Está en la página 1de 24

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


PENYAKIT THYPOID

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1:
1. Afnur Rafli (14.401.15.002)
2. Amelia Ferdina Widodo (14.401.15.004)
3. Andi Perdana Saputra (14.401.15.006)
4. Angellita Monica Winarno (14.401.15.007)
5. Anggi Setyawan (14.401.15.009)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Anak dengan Penyakit
Thypoid”.
Dalam penyelesaian makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, maka kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya pada dosen pembimbing mata kuliah keperawatan anak.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, meskipun
demikian kami merasa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran sehingga dapat lebih menyempurnakannya.

Krikilan, Oktober 2017

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar................................................................................................................
i
Daftar Isi.........................................................................................................................
ii

Bab I Pendahuluan
1.1........................................................................................................................
Latar Belakang
.............................................................................................................................
3
1.2........................................................................................................................
Rumusan Masalah
.............................................................................................................................
4
1.3........................................................................................................................
Tujuan
.............................................................................................................................
4
1.4........................................................................................................................
Manfaat
.............................................................................................................................
4

Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Thypoid..................................................................................................
5
2.2 Etiologi......................................................................................................................
5
2.3 Manifestasi klinis......................................................................................................
5

2
2.4 Patofisiologi..............................................................................................................
6
2.5 Pathway.....................................................................................................................
7
2.6 Komplikasi................................................................................................................
8
2.7 Asuhan keperawatan.................................................................................................
9

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
22
3.2 Saran.........................................................................................................................
22
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia,
Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat
dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid
di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap
tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus
thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap
tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun
dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam
enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypii A. Demam tifoid pada
masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung
meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.Penyakit ini banyak
diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang
dewasa.Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi
A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui
kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya
kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang
kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella,
pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang
tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi
didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus
abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa
jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran
usus.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Thypoid?
2. Bagaimana etiologi Thypoid?
3. Apa saja manifestasi klinis Thypoid?
4. Bagaimana patofisiologi Thypoid?
5. Apa saja komplikasi Thypoid?
6. Bagaimana penatalaksanaan Thypoid?
7. Bagaimana asuhan keperawatan Thypoid?

1.3. Tujuan
1.............................................................................................................Aga
r mahasiswa mengerti dan mengetahui pengertianThypoid
2.............................................................................................................Aga
r mahasiswa mengerti dan mengetahui etiologi Thypoid
3.............................................................................................................Aga
r mahasiswa mengerti dan mengetahui manifestasi klinis Thypoid
4.............................................................................................................Aga
r mahasiswa mengerti dan mengetahui patofisiologi Thypoid
5.............................................................................................................Aga
r mahasiswa mengerti dan mengetahui komplikasi Thypoid
6.............................................................................................................Aga
r mahasiswa mengerti dan mengetahui penatalaksanaan Thypoid
7.............................................................................................................Aga
r mahasiswa mengerti dan mengetahui asuhan keperawatan Thypoid

1.4. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui penyakit Thypoid pada anak
2. Untuk Pembaca
Agar menambah wawasan tentangpenyakit Thypoid pada anak, serta
dapat diaplikasikan di dalam masyarakat.
3. Untuk Institusi
Untuk menambah referensi dan wawasan untuk diaplikasikan kepada
mahasiswa khususnya AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA, agar dapat

2
memberikan pelayanan kesehatan dalam keperawatan anak dengan baik
dan tepat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Thypoid


Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang
disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella
paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratyphoid biasanya lebih ringan
dengan gambaran klinis sama.(Ridha, 2014)
Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypi.Penyakit ini dapat ditularkan melalui
makanan, mulut, atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella
thypi.(Hidayat, 2009)
Demam Typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.Penyebab penyakit ini
adalah salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora.(Nursalam, 2009)

2.2. Etiologi
Penyebab demam thypoid adalah salmonella typhi, sedangkan demam
paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk kedalam spesies
salmonella enteritidis , yaitu: S. enteritidis bioserotipe paratyphi A, S.
enteritidis bioserotipe paratyphi B, S. enteritidis bioserotipe paratyphi C,
kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama S. Paratyphi A.S seholt moellen
dan S. Hirch feldri (Ridha, 2014).

