Está en la página 1de 14

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Miftahussurur C111 11 340

Yelly Asta Siusiu Imram C111 12 893

Iva Pinasti C111 11 366

Laporan Kasus : Aspek K3 Pada Petugas Hotel

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Makassar, November 2017

Pembimbing,

dr. Sultan Buraena, MS, Sp.Ok


DAFTAR ISI

Halaman judul .................................................................................................. i

Lembar pengesahan .......................................................................................... ii

Daftar isi ........................................................................................................... iii

ARTIKEL PENELITIAN ................................................................................ 1

STATUS OKUPASI ........................................................................................ 13

LAPORAN WALK THROUGH SURVEY ........................................................ 37

ii
ARTIKEL PENELITIAN
Gambaran Hubungan Faktor Fisik
dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja Hotel Ibis Style Makassar dengan Carpal
Tunnel Syndrome
Zakirunallah Karunia
Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

ABSTRAK terjadinya CTS. Data pengukuran adanya


Latar belakang : Carpal Tunnel CTS dengan menggunakan check list.
Syndrome (CTS) yang didapatkan di Sampel dalam penelitian ini
tempat kerja merupakan ancaman sosial adalah pasien dengan CTS yang
dan ekonimis bagi individu, keluarga berlangsung saat melakukan pekerjaan.
dan komunitas. Meskipun terdapat Distribusi sampel penelitian didapatkan
berbagai panduan CTS di tempat kerja hasil 1 karyawan dari 10 karyawan
tetap terjadi. Statistik oleh Clare mengalami CTS setidaknya sekali
Harris,dkk menunjukkan bahwa di selama bekerja.
United Kingdom, faktor okupasional Hasil : Prevalensi CTS, yaitu sebesar
bertanggungjawab terhadap 3000 kasus 10% yang didapatkan. Pada penelitian
CTS pertahun. Laporan lain kali ini didapatkan bahwa terdapat
menunjukkan bahwa 30% cedera terkait hubungan prevalensi CTS yang terjadi
karyawanan adalah CTS. Sebuah pada karyawan front officer hotel ibis
penelitian berbasis rumah sakit makassar dengan faktor fisik yang
melaporkan bahwa pasien yang dirawat terdapat pada lingkungan kerja pasien.
di rumah sakit CTS, mayoritas terkait Kesimpulan: Kebanyakan individu yang
faktor okupasional. bekerja terpapar oleh berbagai faktor
Metode : Penelitian ini menggunakan berbahaya selama proses bekerja.
metode penelitian deskriptif dengan Kondisi ini dihubungkan dengan
pendekatan cross sectional melalui karyawan front officer holet Ibis
proses walk through survey. Data yang Makassar dimana saat bekerja terdapat
digunakan berupa kebiasaan responden gerakan fleksi-ekstensi articulatio radio-
dan data faktor-faktor pencetus CTS, carpalis dextra yang berulang, dalam
seperti faktor fisik yang memungkinkan jangka waktu lama, dengan waktu

