Está en la página 1de 18

Proses Tumbuh Kembang pada Anak

Anisa Aulia Reffida


(102013553/E7)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telepon : (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
Email : nisareffida@ymail.com

Abstrak
Peristiwa tumbuh kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian sejak terjadi
pembuahan sampai masa dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti imunisasi, pemberian makanan dan pola asuh. Apabila faktor-faktor tersebut
tidak terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan terganggu. Untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan pemeriksaan denver II
dan pemeriksaan antropometri.

Pemeriksaan Denver digunakan untuk menilai perkembangan pribadi-sosial,


penyesuaian motorik halus, bahasa dan motorik kasar sejak lahir sampai umur 6 tahun.
Sedangkan antropometri dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak
sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak.

Kata kunci : tumbuh kembang, Denver II, antropometri.

Abstract
Events include the child's growth and development in the whole process of events
from conception to adulthood. Growth and development are influenced by various factors
such as immunization, feeding and parenting. If these factors are not met then the growth and
development of children will be disrupted. To determine the growth and development of
children can be examined denver II and anthropometric examination.

Denver examination used to assess personal-social development, adjustment fine


motor, gross motor and language from birth until the age of 6 years. While anthropometry
conducted on children to assess the development of the child so that it can be determined
whether the development of the child to walk normally or not.

Keywords : growth and development, Denver II, anthropometry.

1|Page
Pendahuluan
Tumbuh kembang mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Untuk tercapainya
tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologisnya. Pertumbuhan dan
perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti imunisasi, pemberian makanan dan
pola asuh. Pemberian imunisasi dasar merupakan imunisasi yang wajib dilakukan. Pemberian
makan yang baik harus memerlukan kerjasama antara ibu dan anak. Hal ini sangat membantu
kesehatan emosional bayi dan anak. Apabila faktor-faktor tersebut tidak terpenuhi maka
pertumbuhan dan perkembangan anak akan terganggu. Untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat dilakukan pemeriksaan denver II dan pemeriksaan antropometri.

Tujuan ilmu tumbuh kembang adalah mempelajari berbagai hal yang berhubungan
dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, dan sosial. Juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif, serta mencari penyebab dan mencegah keadaan
tersebut.1

Pembahasan

Anamnesis

Dalam praktik ilmu kesehatan anak, tidak mungkin membuat diagnosis atau
perencanaan program perawatan yang memadai tanpa data mengenai anak, umur, ukuran
tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah bagian dari
sebuah keluarga. Maka untuk memahami anak, kita harus tahu tentang keluarganya, orang
tuanya, gaya hidupnya, kehidupan keluarganya, kemampuan keluarga memelihara anak,
terutama hubungan keluarga dengan pasien kita serta sikap keluarga terhadap penyakitnya.

Setiap dokter mengembangkan caranya sendiri dalam mengumpulkan informasi. Kita


sebaiknya memulai anamnesis dengan menanyakan keluhan utama pasien. Kemudian kita
harus mengembangkan dan menetapkan setiap masalah, serta menanyakan masalah-masalah
yang berhubungan. Namun, informasi tertentu tentang latar belakang penyakit merupakan hal
yang penting pada sebagian besar masalah kesehatan dan juga pada setiap anak yang dirawat
di rumah sakit. Pertama, kita harus menanyakan informasi tentang kehidupan anak. Apakah
kehamilan, persalinan dan kelahirannya normal? Berapa berat lahirnya? Bagaimana keadaan

2|Page
anak pada hari-hari pertama kehidupannya? Mungkin kita juga perlu menanyakan apakah
anak mendapat ASI atau susu formula dan kapan anak itu disapih. Apakah anak pernah
mengalami infeksi yang sering ditemukan pada masa kanak-kanak? Apakah sudah
diimunisasi? Apakah pernah dirawat di rumah sakit? Bila pernah, kapan, dimana, dan untuk
apa?

