Está en la página 1de 20

Bab I: Pendahuluan

Latar Belakang

7-eleven (sevel) adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal amerika
serikat yang sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang seven & i holdings co., sebuah perusahaan
jepang. Pada tahun 2004, lebih dari 26.000 gerai 7-eleven tersebar di 18 negara. Psar terbesarnya
adalah amerika serikat dan jepang. Didirikan pada tahun 1927 di oak cliff, texas (kini masuk wilayah
dallas), nama "7-eleven" mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam pertama dibuka di
austin, texas pada tahun 1962, 7-eleven buka dari jam 7 pagi hingga 11 malam, dan karenanya
bernama "7-eleven" (7-sebelas).
Tahun 1991, southland corporation yang merupakan pemilik 7-eleven, sebagian besar
sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket jepang, ito-yokado. Southland
corporation lalu diubah namanya menjadi 7-eleven, inc pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh
saham 7-eleven, inc diambil alih seven & i holdings co. Sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya
oleh pihak jepang.
Setiap gerai 7-eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan, minuman, dan
majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan serta penjualan
makanan khas daerah. Produk khas 7-eleven adalah slurpee, sejenis minuman es dan big gulp,
minuman soft drink berukuran besar. Sayangnya 7-eleven sebagai tempat yang terkenal sebagai
tempat nongkrong khususnya bagi anak-anak muda memutuskan untuk menutup semua gerainya
pada akhir bulan ini (30/6). Pt modern sevel indonesia memutuskan hal tersebut lantaran kerugian
yang terus dialami dan sulitnya kompetisi di indonesia.
Induk usaha sevel, pt modern internasional tbk (mdrn) dalam publikasinya di bursa effek
indonesia tercatat mengalami kerugian sebesar rp477 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
Kerugian tersebut mencapai lebih dari separuh kerugian perseroan pada sepanjang tahun lalu yang
mencapai rp663 miliar. Kerugian tersebut tentu tidak terjadi begitu saja tanpa alasan di dalamnya.
Ada beberapa hal yang menjadi pemicu untuk kerugian yang dialami. Pendapatan yang masuk tidak
mampu untuk menutupi pengeluaran yang ada merupakan salah satu alasan mengapa perusahaan
ritel ini memutuskan untuk menarik semua gerainya di indonesia.
Identifikasi Masalah

Pendapatan yang tidak mampu menutupi biaya pengeluaran merupakan salah satu masalah
yang dihadapi oleh sevel yang akhirnya memaksa sevel menarik semua gerainya di indonesia.
Adapun beberapa faktor pendukung lainnya yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu:

Regulasi yang melarang perusahaan ritel menjual minuman keras.


Value proposition atau kurangnya fokus bisnis yang dijalankan sevel apakah bisnis ritel
ataukah kafe.
Model bisnis baru yang diterapkan sevel belum mampu diakomodasi oleh regulasi di
indonesia.
Tidak ada inovasi baru dari 7-eleven.
Tidak ada nuansa baru dalam model bisnis.
Layanan dan produk yang kurang variatif.
Kehilangan positioning menjadi convenience store yang bukan lagi untuk segment
menengah kota metropolitan.
Pelanggan sevel yang didominasi oleh remaja yang memilki daya beli yang tidak seberapa.

Bab II: Analisis dan Pembahasan


Analisis Pemasaran 7-Eleven

Pemasaran sevel di indonesia pada awalnya bagaikan kacang goreng yang pasti
laku dan banyak orang yang mencari dimana gerai sevel berada. Karena bisnis waralaba
sevel menawarkan sebuah konsep yang unik dengan belum ada yang menggunakan
inovasi seperti itu yang mana mini market bisa digunakan temapat nongkrong berjam-jam
dengan fasilitas fantastis seperti listrik untuk cas hp/laptop, free wifi, dan tempat duduk. Ini
bisa dilihat laporan keuangan 2009 sd 2014 grafik penjualan laba selalu naik. Namun
setelah tahun 2014 bagaikan permainan rolling coster garfik penjualan sevel mengalami
penurunan yang mengakibatkan tahun 2017 memutuskan untuk berhenti beroprasi. Untuk
lebih detail dan lebih jelas lihat penjelasan dibawah
A. Analisa Pemasaran 2009 sd 2014

Pada akhir tahun 2009 sevel mulai membuka gerai pertama di bulungan jakarta dan
sevel mulai resmi beroprasi di indonesia. Pada awal pembukaan sevel mulai
diperbincangkan di media cetak dan media social. Bahkan di media social sevel twitter
@7elevenid saat itu memiliki lebih dari 50 ribu follower. Sedangkan page facebook 7-eleven
id disukai oleh sekitar 42 ribu fans. Selain itu tempat sevel sering digunakan untuk janjian
dengan kolega pacar, teman, bisnis. Melihat peluang yang besar pihak manajemen pt
modern sevel indonesia selaku regulator sevel mulai berani membuka keran modal sebesar-
besarnya untuk membuka gerai waralaba sevel seluas-luasnya di kota jakarta dengan
memanfaatkan lahan bekas fuji film yang sudah tidak menguntungkan di sulap menjadi
sevel. Menurut data statistic dalam kurun waktu 2009-2014 pt mds telah membuka gerai
sevel sebanyak 190 gerai

