Está en la página 1de 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.

“A“ DENGAN DIAGNOSA


PERDARAHAN TALI PUSAT DI RUANG NICU RSUD Dr. R.
SOEDJONO SELONG LOMBOK TIMUR
13 JUNI-16 JUNI 2016

DISUSUN OLEH :
SITI SHARLYA WARTINI
NPM : 016.02.0387

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MATARAM
2016
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.“A“ DENGAN DIAGNOSA


PERDARAHAN TALI PUSAT DI RUANG NICU RSUD Dr. R.
SOEDJONO SELONG LOMBOK TIMUR
13 JUNI-16 JUNI 2016

DI SUSUN OLEH :
SITI SHARLYA WARTINI
NPM : 016.02.0387

LAPORAN INI TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN PADA:


HARI :
TANGGAL :

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING AKADEMIK

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN PERDARAHAN TALI PUSAT

I.KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang
terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat
dari trauma, pengikatan tali pusat yang kurang baik
atau kegagalan proses pembentukan trombus normal.
Tetapi merupakan hal yang normal apabila pendarahan
yang terjadi disekitar tali pusat dalam jumlah yang
sedikit. Dimana, pendarahan tidak melebihi luasan
uang logam dan akan berhenti melalui penekanan yang
halus selama 5 menit. Selain itu perdarahan pada
tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit
pada bayi. Selain itu perdarahan pada tali pusat
juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi
seperti septicemia atau infeksi local. Bayi baru
lahir harus sering diamati selama usia beberapa hari
pertama, sehingga jika perdarahan terjadi, tindakan
segera dapat dideteksi.

B. PENYEBAB PERDARAHAN TALI PUSAT


Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena
robekan umbilkus, robekan pembuluh darah, setelah
placenta previa, dan abrutio placenta.
1. Robekan umbilikus normal, yang biasanya terjadi
karena :
a. Partus presipitatus
b. Adanya trauma atau lilitan tali pusat
c. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan
terjadinya tarikan yang berlebihan pada saat
persalinan.
d. Kelalaian penolong persalinan yang dapat
menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau
plasenta sewaktu Sectio Caesaria (SC).
2. Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi
karena :
a. Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian
hematoma tersebut pecah, namun perdarahan yang
terjadi masuk kembali ke dalam plasenta. Hal
ini sangat berbahaya bagi bayi karena dapat
menimbulkan kematian pada bayi.
b. Varises juga dapat menyebabkan perdarahan
ketika varises tersebut pecah.
c. Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus, yaitu
terjadi pelebaran pembuluh darah setempat saja
karna salah dalam proses perkembangan atau
terjadi kemunduran dinding pembuluh darah.
Pada aneurisma pembuluh darah dapat
menyebabkan pembuluh darah rapuh dan mudah
pecah.
3. Robekan pembuluh darah abnormal
Pada kasus robekan pembuluh darah umbilikus
tanpa adanya trauma, hendaknya dipikirkan
kemungkinan adanya kelainan anatomi pembuluh
darah seperti berikut ini :
a. Pembuluh darah abdomen yang mudah pecah karena
dindingnya tipis dan tidak ada perlindungan
jely wharton.
b. Insersi velamentosa tali pusat, yaitu pecanya
pembuluh darah pada percabangan tali pusat
sampai ke membran tempat masuknya plasenta.
Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering
terdapat pada kehamilan ganda.
c. Plasenta multilobularis, perdarahan terjadi
pada pembuluh darah yang menghubungkan masing
– masing lobus dengan jaringan plasenta karena
bagian tersebut sangat rapuh dan mudah peceah.
4. Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio
placenta
Perdarahan akibat placenta previa dan abrupsio
plasenta dapat membahayakan bayi. Plasenta previa
cendrung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus
abrupsio plasenta lebih sering mengakibatkan
kematian intrauterin karena dapat terjadi
anoreksia. Lakukan pengamatan plasenta dengan
teliti untuk menentukan adanya perdarahan pada
bayi baru lahir dan lakukan pemeriksaan
hemoglobin secara berkala pada bayi barui lahir
dengan kelainan placenta atau dengan Sectio
Caesaria (SC).

C. PERDARAHAN TALI PUSAT


1. Ikatan tali pusat lepas atau klem pada tali pusat
lepas tapi masih menempel pada tali pusat.
2. Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet.
3. Ada cairan yang keluar dari tali pusat. Cairan
tersebut bisa berwarna kuning, hijau, atau darah.
4. Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat.

D. FAKTOR RESIKO PERDARAHAN TALI PUSAT


Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya perdarahan
tali pusat antara lain:
1. Ibu yang selama kehamilan mengkonsumsi obat-
obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K
seperti, obat antikoagulan oral (warfarin), obat-
obat antikonvulsan (fenobarbital, fenitoin,
karbamazepin), obat-obat antituberkulosis (INH,
rifampicin).
2. Bayi dengan sintesis vitamin K yang kurang oleh
bakteri usus (pemakaian antibiotik, khususnya
pada bayi kurang bulan).
3. Bayi dengan gangguan fungsi hati (kolestasis).
4. Kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada
bayi yang mendapat ASI eksklusif, karena ASI
memiliki kandungan vitamin K yang rendah yaitu
<20 ug/L bila dibandingkan dengan susu sapi yang
memiliki kandungan vitamin K 3 kali lipat lebih
banyak (60 ug/L). Selain itu asupan vitamin K
yang kurang juga disebabkan sindrom malabsorpsi
dan diare kronik.
5. Ibu yang berusia <20 tahum dan >35 tahun, Keadaan
tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi
perdarahan, plasenta previa, rupture uteri,
solutio plasenta yang dapat menyebabkan
perdarahan tali pusat pada bayi.