Dalam kasus ini digunakan teknik alloanamnesis yaitu mendapatkan informasi


tentang pasien dari orang lain karena pasien tidak dapat menjelaskan keluhannya. Pasien usia
9 bulan datang ke poliklinik karena belum dapat duduk sendiri. Dari faktor ibu, riwayat
kehamilan tidak ada komplikasi, lahir dengan cara spontan, per vaginam, tanpa komplikasi
dan bayi dengan kuat menangis. Faktor anak yaitu : tumbuh kembang anak, riwayat penyakit
sekarang dan riwayat penyakit dahulu, imunisasi, nutrisi dan riwayat penyakit keluarga.2

Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik pada anak dapat menjadi suatu hal yang menyenangkan, tetapi
mungkin memerlukan permainan-permainan yang tidak ingin anda lakukan sehingga
terkadang hal ini dapat menimbulkan rasa frustasi yang hebat. Anak, bahkan bayi yang sangat
kecil, akan berusaha menduga maksud anda dengan melihat pada mata anda. Orang-orang
dengan mata yang ramah terkesan tidak memiliki maksud untuk menyakiti. Orang tua
mungkin lebih tegang terhadap apa yang akan anda lakukan daripada anak itu sendiri,
sehingga penerangan kepada mereka juga diperlukan. Orang tua perlu diyakinkan agar dapat
menolong anda dalam melakukan pemeriksaan dengan memegang atau mengalihkan
perhatian anak, kecuali anak tersebut telah mendekati usia pubertas yang kebebasannya perlu
dihargai.3

Anak-anak memang harus ditangani dengan perhatian dan kepekaan yang tinggi. Oleh
karena itu, kita sebaiknya melakukan observasi saat anak masih berpakaian dan belum
merasa terganggu. Palpasi dan auskultasi mudah dilakukan tanpa melepaskan pakaian. Anda
dapat memperoleh banyak informasi dari penanganan yang anda lakukan.

Pada berbagai keadaan, pencatatan aspek-aspek ukuran tubuh anak merupakan hal
yang penting dilakukan. Berat dan tinggi atau panjang badan harus diukur secara tepat.
Lingkar kepala dan tebal lipatan kulit juga perlu diukur pada keadaan tertentu. Data-data
tersebut dicatat pada buku dan pada grafik yang sesuai. Kesadaran dan perilaku anak secara
umum dicatat untuk evaluasi kemajuan seorang anak.

3|Page
Selanjutnya, anda harus melakukan observasi yang cermat. Dengan menggunakan
istilah umum, apakah penampilannya secara keseluruhan diluar kebiasaan? Jika demikian,
mengapa, dan lain-lain.

Kemudian perlu dilakukan penilaian spesifik terhadap ukuran tubuhnya secara


keseluruhan, proporsi tubuhnya, dan status gizinya. Sifat dan distribusi setiap ruam dan
kelainan kulit yang ada harus dicatat. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan pada sistem organ
yang menjadi sumber keluhannya.

Sebaiknya perkusi atau auskultasi tidak dilakukan sebelum anda selesai memeriksa
frekuensi napas, pergerakan diafragma dan dinding dada pada pernapasan normal, serta
pengaruh usaha napas yang lebih kuat yang ditunjukkan pada anak besar sesuai perintah atau
pada anak kecil yang sedang menangis. Pemeriksaan sistem kardiovaskular dimulai dengan
pencatatan frekuensi, irama, kekuatan, dan jenis nadi perifer. Palpasi dan perkusi dinding
dada anterior dilakukan untuk menentukan ukuran jantung, lokasi dan karakteristik denyut
apeks untuk mendeteksi adanya thrill.

Lakukan observasi abdomen sebelum anda melakukan palpasi pada abdomen. Carilah
adanya pembengkakan atau gerakan. Lalu anda dapat menanyakan apakah ada nyeri tekan.
Setelah palpasi pada keempat kuadran abdomen, tentukanlah secara sistematis letak dan
ukuran hati, limpa, ginjal, dan kandung kemih.