Grafik pertumbuhan Gerai Sevel Di jakarta


200 190
180
160 140
140
117
120
100
80 60
57
60 50
35
40 21 22 23
20 1 1
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014

Toko buka Total Toko

Berdasarkan grafik pertumbuhan sevel di jakarta mengalami pertumbuhan pesat


dalam kurun waktu 5 tahun jumlah gerai sevel mencapai 190 tingkat pertumbuhan sevel
setiap tahunnya meningkat 50% pertahun. Namun sayangnya pertumbuhan sevel tidak
mencerminkan penjualan masih ada beberapa gerai sevel mengalami kerugian namun
manajemen memang mencanangkan membukukan keuntungan saat mempunyai gerai sevel
mencapai 100 gerai. Berikut adalah data keuangan yang dihimpun pada annual report pt
modern international selaku induk perusahaan dari pt msi dari tahun 2010 s/d 2014

Menurut survei yang dilakukan vibiz management research terhadap enam gerai 7-
eleven memberikan data menarik sebagai berikut sekitar 65% pengunjung 7-eleven adalah
anak muda, sisanya pelajar (15%), karyawan (10%), dan keluarga 10%. Sebagian besar di
antara mereka datang tidak sendirian, tapi bersama teman atau rombongan.
DATA STATASTIK USIA PENGUNJUNG SEVEL
Keluarga
10%
Karyawan
10%

Pelajar
15%
Anak Muda
65%

Dalam pengamatan lebih lanjut, habit pengunjung biasanya mengobrol santai


(nongkrong). Sekitar 80% di antaranya bahkan nongkrong lebih dari satu jam, 15% lainnya
memanfaatkan untuk short meeting dan 5% lainnya membeli makanan untuk dibawa pulang.
Ada juga di antara mereka yang sibuk sendiri dengan netbook, memanfaatkan fasilitas free
wifi yang disediakan.

AKTIFITAS PENGUNJUNG SEVEL


Take Away
5%
Short Meeting
15%

Nongkrong
80%

Lebih lanjut lagi menurut beberapa responden yang datang berkunjung ke sevel
mengungkapkan bahwa mereka enjoy dengan fasilitas yang di tawarkan sevel kenyamanan
dan kebebasannya. Nilai lebih lain yang disebut adalah ruang yang terang dan bersih,
display barang yang menarik, konsep self sevice, inovasi menarik, pelayan ramah dan
helpful, serta kemerdekaan untuk nongkrong kapan saja dan selama apapun tanpa diusir
satpam atau ditunggu antrian. Mereka juga menyukai konsep gerai yang smoking area dan
disediakannya wifi gratis. Juga harga yang terjangkau dibandingkan kedai kopi semacam
starbuck
B. Analisa Pemasaran 2014 sd 2017
tepat 6 tahun setelah lahirnya sevel di indonesia keuntungan yang didapat pada
tahun 2014 puncak-puncaknya mencapai 900 miliyar rupiah tentu keberhasilan ini membuat
manajemen sevel yakin kedepannya sevel mempunyai masa depan yang cerah walaupun
mulai ada ancaman dari beberapa mini market seperti alfa mart,indomaret kemudian mini
market luar negri seperti family mart dan lawson yang mulai meniru bisnis sevel dan
merebut pangsa pasarnya. Namun kesenangan sevel hanya sesaat setelah menikmati masa
ke-emasan selama 6 tahun data penjualan mulai terjadi penurunan di tahun berikutnya,
penjualan 7-eleven menurun, pun begitu dengan jumlah gerainya. Tahun 2015 itu, total
penjualan bersih 7-eleven turun menjadi Rp886,84 miliar. Untuk pertama kalinya 7-eleven
melakukan penutupan gerai. Tahun itu, ada 20 gerai yang ditutup. Sementara gerai baru
hanya dibuka 18, angka terkecil penambahan gerai sejak 2011.

