Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1. PENDAHULUAN
1
tumpahan bahan ke waktu, hipofaring dan arah gerakan bolus melalui
hipofaring, kemampuan untuk menghapus bolus selama menelan, adanya
penyatuan dan residu bahan di hipofaring, waktu aliran bolus dan
perlindungan jalan nafas, sensitivitas struktur faring / laring dan efek anatomi
pada menelan.1
2
2. ANATOMI
Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut
terletak didepan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar
lidah. Nasofaring melua dari dasar tengkorak sampai batas palatum mole,
orofaring meluas dari batas tadi sampaibatas epiglottis, sedangkan dibawah
garis batas ini adalah laringofaring atau hipofaring.2
Rongga Mulut
Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris
yang dipersarafi oleh saraf fasialis. Vermilion berwarna merah karena ditutupi
oleh lapisan tipis epitel skuamosa. Ruangan di antar mukosa pipi bagian
dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Muara duktus kelenjar parotis
menghadap gigi molar kedua atas. 2
Gigi ditunjang oleh Krista alveolar mandibula bagian bawah dan Krista
alveolar maksilla dibagian atas. Gigi pada bayi terdiri atas dua gigi seri, satu
3
gigi taring dan dua gigi geraham. Gigi dewasa terdiri dari dua gigi seri, satu
gigi taring,dua gigi premolar, dan tiga gigi molar.permukaan oklusal dari gigi
seri berbentuk menyerupai pahat dan gigi taring tajam, sedangkan gigi
premolar dan molar mempunyai permukaan oklusal yang datar. Daerah di
antara gigi molar paling belakang atas dan bawah dikenal dengan trigonum
retromolar. 2
Palatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum dibagian depan dan
sebagian besar dari otot palatum mole dibagian belakang. Palatum mole dpat
diangkat untuk faring bagian nasal dari rongga mulut dan orofaring.
Ketidakmampuan palatum mole menutup akan mengakibatkan bicara yang
abnormal (Rinolalia aperta) dan kesulitan menelan. Dasar mulut diantara lidah
dan gigi terdapat kelenjar sublingual dan bagian dari kelenjar submandibula.
Muara duktus mandibularis terletak ditepi frenulum lidah. Kegagalan kelenjar
liur untuk mengeluarkan liur akan menyebabkan mulut menjadi kering, atau
xerostomia. Hal ini menyebabkan keluhan yang menyulitkan pada beberapa
pasien. 2
Lidah merupakan organ muscular yang aktif. Dua pertiga bagian depan
dapat digerakkan, sedangkan pangkalnya terfiksasi. Otot dari lidah dipersarafi
oleh saraf hipoglossus. Sensasi dua pertiga bagian depan dipeersarafi oleh
saraf lingualis dan sraf glosofaringeus pada sepertiga lidah bagian belakang. 2
Korda timpani mempersarafi cita rasa lidah dua pertiga bagian depan,
sedangkan saraf glosofaringeus mempersarafi citarasa lidah sepertiga bagian
belakang. Cita rasa dibagi dalam daerah-daerah tertentu. Misalnya , rasa pahit
dapat dirasakan pada lidah bagian belakang. Permukaan lidah bagian atas
dapati dibagi menjadi dua pertiga depan dan sepertiga belakang oleh garis
papilla sirkumvalata yang berbentuk huruf V. Foramen sekum yang terdapat di
puncak dari huruf V merupakan tempat asal dari duktus tiroglosus. Fungsi
lidah untuk bicara dan menggerakkan bolus makanan pada waktu
pengunyahan dan penelanan. 2
4
Faring
Dibelakang mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang
sphenoid dan dasar tulang oksiput di sebelah atas, kemudian bagian depan
tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain. Nasofaring
membuka kearah depan ke hidung melalui koana posterior. Superior, adenoid
terdepat pada mukosa bagian atas dari nasofaring. Disamping, muara tuba
eustachius kartilaginosa terdapat didepan lekukan fossa rosenmuller. Kedua
struktur ini berada diatas batas bebas otot konstriktor faringis superior. Otot
tensor veli palatine, merupakan otot yang menegangkan palatum dan
melebarkan tuba eustachius, masuk ke laring melalui ruangan ini. Otot ini
membentuk tendon yang melekat sekitar hamulus tulang untuk memasuki
palatum mole. Otot tensor veli palatine dpersarafi oleh saraf mandibularis
melalui ganglion otic. 2
Orofaring kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila
faringeal dalam kapsulnya terletak pada mukosa dinding lateral rongga mulut.