2.3. Manfestasi Klinis


Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran
klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis
besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain :
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar
namun menjelang malamnya demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.

4
3. Mual berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang
biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
4. Diare atau mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,
namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air
besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan
rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa
menimbulkan rasa sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan
nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan
kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.(Hidayat,
2009)

2.4. Patofisiologi
Penularan salmonella typhi melalui mulut oleh makanan yang tercemar,
sebagai kuman yang dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk
ke usus halus, ke jaringan lamford dan berkembang biak, kemudian kuman
masuk aliran darah dan mencapai sel-sel reticulum dextral melepaskan kuman
kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakterinia untuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk ke jaringan beberapa organ tubuh terutama limpa,
usus dan kandung empedu pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia
plaks peyer, minggu kedua terjadi dekrosis dan minggu ketiga terjadi ulsenasi
plaks peyer.Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus-ulkus yang
menimbulkan sikatriks ulkus dapat menyebabkan pendarahan bahkan sampai
perfarasi usus, selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa
membesar.(Ridha, 2014)
2.5. Pathway

Kuman salmonella
thypi yang masuk
Lolos dr asam lambung
kedalam saluran
gastrointestinal
Bakteri masuk usus Malaise,perasaan
halus 5 tidak enak
badan,nyeri abdomen
Pembulih limfe inflamasi Mempengaruhi pusat
Inflamasi pdPenurunan
hati Gangguan
mobilitas Masukpenyerapan
Risiko kekurangan
Risiko deficit Merangasang melepas zat
thermoregulator
Nyeri
Perdarahan
Erosi masif
Peredaran darah
Splenomegali
Konstipasi air
Peningkatanpada usus
asam lambung
Anoreksia Hipertermi
dan limfa Penurunan volume
peristaltic usus
Diare
usus retikuloindetelial(RES cairan
nutrisi Masuk kealiran
epirogen olehdarah
leukosit
Endotoksin
dihipotalamus
2.6. Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam:
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perubahan tersebut
hanya dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses dengan
benzidin.Jika perdarahan banyak, maka dapat terjadi melena yang
bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus
Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya
dan terjadi pada bagian usus distal ileum.
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra intertinal
a. Komplikasi kardiovakuler: miakarditis, thrombosis, dan
trombo flebitis.
b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombusta penia dan
sindrom urenia hemolitik.
c. Komplikai paru: pneumonia, emfiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan
kolelitaris.
e. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan
perinefritis.
f. Komplikasi tulang: osteomielitis, spondilitis, dan ortitis.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang
terjadi.Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan tak semua berat dan
kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang sempurna.(Nursalam, 2009)

6
2.7. Penatalaksanaan
1. Obat-obat antibiotika yang biasa digunakan adalah kloram penikol,
tiam fenikal, kontra maksazol, ampizilin dan amoksilin.
2. Anti piretika.
3. Bila perlu diberikan laksansia.
4. Tirah baring selama demam, untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus.
5. Diet, diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam
bentuk saring atau lemak.
6. Makanan dapat ditingkatkan sesuai perkembangan keluhan gastra
intertinal sampai makanan biasa.
7. Tindakan operasi bila ada komplikasi perforasi.
8. Transfusi bila diperlukan pada komplikasi perdarahan.
[ CITATION HNa141 \l 2057 ]

2.8. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit ini bisa terjadi pada semua usia dan semua jenis kelamin
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan panas sudah dua hari dan muntah
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang dengan diantar keluarganya dengan keluhan panas,
pusing, mual muntah 3kali, sewaktu dirumah sudah diperiksakan ke
mantra setempat tetapi karena panas lagi maka segera dibawa
kerumah sakit
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini dan tidak pernah
dirawat dirumah sakit, hanya pilek atau batuk dan biasanya
diperiksakan ke mantra setempat, tidak ada riwayat alergi pada
pasien. Pasien mendapat imunisasi lengkap.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini dan
tidaak ada penyakit herediter lainnya [ CITATION Sur09 \l 1033 ].
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien tampak lemah
2) Kesadaran
Compos mentis
3) Kepala