Grafik pertumbuhan Gerai Sevel Di jakarta

200 190 188


175
180
160 145
140
120
100
80
60 50
40 25 30
18 20
12
20 0 0
0
2014 2015 2016 2017

TOKO BARU TOTAL TOKO TOKO TUTUP

Trend penutupan gerai berlanjut setiap semester tidak kurang 5 sampai dengan 13
banyak yang ditutup karena sepinya pengunjung yang datang ke gerai sevel dan beban
cost yang harus dikeluarkan terlalu besar untuk membayar tagihan listrik,wifi, dan pajak
sehingga keuntungan yang didapat tidak bisa menutup pengeluaran. Untuk itu manajemen
menutup beberapa gerai sevel yang mengalami kerugian.bahkan pada tahun 2017 pihak
manajemen sevel sudah menutup 30 gerai sehingga jumlah sevel di jakarta turun mencapai
145 gerai.
Melihat data penurunan jumlah gerai yang ditutup dalam kurun waktu 3 tahun
mencapai 75 gerai membuat data keuangan penjualan mengalami penurunan yang
signifikan juga
Penurunan keuntungan pada tahun 2015 mencapai 8% pada tahun berikutnya di
tahun 2016 penjualan turun 23.8% penurunan keuntungan ini membuat pihak manajemen
sevel memutar otak agar keuntungan sevel kembali meningkat berbagai cara dilakukan
manajemen agar sevel kembali bangkit dengan trobosan trobosan seperti menjual kartu
game, tiket konser, pulsa, dan tiket kereta dan tiket pesawat dan menutup beberapa gerai
yang tidak menguntungkan.Namun sayangnya terobosan itu tidak bisa menyelamatkan
keuangan sevel.Melihat tidak ada perubahan signifikan penjualan sevel membuat
manajemen sevel mengumumkan menjual segmen bisnis convenience store dan restoran
senilai Rp 1 triliun. PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI) yang merupakan anak
usaha dari PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) menyatakan akan mengakuisisi
sevel dari PT Modern Internasional Tbk (MDRN), melalui anak usahanya PT Modern 7-
Eleven Indonesia (MSI). Mengingat Charoen Pokphand (CPI) sudah berpengalaman
mensukseskan bisnis 7-Eleven di negara asal yaitu di Thailand. Di negara induknya CPI ini,
telah berhasil mengembangkan gerai 7-Eleven hingga lebih dari 9400 per bulan September
2016. Charoen Pokphand Thailand sendiri penguasa pasar convenience store di Thailand
hingga 70% pangsa pasar. CPRI menyetujui rencana pengambilalihan kegiatan usaha MSI
di bidang rumah makan dan toko modern atau convenience store beserta aset-aset terkait
berdasarkan sistem waralaba dengan nilai transaksi sebesar Rp1 Triliun. Namun sayangnya
CPI menunda pembelian Sevel ini karena dengan nilai 1 Triliun mungkin terlalu mahal untuk
sebuah business dengan Revenue 675 M setahun dan terus menurun dan lisensi Franchise
yang tinggal 12 tahun. Kemudian adanya penolakan konsep dari CPI dengan pemegang
sevel international sehingga membuat proses akusis dedlock tidak terjadi kesepakatan
Bersama kemudian diputuskan gagal. puncaknya semester satu tahun 2017 turun bebas
menjadi rugi 400 miliar dan finalnya pihak manajemen PT Modern Internasional
mengumumkan menutup semua waralaba gerai sevel.
Bagaimana dengan Pesaing Bisnis Sevel yang lain
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwasannya pada awal berkembang sevel
mempunyai pesaing bisnis serupa yaitu Circle K, Lawson dan Family mart. Mereka
menggempur habis-habisan bisnis sevel dengan berbagai cara agar pemasaran dan
penjualan naik. Contohnya seperti Lawson tidak tangung-tanggung mereka bekerja sama
dengan JKT-48 untuk promo produk mereka dan penjualan mereka naik 5 s/d 10 %
kemudian membagikan promo berupa kupon dengan syarat belanja minimal 30 ribu
mendapatkan kupon yang akan diundi untuk berlibur ke jepang. Kemudian strategi family
mart dengan melakukan diskon besar-besaran kemudian pangsa pasar yang di pilih tidak
hanya untuk anak muda tapi juga cocok untuk kalangan rumah tangga bahkan pelanggan
terbanyak adalah ibu rumah tangga Karena sering digunakan untuk arisan.
Menurut data statistic dan annual report dari PT MIDI UTAMA INDONESIA TBK
tahun 2017 trend keuangan yang di hasilkan dari penjualan Lawson merosot dari tahun ke
tahun ini dibuktikan dengan banyaknya gerai Lawson yang ditutup oleh pihak manajemen
Karena banyaknya laporan yang menunjukan kerugian.

Grafik pertumbuhan Gerai Lawson

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Lawson

Bagaimana dengan Family mart ternyata mengalami masalah yang sama seperti
Lawson dan sevel untuk pertama kalinya di tahun 2017 family mart menutup 4 gerai Karena
laba penjualan yang dihasilkan merugi. Tentu ada yang aneh dengan family mart tahun
2016 mulai berani dengan membuka 60 gerai di jabodetabek.
Kerugian ini terjadi Karena masyarakat mulai jenuh dengan konsep mini market
seperti caf. Mungkin ini terjadi Karena mulai merebaknya fenomena baru yaitu nongkrong
di warung kopi modern dengan tambahan free wifi dan ada fasilitas nonnton bareng bola
membuat konsumen mulai beralih ke arah warkop modern selain harga yang ditawarkan
murah hanya dengan minum kopi seharga 4 ribu bisa berselancar ria internetan tanpa batas
kemudian adanya tambahan fasilitas listrik untuk cas HP/laptop membuat konsumen
nyaman dan bebas bisa merokok.

