Está en la página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, keperawatan, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Sesuai dengan tipe dan kemampuan rumah sakit, RS PRATAMA KOTA
YOGYAKARTA mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut: melaksanakan pelayanan
medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan rawat jalan atau rawat darurat, pelayanan
rawat inap, serta melaksanakan pelayanan administratif. Instalasi Rawat Jalan adalah
suatu bagian pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pencegahan,
pengobatan serta pemulihan terhadap penderita dengan waktu kurang dari 24 jam, dimana
dalam pelayanannya terkait dengan kegiatan penunjang lain seperti laboratorium,
radiologi dan farmasi.

B. Ruang Lingkup Pelayanan


Instalasi Rawat Jalan RS PRATAMA KOTA YOGYAKARTA sesuai dengan rumah
sakit tipe D memberikan pelayanan umum dan spesialis dasar yang terdiri dari:
Poliklinik yang meliputi :
a. Poliklinik Umum,
b. Poliklinik Spesialis yang terdiri dari spesialis penyakit dalam, kandungan, dan anak,
c. Poliklinik Gigi.

C. Batasan Operasional
Untuk lebih mengarahkan pemahaman dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan
kerangka pelayanan Instalasi Rawat Jalan.
1. Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
2. Rumah sakit Tipe D adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas.
3. Instalasi Rawat Jalan adalah bagian pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan pencegahan, pengobatan serta pemulihan terhadap penderita dengan waktu
kurang dari 24 jam dimana dalam pelayanannya terkait dengan kegiatan penunjang
lain seperti rehabilitasi medis, laboratorium, radiologi dan farmasi.
4. Poliklinik adalah unit yang melayani pelayanan rawat jalan yang meliputi tindakan
pencegahan, pengobatan dan pemulihan terhadap pasien umum atau yang
membutuhkan tindakan spesialistik dasar (anak, penyakit dalam, kebidanan dan
kandungan serta bedah umum) dan pelayanan gigi dasar.

D. Landasan Hukum
Penyelenggaraan Instalasi Rawat Jalan sesuai dengan:
1. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Surat Keputusan Kepala UPT RS PRATAMA KOTA YOGYAKARTA...... Nomor
....../..../....../VIII/2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja RS PRATAMA
KOTA YOGYAKARTA.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kepala Instalasi Rawat Jalan RS PRATAMA KOTA YOGYAKARTA adalah seorang
dokter yang bekerja purna waktu.
2. Kepala Poliklinik adalah seorang Perawat yang bekerja purna waktu.
3. Perawat Pelaksana adalah perawat lulus D III Keperawatan.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi Ketenagaan pada Poliklinik dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Distribusi Ketenagaan Poliklinik

Poliklinik Jumlah Kualifikasi Tenaga atau Keterangan


poli
Umum 1 Perawat 1
Penyakit 1 Perawat 1
Dalam
Anak 1 Perawat 1
Obstetri 1 Bidan 1
Ginekologi
Gigi 1 Perawat Gigi 3

C. Pengaturan Dinas
Instalasi Rawat Jalan memiliki 5 ruang, yang dipakai untuk kegiatan pelayanan poliklinik
umum maupun spesialistik dengan jam kerja mulai 07.30 sampai dengan 14.30, kecuali
hari Jumat jam kerja selesai pada pukul 11.30 dan pada hari Sabtu jam kerja selesai pada
jam 13.00.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Penerimaan Pasien
1. Pasien datang di Instalasi Rawat Jalan, mendaftarkan identitas di bagian Tempat
Penerimaan Pasien (TPP)
2. Pendataan dilakukan dan tujuan poliklinik yang dituju.
3. Data pasien atau rekam medis pasien sudah berada di masing-masing tujuan poliklinik.

B. Tata Laksana Pelayanan


Poliklinik Umum dan Medical Check Up
1. Poliklinik Umum
Pemeriksaan dan pengobatan Layanan pemeriksaan dan pengobatan di poliklinik
umum dilakukan oleh dokter umum setiap hari kerja mulai pukul 07.30 sampai
dengan pukul 14.30 WIB (Senin sampai dengan Kamis), pukul 07.30 sampai dengan
pukul 11.30 (Jumat), pukul 07.30 sampai dengan pukul 13.00 (Sabtu), kecuali hari
libur. Kegiatan layanan berupa anamnesa keluhan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi) jika diperlukan, pemberian resep, dan edukasi
kepada pasien mengenai problem kesehatan yang akan atau sedang mereka alami.
2. Medical check up
Medical check up merupakan kegiatan preventif sebagai upaya skrining atau
pemeriksaan awal yang bertujuan menemukan masalah kesehatan lebih dini.
a. Pemeriksaan fisik
b. Vital sign: Tinggi Badan, Berat Badan, tekanan darah, nadi , suhu, visus
c. Pemeriksaan laboratorium - darah lengkap - kimia darah (SGOT, SGPT, kolesterol,
HDL, LDL, Trigliserida, gula darah puasa dan 2 jam, ureum, kreatinin, asam urat) -
urine lengkap - occult fecal blood
d. Pemeriksaan Radiologi

