Está en la página 1de 31

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Komunitas
Remaja)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 1
Definisi Remaja
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu
mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan
juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh karenanya,
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni
masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial (TP-KJM,2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan
manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak
terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal
keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan
untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi
pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan
sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin
saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia
sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi
dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang
dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat
diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti.
Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena
kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu
mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
1) Karakteristik Masa Remaja
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini
memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-
periode perkembangan lainnya. Menurut Aulia (2006) rinciannya
adalah sebagai berikut:
a. Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki
dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 2
pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting
terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi
perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi
inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara
mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai
dan minta yang baru.
b. Masa remaja adalah masa peralihan
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-
sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku
dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola
perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali
seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang
dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan
perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku
sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu
mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan
bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara
cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima
karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, (1)
peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai
kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang
dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena
perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai,
dan (5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan
yang terjadi.
d. Masa remaja adalah usia bermasalah
Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk
ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini
disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama, pada saat anak-anak

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3
paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau
guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri
maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru,
sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan
persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya
memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari
identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa
mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk
meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti
mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang
lain.
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan
Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri
dan lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak
masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka
berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri
merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan meminta
bantuan orang tua atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara
kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain
sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri.
Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak
realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga,
teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin
marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap
dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 4
remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa.
Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang
dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status
orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan
bahkan melakukan hubungan seksual.
2) Tugas Perkembangan Masa Remaja
Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada
bagaimana melalui sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan
mempersipakan sikap dan perilaku orang dewasa. Rincian tugas-tugas
pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :
1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari
kedua jenis kelamin
2. Mencapai peran sosial feminin atau maskulin
3. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab
secara sosial
5. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya
6. Mempersiapkan untuk karir ekonomi
7. Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga
8. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan
perilaku

Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja


1. Perubahan Fisik Masa Remaja
a. Tinggi badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia
17/18 tahun dan bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut.
b. Berat badan
Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan
tinggi badan, hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
c. Proporsi tubuh
Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal :
badan lebih lebar dan lebih kuat.
d. Organ seksual
Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa
pada periode remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai
dengan beberapa tahun kemudian
e. Karakteristik sex sekunder
Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada
level dewasa pada periode remaja akhir.
2. Emosionalitas Masa Remaja
Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi
perubahan dalam emosionalitas remaja yang cukup mengemuka, sehingga
ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari perubahan pada aspek
emosionalitas ini. Masa ini disebut sebagai masa “storm and stres”
dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan dari
perubahan fisik dan hormonal.
Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol
dan nampak irrasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku
emosional pada setiap usia yang dilalui. Misalnya, pada usia 14 tahun,
remaja menjadi mudah marah, mudah gembira, dan meledak secara
emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi kebalikannya mereka
mengatakan tidak terlalu merasa khawatir.
Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka
diperlakukan seperti anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak
adil. Ekspresi kemarahannya mungkin berupa mendongkol, menolak
untuk bicara, atau mengkritik secara keras. Hal yang juga cukup
mengemuka yaitu pada masa ini remaja lebih iri hati terhadap mereka
yang memiliki materi lebih.
3. Perubahan Sosial pada remaja
Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja
adalah penyesuaian sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
jenis kelamin yang berlainan dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak
pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan
sekolah.
Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka
di luar rumah bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa
dipahami apabila teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap,
cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan
dalam sikap dan perilaku dalam relasi heteroseksual, mereka yang
tadinya tidak menyukai keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai
pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan bahwa
minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan sosial
yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman,
dimana sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai-
nilai yang sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat
dipercaya dan bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan
dengan guru atau orang tua. Pada masa ini pun remaja memiliki
keinginan untuk tampil sebagai seorang yang populer dan disukai oleh
lingkungannya.
4. Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah pada remaja
Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan
sosial pada remaja yang sangat cepat dan drastis menuntut remaja
tersebut untuk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan
tuntutan-tuntutan lingkungan baru yang menyertainya. Pada
kenyataannya tidak semua remaja dapat menyesuaikan dengan perubahan
tersebut, berikut adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian diri yang
salah pada remaja :
a. Tidak bertanggung jawab, misalnya mengabaikan sekolah.
b. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atas dirinya.
c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus menyesuaikan
dengan standar kelompok.
d. Homesickness