Source:

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170627132236-97-224443/siapa-yang-akan-bertahan-
atau-menyusul-7-eleven/3

http://marketeers.com/targetkan-kenaikan-penjualan-lawson-promosikan-gunung-fuji/

http://www.viva.co.id/berita/bisnis/596003-strategi-bisnis-family-mart-di-indonesia
http://johjuda.blogspot.co.id/2013/06/review-convenience-store-di-jakarta.html
annual report PT MIDI UTAMA INDONESIA 2016

https://kumparan.com/wiji-nurhayat/gagal-deal-dengan-charoen-pokphand-jadi-alasan-7-eleven-
batal-dijual

http://fankychristian.blogspot.co.id/2017/06/runtuhnya-seven-eleven-indonesia-bukan.html

Analisis keuangan

Berdasarkan laporan tahunan, bisnis sevel berkontribusi terhadap pendapatan


konsolidasi perusahaan modern internasional sebesar 75 persen. Menilik annual report
2016, perseroan mencatat total aset perseroan sebesar Rp 1.982,4 miliar pada tahun 2016
dengan komposisi aset lancar sebesar Rp 336,6 miliar, serta aset tidak lancar sebesar rp
1.645,7 miliar. Total aset turun sebesar Rp 506,9 milyar atau sebesar -20.36% dibanding
total aset 2015 sejumlah Rp 2.489,3 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh
penurunan persediaan.

A. Penjualan

Berdasarkan laporan data keuangan pada akhir periode 2016, perolehan penjualan
bersih perseroan pada 2016 mencapai rp 891,4 miliar atau mengalami penurunan sebesar
27,5% bila dibanding dengan perolehan pada periode tahun 2015 sebesar Rp1.228,7 miliar.
Penurunan terjadi pada kedua divisi bisnis yang dimiliki perseroan, baik pada divisidistribusi
maupun divisi ritel 7-eleven. Pada 2016, bisnis 7-eleven membukukan penjualan sebesar Rp
675,3 miliar, turun sebesar 23,8% dibanding dengan periode tahun 2015. Penurunan
pendapatan usaha ini terutama disebabkan oleh melambatnya daya beli dan konsumsi
konsumen , kompetisi pasar yang tinggi serta hilangnya pendapatan dari penutupan 25
gerai yang tidak memberikan performa yang baik serta ketatnya arus kas perseroan
sehingga keberadaan persediaan di gerai- gerai terbatas.
Penjualan (dalam jutaan rupiah)
Penjualan

1437940
1273490 1228726
1099310

898946 896933 891421


733001

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Penutupan gerai sepanjang tahun 2015 dan tahun 2016 berpengaruh terhadap total
penjualan perseroan. Ditutupnya 20 gerai perseroan di tahun 2015 masih diimbangi
pembukaan 18 gerai baru yang menyumbang penjualan tambahan bagi perseroan di tahun
2015 sehingga penurunan penjualan perseroan tidak berkurang jauh. Namun penutupan
gerai yang tidak berkinerja baik berlanjut hingga tahun 2016. Sepanjang tahun 2016, 25
gerai telah ditutup dan sampai september 2016, jumlah gerai terkonsolidasi hanya sejumlah
175 gerai, berkurang 13 gerai dari jumlah gerai akhir tahun 2015. Dan tentunya akan
berpengaruh terhadap total penjualan perseroan.
Masa ekspansi cepat pembukaan gerai di 5 tahun pertama sejak pembukaan gerai
pertama di tahun 2009 mengalami perlambatan sejak tahun 2015 lalu, bahkan cenderung
menurun hingga tahun 2016 ini. Sedangkan bisnis seperti 7-eleven membutuhkan
setidaknya 400-500 gerai untuk mencapai skalabilitas yang diharapkan.
Pembukaan satu gerai yang membutuhkan modal besar menjadi salah satu faktor
perlambatan pembukaan gerai baru oleh perseroan. Seperti yang kita ketahui bersama,
perseroan mengenalkan konsep baru convenience store dengan menyediakan tempat
makan bagi para pelanggan, atau tempat kongkow bagi para pelanggan. Investasi satu
gerai diperkirakan sekitar Rp 3 - 4 miliar. Hal ini berbeda dengan konsep asli 7-eleven dari
negara asalnya di amerika. Nampaknya konsep ini sepertinya tidak benar-benar berhasil
karena pelanggan hanya membeli cemilan sedikit namun bisa kongkow berjam-jam.
Sedangkan perseroan telah berinvestasi sangat besar untuk membangun gerai besar (luas
lebih dari 100m2) untuk memfasilitasi perpaduan konsep convenience store dan fine dining.
Pada akhirnya, perseroan juga berbarengan membuka gerai dengan konsep
murni convenience store dengan luasan gerai yang kecil (di bawah 100m2) di lokasi-lokasi
keramaian seperti stasiun, gedung perkantoran, apartemen dan mall. Konsep terakhir inilah
yang menjadi fokus perseroan di masa depan karena produktivitas per m2 untuk gerai kecil
lebih tinggi daripada gerai besar.