E. PENATALAKSANAAN PERDARAHAN TALI PUSAT


1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari
perdarahan tali pusat yang terjadi.
2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan
pencegahan infeksi pada tali pusat.
a. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap
saat. Kenakan popok di bawah tali pusat.
b. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup
pakaian bayi sesering mungkin.
c. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan
setiap kali Anda mengganti popok. Gunakan
kapas atau cotton bud dan cairan alkohol 70%
yang dapat dibeli di apotek.
d. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada
area bertemunya pangkal tali pusat dan tubuh.
Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi
Anda. Alkohol yang digunakan tidak menyengat.
Bayi akan menangis karena alkohol terasa
dingin. Membersihkan tali pusat dengan
alkohol dapat membantu mencegah terjadinya
infeksi. Hal ini juga akan mempercepat
pengeringan dan pelepasan tali pusat.
e. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi
pendarahan lagi. Tali pusat akan terlepas,
dimana seharusnya tali pusat aka terlepas
dalam waktu 1-2 minggu. Tapi, yang perlu
diingat adalah jangan menarik tali pusat,
walaupun sudah terlepas setengah bagian.
f. Hindari penggunaan bedak atau losion di
sekitar atau pada tali pusat.
3. Segera lakukan inform consent dan inform choise
pada keluarga pasien untuk dilakukan rujukan. Hal
ini dilakukan bila terjadi gejala berikut:
a. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3
minggu.
b. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
c. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali
pusat.
d. Bayi menderita demam.
e. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di
sekitar tali pusat.
f. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali
pusat.
g. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di
sekitar tali pusat.
h. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali
pusat. Pendarahan melebihi ukuran luasan uang
logam.
i. Pendarahan pada tali pusat tidak berhenti
walaupun sudah di tekan.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas
Gejala : Kelelahan, malaise, ketidak mampuan
untuk melakukan aktivitas.
Tanda : Kelemahan otot
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
Tanda : Kulit dan membrane mukosa pucat,
deficit saraf serebral/tanda
perdarahan serebral
3. Eliminasi
Gejala : Hematuria
4. Nutrisi
Gejata : Anoreksia, penurunan BB
5. Nyeri
Gejala : Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan
sentral, kram otot
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
6. Keamanan
Gejala : Riwayat trauma ringan, perdarahan
spontan
Tanda : Hematoma pad daerah-daerah yang
tertekan ataupun terkena robekan.
7. Data subjektif Orang tua
a) Orang tua mengeluh anaknya menangis kesakitan
b) Orang tua mengeluh perdarahan pada tali pusat
anaknya
c) Orang tua mengeluh sendi anaknya rewel
d) Orang tua mengeluh kulit anaknya cepat
berdarah bila tertusuk dan sulit berhenti.
8. Data Objektif
Hematom pada daerah-daerah yang terkena tusukan,
kemerahan, kemungkinan adanya panas, bayi
menangis kesakitan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko injuri b.d kelemahan fisik karena efek
perdarahan
2. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan
3. Risiko kerusakan mobilitas fisik b.d efek
perdarahan pada jaringan.
4. Perfusi jaringan tidak efektif (perifer) b/d
penurunan konsentrasi Haemoglobin (Hb) darah.
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d faktor resiko
kehilangan cairan melalui rute abnormal
(perdarahan)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. DP I
Tujuan : Menurunkan risiko injuri
Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital klien.
2. Awasi perdarahan
3. Ciptakan lingkungan yang aman dan memungkinkan
proses pengawasan.
4. Ajarkan metode perawatan bayi dengan hati-hati
kepada orang tua.
5. Beri informasi yang yang tepat dan akurat
kepada orang tua tentang keadaan anaknya.

b. DP II
Tujuan : Pasien tidak menderita nyeri atau
menurunkan intensitas atau skala nyeri yang dapat
diterima anak.
Intervensi :
1. Tanyakan pada orang tua klien tentang nyeri
yang diderita.
2. Kaji skala nyeri.
3. Evaluasi perubahan perilaku anak.
4. Beri posisi yang nyaman
5. Kolaborasi penggunaan analgetik.
6. Hindari penggunaan placebo saat pengkajian /
penatalaksanaan nyeri.

c. DP III
Tujuan : Menurunkan resiko kerusakan mobilitas
fisik.
Intervensi :
1. Elevasi dan immobilisasikan sendi selama
episode perdarahan.
2. Konsultasikan dengan ahli terapi fisik untuk
program latihan.
3. Konsultasikan dengan perawat kesehatan
masyarakat dan terapi fisik untuk supervisi ke
rumah.
4. Kaji kebutuhan untuk manajemen nyeri.
5. Diskusikan diet yang sesuai.
d. DP IV
Tujuan : Perfusi jaringan efektif
Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital.
2. Kaji perubahan nadi perifer, warna kulit,
membran mukosa, ataupun perubahan suhu tubuh.
3. Cek validasi hasil laboratorium untuk
monitoring pemberian transfusi darah.
4. Atur posisi klien dengan kepala lebih tinggi.
5. Pertahankan lingkungan yang nyaman.
6. Lakukan tindakan suportif untuk menghentikan
perdarahan.
 Beri tindakan pada area perdarahan 10 – 15
menit.
 Mobilisasi dan elevasi area hingga diatas
ketinggian jantung.
 Gunakan kompres dingin untuk vasokonstriksi.

e. DP V
Tujuan : Sedikit atau tidak terjadi perdarahan
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital.
2. Monitor intake dan output cairan.
3. Awasi perdarahan.
4. Anjurkan memeberikan diit/ASI sesering mungkin
5. Kolaborasi pemberian transfusi darah.

También podría gustarte