Pemeriksaan lokomotorik dan sistem saraf lebih bersifat observasi daripada


manipulasi. Lakukanlah palpasi fontanel anterior pada bayi. Fontanel biasanya menutup pada
pertengahan tahun kedua. Perhatikan apakah fontanel berdenyut seperti biasanya. Anda dapat
menghitung frekuensi denyut jantung berdasarkan frekuensi denyut fontanel.3,4

Terakhir yaitu melakukan pemeriksaan dengan cahaya. Periksalah mata, kemudian


gendang telinga dan terakhir tenggorokan. Jangan memaksakan sesuatu pada anak. Sebelum
selesai, anda perlu memeriksa tekanan darah jika anda menduga adanya penyakit ginjal atau
jantung.

Pemeriksaan umum telah selesai. Selama itu, anda mungkin telah melakukan
observasi atau pemeriksaan spesifik, misalnya memeriksa testis di skrotum, adanya denyut
femoralis, pergerakan sendi panggul, sifat benjolan yang tidak lazim, adanya tanda pubertas
dan lain-lain.4

4|Page
Pemeriksaan Antropometri

Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan


bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-norma
untuk jenis kelamin, usia, berat badan, suku bangsa, dll. Antropometri dilakukan pada anak-
anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh
kembang anak berjalan normal atau tidak. Ketepatan dan ketelitian pengukuran sangat
penting dalam menilai pertumbuhan secara benar. Kesalahan atau kelalaian dalam cara
pengukuran akan mempengaruhi hasil pengamatan. Adapun cara pengukurannya adalah
sebagai berikut :5

I. Pengukuran Berat Badan

Berat badan merupakan indikator untuk keadaan gizi anak. Gangguan pada berat
badan biasanya menggambarkan gangguan yang bersifat perubahan akut/jangka pendek.
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama :

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan.
3. Umum dan luas dipakai di Indonesia.
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
5. Digunakan dalam KMS.
6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur.

Berat badan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman
(1992), yaitu :

1. Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg


2. Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus : (umur (bulan) : 2) + 4 = (n : 2) +
4
3. Berat badan usia 1-10 tahun, menggunakan rumus : (umur (tahun) x 2) + 8 = 2n + 8

Keterangan : n adalah usia anak

Cara pengukuran berat badan anak adalah :

5|Page
 Gantungkan dacin pada palang kayu yang cukup kuat.
 Periksa apakah dacin sudah tergantung kuat.
 Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang dacin dikaitkan
dengan tali pengaman.
 Pasanglah celana timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin. Ingat bandul
geser pada angka 0 (nol).
 Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang atau sarung timbang dengan
cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik.
 Anak yang akan ditimbang diminta untuk melepas pakaiannya atau berpakaian
seminimal mungkin, kalau perlu telanjang.
 Anak ditimbang, dan seimbangkan dacin.
 Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser.
 Catat hasil penimbangan diatas kertas
 Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah
itu bayi atau anak dapat diturunkan.

II. Pengukuran Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui dimensi linear dari tubuh. Tinggi badan memberikan gambaran fungsi
pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat
baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat
badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk
Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut
Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya
hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran
keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun.
Mengukur panjang atau tinggi badan tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk
berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak terlentang. Sedangkan mengukur
tinggi badan anak berdiri tegak.5,6

Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus
dari Behrman (1992), yaitu :

6|Page
a. Perkiraan panjang lahir : 50 cm
b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 panjang badan lahir
c. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir
d. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun
e. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
f. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun

Atau dapat digunakan rumus Behrman (1992) :

a. Lahir : 50 cm
b. Umur 1 tahun : 75 cm
c. 2-12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77

Langkah-langkah pengukuran tinggi badan (usia kurang dari 2 tahun) :