1
bekerja 9 jam dan waktu istirahat hanya terjadi. Statistik oleh Clare Harris,dkk
60 menit. Rutinitas karyawan tersebut menunjukkan bahwa di United
dapat memicu terjadinya CTS. Kingdom, faktor okupasional
Kata Kunci : Faktor Fisik, CTS bertanggungjawab terhadap 3000 kasus
CTS pertahun. Laporan lain
LATAR BELAKANG menunjukkan bahwa 30% cedera terkait
Menurut ILO (Internatinal karyawanan adalah CTS. Sebuah
Labour Organization), setiap tahun ada penelitian berbasis rumah sakit
lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat melaporkan bahwa pasien yang dirawat
kerja dan lebih dari 160 juta karyawan di rumah sakit CTS, mayoritas terkait
menjadi sakit karena bahaya di tempat faktor okupasional. (2)
kerja. Perkembangan ilmu pengetahuan Pada review retrospektif ini,
dan teknologi telah membuat diidentifikasi tempat kerja dan beberapa
penggunaan alat-alat produksi semakin faktor lainnya yang terkait dengan CTS.
kompleks. Makin kompleknya peralatan Selain itu, juga diidentifikasi tempat
yang digunakan, makin besar pula kerja yang dapat menyebabkan CTS
potensi bahaya yang mungkin terjadi dan lebih berat. (2)
makin besar pula kecelakaan kerja yang Kebanyakan individu yang
ditimbulkan apabila tidak dilakukan bekerja terpapar oleh berbagai faktor
penanganan dan pengendalian sebaik berbahaya selama proses bekerja. Faktor
mungkin.(1) tersebut anta lain berupa faktor fisik,
Pada kelompok usia kerja, kimia, ergonomik, psikososial. Dari
karyawan laki-laki mendapatkan cedera perspektif ini, CTS terkait okupasional
terkait perkejaan lebih banyak terjadi akibat faktor ergonomi menjadi
dibandingkan dengan kelompok perhatian karena memerlukan perawatan
perempuan. (2) perlakuan khusus. Hasil penelitian dari
CTS yang didapatkan di tempat studi ini menunjukkan bahwa subjek
kerja merupakan ancaman sosial dan telah mengenali faktor risiko dalam
ekonomis bagi individu, keluarga dan penggunaan alat, berdasarkan
komunitas. Meskipun terdapat berbagai pengalaman sebelumnya. (3)
panduan CTS di tempat kerja tetap

2
CTS adalah salah satu jenis antara keluhan dan gejala CTS dengan
cumulative trauma disorders (CTD) faktor kecepatan menggunakan alat dan
yang disebabkan oleh terjebaknya nervus faktor kekuatan melakukan gerakan pada
medianus dalam terowongan carpal pada tangan (7,).
pergelangan tangan dengan gejala nyeri, CTS menjadi pusat perhatian
kebas dan kesemutan pada jari-jari dan peneliti oleh karena merupakan salah
tangan di daerah persarafan nervus satu jenis CTD yang paling cepat
medianus. (1) menimbulkan kelainan pada pekerja,
Penelitian lain melaporkan CTS berupa kecacatan yang selain
adalah salah satu dari 3 jenis penyakit menyebabkan nyeri, dapat pula
yang tersering di dalam golongan CTD membatasi fungsi-fungsi pergelangan
dengan prevalensi sebesar 40%, tangan dan tangan sehingga berpengaruh
sedangkan CTD merupakan penyebab terhadap pekerjaan sehari-hari (5).
lebih dari 50% penyakit akibat kerja Dengan melihat kegiatan
pada ekstremitas atas. (2,3) industri di Indonesia, diperkirakan
Di Indonesia, urutan prevalensi kemungkinan jumlah CTS di kalangan
CTS dalam masalah kerja belum pekerja lebih besar, angka-angka yang
diketahui karena sampai tahun 2011 mendekati kebenaran belum dimiliki,
masih sangat sedikit diagnosis penyakit sehingga tindakan pencegahan belum
akibat kerja yang dilaporkan karena mendapat prioritas, sedangkan prognosis
berbagai hal, antara lain sulitnya CTS lebih baik bila dapat didiagnosis
diagnosis. (4) sedini mungkin sehingga dipandang
Penelitian pada pekerjaan dengan perlu untuk melakukan penelitian
risiko tinggi pada pergelangan tangan mengenai CTS dan upaya
dan tangan melaporkan prevalensi CTS pengendaliannya.
(5,6)
antara 5,6% sampai dengan 15% .
Penelitian Harsono pada pekerja suatu METODE
perusahan ban di Indonesia melaporkan Penelitian ini menggunakan
prevalensi CTS pada pekerja sebesar metode penelitian deskriptif dengan
(5)
12,7% . Silverstein dan peniliti lain pendekatan cross sectional melalui
melaporkan adanya hubungan positif proses walk through survey. Data yang