B. Laba Komprehensif

Laba Bersih Komprehensif (dalam jutaan rupiah)


Laba Komprehensif
55726 50146 38989

2012 2013 2014 2015 2016


-54768

-638720

Penurunan laba perseroan mulai terjadi di tahun 2015 dimana laba komprehensif
perseroan di tahun 2014 yang masih positif sebesar Rp 38 miliar menurun 240,47% menjadi
rugi di tahun 2015 sebesar Rp 54 milyar. Di akhir tahun 2016, laba perseroan kembali
mengalami penurunan sangat besar sebesar 1066% yaitu rugi mencapai Rp 638 miliar. Hal
ini membuat perseroan semakin tertekan. Rugi yang dialami perseroan disebabkan
beberapa faktor, di antaranya penurunan pendapatan (perseroan juga menyebutkan
kehilangan pendapatan dari penjualan alkohol juga berpengaruh besar terhadap penurunan
penjualan perseroan), penurunan margin gross profit karena untuk menjaga daya saing
pasar, kenaikan biaya operasi extraordinary akibat biaya penutupan gerai, serta biaya-biaya
perampingan operasi bisnis, seperti biaya pesangon bekas karyawan. Namun, ada satu hal
yang juga menjadi momok besar bagi perseroan yaitu liabilitas jangka pendek.
Liabilitas Jangka Pendek (dalam jutaan rupiah)
liabilitas jangka pendek

1032104
942434

573753
428123 458769

2012 2013 2014 2015 2016

Liabilitas jangka pendek pada 2016 naik sebesar Rp89,6 miliar atau sebesar 9,51%
menjadi Rp 1.032,1 miliar dibandingkan 2015 yang tercatat sebesar Rp 942,4 miliar.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pada pinjaman bank jangka pendek yang
telah jatuh tempo dan kenaikan pada utang usaha dikarenakan arus kas yang ketat dan
terbatas.

C. Analisis Kemampuan Membayar Hutang (Solvency)

1. Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan memenuhi seluruh liabilitas jangka


pendek yang diukur dengan rumus :

Current ratio = x100%

Aset lancar perseroan tercatat sebesar Rp 336,6 miliar menurun sebesar 51,59%
jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar Rp 695,4 miliar. Sedangkan liabilitas jangka
pendek perseroan dan entitas anak tercatat sebesar Rp 1.032,1 miliar yang meningkat
sebesar Rp 89,6 miliar. Rasio likuiditas perseroan per desember 2016 tercatat sebesar
32,6%.
Likuiditas (%)
Likuiditas
230.3

162.9
144.04

73.79
32.6

2012 2013 2014 2015 2016

Current ratio memberikan informasi kemampuan aktiva lancar meliputi kas, piutang
dagang, efek, persediaan dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang
dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus
dibayar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
berdasarkan grafik diatas. Rasio likuiditas 5 tahun terakhir terus menurun. Ini
menandakan bahwa kemampuan aset lancar perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka
pendeknya menurun. Perusahaan harus beRpikir keras untuk membayarbeban bunga dan
beban pokok hutang jangka pendeknya yang jatuh tempo dibawah satu tahun, sementara
kinerja perusahaan menunjukkan rugi yang cukup besar sehingga perusahaan tidak memiliki
pemasukan dalam bentuk kas semakin membebani perusahaan melunasi kewajiban jangka
pendeknya.

2. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan perseroan dalam memenuhi seluruh kewajibannya.
Solvabilitas merupakan kemampuan perseroandalam memenuhi seluruh kewajibannya yang
diukurdengan rumus:

Debt to equity ratio =
x100%
Debt To Equity Ratio (%)
Debt To Equity Ratio (%)

207.2

82.9 78.02 93.87


75.7

2012 2013 2014 2015 2016

Grafik rasio solvabilitas perusahaan diatas menunjukkan bahwa perbandingan antara


total liabilitas dengan total ekuitas masing-masing pada tahun 2016 dan 2015adalah
sebesar 207,2 % dan 93,87%. Debt to equity ratio atau rasio hutang merupakan imbangan
antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini
artinya modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutang. Bagi perusahaan
sebaiknya, besar hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetap tidak terlalu
tinggi. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik. Maksudnya, semakin kecil porsi hutang
terhadap modal, maka semakin aman.
Namun, rasio hutang perusahaan pada tahun 2016 menunjukkan kenaikan yang
cukup signifikan. Ini menjadi sinyal buruk bagi para kreditor dan investor perusahaan karena
kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajiban atau hutannya menurun
drastis