Di depan tonsilla, arkus faring anterior disusun oleh otot palatoglossus, dan
dibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh palatofaringeus. Otot-otot
ini membantu menutupnya orofaring bagian posterior. Semuanya dipersarafi
oleh pleksus faringeus. 2
Tonsilla disusun oleh jaringan limfoid yang diliputi oleh epitel skuamosa
yang berisi beberapa kripta. Tampaknya tidak dapat dibuktikan adanya
penurunan kekebalan yang disebabkan oleh pengangkatan tonsila. Celah di
atas tonsila merupakan sisa dari endodermal muara arkus brankial kedua;
dimana fistula brankial atau sinus internal bermuara. Infeksi dapat terjadi
diantara kapsul tonsil dan ruangan sekitar jaringan dan dapat meluas ke atas
pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsiler. 2
Hipofaring terbuka kearah depan masuk ke introitus laring. Epiglotis
dilekatkan pada dasar lidah oleh dua frenulum lateral dan satu frenulum di
garis tengah. Hal ini menyebabkan terbentuknya dua valekula setiap sisinya.
Dibawah valekula adalah permukaan laryngeal dari epiglottis. Dibawah muara
5
glottis bagian medial dan lateral terdapat ruangan yang disebut sinus
piriformis yaitu diantara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Lebih
kebawah lagi terdapat otot-otot dari lamina krikoid, dan dibawahnya terdapat
muara esophagus. 2
Esophagus bagian cervical terletak kurang lebih pada garis tengah leher
belakang trakea dan didepan korpus vertebra. Saraf laringeus rekurens
terdapat pada alur esophagus dan trakea. Arteri karotis komunis dan isi dari
selubung karotis terletak dilateral esophagus. Pada lapisan otot faring terdapat
trigonum yang lemah diatas otot krikofaringeus yang berkembang dari krikoid
dan mengelilingi esophagus bagian atas. Divertikulum yang disebut
divertikulum zenker dapat keluar melalui derah yang lemah ini dan
berlawanan dengan penelanan. 2
Faring merupakan daerah dimana udara melaluinya dari hidung ke laring
juga dilalui oleh makanan dari rongga mulut ke esophagus. Oleh karena itu,
kegagalan dari otot faringeal, terutama yang menyusun ketiga otot konstriktor
faringis, akan menyebabkan kesulitan dalam menelan dan biasanya juga
terdapat aspirasi air liur dan makanan ke dalam cabang trakeobronkial. 2
6
Gambar 2.Kepala & Leher Potongan Paramedian 3
3. FISIOLOGI MENELAN
Dalam fase menelan akan terjadi hal seperti berikut, (1) pembentukan
bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik, (2) upaya sfingter
mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase menelan, (3) mempercepat
masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi, (4) mencegah
masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring, (5)
kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus
7
makanan ke arah lambung, (6) usaha untuk membersihkan kembali
esophagus. Proses menelan di mulut, faring, laring, dan esophagus secara
keseluruhan akan terlihat berkesinambungan.2
8
Gambar 3. Proses menelan 5
9
ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi
penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi m. levator veli palatine.
Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosuss yang menyebabkan ismus
fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus
makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.
b. Fase faringal
3. Pita suara laring bertautan secara erat, dan laring ditarik ke atas dan
anterior oleh otot-otot leher. Kerja ini, digabung engan adanya
ligament yang mencegah pergerakan epiglottis ke atas, menyebabkan
epiglottis bergerak ke arah belakang di atas pembukaan laring.kedua
10
efek ini mencegah masuknya makanan ke dalam trakea. Yang paling
penting adalah eratnya tautan pita suara, namun epiglottis membantu
mencegah makanan agar sejauh mungkin dari pita suara. Kerusakan
pita suara atau otot-otot yang membuatnya bertautan dapat
menyebabkan strangulasi. Sebaliknya, pembuangan epiglottis biasanya
tidak menyebabkan ganguan serius pada proses menelan. 5
c. Fase esofagal
11
Merupakan fase perpindahan makanan dari esophagus ke lambung.