3
digunakan berupa kebiasaan responden, yang digunakan, alat pelindung diri yang
dan data faktor-faktor pencetus CTS, digunakan, ketersediaan obat P3K di
seperti faktor ergonomic dan faktor fisik. tempat kerja, keluhan atau penyakit yang
Data yang digunakan berupa posisi kerja dialami karyawan dan upaya
responden, postur kerja, perulangan pengetahuan mengenai K3 kepada
(repetiting) dan karyawanan dilakukan karyawan Hotel Ibis Style Makassar.
secara praktis atau manual. Peralatan yang diperlukan untuk
Sampel dalam penelitian ini melakukan walk through survey antara
adalah para karyawan Hotel Ibis Style lain:
Makassar. Distribusi sampel penelitian Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai
berdasarkan jenis karyawanan yang media untuk pencatatan selama
dilakukan didapatkan hasil 1 karyawan survey dilakukan.
dari 10 karyawan yang mengalami CTS. Kamera digital: Berfungsi sebagai alat
akan tetapi, penelitian pada studi cross untuk memotret kegiatan dan
sectional terdapat beberapa kelemahan lingkungan di Jalan Gunung Merapi.
yaitu kurangnya jumlah kasus yang Check List: Berfungsi sebagai alat
didapatkan, berat-ringannya kasus yang untuk mendapatkan data primer
sulit ditentukan karena keterbatasan mengenai survey yang dilakukan.
sarana pemeriksaan dan kurangnya Cara survey yang dilakukan
waktu yang didapatkan untuk adalah dengan menggunakan Walk
melanjutkan survey. Selain itu, Through Survey. Teknik Walk Through
penelitian dengan studi ini tidak Survey juga dikenali sebagai
menggambarkan perjalanan penyakit, Occupational Health Hazards. Untuk
insiden, maupun prognosis penyakit. melakukan survei ini, dapat dimulai
Bahan yang digunakan pada dengan mengetahui tentang manajemen
survei ini adalah checklist yang di buat. perencanaan yang benar, berdiskusi
Checklist ini dibuat berdasarkan tentang tujuan melakukan survey, dan
informasi yang diperlukan dari tujuan menerima keluhan-keluhan baru yang
survei dilakukan. Pada survei ini, releven.(4)
informasi yang diperlukan adalah ada Bahaya apa dan dalam situasi
tidaknya faktor hazard, alat kerja apa yang bagaimana bahaya dapat timbul,

4
merupakan sebagai hasil dari - Pengarahan
penyelenggaraan kegiatan Walk Through kegiatan
Survey. Mengenal bahaya, sumber - Pembuatan
bahaya dan lamanya paparan bahaya proposal
terhadap karyawan.(4) 2. 22 Mei - Walk through
Pihak okupasi kesehatan dapat 2017 survey
kemudian merekomendasikan 3. 23 Mei - Pembuatan laporan
monitoring survey untuk memperoleh 2017 walk through
kadar kuantitas eksposur atau kesehatan survey
okupasi mengenai risk assessment.(1,5) - Pembuatan status
Walk Through Survey ini okupasi
bertujuan untuk memahami proses 4. 24 Maret - Pembuatan artikel
produksi, denah tempat kerja dan 2017 status okupasi
lingkungannya secara umum. Selain itu, - Presentasi walk
mendengarkan pandangan karyawan dan through survey
pengawas tentang K3, memahami - Presetasi status
karyawanan dan tugas-tugas karyawan, okupasi
mengantisipasi dan mengenal potensi
bahaya yang ada dan mungkin akan HASIL
timbul di tempat kerja atau pada petugas Pada penelitian ini diambil
dan menginventari supaya-upaya K3 sampel dari karyawan Hotel Ibis Style
yang telah dilakukan mencakup Makassar, dari perhitungan sampel
kebijakan K3, upaya pengendalian, didapatkan sampel sebanyak 12
pemenuhan peraturan perundangan dan karyawan (total jumlah karyawan yang
sebagainya.(1-4) diwawancarai).
Survey dilakukan di Hotel Ibis Jumlah responden keseluruhan
Style jalan Dr Samratulangi, jadwal yang berjumlah 12 orang yang mana dari
survey selama 3 hari, yaitu: keseluruhan responden tersebut terdapat
No Tanggal Kegiatan 2 orang di bagian front officer, 1 orang
1. 22 Mei - Melapor ke bagian di bagian house keeping, 2 orang di
2017 K3 RS Ibnu Sina bagian dapur dan restoran, 2 orang di