Analisis STP dan SWOT

A. Pengelompokan Pasar

Lokasi 7-eleven terbatas hanya di jakarta. Hal ini merupakan strategi perseroan dalam
mengembangkan gerai. Hal ini dilakukan karena melihat potensi pasar di jakarta yang masih
sangat besar dan selain itujuga terkait dengan pengembangan infrastruktur yang harus
terintegrasi dengan pengembangan gerai 7-eleven.
B. Pemilihan Kelompok Pasar (Targeting)

Kelompok pasar yang dituju oleh 7 eleven adalah menurut usia. Remaja usia 15-20
tahun serta 20 tahun ke atas menjadi target utama toko ritel ini. Hal ini dimaksudkan karena
konsep utama dari gerai 7 eleven adalah sebagai tempat yang nyaman untuk berkumpul
bersama teman atau sekeddar untuk menghabiskan waktu luang selepas kerja maupun
sekolah.

C. Lokasi Strategis

Strategi yang juga menjadi keunggulan dari 7 eleven adalah pemilihan lokasi dalam
membuka gerai baru. Beberapa lokasi dari lokasi gerai dari 7 eleven dinilai sangat strategis
karena berdekatan dengan sekolahan, pemukiman penduduk dan jalan raya yang banyak
dilalui oleh masyarakat.

D. Analisis STP

1) Segmentasi
Berdasarkan data diatas, data terbaru penduduk indonesia menunjukkan lebih besar
pada usia antara 17-34 tahun. Kejelian 7 eleven dalam melihat peluang ini adalah
dengan membidik segmen pasar dari segi demografis adalah membidik kalangan
masyarakat berusia muda. Seperti kita ketahui nongkrong di kafe atau restoran siap
saji usai bubaran sekolah, kuliah atau pulang kerja, belakangan ini merupakan tren
gaya hidup remaja dan eksekutif.

2) Targeting
Target konsumen yang di bidik oleh 7eleven disini sangatlah sesuai dengan segmen
pasar yang di pilih yaitu adalah anak muda, pelajar, karyawan.

3) Positioning
Positioning mereka adalah penyedia tempat nongkrong ,sosialisasi dan
community store yang mengutamakan kenyamanan.
E. Analisis SWOT 7-Eleven

Strength Weakness
Tempat strategis Produk yang dijual cukup mahal
Free wifi Lahan parkir yang sempit
Buka 24 jam

Opportunity Threat
Berada di lokasi pusat keramaian Harga yang lebih tinggi dari
Terbuka market share di luar jakarta kompetitor
Terdapat lokasi usaha yang sama
Persaingan yang ketat untuk
mendapatkan konsumen dalam
industri yang sama

Analisis Kompetitor Lawson

A. Analisa STP

1) Segmentasi
Segmentasi dari lawson mengarah pada segmen anak-anak muda, pelajar,
mahasiswa, eksekutif muda, dan orang dewasa yang berjiwa muda.

2) Targeting
Lawson membuat target market sharenya itu harus bertambah dengan cara
memberikan pengalaman yang menarik kepada setiap konsumen yang datang
dengan memberikan pelayanan yang memuaskan, fasilitas yang nyaman, dan menu
makanan yang memuaskan.

3) Positioning
Memanjakan customer dengan pelayanan customer yang akan membuat setiap
customer nyaman hangout di lawson.
B. Analisa SWOT Lawson

Strength Weakness
Berada di bawah management pt Brand yang baru sehingga belum
midi utama yang berpengalaman muncul awarness
dalam bisnis retail Brand awareness
Menyediakan fasilitas hangout
Free wifi
Produk-produk asli dari jepang
Opportunity Threat
Masih terbukanya pasar diluar Persaingan dengan kompetitor
jabodetabek seperti indomaret point, circle k
Luasnya market share Regulasi dari pemerintah yang mulai
membatasi keberadaan minimarket