Dalam keadaan istrahat introitus esophagus selalu tertutup. Dengan
adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka terjadi
relaksasi m.krikofaring, sehingga introitus esophagus terbuka dan bolus
makanan masuk ke dalam esophagus.5
Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih
kuat, melebih tonus introitus esophagus sewaktu istrahat, sehinga
makanan tidak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks dapat
dihindari.Gerak bolus makanan di esophagus bagian atas masih
dipengaruhi oleh kontraksi m.konstriktor faring inferior pada akhir fase
faringal. Selanjutnya bolus makanan akan di dorong ke distal oleh gerakan
peristaltic esophagus. 5
Dalam keadaan istrahat esophagus bagian bawah selalu tetutup dengan
tekanan rata-rata 8 mmHg lebih dari tekanan di dalam lambung, sehingga
tidak akan terjadi reguirgitasi lambung. 5
Pada akhir fase esofagal sfingter ini akan terbuka secara reflex ketika
dimulainya peristaltic esophagus servikal untuk mendorong bolus
makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, maka
sfingter ini akan menutup kembali.5
4. DISFAGIA
Keluhan sulit menelan (disfagia), merupakan salah satu gejala kelainan
atau penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini timbul bila teradapat
gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari
rongga mulut ke lambung. Dilihat dari fisiologi proses menelan, disfagia
dapat terjadi pada fase oral, fase faringal, dan fase esofagal.2,5
Dampak yang timbul akibat ketidaknormalan fase oral ;2,5
a. Keluhan air liur (drooling = sialorrhea) yang disebabkan gangguan
sensorik dan motorik pada lidah, bibir, dan wajah.
b. Ketidaksanggupan membersihkan residu makanan di mulut dapat
disebabkan oleh defisiensi sensori pada rongga mulut dan atau
gangguan motorik lidah
12
c. Karies gigi yang mengakibatkan ganguan distribusi saliva dan
meningkatkan sensitivitas gigi terhadap rasa panas, dingin, dan rasa
manis.
d. Hilangnya rasa pengecapan dan penciuman akibat keterlibatan lagsung
dari saraf cranial.
e. Gangguan proses mengunyah dan ketidaksanggupan memanipulasi
bolus
f. Gangguan mendorong bolus ke faring
g. Aspirasi cairan sebelum proses menelan dimulai yang terjadi karena
gangguan motorik dari fungsi lidah sehingga cairan akan masuk ke
faring sebelum reflex menelan muncul.
h. Rasa tersedak (choking) oleh batuk pada saat fase faring.
13
e. Peristaltic yang lemah atau tidak timbul mengakibatkan aspirasi setela
proses menelan berlangsung karena residu yang menetap dapat masuk
ke saluran napas yang terbuka. Hal ini berhubungan dengan penyakit
neurologi baik sentral maupun perifer. Peristaltic yang lemah dapat
terjadi pada usia tua.
f. Sfingter krikofaring gagal berelaksasi. Aspirasi dapat terjadi karena
penumpukan bahan/makanan pada sfingter yang tertutup.
5. INDIKASI FEES
-
Indikasi FEES, dengan alasan logistic 6
Tidak tersedia fluoroskopi
Transportasi ke radiologi beresiko
Kepedulian dengan bahaya radiasi
-
Indikasi FEES, dengan alasan klinis: 6
Menilai pasien dengan risiko tinggi aspirasi
Melihat struktur laringofaringeal
Menilai apabila terjadi kelelahan menelan disetiap waktu
Menilai proses menelan pada makanan tertentu
Menilai pasien yang tidak dapat menjalani videofluoroskopi (karena
imobilitas, peralatan atau ketidakstabilan medis)
Penilaian berulang.