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
e. Menghayal secara berlebihan sebagai upaya untuk mengkompensir
ketidakpuasan dari kehidupan sehari-hari.
f. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang lebih awal,
misalnya ngompol, ngamuk pada saat marah dan lain-lain.
g. Menggunakan defense mechanism secara berlebihan, seperti
rasionalisasi, proyeksi, fantasi, dan displacement.
Permasalahan Remaja
1. Remaja dan Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan
yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat
memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat
menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-
orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok
adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk
menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap
perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/
fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok
yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,
terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik
kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya. Penyebab remaja merokok, antara lain :
a. Pengaruh orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-
anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana
orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok
dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga
yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi,
1999:294).
b. Pengaruh teman

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi
oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi
perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula
dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan
diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat
prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai
tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan
dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,1999).
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan
atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti
perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti,
Buletin RSKO, tahun IX,1991).
2. Remaja dan Peyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus
penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah
20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.
a. Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan
Aditif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan
dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun
disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan
(adiksi) fisik dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No.
22 tahun 1997). Yang termasuk jenis narkotika adalah :
a. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,
jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja,
dan damar ganja.
b. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada
aktivitas mental dan perilaku (Undang- Undang No. 5/1997).
Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax,
Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis
Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-
bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai
sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim
syaraf pusat, seperti: Alkohol.
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan
untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan, mulai
dari keinginan untuk dicoba-coba, ikut trend/gaya, lambing status
social, ingin melupakan persoalan maka narkoba kemudian
disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan
menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga
dengan kecanduan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan
narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di
kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan
remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan
sumber daya manusia bagi bangsa.
b. Alkohol
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun
dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan.
Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya
bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan
minuman keras yang biasa disebut dengan spirit (35 – 55%
alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30 – 90
menitsetelah diminum.
Pengaruh alkohol terhadap tubuh (fisik dan mental)
bervariasi, tergantung pada beberapa faktor yaitu :
a. Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi
b. Usia, berat badan, dan jenis kelamin
c. Makanan yang ada di dalam lambung
d. Pengalaman seseorang minum-minuman beralkohol
e. Situasi dimana orang minum-minuman beralkohol
Tabel1. Pengaruh Alkohol pada Perilaku
Pengaruh alkohol pada perilaku
Konsentrasi alkohol dalam Pengaruh yang ditimbulkan
darah
Perasaan Sampai dengan 0.50 g% • Banyak bicara
segar (well- • Santai
being) • Lebih percaya diri

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 11
Risiko 0.05 – 0.08 g % • Banyak bicara
Rendah • Bertindak dan lebih
merasa percaya diri
• Berkurangnya kemampuan
untuk berfikir dan bergerak
• Berkurangnya rasa malu
Risiko 0.08 – 0.15 g % • Bicara cadel
Sedang • Berkurangnya
keseimbangan dan
koordinasi tubuh
• Refleks menjadi lambat
• Penglihatan kabur
• Emosi yang labil
Risiko tinggi 0.15 – 0.30 g % • Tidak dapat berjalan
tanpa

3. Remaja dan Penyimpangan Seksual


Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah
diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi
anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak
semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin
mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu
saja ada yang bersikap terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus ke
pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa
yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh
dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja
dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang
dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.
Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja
yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12
elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap
perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait
dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah
masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi
apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang
mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak.
Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada
siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya
dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut
dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal,
lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut.
Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan
masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian
pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani
remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi
secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani
sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak
sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya
pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang
menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja
akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan
keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah
kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan
berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah
banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.

Remaja dan Perilaku Hidup Sehat


Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja yang mengerti
tujuan hidup, memahami faktor penghambat maupun pendukung
perkembangan kematangannya, bergaul dengan bijaksana, dan terus menerus
memperbaiki diri. Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 13
remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki
kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya
sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik,
intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah
fisik 3, intelektual 20%, emosional 30%, dan spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya
berkembang tidaksama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah
yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.
Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, orang lain serta
hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina.
Kadang-kadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang
lain dianggap sebagai orang tua, teman. Hubungan dirinya dengan orang lain
dianggap bersifat:
1. Otoriter demokratis
2. Tertutup terbuka
3. Formal informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan menuju"
Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada
dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa. "Dalam
perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:
1. Fisik yang kuat
2. Emosi yang cepat tersinggung
3. Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang
4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadang
saja dipakai. "Dalam perjalanan menuju" yang paling penting
diketahui oleh remaja adalahbagaimana remaja dapat berproses :
a. Menuju fisik yang ideal
b. Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh
c. Menuju cara berfikir dewasa
d. Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan
bersifat tatakrama