 Lepaskan sepatu, kaos kaki dan hiasan kepala pada bayi atau anak.
 Terlentangkan anak diatas papan pengukuran yang telah dialasi dengan kain tipis atau
kertas lembut, dengan posisi kepala menempel pada bagian papan yang datar dan
tegak lurus (papan yang tidak dapat bergerak).
 Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis. Ibu diminta
untuk memegangi kepala bayi.
 Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat, dan tumit menempel secara tepat
pada papan pengukur.
 Pastikan posisi anak lurus sepanjang papan dan tidak berubah. Pundak harus
menyentuh papan, dan tulang belakang tidak melengkung. Meminta ibu supaya
memberitahu anda apabila punggung anak melengkung atau bergerak tidak pada
posisi yang benar.
 Tempatkan diri anda di sisi papan panjang badan dimana anda dapat melihat pita ukur
dan geser papan kaki.
 Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki
menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekankan bagian
lutut dan mata kaki secara lembut dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satu
menggeser papan ). Bila sulit dilakukan atau pada anak yang rewel, dibenarkan hanya
satu telapak kaki yang menempel di papan geser.

7|Page
 Telapak kaki harus rata menyentuh papan kaki, jari-jari mengarah ke atas kaki anak.
Jika jari-jari anak bengkok papan kaki jangan menyentuh telapak kaki, garuk telapak
kaki sedikit dan dorong papan kaki dengan cepat ketika anak meluruskan jari kakinya.
 Membaca panjang badan anak dari angka kecil ke angka besar.

III. Pengukuran Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala. Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang
tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar
lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak
dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai keadaan gizi. Laju tumbuh
pesat pada enam bulan pertama bayi, dari 35 cm saat lahir menjadi 43 cm pada 6 bulan. Laju
tumbuh kemudian berkurang, hanya 46,5 cm pada usia 1 tahun dan 49 cm pada usia 2 tahun.
Selanjutnya berkurang menjadi drastis hanya bertambah 1 cm sampai usia 3 tahun dan
bertambah lagi kira-kira 5 cm sampai usia remaja/dewasa. Oleh karena itu manfaat
pengukuran lingkaran kepala terbatas sampai usia 3 tahun, kecuali bila diperlukan seperti
pada kasus hydrocephalus.

Prosedur pengukuran adalah sebagai berikut :

Bahan dan alat : Pita ukur dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah.

Langkah pengukuran adalah sebagai berikut :

 Suruhlah pasien untuk duduk, atau digendong di depan (bayi/anak yang tak
kooperatif)
 Suruhlah pasien untuk melepas topi, bando atau benda lain yang menutupi kepala
 Lingkarkan pita pengukur melewati tonjolan dahi (glabela) dan belakang kepala
(protuberantia occipitalis), kencangkan pita hingga menekan rambut, kemudian baca
hasil pengukuran.

IV. Pengukuran Lingkar Lengan Atas

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk menggambarkan


keadaan jaringan otot dan lapisan lemak dibawah kulit. Pengukuran ini hanya sensitif menilai

8|Page
keadaan gizi anak balita. Indeks pengukuran LILA bersifat sangat labil dan hanya
menggambarkan keadaan gizi masa kini. Pengukuran lingkar lengan atas tidak dibedakan
menurut umur dan jenis kelamin. LILA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/keadaan
tumbuh kembang pada kelompok usia pra sekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat
lahir menjadi 16 cm pada usia 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1-3 tahun.
Kriteria penggolongan status gizi anak balita dan ambang batas (cut of points) adalah sebagai
berikut : Gizi baik, bila LILA > 13,5 cm. Gizi kurang, bila LILA antara 12,5 – 13,5cm. Gizi
buruk atau bayi dengan KEP, bila LILA < 12,5 cm.

Cara pengukuran lingkar lengan atas adalah sebagai berikut :

Alat yang diperlukan : pita pengukur dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis kertas.