4. Paket Check Up Calon Pengantin Wanita

a. pemeriksaan fisik
b. vital sign: Tinggi Badan, Berat Badan, tekanan darah, nadi , suhu, visus

c. pemeriksaan laboratorium - Darah lengkap - Golongan darah & Rhesus -


Evaluasi hapusan darah - VDRL - HBsAg (rapid test) - Gula darah puasa dan 2
jam PP

d. Foto Thorax PA e. USG Abdomen atas / bawah f. Toxoplasma (IgM, IgG)


menyesuaikan Calon Mempelai Wanita 29 g. Rubella (IgM, IgG) 5. Paket
Check Up Calon Pengantin Pria a. pemeriksaan fisik b. vital sign: Tinggi Badan,
Berat Badan, tekanan darah, nadi , suhu, visus c. pemeriksaan laboratorium -
Darah lengkap - Evaluasi hapusan darah - Golongan darah dan Rhesus - Ureum
/ kreatinin - Gula darah puasa dan 2 jam PP - VDRL - HBsAg (Rapid test) -
Sekret uretra - Urine lengkap - Analisa sperma d. Foto Thorax PA
menyesuaikan Calon mempelai pria 6. Paket Check Up Calon TKI a.
pemeriksaan fisik b. vital sign: Tinggi Badan, Berat Badan, tekanan darah, nadi
, suhu, visus c. pemeriksaan laboratorium - Darah lengkap - Golongan darah -
Anti HIV - Ureum / kreatinin - Gula darah puasa dan 2 jam PP - VDRL -
HBsAg Elisa - TB ICT - SGOT / SGPT - Faeces lengkap - Urine lengkap
menyesuaikan Calon TKI 30 - HCG test (khusus perempuan) d. Foto Thorax PA
2. Poliklinik anak a. Pelayanan Imunisasi Layanan imunisasi di poliklinik anak
meliputi program imunisasi wajib dan imunisasi tambahan. Pelaksanaan
imunisasi dilakukan setiap hari kerja jam 07.00 sampai dengan 13.30 WIB,
kecuali BCG hanya dilakukan setiap hari Rabu pukul 09.00 sampai dengan
11.00 WIB dan campak setiap hari Kamis pukul 09.00 sampai dengan 11.00
WIB. Selain imunisasi wajib, poliklinik anak juga melayani imunisasi lain
seperti: MMR, Hib, tifoid, hepatitis A, dan varicella. b. Pemeriksaan rutin bayi
baru lahir dan perawatan tali pusat Pemeriksaan rutin bayi baru lahir dilakukan
setiap hari kerja pukul 07.00 sampai dengan 14.00 WIB oleh dokter spesialis
anak, meliputi: penimbangan berat badan, pemeriksaan kondisi umum dan fisik,
pemantauan pemberian ASI dan kemampuan minum bayi. Pada saat perawatan
tali pusat, dilakukan juga pemeriksaan tanda-tanda adanya infeksi tali pusat,
serta edukasi mengenai cara perawatan tali pusat yang benar kepada orang tua.
c. Pemeriksaan dan pengobatan Layanan pemeriksaan dan pengobatan di
poliklinik anak dilakukan oleh dokter spesialis anak setiap hari kerja (Senin
sampai dengan Sabtu) mulai pukul 07.00 sampai dengan 13.30 WIB, kecuali
hari libur. Kegiatan layanan berupa anamnesa keluhan, penimbangan berat
badan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi) jika
diperlukan, pemberian resep, dan edukasi kepada orang tua (dan pasien)
mengenai masalah kesehatan yang akan atau sedang mereka alami. d. Tumbuh
kembang Pemeriksaan tumbuh kembang anak dilakukan oleh dokter spesialis
anak meliputi pemeriksaan tinggi badan dan berat badan (status gizi), deteksi
perkembangan dengan menggunakan KPSP serta alat peraga atau permainan.
Setiap kasus gangguan tumbuh kembang anak akan ditindaklanjuti, bekerja
sama dengan Instalasi rehabilitasi medis dan atau THT. 31
3. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan Pelayanan pasien di poliklinik
kebidanan dan kandungan dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan
kandungan setiap hari kerja pukul 07.00 sampai dengan 1 4.00 WIB. a.
Pelayanan Kehamilan
Pelayanan konseling pranikah, imunisasi tetanus toxoid bagi calon mempelai
wanita
Pemeriksaan kehamilan rutin bagi ibu hamil, meliputi : pencatatan keluhan,
penimbangan berat badan dan tinggi badan, pengukuran tanda vital,
pemeriksaan fisik dan kondisi kandungan. Pada kasus tertentu dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium, dan USG.
Perawatan masa nifas bagi ibu post partum, meliputi pencatatan keluhan,
pemeriksaan fisik, perawatan luka episiotomi atau luka post operasi.
Senam hamil diadakan bagi ibu hamil trimester II dan III yang diizinkan