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 14
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Pengkajian
Pengkajian berikut dilakukan menurut teori Community as Partner/Client pada
kelompok remaja :
1. Data inti, terdiri dari :
a. Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja sangat mempengaruhi
perilaku remaja, semakin lama remaja tinggal di suatu wilayah,
semakin melekat kebiasaan dan adat istiadat dari daerah tersebut pada
diri remaja.
b. Demografi
c. Vital statistik
- Kelahiran
- Mortalitas :
Karena penyakit : HIV/AIDS : HIV/AIDS kelompok usia 15-19
berjumlah 151 orang (4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang
(25,50%)
Bukan karena penyakit :
1. Sebagian besar karena kecelakaan : berdasarkan data Badan
Kesehatan Dunia PBB (WHO), kecelakaan lalu lintas di
Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun
2. Persalinan : Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun
mempunyai 2-5 kali resiko kematian ketika persalinan
dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25
tahun akibat persalinan macet, perdarahan, maupun faktor
lain. Ahmad (2004) dari laporan Save the Children : 1 dari
10 persalinan dialami oleh ibu yang masih anak2, berusia
11-12 tahun menyebabkan komplikasi kehamilan dan
persalinan membunuh 70,000 remaja puteri tiap tahun
- Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada remaja yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 :

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada remaja antara
lain : fraktur karena trauma, penyakit kulit, tipoid, penyakit infeksi,
DBD, dan lain-lain.
1. HIV/AIDS kelompok usia 15 - 19 berjumlah 151 orang (4,14%)
; 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%).
2. Jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari
tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, di mana 70%
diantaranya berusia antara 15-19 tahun
3. Penyakit menular seksual (PMS) sepertiga dari infeksi PMS di
Negara-negara berkembang terjadi pada mereka yang berusia
13-20 tahun.
Bukan karena penyakit
1. Kecelakaan : Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia PBB
(WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu
orang per tahun
2. Komplikasi aborsi yang tidak aman akibat kehamilan yang tidak
diinginkan. Survey di Negara-negara berkembang hamper 60 %
kehamilan dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak
diinginkan
3. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan
pendidikan formal pada tahun 2006, SLTP dan SLTA
menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus, SD dengan
8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus (anonim,2007)
d. Tipe Keluarga : remaja biasanya tinggal di lingkungan kelurga, antara
lain : orang tua yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh
dan tidak punya waktu untuk keluarga, orang tua dengan kemampuan
ekonomi yang kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi di atas
rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi pembentukan
kepribadian remaja.
e. Status perkawinan : sebagian besar remaja belum menikah namun ada
pula remaja yang sudah menikah.
f. Kelompok etnis :

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 16
- Praktek perkawinan yang di atur oleh orang tua pada gadis di
bawah usia 14 tahun masih sangat umum
- Beberapa budaya menyatakan bahwa pria muda diharapkan
mendapatkan pengalaman pertama kali melakukan hubungan
seksual dengan pekerja seks komersil (PSK)
- Di negara berkembang kehidupan remaja jalanan memaksa mereka
melakukan “survival sex” yakni menukar seks untuk memperoleh
uang, makanan, jaminan keamanan maupun obat terlaran
- Beberapa etnis di Indonesia menggunakan alkohol pada acara
tertentu sebagai bentuk perayaan
g. Nilai dan keyakinan :
- Pekerja Seks Komersil (PSK) berusia remaja kebanyakan dijual
oleh orangtua mereka sendiri untuk biaya hidup anggota keluarga
yang lain
- Orang tua yang kurang perhatian kepada anaknya dan pengaruh
teman yang sesama perokok meyebabkan tingginya jumlah
perokok remaja di Indonesia
- Merokok dianggap sebagai tanda kedewasaan, kejantanan dan
keglamoran
2. Komponen sub sistem, terdiri dari :
a. Lingkungan fisik
Pengkajian lingkungan fisik
1) Perumahan dan Lingkungan
- Lingkungan perumahan yang kumuh dan kotor memungkinkan
remaja lebih banyak melakukan kegiatan negatif
- Perumahan mewah tidak memungkinkan remaja berinteraksi
dengan baik dengan tetangga
2) Lingkungan terbuka
3) Batas
4) Kebiasaan :
- Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid,
warung-warung pinggir jalan dan lain-lain