Prosedur pengukuran :

 Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan menggantung bebas, dan telapak tangan
menghadap paha dan lengan baju disingkirkan. Tetapkan posisi bahu dan siku.
 Letakkan pita antara bahu dan siku.
 Menentukan titik tengah lengan atas (pertengahan antara akromion dan olekranon).
 Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan sampai cukup terukur keliling lingkar
lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
 Membaca hasil pengukuran.

Selain pengukuran antropometri untuk menilai tumbuh kembang diperlukan


pemeriksaan tubuh yang lain yang terlihat pada tanda-tanda fisik lainnya yaitu :

 Keseluruhan fisik : dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh, anggota.
 Jaringan otot : tumbuh kembang otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha
dengan cara cubitan tebal.
 Jaringan lemak : diperksa pada kulit di bawah triceps dan sub skapuler dengan cubitan
tipis.
 Rambut : diperiksa pertumbuhannya, warna, diameter (tebal atau tipis), sifat (lurus
atau keriting) dan akar rambut (mudah dicabut atau tidak).
 Gigi-geligi : jadwal pertumbuhan gigi-geligi susu (saat erupsi), saat tanggal dan
pergantian/rupsi gigi-geligi permanen.6

9|Page
Pemeriksaan Denver

Uji skrinning yang paling sering digunakan adalah development denver screening test
(DDST). DDST memberikan penilaian empat domain perkembangan pribadi-sosial,
penyesuaian motorik halus, bahasa dan motorik kasar sejak lahir sampai umur 6 tahun. Uji ini
dilakukan dalam waktu 20-30 menit tanpa pelatihan yang luas dan peralatan yang mahal.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, DDST secara efektif dapat
mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak pra sekolah yang mengalami
keterlambatan perkembangan dan pada “follow up” selanjutnya ternyata 89% dari kelompok
DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.

DDST telah dikritik karena kurang mengidentifikasi anak dengan ketidakmampuan


perkembangan anak khususnya masalah bahasa. Uji ini bukan untuk meramalkan akan tetapi
untuk mendeteksi kemampuan anak di bawah normal dengan umur sebayanya. Selain itu
DDST bukan pula tes diagnostik atau tes IQ. 2 uji ini kemudian diterbitkan kembali sebagai
DDST-II dengan seksi bahasa yang sangat diperluas. DDST-II dilaporkan mempunyai
sensitivitas yang lebih besar terutama untuk keterlambatan bahasa.7

Tes Denver II dapat dipakai untuk berbagai tujuan sebagai berikut.

1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai usianya.


2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.
3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala, kemungkinan
adanya kelainan perkembangan.
4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.
5. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.

Tes Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak,
mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi
menjadi 4 sektor sebagai berikut.

1. Personal Social (perilaku sosial), aspek yang berhubungan dengan kemampuan


mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus), aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan

10 | P a g e
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.
3. Language (bahasa), kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4. Gross motor (gerakan motorik kasar), aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh.

Setelah menyelesaikan Tes Denver II kita perlu melakukan tes perilaku untuk membantu
pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif dan memperoleh taksiran kasar
bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya. Adapun alat-alat pokok yang
digunakan dalam Tes Denver II adalah sebagai berikut.

 Alat peraga : benang wol merah, icik-icik dengan gagang kecil, boneka kecil dengan
botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kismis (sekarang diganti manik-manik),
botol kecil berwarna kuning dengan tutup berdiameter 8 cm, kubus warna merah-
kuning-hijau-biru (rusuk 2,5 cm dan masing-masing 2 buah), lonceng kecil, bola
tenis.
 Lembar formulir DDST II yang dapat dilihat pada gambar 1.
 Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara
penilaiannya.

11 | P a g e
Gambar 1. Formulir Tes Denver.

Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam normal, abnormal, meragukan, dan
tidak dapat dites. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Abnormal
a. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
b. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor
atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
2. Meragukan
a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
3. Tidak dapat dites
a. Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.