-
Hasil dari penilaian endoskopik dapat mencakup evaluasi terhadap 6,7
Anatomi dan fisiologi menelan
Manajemen sekresi dan sensasi
Perlindungan jalan napas
Menelan makanan atau cairan
Postur, strategi dan maneuver
Konsistensi bolus dan ukuran optimal yang masuk pada saat menelan
Tehnik terapi
6. KONTRAINDIKASI
FEES mungkin tidak cocok dilakukan pada pasien-pasien berikut : 6.8
Acquired neurological disoreder
Cedera otak
Gangguan pada leher dan kepala baik jinak atau ganas
Pasien yang terpasang trakeostomi dan ventilator
14
Gangguan pernapasan
Trauma spinal
Neuro-degenerative
Luka bakar
Anak-anak
Lanjut usia
8. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
15
Setelah mewawancarai pasien, pemeriksa dapat memilih untuk
dilakukan pemeriksaan FEES. Persiapan untuk pemeriksaan termasuk
mengumpulkan beberapa perlengkapan dan peralatan. Perlengkapan meliputi
makanan dan cairan, pewarna makanan (warna biru atau hijau), pelumas
untuk selubung dari endoscope, bantalan persiapan alkohol, sendok dan
jerami, sarung tangan, dan, jika diindikasikan, dekongestan hidung. 6,7,8
Persiapan Makanan
16
Jika pasien rawat jalan atau rehabilitasi, pemeriksaan kemungkinan
akan dilakukan di klinik. Pasien rawat inap, ICU dan pasien khususnya, sering
dilakukan di samping tempat tidur. Gambar 5 dan 6 menunjukkan kedua
pemeriksaan FEES berlangsung. Perhatikan posisi monitor dan metode
memegang endoskopi untuk FEES pemeriksaan.. "Fishing pole" merupakan
teknik paling sukses karena kemampuan pemeriksa untuk bergerak dan posisi
lingkup jauh dari wajah mereka. Ini memberikan kenyamanan dan daya tahan
terbesar pada pemeriksaan yang mungkin membutuhkan 15 menit atau lebih
untuk menyelesaikan pemeriksaan.6,8
17
a. Pemeriksaan sebelum menelan “ Preswallowing” 6,7,8
Pada tahap pertama pemeriksa menilai anatomi pasien yang berkaitan
dengan proses menelan, fungsi muscular dari oromotor, mengetahui
kelainan fase oral, catatan status dari setiap sekresi berdiri, langsung
menilai gerakan struktur utama, dan menilai fungsi sensorimotor di
kawasan ini. Semua pengamatan ini membantu dokter menentukan
kemampuan pasien untuk menelan secara normal, dan menjelaskan pola-
pola disphagi yang mungkin ada.
-
Catatan tentang anatomi. Anatomi permukaan dalam nasofaring,
orofaring, dan hipofaring dapat dilihat langsung di prosedur FEES.
Anatomi dapat berubah oleh karena trauma, operasi, atau kondisi
kongenital sehingga memiliki dampak pada jalur bolus, kemampuan untuk
menelan bolus, dan kemampuan untuk tetap keluar dari hidung dan
saluran napas. Benda asing dan massa yang dilihat dicatat dan dirujuk ke
THT.6,7,8
-
Status sekresi. Adanya sekresi berlebih dalam hipofaring adalah penting
untuk dicatat. Konsistensi dari sekresi dapat menyatakan asal dan berapa
lama sekeresi tersebut telah ada. Lokasi sekresi membantu untuk
memprediksi kemampuan pasien untuk menelan makanan dan cair.