5
bagian laundry, 2 orang di bagian hotel ekstensi articulatio radio-carpalis dextra
room, 1 orang di bagian security. yang berulang, dalam jangka waktu
Dari rencana waktu yang telah lama, dengan waktu bekerja 9 jam dan
ditetapkan, terkumpul data yang waktu istirahat hanya 60 menit.
didapatkan dari check list yang dibuat. Dari 10 orang responden yang
Dari hasil check list diperoleh 1 diwawancarai yaitu sebanyak 1
karyawan laki-laki yang berusia 32 tahun responden (10%) yang mengalami CTS,
telah bekerja sebagai karyawan Hotel sedangkan responden yang tidak
Ibis Style Makassar selama 3 tahun. mengalami keluhan CTS yaitu sebanyak
Pasien mengeluh kesemutan dialami 9 responden (90%). Berdasarkan
sejak 2 bulan yang lalu, memberat sejak penelitian yang telah dilakukan pada satu
3 hari yang lalu. Kesemutan dialami karyawan tersebut, titik keluhan nyeri
terutama pada jari I,II,III pergelangan dan kesemutan yang dirasakan oleh
tangan kanan. Pasien mengaku nyeri karyawan adalah pada bagian telapak
tidak menjalar. Keluhan pasien ini tangan kanan.
memberat sewaktu melakukan gerakan Berdasarkan hasil penelitian,
fleksi-ekstensi pergelangan tangan, dan dari 1 responden yang mengalami CTS
membaik jika beristirahat. Pada didapatkan bahwa pasien tersebut dalam
pemeriksaan fisis didapatkan nadi 90 pekerjaannya melakukan gerakan
kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, pengetikan dan pengangkatan barang
tekanan darah 130/80mmHg, temperatur tamu, yakni berupa gerakan berulang
36,7oC. Pada pemeriksaan Tines test dan fleksi-ekstensi articulatio radiocarpalis
phalen test pada pergelangan tangan dextra (pergelangan tangan kanan)
kanan didapatkan hasil (+). Pemeriksaan Selain itu, dari hasil anamnesis
lainnya dalam batas normal. Prevalensi dan peninjauan langsung dengan
CTS yang didapatkan dari responden menggunakan survey untuk
sebesar 10%. Faktor yang dominan mendapatkan gangguan musculoskeletal
berpengaruh dalam CTS dihubungkan dengan survey BRIEFTM (Baseline Risk
dengan karyawan Hotel Ibis Style Identification of Ergonomic Factors).
Makassar bagian front officer dimana Hasil menunjukkan bahwa terdapat
saat bekerja terdapat gerakan fleksi- factor ergonomik yang dapat