12 | P a g e
4. Normal
a. Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

Pada setiap item, kita perlu mencantumkan skor di area kotak berwarna putih (dekat tanda
50%), dengan ketentuan sebagai berikut.7,8

1. L = Lulus/Lewat (P = Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang
tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item
tersebut (item yang bertanda L).
2. G = Gagal (F = Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang
tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item
tersebut (item yang bertanda L).
3. M = Menolak (R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut.
Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus
dilakukannya (khusus item tanpa tanda L).
4. Tak = Tak ada kesempatan (No = No Opportunity). Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan (khusus item yang bertanda
L).

Sebelum melakukan tes ini, kita harus mengetahui usia anak terlebih dahulu. Untuk usia
anak, kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut.

1. Tulis tanggal, bulan, dan tahun diadakannya tes.


2. Kurangi tanggal pemeriksaan dengan tanggal lahir anak dengan cara bersusun.
3. Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai dari angka
bulan didepannya.
4. Hasilnya adalah usia anak dalam tahun, bulan, dan hari.
5. Ubah usia anak ke dalam satuan bila perlu.
6. Jika pada saat pemeriksaan usia anak lahir prematur di bawah 2 tahun, anak lahir 2
minggu atau lebih cepat, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara mengurangi
umur anak dengan jumlah minggu tersebut.

Adapun interpretasi dari nilai Denver II sebagai berikut.

 Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada
kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut).

13 | P a g e
 OK
Lulus, gagal, atau menolak item yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil
ke 25 dan ke-75, karena item di sebelah kanan garis usia adalah tugas untuk anak
yang lebih tua.
 Caution
Gagal atau menolak item yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau
diantara persentil ke-75 dan ke-90.
 Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis;
penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan
untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu

Berikut adalah penilaian keseluruhan tes.

 Normal : tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan


 Suspect : satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan
 Untestable : interpretasi ini diberikan jika terdapat 1 atau lebih skor “Terlambat” (1
D) dan/atau 2 atau lebih “Peringatan” (2 C). Dalam hal ini T atau P harus disebabkan
oleh penolakan (R) dan bukan gagal (G)

Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable : skrinning ulang dilakukan 1 sampai
2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.8

Diagnosis

Sesuai skenario, bayi perempuan tersebut belum bisa duduk sendiri padahal usianya
sudah 9 bulan, dan itu berarti pada tes Denver dia Caution (C). Menurut tes Denver bayi
berusia 9 bulan sudah bisa bangkit untuk berdiri dan bangkit terus duduk. Namun untuk
menentukan interpretasi akhir tes harus dilakukan uji item-item lainnya yang berdekatan
dengan garis usia pada aspek motorik kasar. Jadi diagnosisnya adalah perkembangan motorik
kasar yang lambat pada bayi.9

14 | P a g e
Bayi 9 Bulan Normal

Personal sosial Motorik halus Bahasa dan bicara Motorik kasar

Membalas senyum Membenturkan 2 kubus Mengucapkan Bisa bangkit terus duduk


pemeriksa papa/mama spesifik (pada skenario tidak bisa)

Menyatakan keinginan Memegang dengan ibu Bisa mengoceh Berdiri dengan


jari dan jari berpegangan

Tepuk tangan Mengambil 1 kubus Kombinasi silabel Membalik

Makan sendiri Memindahkan kubus Menumpu beban pada


kaki

Penatalaksanaan

I. Farmakoterapi

Farmakoterapi lebih mengarah kepada pemberian obat-obatan, seperti antibiotik,


antipiretik, multivitamin, dan lain-lain. Selain itu pemerintah Indonesia telah memiliki
pedoman vaksinasi. Prinsipnya vaksinasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu vaksinasi
wajib, terutama yang ditujukan bagi bayi dan anak (vaksinasi tuberkulosis, hepatitis B,
difteri, tetanus, pertusis, polio, dan campak) serta vaksinasi yang dianjurkan (MMR,
demam tifoid, varisela, hepatitis A, haemophilus influenza tipe B, rabies, influenza,
pneumokokus, meningokokus, rotavirus, kolera, yellow fever, japanase encephalitis dan
human papillomavirus), yang diperuntukan baik bagi anak maupun dewasa.10