7
I : tidak terdapat benjolan, rambut dan kulit kepala bersih
P : tidak terdapat nyeri tekan
4) Mata
I : konjungtiva tidak anemis, mata cowong, pupil simetris
5) Hidung
I : tidak terdapat pernapasan cupin hidung atau pun polip
P : tidak terdapat nyeri tekan
6) Mulut
I : mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat bau mulut
7) Telinga
I : telinga kanan dan kiri simetris, tidak terdapt gangguan
pendengaran
P : tidak terdapat nyeri tekan
8) Leher
I : leher simetris, tidak terdapat lesi
P : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
9) Dada
I : bentuk dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur
P : tidak terdapat nyeri tekan
P : terdengar suara redup
A : terdengar bunyi napas vesikuler, tidak terdapat bunyi
napas tambahan.
10) Abdomen
I : bentuk perut dtar tidak ada lesi
A : bissing usus >15 kali/ menit
P : terdengar bunyi hipertympani
P : terdapat nyeri tekan ada epigastrum
11) Ekstremitas
I : aktivitas dibantu keluarga dan tidak ada lesi
12) Anus
Tidak terdapat hemoroid [ CITATION Agu14 \l 1033 ].
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaaan penunjang pada pasien thypoid antara lain :
1) Pemeriksaan leukosit

8
Di dalam literature dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat
leukopenia dan limpositosis relative tetapi kenyatanya
leukopeniia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus
demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berda
pada batas batas normal bahkan kadang terdapat leukosit
walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder, oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak beguna untuk
diagnosa demam thypoid
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada deman sering kali meningkta tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya thypoid
3) Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibody (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap
salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan thypoid
juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboraturium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menetukan adanya aglutinin dalam serum
klie yang disangka menderita thypoid. Akibat infeksi salmonella
thypi, klien membuat antibody atau agglutinin yaitu :
a) Aglutinin O yang dibuat karena rangsangan antigen
O (berasal dari tubuh kuman)
b) Aglutinin H yang dibuat karena rangsangan antigen
H (berasal dari flagel kuman)
c) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan
antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
d) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan
H yang ditentukan untuk diagnose, makin tinggi titernya
makin besar klien menderita thypoid [ CITATION Agu14 \l
1033 ].
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Ketidakseimbangan Cairan
Definisi :
Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan
perpindahan cairan dan intravaskuler, instestitial atau intraseluler
Faktor Resiko

9
1) Prsedur pendahuluan mayor
2) Trauma/pendarahan
3) Luka bakar
4) Afaresis
5) Obstruksi instestitial
6) Peradangan pangkreas
7) Penyakit ginjal dan kelenjar
8) Disfungsi intestinal
Kondisi Klinis Terkait :
1) Prosedur Pembedahan Mayor
2) Penyakit Ginjal Dan Kalenjar
3) Pendarahan
4) Luka Bakar
b. Risiko defisit nutrisi
Definisi : berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme
Faktor Risiko :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Factor ekonomi (mis. Financial tidak mencukupi)
6) Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
Kondisi klinis terkait :
1) Stroke
2) Cerebral palsy
3) Amyotropic lateral sclerosis
4) Kerusakan neuromuscular
5) Luka bakar
6) Kanker
7) Infeksi
8) AIDS
c. Hipertermia
Definisi: suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab:
1) Dehidrasi
2) Tepapar lingkungan panas
3) Proses penyakit
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan incubator
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: (tidak tersedia)

10
Objektif:
1) Suhu tubuh di atas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardia
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait:
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
d. Nyeri
Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia
iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan
fisik berlebihan)
Gejala Dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis.waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif

11
(tidak tersedia)
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis
Kondisi klinis terkait :
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom korene akut
e. Konstipasi
Definisi : Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses
sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan banyak
Penyebab :
Fisiologis :
1) Penurunan motilitas gastrointestinal
2) Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3) Ketidakcukupan diet
4) Ketidakcukupan asupan serat
5) Ketidakcukupan asupan cairan
6) Kelemahan otot abdomen
Situasional :
1) Perubahan kebiasaan makan (mis. Jenis makanan, jadwal
makan)
2) Ketidaladekuatan toileting
3) Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4) Penyalahgunaan laksatif
5) Efek agen farmakologis
6) Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
7) Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8) Perubahan lingkungan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Defekasi kurang dari 2kali seminggu
2) Pengeluaran feses lama dan sulit
Objektif
1) Mengejan saat defekasi
2) Distensi abdomen

12
3) Kelemahan umum
4) Teraba massa pada rectal
Kondisi klinis terkait
1) Lesi/cidera pada medulla spinalis
2) Stroke
3) Sklerosis multiple
4) Penyakit parkison
5) Demensia
6) Hiperparatiroidisme
7) Hipotiroidisme
8) Ketidakseimbangan elektrolit
9) Hemoroid
10) Obesitas
11) Pasca operasi obstruksi bowel
12) Kehamilan [ CITATION TIM17 \l 1033 ].
3. Intervensi keperawatan
a. Resiko Ketidakseimbangan Cairan b/d output berlebih,
mual dan muntah
Kriteria Hasil :
1) Pasien Memiliki konsentrasi urine normal. Sebutkan nilai
dasar berat jenis
2) Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
untuk pasien
3) Tidak mengalami haus yang tidak normal
4) Menampilkan hidrasi yang baik (membrane mukosa
lembap, mampu berkeringant)
5) Memiliki asupan cairan oral/atau intravena yang adekuat
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
1) Pantau kebutuhan cairan pasien baik melalui oral / intra
vena
Penyuluhan untuk Pasien/keluarga
1) Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila
haus
Aktivitas lain
1) Lakukan hygiene oral secara sering
2) Tentukan jumlah dalam 24 jam, hitung asupan
yangdiinginkan sepanjang sift siang dan sore dan malam
3) Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik
sebelumpembedahan

13
4) Tingkatkan asupan oral (misalnya, sediakan seotan, beri
cairan di antara waktu makan, ganti air es secara ruti, buat es
bamboo dari jus ke sukaan ena, cetak agar-agar dalam bentuk
yang lucu-lucu, gunakan, cangkir obat kecil), Pasang kateter
urine, bila perlu Berikan cairan, sesuai dengan kebutuhan
(Wilkinson, 2015:314)
Aktivitas kolaboratif
1) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi, berikan
terapi IV
b. Defisit nutrisi
Kriteria hasil
1) Meningkatkan atau mempertahankan berat badan
2) Menejelaskan komponen diet bergizi adekuat
3) Mengungkapkan tekat untuk mematuhu diet
4) Menoleransi diet yang di anjurkan
5) Melaporkan tingkat energi yang adekuat
Aktifitas Keperawatan
1) Tentukan motifasi pasien untuk mengubah kebiasaan
makan
2) Pantau nilai laboratorium
Penyuluhan Untuk Pasien dan Keluarga
1) Ajarkan metode untuk perencanaan makan
2) Ajarkan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak
mahal
Aktifitas Kolaboratif
1) Diskusikan dengan ahli gizi dalm menentukan protein
pasien
2) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan
nutrisi
3) Rujuk ke program gizi yang tepat
Aktivitas Lain
1) Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam
jadwal makan
2) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan
kesukaan pasien
3) Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis
c. Hipertermia

14
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu
tubuh
2) Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
peningkatan suhu tubuh
3) Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermi
Intervensi NIC :
Pengkajian
1) Pantau aktivitas kejang
2) Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan
membran mukosa)
3) Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi
pernafasan
4) Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan
suhu
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali secara dini hipertermi
2) Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan
Aktivitas lain
1) Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien
dengan selimut
2) Gunakan waslap dingin (kantong es) di aksila, kening,
tengkuk dan lipat paha
3) Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2liter sehari,
dengan tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan
Aktivitas kolaboratif
1) Berikan obat antipiretik
2) Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk
mengatasi gangguan suhu tubuh
d. Nyeri akut
Kriteria Hasil :
1) Pasien akan memperlihatkan teknik relaksasi secara
individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
2) Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan
skala 0 – 10).