6
menyebabkan pasien mendapatkan nyeri punggung bawah. Sindroma ini
gangguan musculoskeletal. Hasil dengan paling sering mengenai populasi usia 30-
risiko tinggi adalah pada pergelangan 60 tahun, dengan perbandingan wanita
tangan kanan, dan risiki rendah pada dan pria 3-5 : 1 dan lebih dari 50% kasus
regio leher dan punggung terjadi secara bilateral. Insidensi tahunan
Berdasarkan hasil penelitian, dari diperkirakan 120 per 100.000 wanita dan
1 responden (100%) yang mengalami 60 per 100.000 pria. Insidensi
CTS didapatkan bahwa pencahayaan tampaknya meningkat dengan
pada tempatnya bekerja cukup memadai. pertambahan usia pada laki-laki namun
Sumber cahaya berasal dari cahaya insidensi puncak pada wanita adalah
lampu dan matahari. pada usia 45-54 tahun.
Selain dari faktor-faktor Carpal tunnel adalah suatu
ergonomis dan factor fisik yang terowongan fibro-osseous yang dibentuk
didapatkan pada tempat kerja juga oleh tulang-tulang karpal dan flexor
dicoba untuk menghubungankan retinaculum. Komponen tulang pada
insidens CTS ini dengan factor-faktor carpal tunnel membentuk suatu
individu seperti jenis kelamin. lengkungan, yang dibentuk oleh empat
Pasien yang mengalami CTS tonjolan tulang - di proksimal oleh
adalah laki-laki. Pada kelompok usia tulang pisiformis dan tubercle of
kerja, karyawan laki-laki dan perempuan scaphoid dan di distal oleh hook of
mendapatkan cedera terkait perkejaan hamate dan tubercle of trapezium.
lebih banyan dibandingkan dengan Tendon palmaris longus di superfisial
cedera lain. 2 berjalan anterior menuju ke flexor
DISKUSI (5,6,7) retinaculum untuk menyatu dengan fasia
CTS adalah kumpulan gejala palmaris. Di bawah fasia palmaris, suatu
akibat penekanan pada nervus medianus ligamen membentuk batas superfisial
oleh ligamentum karpal transversal, di dari carpal tunnel, yang disebut ligamen
dalam terowongan karpal pada karpal transversal. Ligamen flexor
pergelangan tangan. retinaculum dan karpal transversal
CTS merupakan cedera akibat dianggap merupakan istilah yang sama
pekerjaan yang kedua terbanyak setelah (sinonim) oleh berbagai penulis.

7
Ukuran dari terowongan ini Sejumlah kondisi seperti gangguan
bervariasi, dengan ukuran yang paling anatomi, penyakit inflamasi, dan
umum dijumpai adalah panjang 2-5 cm gangguan metabolik dapat menyebabkan
dan lebar 2-3 cm. Carpal tunnel atau memperberat gejala.
cenderung menyempit semakin ke arah Penyebab utama CTS adalah
distal. Sembilan tendon ke jari-jari dan kompresi nervus medianus di dalam
nervus medianus berjalan di dalam flexor terowongan karpal. Kompresi ini
retinaculum dalam carpal tunnel. berhubungan dengan peningkatan
Terdapat satu pembungkus synovial tekanan di dalam kanalis karpal. Setiap
yang sama untuk seluruh tendon, kecuali kanal memiliki kapasitas yang tetap;
tendon flexor pollicis longus. oleh sebab itu, tiap kondisi yang
Walaupun tampaknya carpal memprovokasi suatu perluasan di dalam
tunnel merupakan ruang terbuka yang kanal akan secara langsung
berhubungan dengan kompartemen meningkatkan tekanan internal dan
fleksor dari lengan bawah di proksimal akibatnya menekan nervus medianus.
dan ruang midplamar di distal, namun Adanya anomali kandungan (isi) dalam
carpal tunnel merupakan suatu kanal dan posisi dari struktur internalnya
kompartemen tertutup dan akan menurunkan rongga kanalis yang
mempertahankan kadar tekanan jaringan tersedia. Kandungan yang anomali ini
dan cairannya sendiri. mencakup edema, inflamasi, perdarahan,
Terdapat beberapa etiologi dari deposit substan patologis, dan/atau
CTS, walaupun sebagian besar bersifat kondisi seperti amyloidosis, dsb.
idiopatik. Kasus idiopatik selama ini Penyebab sistemik CTS yang paling
dianggap sebagai suatu tenosynovitis sering dijumpai adalah DM, rheumatoid
ligamen karpal transversal. Namun arthritis dan hipotiroidisme.
begitu, temuan patologis hanya Kompresi saraf kronis
menunjukkan sedikit bukti adanya merupakan akibat dari berbagai
inflamasi sedangkan temuan yang lebih mekanisme trauma seperti traksi,
sering adalah edema, sklerosis vaskular gesekan, dan tekanan berulang. Jaringan
dan fibrosis yang paling sesuai dengan saraf merupakan struktur yang statis,
stress berulang pada jaringan ikat. ketika terjadi pergerakan tungkai atau