II. Non Farmakoterapi

Non farmakoterapi lebih berhubungan dengan pemberian edukasi atau informasi


lebih lanjut apa yang akan atau harus dilakukan oleh pasien maupun keluarganya
selanjutnya, baik itu pemberian nutrisi yang adekuat ataupun pemberian latihan yang baik

15 | P a g e
pada anak. Pemberian nutrisi yang baik untuk bayi berusia 9 bulan berupa ASI/susu
formula + Fe, bubur sereal bayi + Fe, jus buah dan sayuran, daging saring, roti gandum.

Dalam melakukan penatalaksanaan untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak


diperlukan usaha-usaha dari berbagai pihak terutama lingkungan terdekat seperti
keluarga. Diperlukan usaha dari orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar anak.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan menjadi 3
kebutuhan dasar :

1. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh)


 Pangan atau gizi.
 Perawatan kesehatan dasar seperti imunisasi, pemberian ASI, penimbangan
bayi atau anak secara teratur, pengobatan jika sakit.
 Papan atau pemukiman yang layak.
 Higiene perorangan, sanitasi lingkungan.
 Sandang.
 Kesegaran jasmani, rekreasi.
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (Asih)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras
antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang
yang selaras. Kebutuhan ini diwujudkan dengan kontak fisik dan psikis sedini
mungkin. Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat (bonding)
dan kepercayaan dasar (basic trust). Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun
pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik
fisik, mental maupun sosial emosi.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental mengembangkan perkembangan mental
psikososial seperti kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas.11

16 | P a g e
Prognosis

Prognosis pada skenario ini adalah baik, dimana keterlambatan perkembangan


motorik kasar pada bayi tersebut dapat diatasi dengan pemberian nutrisi yang baik ataupun
pelatihan yang terus diberikan oleh orangtuanya.

Kesimpulan

Bayi berumur 9 bulan yang belum bisa duduk sendiri mengalami perkembangan
motorik kasar yang lambat. Hal ini diketahui dengan tes denver, dimana seharusnya anak
berumur 5-8 bulan sudah bisa duduk sendiri. Keterlambatan pada perkembangan motorik
kasar ini dapat diatasi dengan pemberian nutrisi yang adekuat dan latihan pada bayi tersebut.
Karena itu dokter harus memberikan edukasi terhadap orangtua bayi tersebut.

17 | P a g e
Daftar Pustaka

1. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;


2005. h.1-78.
2. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Jakarta : EGC; 2008. h. 1-7.
3. Schartz MW, editor. Pedoman klinis pediatri. Jakarta : EGC; 2005. h. 1-31.
4. Miall L, Rudolf M, Levene M. Paediatrics at a glance. 2nd ed. Victoria : Blackwell
Publishing Asia; 2007; p. 10-42.
5. Meadow SR, Newell SJ. Lecture Notes on Pediatrics. 7th ed. Jakarta : Erlangga; 2009.
6. Nursalam. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika; 2005.
7. Stephen SA. Ilmu kesehatan anak Nelson. Dalam : Samik W, penyunting.
Pertumbuhan dan perkembangan. Edisi ke-15. Jakarta : EGC; 2013. h. 45-85.
8. Nugroho HSW. Petunjuk praktis Denver Developmental Screenning Test. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. h. 4-8, 16-20.
9. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004. h. 84.
10. Cahyono JBSB, Lusi RA, Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K. Vaksinasi,
cara ampuh cegah penyakit infeksi. Jakarta : Kanisius; 2010. h.1-169.
11. Hidayat AA. Asuhan neonatus, bayi, dan balita. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007. h.1-17.

18 | P a g e

También podría gustarte