Salah satu keunggulan dari 7-eleven adalah pemilihan lokasi yang strategis dalam
menempatkan gerai-gerainya. Beberapa lokasi gerai dari 7 eleven dinilai sangat strategis
karena berdekatan dengan sekolahan, pemukiman penduduk dan jalan raya yang banyak
dilalui oleh masyarakat. 7-eleven membangun keunikan sebagai community store yang
menarget anak muda ibukota dengan menyediakan fasilitas free wifi sebagai tempat
nongkrong.
Produk-produk yang dijual di 7-eleven cukup mahal dibandingkan dengan
kompetitor. Hal ini disebabkan karena 7-eleven menerapkan strategi differentiation, yaitu
menciptakan perbedaan dengan produk-produk dari perusahaan saingan. Produk khas 7-
eleven adalah slurpee, sejenis minuman es dan big gulp, minuman soft drink berukuran
besar.
Lokasi gerai 7-eleven terbatas hanya di jakartaa. Menurut pihak manajemen, hal ini
dilakukan karena melihat potensi pasar di jakarta yang masih sangat besar dan selain itu
juga terkait dengan pengembangan infrastruktur yang harus terintegrasi dengan
pengembangan gerai 7-eleven. Padahal peluang pangsa pasar di luar jakarta masih terbuka
sangat luas. 7-eleven menghadapi persaingan yang cukup ketat dengan kompetitor dalam
industri ritel convience store. Banyak kompetitor-kompetitor lain yang bermunculan seperti
indomaret point, circle k dan lawson.
Bab III: Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
A. Penyebab Runtuhnya Sevel

1. Business model yang tidak cocok

2. Industri retail yang sedang lesu

3. Kebijakan pemerintah yang melarang mini market menjual alkohol

4. Kurang tanggapnya regulator terhadap perkembangan business dan trend

5. Ekspansi yang agresif

B. Opini Kelompok

Playing Field

Melihat kondisi playing field sevel indonesia ini ada beberapa masalah yang saya lihat:

1. Industri retail yang mereka pilih dengan kategori yang "banci" mungkin menjadi masalah awal.
Termasuk tentunya disini adalah masalah dna business yang mereka pilih. Restoran/cafe atau
convenience store? Jarang business yang "banci" bisa sukses, karena pilihan kategori business
dan dna perusahaan akan menentukan juga persoalan (problem) konsumen yang ingin kita
selesaikan, business model, target market, value yang diciptakan, sales starategy sampai ke
operational model.

"Positioning dari bisnis ini yang diusung sejak awalnya buka gerai pertama di bulungan pada
akhir tahun 2009, yaitu untuk menjadi food store destination, konsep 7-eleven di jakarta
memang sengaja difokuskan untuk penyediaan makanan dan minuman segar dengan kualitas
yang baik, aman dan higienis, cepat, nyaman dan praktis serta dengan harga yang terjangkau.
Sekitar 50% area gerai memang digunakan untuk penyediaan berbagai macam program dan
varian makanan dan minuman segar. "

2. Pemilihan category yang menurut mereka sesuatu yang baru di tahun 2009 menyebabkan
kurang tegasnya target mereka. Karena business model mereka yang cukup mahal akan sulit
bisa profitable kalau pada kenyataannya lebih banyak kalangan anak-anak muda yang datang
untuk nogkrong atau pinjam tempat kumpul-kumpul dengan belanja yang sedikit.

3. Dengan potensi pasar retail yang masih cukup besar di indonesia harusnya bukan menjadi
persoalan untuk bisa berkembang. Namun dengan model business yang mereka ciptakan
membuat regulator menjadi kesulitan untuk menetapkan izin-izin mereka. Namun sebagai
perusahaan yang profesional masalah "core environment" yang bisa mempengaruhi
kelangsungan business mereka harusnya sudah di antisipasi. Pemerintah adalah salah satu stake
holder (core environment) yang mereka harus kelola. Kalaupun ada kebijakan pemerintah yang
negatif terhadap business mereka seharusnya mereka bergerak menyesuaikan atau kalau bisa
melakukan lobby agar pihak pemerintah bisa memahami inovasi sevel ini.

Market Landscape

Melihat market landscape mereka dari luar maka ada beberapa point yang menurut saya masih
belum jelas:

1. Apa yang membedakan mereka dengan pesaing mereka? Istilah simplenya unique selling
proposition (usp) mereka apa? Value apa yang mereka berikan kepada pelanggan mereka? Saya
adalah pelanggan sevel dari awal mereka buka gerai pertama di kawasan blok m jakarta. Yang
saya rasakan perbedaanya hanyalah sebuah convenience store yang punya tempat duduk dan
wifi gratis dengan makanan siap saji yang terbatas menunya. Perbedaan yang mudah sekali di
tiru oleh pesaing mereka, terutama indomaret dan alfamart yang sudah punya fondasi dan basis
yang lebih kuat dan efisiensi operasional.

2. Basis dari sales dan distribusi mereka adalah gerai retail yang di buka di tempat yang strategis
dan premium dan tentunya ini akan membawa dampak juga terhadap biaya yang mereka harus
keluarkan. Walaupun mungkin banyak sekali gerai mereka mengambil alih tempat dan lokasi
bekas usaha mereka sebelumnya (modern film/fuji) namun tetap akan ada biaya.

3. Sebagai sebuah "brand" yang sudah terkenal di dunia dan indentik dengan "convenience store"
maka agak sulit mereka akan lepas dari image tersebut dan mencoba menciptakan sebuah
categorybaru.