15
3) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi.
4) Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik
dan non analgesik tekanan darah.
5) Mempertahankan selera makan yang baik.
6) Melaporkan pola tidur yang baik.

Aktivitas keperawatan :

Pengkajian :

1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan


pertama mengumpulkan informasi pengkajian..
2) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata - kata yang
sesuai usia dan tingkat perkembangan pasien.
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga :
1) Informasikan kepada pasien tentang nyeri dan tidakan
untuk meredakan nyeri
2) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau
opioid (misalnya risiko ketergantungan atau overdosis).
Aktivitas lain :
1) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang
efektif dimasa lalu, seperti distraksi, relaksasi atau kompres
hangat / dingin.
2) Manajemen nyeri (NIC) : libatkan pasien dalam modalitas
peredaan nyeri jika memungkinkan, pastikan pemberian
analgesic terapi atau strategi non farmakologi sebelum
melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri
Aktivitas kolaboratif :
1) Manajemen nyeri (NIC) : gunakan tindakan pengendalian
nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat, laporkan kepada dokter
jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan, saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri
pasien di masa lalu interpersonal.
e. Konstipasi
Kriteria hasil:

16
1) Menunjukkan pengetahuan program defekasi yang
dibutuhkan untuk mengatasi efek samping ibat
2) Melaporkan keluarnya feses disertai berkurangnya nyeri
dan mengejan
3) Memperlihatkan hidrasi yang adekuat( mis, turgor kulit
baik, asupan cairan kira – kira sama dengan hhaluan ).
Aktifitas keperawatan
1) Dapatkan data dasar mengenai program defikasi, aktivitas,
pengobatan, dan pola kebiasaan pasien.
2) Kaji dan dokumentasikan : warna dan konsitensi fases,
frekuensi, dan konsitensi feses, keluarnya flatus, adanya
impaksi, ada atau tidak ada bising usus dan disentri abdomen
3) Pantau tanda dan gejala ruptur usus atau peritonitis,
indentifikasi faktor (misalnya, pengobatan,tirah baring,dan diet)
yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap kostipasi.
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
1) Informasikan kepada pasien kemungkinan konstipasi akibat
obat
2) Instruksikan pasien mengenai bantuan diminasi defekasi
yang dapat meningkatkan pola defikasi yang optimal di rumah
3) Ajarkan kepada pasien tentang efek diet
4) Intruksikan pasien tentang konsekuensi penggunaan laksatif
jangka panjang
Aktivitas kolaborasi
1) Minta program dari dokter untuk memberikan bantuan
eliminasi, seperti diet tinggi serat, pelunak fases, enema, dan
laksatif.
Aktivitas lain
1) Anjurkan pasien untuk meminta obat nyeri sebelum
defekasi untuk memfasilitasi pengeluaran fese tanpa nyeri
2) Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang eliminasi
defekasi pasien
3) Berikan privasi dan keamanan untuk pasien selama
eliminasi defekasi
4) Berikan perawatan dalam sikap yang menerima, tidak
menghakimi

17
5) Sediakan cairan sesuai dengan pilihan pasien
[ CITATION Jud161 \l 1033 ].

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang
disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella
paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratyphoid biasanya lebih ringan
dengan gambaran klinis sama

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca
khususnya mahasiswa/i Jurusan Keperawatan, hendaknya mengetahui
mengenai konsep intranataldengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai
dengan evaluasi yang diharapkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

DPP, T. P. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesi. Jakarta: PPNI.

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Prabowo, A. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Ridha, H. N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suriadi, Y. (2009). Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak.
Jakarta: Percetakan Penebar Swadaya.

Wilkinson, J. M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.

20

También podría gustarte