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 17
- Waktu kumpul-kumpul : setelah pulang sekolah, saat libur
sekolah
- Kebiasaan remaja : positif (belajar, berorganisasi, mengaji,
kursus, dan lain-lain), negatif (merokok, mencoba
narkoba, tawuran, berkelahi, membolos, nongkrong,
minum alkohol, free sex, dan lain-lain)
5) Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam tahap berkembang
menyebabkan sikap pemberontakan dalam dirinya, biasanya
ditunjukkan dengan sikap : ngebut-ngebutan
6) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat
pelayanan KRR di sekolah (meliputi : informasi akurat PMS,
kontrasepsi, keterampilan remaja menghadapi tekanan
kelompoknya dan meningkatkan tanggungjawab remaja),
pelatihan kader remaja untuk menjadi edukator dan pemberi
dukungan
7) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di
mall, pasar, pusat perbelanjaan
8) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura
9) Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi
10) Media : TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman
11) Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen
dan anak jalanan. Ada yang disebabkan karena kondisi
ekonomi yang sulit dan bahkan ada remaja yang kabur dari
rumahnya karena perseteruan denagn orang tua sehingga
menjadi glandangan.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial :
- Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas, posyandu remaja
- Fasilitas di luar komunitas, misalnya konseling konseling yang
berhubungan dengan gender, kekerasan, perilaku seksual
bertanggung jawab dan PMS
c. Ekonomi

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 18
- Karakteristik finansial : sebagian besar remaja tidak memiliki
penghasilan sendiri dan masih bergantung pada orang tua. Namun
ada sebagian remaja yang mempunyai pekerjaan sehingga
mempunyai penghasilan sendiri, namun kebanyakan penghasilan
tersebut hanya digunakan untuk menambah uang saku.
- Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja belum memiliki
pekerjaan karena mereka masih sekolah. Namun, ada pula remaja
yang putus sekolah (kebanyakan karena masalah ekonomi) dan
memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh
remaja antara lain, berjualan kue, koran, pelayan restoran,
mengamen, bahkan banyak pula remaja yang menjadi PSK, dan lain-
lain.
d. Keamanan dan transportasi : transportasi yang sering dipakai oleh
remaja adalah sepeda motor, namun sebagian kecil memakai mobil dan
sepeda mini. Dan sering pula remaja kurang memperhatikan keamanan
dirinya karena sering mengebut saat mengendarai kendaraaan mereka.
e. Politik dan pemerintahan
Kelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh remaja,
antara lain : Karang Taruna, PMR, Pramuka, PKS
f. Komunikasi
- Komunikasi formal : Koran, Radio, TV
- Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang
narkoba, free sex, merokok), internet
g. Pendidikan : institusi pendidikan pada remaja antara lain : SD, SMP,
dan SMA. Program UKS biasanya dijalankan di sekolah-sekolah untuk
kesehatan remaja. Selain itu pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi
Remaja) telah dilakukan atas dukungan Depkes dan WHO di sekolah
dan lembaga pendidikan.
h. Rekreasi :
- Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan baik
yang positif maupun negatif. Positif : kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah, les pelajaran tambahan, les minat dan bakat, mengaji di

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 19
masjid, dan lain-lain. Negatif : nongkrong sampai malam, main
game sampai larut malam
- Media hiburan yang digunakan remaja, misalnya mall, tempat
rekreasi, pusat perbelanjaan, warnet, dan lain-lain.
Diagnosa Keperawatan
Masalah yang dapat diangkat dari pengkajian diatas antara lain :
a) Penggunaan NAPZA di kalangan remaja
b) Resiko penyimpangan seksual
c) Resiko tinggi konflik keluarga
d) Resiko terjadi kenakalan pada Remaja
e) Gangguan citra tubuh
f) Perilaku destruktif
g) Perubahan pemeliharaan kesehatan
h) Depresi
i)Nutrisi kurang/lebih
j)Resiko cedera
k) Kurang Perawatan diri
l)Kurang pengetahuan
Diagnosa dari permasalahan di atas, yaitu :
1. Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja di RT X RW Y
Kelurahan Z Surabaya berhubungan dengan
a. kurangnya kasih sayang dari orang tua
b. dasar-dasar agama yang kurang
2. Resiko terjadinya kenakalan remaja di RW X kelurahan X Surabaya
berhubungan dengan :
a. Kurang pengetahuan remaja tentang tumbuh kembang dan masalah-
msalah kenakalan remaja dan akibatnya.
b. Tidak berfungsinya wadah remaja untuk melakukan kegiatan
3. Resiko cedera pada remaja di di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya
kebut-kebutan dijalan raya

