :

– Berpakaian

– Menyisir rambut

– Bercukur

2. Untuk pasien wanita, latihannya


meliputi :

– Berpakaian

– Menyisir rambut
TUK 3 : Pasien mampu
melakukan berhias/ – Berhias
berdandan secara baik

Melatih pasien makan secara mandiri


:
– Menjelaskan cara
mempersiapkan makan

– Menjelaskan cara makan yang


tertib

– Menjelaskan cara merapihkan


peralatan makan setelah makan

TUK 4 : Pasien mampu – Praktek makan sesuai dengan


melakukan makan tahapan makan yang baik
dengan baik

Mengajarkan pasien melakukan


BAB/BAK secara mandiri :
TUK 5 : Pasien mampu – Menjelaskan tempat BAB/BAK
melakukan BAB/BAK yang sesuai
secara mandiri
– Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah BAB dan
BAK

– Menjelaskan cara
membersihkan tempat BAB dan BAK

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
(mandi, berhias, makan, toileting)

Rentang respon defisit perawatan diri : pola perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri
kadang tidak, tidak melakukan perawatan diri

Jenis-jenis perawatan diri : kurang perawatan diri : mandi/kebersihan, pakaian/berhias,


makan, toileting.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :
 Kelelahan fisik
 Penurunan kesadaran
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen,
2000) yaitu :

 Mekanisme koping adaptif


 Mekanisme koping maladaptif
4.2 Saran
Untuk pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, kami berharap
bagi pembaca untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.Terima kasih

Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook7
 Google

Tinggalkan komentar
Navigasi pos
PREVIOUS POSTASKEP PADA PASIEN DENGAN ENSEFALOPATINEXT POST ASKEP PADA

PASIEN DENGAN DIFTERI

Tinggalkan Balasan

Cari untuk:
TULISAN TERAKHIR

 ASKEP PADA PASIEN DENGAN DIFTERI


 ASKEP PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)
 ASKEP PADA PASIEN DENGAN ENSEFALOPATI
KOMENTAR TERBARU

ARSIP

 Maret 2015
KATEGORI

 Tak Berkategori
META

 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com
Cari untuk:
TULISAN TERAKHIR

 ASKEP PADA PASIEN DENGAN DIFTERI


 ASKEP PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)
 ASKEP PADA PASIEN DENGAN ENSEFALOPATI
KOMENTAR TERBARU
ARSIP

 Maret 2015
KATEGORI

 Tak Berkategori
META

 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com
Blog di WordPress.com.
 Ikuti

También podría gustarte