Murray et al. menyatakan bahwa adanya sekresi berdiri yang berlebihan
dalam vestibulum laring yang tidak dibersihkan secara spontan oleh pasien
sangat memungkinkan terjadinya aspirasi makanan atau cairan. Hal
tersebut menunjukkan kesadaran sensorik yang kurang baik untuk
mengurangi sekresi (dan bolus) atau mengurangi kemampuan untuk
membersihkan sekresi (dan bolus) ketika proses menelan dicoba.6,8
-
Penilaian gerakan. Gerakan struktural utama yang diperlukan untuk
menelan dinilai dalam Bagian I dari prosedur FEES seperti yang
dijalankan dalam nonswallow, tugas phonatory: dasar pencabutan lidah,
penutupan pelabuhan velopharyngeal, penutupan laring, elevasi laring,
dan medialization dinding faring. Kemudian, ketika pasien diberikan
18
makanan dan cairan untuk makan / minum, gerakan-gerakan yang sama
dinilai lagi. Suatu penilaian preswallow diperlukan, Namun, karena
pandangan selama menelan aktual cepat berlalu. Retroflexion Epiglottal
terlihat hanya selama menelan, bagaimanapun, dan gerakan ini perlu
diidentifikasi selama bagian menelan pemeriksaan oleh pemeriksa saat
meninjau penelitian untuk menentukan apakah itu terjadi.6,7,8
-
Pengujian sensorik. Selain menilai gerakan struktural, pemeriksa menilai
fisiologi sensorik yang berhubungan dengan menelan. Ada beberapa
indikasi FEES untuk menilai fungsi ini. Apakah arti pasien endoskopi di
tenggorokan? Apakah terdapat rasa kebocoran bolus pasien, residu,
penetrasi, atau aspirasi ? Akhirnya, jika diinginkan, pemeriksa bisa
langsung menilai respon pasien terhadap rangsangan langsung. Salah satu
cara cepat untuk menilai ini adalah pemeriksa menyentuh ringan lipatan
aryepiglottic atau ujung epiglottis dan menanyakan apakah pasien
merasakan. Seorang individu normal akan memiliki persepsi yang
mendadak dan berbeda saat disentuh dan memberikan respon positif atau
batuk Sebuah alternatif untuk menyentuh langsung bagi pemeriksa untuk
mengelola tes sensorik formal, dimana udara diberikan pada daerah
aryepiglottic, yang pada ambang batas, akan membangkitkan refleks
laring adduktor ( LAR).6,8
19
proses menelan. Hal ini membuat perbandingan antara pasien lebih mudah
ketika menilai keberadaan dan tingkat keparahan tumpahan, dan clearance
bolus. Kemudian, pemeriksa akan melanjutkan konsistensi apapun dan
ukuran bolus makanan dan cairan yang tepat untuk menilai atau
dilaporkan oleh pasien yang bermasalah. Disarankan bahwa pasien rawat
jalan membawa makanan mereka sendiri untuk menguji, dan bahwa
makanan tersebut akan digunakan untuk menilai proses menelan pada
pasien rawat inap. Pada akhir pemeriksaan, jika telah ada pertanyaan
kehadiran aspirasi dengan cairan, pasien harus diberi satu bolus cairan
akhir dari susu atau cairan dengan bubuk barium dicampur di dalamnya.
Hal ini dilakukan karena mantel barium mukosa baik dan meninggalkan
jejak dari jalan. Jika pasien telah disedot, bukti itu terlihat jelas di rak
subglottic dan di ruang depan laring.
c. Terapi intervensi6,7,8
Pemeriksa mengaplikasikan berbagai maneuver dan posisi kepala
untuk menilai apakah terdapat peningkatan kemampuan menelan. Satu
keuntungan besar dari pemeriksaan FEES adalah waktu yang tersedia
untuk menguji setiap dari sejumlah postur yang berbeda, konsistensi bolus
dan ukuran, metode pengiriman, atau perubahan perilaku. Pemeriksa dapat
meminta pasien untuk menelan kering atau mengambil mencuci cair untuk
melihat efeknya pada pengurangan residu.. Pasien dapat diajarkan cara
baru menelan, menggunakan gambar pada monitor sebagai biofeedback.
Dia dapat diajarkan manuver tahan napas di mana pita suara yang tertutup
rapat sebelum menelan. Pasien dapat diajarkan menelan terkendali di
mana cairan terkandung dalam mulut selama 1 atau 2 detik sebelum
melepaskan untuk memulai menelan. Daftar berikut menggambarkan
beberapa teknik kompensasi dan rehabilitatif yang mungkin yang dapat
diajarkan kepada pasien selamaevaluasi:
20
Modifikasi volume bolus, konsistensi, viskositas
Perubahan metode makanan / cairan pengiriman
10. INTERPRETASI
21
Banyaknya sekresi cairan pada laring bagian depan yang tidak
dirasakan oleh pasien dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya
aspirasi cairan atau makanan. Juga ketika adanya tekanan yang kurang pada
faring menyebabkan resiko aspirasi makanan semakin tinggi.