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 20
4. Potensial dukungan LSM di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya untuk
memaksimalkan potensi yang dimiliki remaja
Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan : Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan
remaja
Intervensi yang dilakukan :
a) Pada Klien :
Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA mengatasi masalah
ketergantungan
Intervensi :
1. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara
meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan
2. Menganjurkan remaja untuk tidak berinteraksi dengan teman yang
dapat memberi pengaruh yang buruk
3. Melatih cara meningkatkan motivasi dan mengontrol keinginan
4. Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam
kelompok
5. Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya
b) Pada Keluarga :
Tujuan :
- Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota
keluarganya berhenti menggunakan NAPZA
- Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti
- Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA
- Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk
Intervensi :
1. Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga
2. Diskusikan tentang masalah yang dihadapai keluarga dalam merawat
klien
3. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan atau
keterganungan zat (tanda gejala, penyebab, akibat) dan tahapan
penyembuhan klien (pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 21
4. Diskusikan kondisi klien NAPZA yang perlu dirujuk ke RS
5. Diskusi dengan keluarga untuk selalu memfasilitasi remaja agar
terbuka pada keluarganya
6. Memperhatikan pergaulan klien
7. Memperkenalkan pada kelurga tentang fase perkembangan remaja
dan tugas perkembangan remaja
c) Pada Masyarakat :
Tujuan : Dapat mengurangi stigma negatif masyarakat mengenai
keadaan klien yang sedang menjalani proses rehabilitasi
Intervensi :
1. Diskusikan bersama masyarakat mengenai proses rehabilitasi pasien
NAPZA ketika sudah kembali di masyarakat
2. Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya
3. Diskusi dengan kader untuk memberikan kegiatan pada remaja
dalam karang taruna
4. Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan
tentang penggunaan NAPZA dan akibatnya
2. Masalah Keperawatan : Resiko penyimpangan seksual
Intervensi yang dilakukan:
a) Pada Klien :
Tujuan : Menghindarkan remaja dari perilaku penyimpangan seksual
Intervensi :
1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi psikologis dan sosial remaja
2) Diskusi tentang bahaya free sex bagi kesehatan tubuh dan akibat dari
free sex bagi kehidupan sosial
3) Menganjurkan remaja untuk menghindari bergaul dengan teman
yang dapat memberi dampak yang buruk
4) Menganjurkan untuk sering berdiskusi dengan orang tua tentang
perasaannya
5) Membantu remaja mengenali tahap perkembangan dan tugas yang
akan dilaluinya

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 22
6) Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial,
emosional dan situasi etis untuk meningkatkan proses belajar dan
otonomi dan tanggung jawab
7) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya
b) Pada Keluarga
Tujuan :
- Keluarga dapat mengetahui masalah yang di hadapi klien
- Keluarga mengetahui fase dan tugas perkembangan remaja
Intervensi :
1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi psikologis dan sosial remaja
2) Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi
remaja sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan
yang dimiliki keluarga.
3) Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan
4) Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan yang
sebagian besar merupakan dampak dari penyimpangan sex agar
dapat bertanggung jawab
5) Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan
tugas yang akan dilalui oleh remaja
c) Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi angka penyimpangan seksual di kalangan remaja
Intervensi :
1) Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan
tentang akibat penyimpangan sex
2) RT setempat memberikan jam malam (maksimal jam 21.00) untuk
remaja berada di luar rumah sehingga meminimalisasi kegiatan
remaja yang kurang bermanfaat yang dapat memberikan dampak
yang buruk
3) Memaksimalkan kemampuan yang dimiliki remaja untuk melakukan
berbagai kegiatan positif melalui karang taruna
3. Resiko cedera