Operational Profitability

Masalah operational profitability ini menurut saya adalah masalah mereka yang paling
besar. Bukan masalah regulasi.

1. Melihat data keuangan mereka sejak tahun 2012 -2016 Sales Revenue mereka memang
meningkat namun pertumbuhan revenue mereka (revenue generation) lebih disebabkan oleh
pertumbuhan Horizontal gerai mereka sehingga sampai tahun 2014 mereka punya 190 Gerai
dan baru tahun 2015 mereka tutup 20 gerai yang tidak produktif, namun membuka 18 gerai
yang baru. Penurunan penjualan tahun 2015 dimana aturan baru pemerintah yang tidak
memperbolehkan mini market menjual produk beralkohol rendah tidak terlihat banyak
pengaruhnya.

Tahun 2015 memang Sales revenue mereka mulai turun baik secara total maupun per outlet
mereka. Kalau kita lakukan dengan perbandingan usaha retail lainnya seperti Alfamart maka
mereka masih mencatat pertumbuhan positif. Begitu juga data APRINDO yang mengatakan
tahun 2015-2016 masih adanya pertumbuhan retail tersebut.

Dengan sales Revenue yang hanya rata-rata sekitar 4-5 M per tahun dengan gross margin yang
kecil, maka akan sangat sulit mereka akan bisa bertahan. Dalam laporan mereka ke pemegang
saham, mereka memang sudah mulai mencari "revenue stream" yang lain sperti menjual pulsa,
pembayaran listrik dan sebagainya. Namun ini belum bisa menutup kekurangan dari pemasukan
utama mereka makanan dan minuman.
Dari sisi biaya, saya lihat dalam laporan keungan mereka memang menjadi PR terbesar mereka.
Operational cost mereka yang sangat tinggi, beban bunga jangka pendek dan panjang yang
besar serta "Cash Flow" yang sudah mulai negatif sejak 2 tahun yang lalu menyulitkan
operasional mereka.

2. Masalah lain yang mungkin bisa terjadi menurut saya adalah besarnya investasi mereka untuk
Joint Venture dan persiapan business Fresh Food dan Central Kitchen. Ini adalah masalah "Core
Resources" mereka. Namun mengelola core resources tidak selalu harus mendirikan pabrik dan
supply sendiri. Apa lagi dengan kondisi Cash Flow yang kurang baik.

3. Yang mungkin tidak terlalu kelihatan adalah masalah Organisasi, Tim Manajemen dan SDM
mereka. Dalam business apapun yang baik maupun yang sedang tidak baik masalah SDM dan
tim manajemen pasti besar pengaruhnya.

Secara singkat, masalah Seven-Eleven Indonesia ini multi dimensi dan tidak ada satu faktor saja
yang mempengaruhinya. Namun secara umum, bisa kita lihat masalah internal pengelolaan
yang menurut saya masalah yang paling besar dan bukan masalah external, apa lagi masalah
regulasi yang menyangkut business retail dan mini market.

Keputusan pihak Charoen sudah tepat untuk menunda pembelian Sevel ini karena dengan nilai
1 Triliun mungkin terlalu mahal untuk sebuah business dengan Revenue 675 M setahun dan
terus menurun dan lisensi Franchise yang tinggal 12 tahun. sayangnya saya tidak mendapatkan
data book value dari business Seven-Eleven yang terpisah dari induknya.

Saran
Dari kasus runtuhnya bisnis sevel dapat diambil hikmah dan saran sebagai berikut:

Sevel harus lebih fokus dalam market fast moving consumer goods seperti ritel-ritel lainnya,
tanpa harus menjual aneka minuman dan makanan layaknya kafe yang tentunya banyak
memakan cost pada fase produksi yang menyebabkan kerugian yang tidak sedikit jika
produk tersebut bersisa.
Tetap mempertahankan strategi pilihan lokasi yang premium nan strategis seperti
diperumahan elit atau sekitar perkantoran yang tentunya menjadi pembeda antara sevel
dengan pesaingnya.
Sevel harus selalu siap dengan produk baru yang lebih relevan dengan perkembangan zaman
dan harus cepat mengambil beradaptasi dengan perubahan gaya hidup masyarakat
indonesia khususnya.
Tawarkan inovasi produk atau layanan yang dapat meraih segmen pasar yang lebih luas
sehingga secara cost akan menjadi lebuh murah.
Sevel harusnya memperluas pangsa pasarnya yang tidak hanya berfokus di daerah
jabodetabek.
Table of references :

Http://researchdashboard.binus.ac.id/uploads/paper/document/publication/proceeding/bbr/vol.%2
04%20no.%201%20may%202013/34_mn_son%20wandrial%20enggal.pdf

https://swa.co.id/swa/my-article/analisa-di-balik-diakuisisinya-7-eleven

Https://swa.co.id/swa/my-article/nasib-7-eleven-diujung-tanduk-sebuah-analisa

También podría gustarte