8
sendi, jaringan saraf harus beradaptasi bervariasi sesuai dengan keparahan
dan bergerak dengan perlahan beberapa penyakit. Pada tahap awal, pasien
millimeter di sepanjang perjalanannya. biasanya mengeluhkan gejala akibat
Jaringan saraf melewati berbagai kanalis keterlibatan komponen sensorik dari
yang sempit secara anatomis mulai dari nervus medianus. Gejala yang paling
foramen vertebra ke bagian yang paling sering adalah nyeri yang disertai kebas
distal dari ekstremitas. Kanal-kanal ini dan kesemutan pada daerah distribusi
tidak memiliki titik tetap, oleh karena nervus medianus distal dari pergelangan
itu, jaringan saraf harus dapat bebas tangan. Daerah yang terlibat biasanya
meluncur di dalamnya. Edema jaringan adalah ibu jari, jari telunjuk dan jari
lokal sekitarnya, bahkan dalam jumlah tengah, dan sisi radial dari jari manis.
yang kecil sekalipun, dapat mengganggu Pasien mengeluhkan nyeri pada
gerakan saraf pasif (gliding). Saat terjadi pergelangan tangan dan lengan yang
pergerakan anggota badan, jaringan saraf berkaitan dengan parestesi pada tangan.
yang tidak terlalu mobile akan Nyeri dapat terlokalisir pada
mengalami peregangan, sehingga pergelangan tangan, atau dapat menjalar
menyebabkan kerusakan yang ke lengan bawah, lengan atau yang lebih
tersembunyi, seperti iritasi, edema dan jarang, ke bahu. Gejala-gejala dapat
atau microinjuries yang menyebabkan diprovokasi dengan postur fleksi atau
pembentukan bekas luka (scar ekstensi pergelangan tangan. Paling
adhesions). Jaringan parut menyebabkan umum dijumpai, hal ini terjadi saat
peningkatan tekanan lokal dan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti
mengurangi nerve gliding, sehingga mengemudi atau memegang telepon,
menyebabkan kompresi saraf permanen. buku atau koran.
Jenis kompresi ini sering disebut nerve Keluhan sensorik dapat berupa
entrapment. hipestesi hingga anestesi. Pasien dapat
CTS dapat muncul dengan mengalami peningkatan intensitas rasa
berbagai gejala dan tanda. Walaupun kebas, tingling dan disestesia pada
biasanya bilateral, tangan yang dominan malam hari, dan dapat terbangun dari
biasanya lebih berat terkena, terutama itidur. Fenomena ini dikenal dengan
pada kasus-kasus idiopatik. Gejala CTS brachialgia paresthetica nocturna. Saat

9
tidur, fleksi atau ekstensi pergelangan lain untuk terapi CTS masih dalam
tangan yang persisten menyebabkan penelitian. Suatu studi RCT
peningkatan tekanan pada terowongan membandingkan 40 mg metilprednisolon
karpal, iskemia saraf, dan akibatnya dengan 10 mg lidokain dengan 10 mg
parestesi. Pasien sering terbangun dari lidokain saja yang diinjeksikan 4 cm
tidur dan perlu menggoyangkan proksimal dari pergelangan tangan.
tangannya untuk menghilangkan rasa Setelah 1 bulan, individu yang mendapat
nyeri. injeksi kortikosteroid menunjukkan
Gambaran klinis CTS awal atau perbaikan signifikan namun setelah 3
ringan biasanya hanya berupa gangguan bulan tidak terdapat perbedaan secara
sensorik, namun pada kasus-kasus yang statistik pada keparahan klinis antara
lebih berat sering melibatkan kelemahan kedua grup.
dan atrofi otot APB, dan hanya sekitar Suatu studi lain membandingkan
40% pasien yang awalnya muncul injeksi dengan OAINS dan bidai. Pada
dengan hipotrofi atau atrofi tenar. studi ini dilakukan penyuntikan 40 mg
Penatalaksanaan CTS dapat prednisolone 4 cm proksimal dari
diklasifikasikan menjadi bedah dan non- pergelangan tangan, pengukuran
bedah. Metode non-bedah efektif pada outcome nya dilakukan setelah 2 dan 8
pasien dengan CTS ringan-sedang, dan minggu dengan symptom severity scale,
diindikasikan pada pasien tanpa VAS, tes Tinels dan Phalens. Tindakan
kelemahan otot dan atrofi, tidak ada dekompresi bedah diindikasikan pada
denervasi (pada pemeriksaan EMG pasien-pasien yang simptomatik dan
jarum), dan abnormalitas ringan pada gagal dengan terapi konservatif.
pemeriksaan KHS. Berbagai metode Tindakan bedah diindikasikan pada
non-bedah mencakup : penggunaan bidai hampir semua pasien dengan CTS
pergelangan tangan, terapi ultrasonik, sedang-berat. Dua tipe pendekatan bedah
terapi laser, steroid oral, obat anti adalah : open dan endoscopic release.
inflamasi non steroid (OAINS), vitamin
B6 oral, injeksi lokal kortikosteroid dan KESIMPULAN
sebagainya. Efektivitas injeksi CTS yang didapatkan di tempat
kortikosteroid dibandingkan intervensi kerja merupakan ancaman sosial dan