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 23
a. Pada Klien :
Tujuan : Menghindari cedera pada remaja (kecelakaan lalu lintas)
Intervensi :
1) Diskusi tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas dan
akibatnya jika dilanggar
2) Diskusi tentang semakin banyaknya pelajar yang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas
3) Diskusi cara untuk menghindari kecelakaan lalu lintas
4) Menganjurkan remaja untuk selalu memakai atribut pengaman dalam
berkendara
b. Pada Keluarga
Tujuan : - Keluarga dapat mempertimbangkan penggunaan kendaraan
bermotor untuk remaja
- Keluarga dapat memberikan pengertian pada remaja tentang
bahaya berkendara kebut-kebutan
Intervensi :
1) Diskusi tentang upaya memberi pengertian pada remaja bahaya
berkendara kebut-kebutan dan pentingnya menaati peraturan lalu
lintas
2) Diskusi tentang pentingnya memakai helm saat berkendara
3) Menganjurkan keluarga untuk selalu memantau pergaulan anaknya
(misalnya anak berteman dengan geng motor)
c. Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi kecelakaan lalu lintas dikalangan remaja
Intervensi :
1) Bekerja sama dengan Polres setempat untuk mengadakan
penyuluhan tentang cara berkendara yang baik dan dampak
melanggar peraturan lalu lintas
b. Intervensi dari Pemerintah
1. Melalui Puskesmas
a. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 24
Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan,menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait
dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan
kepada remaja yang mengakses semua golongan remaja, dapat diterima,
sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Tujuan umum dari adanya
program ini adalah Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di
Puskesmas.Kemudian tujuan umumnya yakni:
1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang
berkualitas
2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam
pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja.
4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.
Langkah langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR di Puskesmas
1. Identifikasi masalah melalui kajian sederhana:
a. Gambaran remaja di wilayah kerja :
- Jumlah remaja, pendidikan, pekerjaan.
- Perilaku berisiko: Seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan
lainnya.
- Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV/AIDS, penyalah-
gunaan NAPZA
b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai
berhubungan dengan perilaku berisiko, masalah kesehatan yang
ingin diketahui, dan pelayanan apa yang dikehendaki
c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana termasuk buku-buku
pedoman tentang kesehatan remaja. Metoda kajian adalah dengan
mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 25
swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung (remaja) atau tidak
langsung (orang tua, guru, pengurus asrama remaja dan sebagainya).
Hasil kajian ini diperlukan sebagai bahan perencanaan lanjutan untuk
menentukan:
1. Materi KIE yang digunakan untuk remaja sesuai dengan tingkat
pendidikan dan permasalahan yang dihadapi
2. Penekanan materi dalam pelatihan petugas sesuai besaran masalah
remaja di wilayah kerja.jenis pelayanan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan remaja di wilayahnya
3. Kelompok sasaran prioritas yang akan diintervensi
4. Terobosan dan inovasi kegiatan
5. Strategi advokasi sebelum dilaksanakannya PKPR
6. Strategi menjalin kemitraan
7. Data dasar untuk menilai dampak keberhasilan PKPR di kemudian hari.
2. Melalui BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
a. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja)
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) adalah
suatu wadah kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh dan
untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling
tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta
kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama
generik. Untuk menampung kebutuhan program PKBR dan menarik
minat remaja datang ke PIK remaja, nama generik ini dapat
dikembangkan dengan nama-nama yang sesuai dengan kebutuhan
program dan selera remaja setempat.
Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk memberikan
informasi PKBR, Pendewasaan Usia Perkawianan, Keterampilan
Hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan PKBR.
Disamping itu, juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lain yang khas
dan sesuai minat dan kebutuhan remaja untuk mencapai Tegar Remaja
dalam rangka tegar Keluarga guna mewujudkan Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 26
Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan
pemberian informasi KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan,
Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling, rujukan,
pengembangan jaringan dan dukungan, serta kegiatan-kegiatan
pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.
PIK Remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah administrasi
seperti tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota atau
provinsi. Artinya PIK Remaja dapat melayani remaja lainnya yang
berada di luar lokasi wilayah administrasinya. PIK Remaja dalam
penyebutannya bisa dikaitkan dengan tempat dan institusi pembinanya
seperti PIK Remaja Sekolah, PIK Remaja Masjid, PIK remaja
Pesantren, dan lain-lain.
Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang pnya
komitmen dan mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti
pelatihan dengan mempergunakan modul dan kurikulum standard yang
telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja
terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan
Kegiatan, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya.
Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai
kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberikan
dukungan dan aktif membina PIK Remaja, baik yang berasal dari
Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi
kepemudaan/remaja lainnya, seperti:
1. Pemerintah: kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota, pimpinan
SKPDKB
2. Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok organisasi
masyarakat (seperti: pengurus masjid, partor, pendeta, pedande,
bukisu) dan pimpinan kelompok dan organisasi pemuda.
3. Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio, dan TV)
4. Rektor/dekan, kepala SLTP, kepala SLTA, pimpinan pondok
pesantren, komite sekolah.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 27
5. Orang tua, melalui Bina Keluarga Remaja (BKR), majlis ta’lim,
program PKK.
6. Pimpinan kelompok sebaya melalui program karang taruna,
pramuka, remaja masjid/gereja/vihara.
c. Program Sekolah dan Lembaga Pendidikan
Program kesehatan Remaja yang termasuk dalam Program Indonesia Sehat
2010 di atur oleh Program Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun
1992 pasal 45 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan
Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah.Program ini bertujuan
meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan derajat
kesehatan. Dan tujuan khusus dari program ini:
1. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
2. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku
masyarakat sekolah yang sehat
3. Memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan masyarakat sekolah
Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan
dan kedudukan strategi dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan
lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12
berjumlah 5.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif
dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah
12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam
sekolah (sumber: Depdiknas,2007).
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk
menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a)
penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan
di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga
kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS.
Kegiatan Promkes ini antara lain:
1. Membangun jamban sekolah dan sarana cuci tangan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 28
2. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
3. Penggalakan cuci tangan dengan sabun
4. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan
individu, dan kesehatan masyarakat
5. Program pemberantasan kecacingan
6. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
7. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
8. Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
9. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang
terlibat di sekolah,mencakup:
- Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian
tugas guru pembina dan Komite Sekolah
- Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya
d. Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN)
Tujuan : Membentuk masyarakat / organisasi yg kompeten dalam
berpartisipasi mengenali keberadaan dan dampaknapza
Komponen : Tokoh masyarakat, pemuda (kartar), PKK, Tenaga kesehatan
(perawatkomunitas), LSM-LSM dan BNP.
Kegiatan :
1. Demand Reduction (Preventif, Kuratif, Rehabilitatif)
2. Supply Control (Pengawasan, Pemberantasan, Harm Reduction)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 29
PENUTUP

Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu
mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku,
dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul
sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002).
Saran
1. Penting bagi perawat terutama perawat komunitas untuk memahami
definisi remaja serta permasalahan yang di hadapi oleh para remaja
akibat lingkungan
2. Perawat berkolaborasi dari berbagai pihak, baik pemerintah, LSM, dan
terutama keluarga untuk meningkatkan kesehatan remaja dan
menjauhkan remaja dari hal-hal yang dapat membawa dampak buruk

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 30
DAFTAR PUSTAKA

Achir Yani. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta :
FIK UI
Aulia Iskandarsyah. (2006). Remaja Dan Permasalahannya Perspektif Psikologi
terhadap Permasalahan Remaja dalan Bidang Pendidikan. Jatinangor : FPsi
UNPAD
Efri Widianti. (2007). Makalah Remaja dan Permasalahannya : Bahaya Merokok,
Penyimpangan seks pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman
Keras Narkoba. Jatinangor : FIK UNPAD
Imami Nur. (2000). Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Mencegah
Kematian Perinatal.
Jusuf Tjahjo. (2009). Intervensi Komunitas untuk Menghentikan Perilaku
Merokok Remaja. Jakarta : FPsi Univ.Satya Wacana
Komisi Penanggulangan AIDS . (2007). Strategi Nasional PEnanggulangan HIV
AIDS 2007-2010.
Lembaga Indonesia Untuk Pengembangan Manusia UNAIR. (2007). Program
Pengembangan Remaja Melalui Sekolah Unggul. Surabaya : Pascasarjana
UNAIR
Outlook Vol.16 Ed.Januari Hal.1-8. (2000). Kesehatan Reproduksi Remaja :
Membangun Perubahan yang Bermakna
Sofia Retnowati. (2008). Remaja dan Permasalahannya. Jogjakarta : FPsi UGM

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 31

También podría gustarte