Setelah pasien mulai makan dan minum. Profile disfagi mereka akan
muncul, Umunya terdapat 4 pola yang paling terlihat pada pasien dengan
disfagi sekunder, antara lain adalah : 6,8
22
jiwa kemungkinan makan dengan paksa tanpa memberikan waktu untuk
faring dan laring bersiap untuk menelan. Atau pasien mungkin mengalami
kesulitan memulai menelan dan menahan bolus dalam waktu tertentu akibat
paling beratnya adalah bolus tersebut tumpah kedalam laring sebelum jalan
napas menutup. Pada pemeriksaan FEES dapat melihatnya secara langsung
karena pada pemeriksaan terdapat gambaran badai salju yang masih dapat
terlihat. Keterlambatan pada fase faringeal telah digunakan untuk menilai
kelainan ini. Yang dinilai adalah berapa lama bolus tersebut ada dalam faring
sebelum menelan dimulai. Penilaian ini dapat dengan mudah dihitung dengan
menggunakan endoskopi maupun flouroskopi. Hasil penelitian telah
menetapkan bahwa sedikit tumpahan pada makanan padat di faring umumnya
normal, atau ketika instruksi untuk menelan tidak dijelaskan secara spesifik
kepada pasien, akibatnya keterlambatan yang normal dibandingkan
keterlambatan pada fase faringeal menjadi kabur. Lamanya bolus di faring,
dikombinasikan dengan seberapa rendah bolus tersebut jatuh ke dalam faring,
ukuran dari bolus, dan pengaruh dari struktur anantomi pasien, secara
kumulatif akan menentukan apakah seseorang akan mengalami kesulitan
inisiasi dari menelan. Meskipun jarang bolus tumpah ke faring sebelum
proses menelan dimulai, adalah normal apabila bolus tumpah ke piriformis
atau setiap bolus ada di faring sekitar 5 detik. Jika system sensorik masih
baik, termasuk koneksi ke pusat cortical yang lebih tinggi masih baik ,
menelan akan selalu dipicu ketika bolus menyentuh tepi laring dan dengan
demikian aspirasi akan dapat dicegah.
23
inisiasi menelan. Untuk menyelesaikan masalah ini, hasil dari pemeriksaan
bagian pertama tadi harus diikutsertakan. Pemeriksaan penutupan glottis yang
adekuat di area plica vocalis harus dinilai. Selain itu, kecepatan gerakan laring
juga harus dinilai karena dapat memberikan informasi tentang respon
tumpahnya bolus bagi pemeriksa. Aspirasi dari bolus selama proses menelan
tidak mungkin secara langsung dapat dilihat pada pemeriksaan FEES karena
adanya gambaran badai salju. Bukti adanya aspirasi hanya dilihat dari residu
bolus yang terdapat di laring, plica vocalis, atau didaerah subglotis. Karena
cairan yang paling mungkin untuk merembes ke laring, sangat penting cairan
yang meninggalkan residu dapat digunakan selama pemeriksaan. Cairan yang
biasa digunakan adalah barium karena melapisi mukosa dengan baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
(Online)2011. [ Cited December 15th 2011 ] : [ p 1-7 ] available from
http://Aetna-American-Medical-Association.home
2. Boeis. L.R,Dkk. Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke-6. Balai Penerbit Buku
Jakarta.2000
4. Arthur G, Hall J. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9.Balai Penerbit Kedokteran
Kepala dan Leher. Edisi Ke-6. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2010
6. Kelly A.M., Dkk. Fibroetic Endoscopic Evaluatian of Swallowing (FEES): The
http://www.bu.edu/sargent/academics/faculty/slhs-programs/susan-e-langmore/
7. Susaan E.L, Jonathan E. Endoscopic Procedurs to Evaluate Orophryngeal
from http://books.google.co.id/books?
id=tWy7yYpzRZoC&pg=PA73&lpg=PA73&dq=functional+endoscopy,
+susan&source=bl&ots=8Fp2rwZY61&sig=8cdDlA_uyGsKew9MzF3IqzfxU
RQ&hl=id&sa=X&ei=R57tTvi8LcKIrAfM6NTwCA&ved=0CC8Q6AEwAg#
v=onepage&q=functional%20endoscopy%2C%20susan&f=false
8. Langmore, Susan. Endoscopic Evaluation of Oral and Pharyngeal Phase of
http://www.nature.com/gimo/contents/pt1/full/gimo28.html
9. Kartika,henny. Disfagi. Welcome & Joining Otolaryngology in Indonesian
http://www.hennykartika@gmail.com
26
10. ThickandeasyUK. Abnormal Swallow Animation 2- Thick and Easy
http://www.youtube.com
27