10
ekonimis bagi individu, keluarga dan SARAN
komunitas. Meskipun terdapat berbagai Bagi karyawan Hotel Ibis Style
panduan CTS di tempat kerja tetap Makassar akan disediakan kursi front
terjadi. officer yang digunakan oleh petugas-
Kebanyakan individu yang petugas sewaktu melakukan tugas
bekerja terpapar oleh berbagai faktor mereka untuk setidaknya mengurangi
berbahaya selama proses bekerja. Faktor konsumsi energi. Alat-alat yang
tersebut antara lain berupa faktor fisik, disediakan seharusnya diberikan
kimia, ergonomik, psikososial. Dari mengikuti tingkat keselamatan yang
perspektif ini, CTS terkait karyawanan diperlukan.
akibat agen ergonomik menjadi Selain itu, kotak pertolongan
perhatian karena memerlukan perawatan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya
perlakuan khusus wajib dimiliki di setiap tempat
Kondisi ini dihubungkan dengan karyawan. Hal ini sangat bermanfaat
karyawan Hotel Ibis Style Makasar dalam keadaan daruratat aupun
dimana saat bekerja terdapat gerakan kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah
fleksi-ekstensi articulatio radio-carpalis untuk menyelamatkan nyawa atau
dextra yang berulang, dalam jangka mencegah kematian, mencegah cacat
waktu lama, dengan waktu bekerja 9 jam yang lebih berat dan menunjang
dan waktu istirahat hanya 60 menit. penyembuhan.
Rutinitas karyawan tersebut dapat
memicu terjadinya CTS.
Selain menurunkan kualitas
hidup, pasien dengan CTS cenderung
memiliki produktivitas yang tidak
optimal, bahkan biasanya terlihat
penurunan kualitas dan hasil kerja serta
bekerja dengan waktu yang
berkepanjangan.

11
REFERENSI : Society of Occupational Medicine.
1. ILO Katalog dalam Data Publikasi. Published online 2 November 2006.
2013. Keselamatan dan Kesehatan 4. WHO 2001. Occupational health. A
Kerja di Tempat Kerja. Sarana manual for primary health care
untuk Produktivitas. workers.
2. Fatmawaty Mallapiang, Andi Agus 5. Newington et al. Carpal Tunnel
Wahyudi. Gambaran Faktor Syndrome and Work. Best Pract Res
Pekerjaan dengan Kejadian Carpal Clin Rheumatol. 2015 June.
Tunnel Syndrome (CTS); Al-Sihah: 6. Lusianawaty et al. Carpal tunnel
Public Health Science Journal, vol. syndrome pada Pekerja Germen di
VI, no. 2, Juli-Desember 2014. Jakarta. Buletin Penelitian
3. Keith T. Palmer, E. Clare Harris and Kesehatan, vol. 32, no. 2, 2004: 73-
David Coggon. Carpal tunnel 82.
syndrome and its relation to 7. Huldani. Carpal tunnel syndrome.
occupation: a systematic literature Univ. Lambung Mangkurat, 2013.
review. Published by Oxford
University Press on behalf of the

12

También podría gustarte