mengikuti senam hamil oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan. b.
Pelayanan Kandungan
Usia anak-anak: pemeriksaan trauma organ genital, fluor albus.
Remaja dan usia reproduksi: pemeriksaan gangguan haid, infeksi organ
reproduksi.
Menopause: keluhan organ reproduksi, keluhan sistemik menopause, keluhan
pada payudara, rujukan untuk mengikuti senam osteoporosis yang diadakan
Instalasi rehabilitasi medis. c. Onkologis
Skrining: pemeriksaan awal untuk mendeteksi keganasan ginekologi dapat
melalui pemeriksaan paps smear, kolposkopi, USG, dan laboratoris penanda
tumor.
Pengobatan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan. d. Infertilitas
Sasaran: setiap pasangan suami istri usia produktif yang sulit memperoleh
keturunan
Pemeriksaan kelainan anatomi, infeksi organ reproduksi dan kelainan
hormonal.
Pengobatan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan. 32 e. Pelayanan
KB
Sasara : setiap pasangan suami istri usia produktif, untuk mengatur kehamilan.
Jenis layanan kontrasepsi : IUD, pil KB, implan atau susuk, suntik, kondom,
metode ovulasi billing (MOB), MOW.
4. Poliklinik Gigi Layanan di poliklinik gigi dilakukan di ruang poliklinik gigi
setiap hari kerja mulai pukul 07.00 sampai dengan 14.00 WIB oleh 2 tenaga
dokter gigi. Jenis pelayanan yang diberikan adalah:
Pemeriksaan kesehatan gigi rutin
Perawatan saluran akar gigi dan tumpatan
Pembersihan karang gigi
Cabut gigi
Bedah mulut
Gigi palsu Untuk tindakan bedah mulut akan dilakukan oleh drg. Benny A.W,
SpBM
5. Poliklinik Penyakit Dalam Pelayanan Poliklinik Penyakit Dalam sejak bulan
November 2010 mulai dirintis dengan adanya dokter tetap dimana pelayanan
sesuai dengan jam kerja yang telah dijadwalkan. Pasien rawat jalan dengan
tujuan ke Poliklinik penyakit Dalam atau merupakan pasien rujukan dari
Poliklinik Umum.
6. Unit Hemodialisa Akhir-akhir ini penyakit degeneratif kronis sering muncul
sebagai penyebab kematian. Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit yang
terjadi akibat komplikasi kronis seperti diabetes mellitus (DM), hipertensi dan
banyak penyakit kronis lain. Gagal ginjal yang terjadi akibat komplikasi
tersebut biasanya bersifar ringan, sedang dan berat, sekarang ini gagal ginjal
terminal (GGK), atau End Stage Renal Disease (ESDR) sedang ramai
dibicarakan karena bukan hanya menyangkut soal bagian kesehatan saja tetapi
juga melibatkan lintas bidang kesehatan karena biaya penatalaksanaan yang
tidak murah. Dengan banyaknya pasien gagal ginjal terminal tersebut kebutuhan
akan perawat dialisi semakin meningkat. Untuk menjadi perawat 33 hemodialisa
perawat perlu melakukan pendidikan khusus untuk mempelajari berbagai teknik
dialisis yang biasnya menggunakan alat atau mesin dan cara khususnya. Sasaran
program Unit Hemodialisa ini adalah : 1. Semua pasien Gagal Ginjal Kronis
yang menjalani proses dialisis atau CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal
Dialysis). 2. Keluarga pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani proses dialisis
atau CAPD. 3. Perawat hemodialisa dan teknisi mesin Hemodialisa, RO
(Reverse Osmosis) dan ahli gizi. Bentuk Kegiatan Unit Hemodialisa A.
Penerimaan pasien dialisis 1. Penerimaan pasien yang akan menjalani proses
dialisis - Memeriksa keadaan umum pasien - Menjelaskan tujuan dan manfaat
tindakan dialisis. - Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk
memahami akan pentingnya dialisis secara periodik bagi yang sudah dinyatakan
Gagal Ginjal Kronis. - Kolaborasi dengan alhli gizi untuk memberikan
penyuluhan tentang:
Batasan makanan dan buah-buahan yang wajib dihindari, dibatasi dan yang
diperbolehkan untuk dimakan.
Penjelasan tentang batasan pemberian cairan sesuai dengan tingkat kerusakan
ginjal. 2. Penatalaksanaan dialisis - cek hasil laborat terbaru - memulai proses
dialisis dengan menentukan akses vaskuler yang digunakan, menentukan
program dialisis sesuai advis (kecepatan QB, QD,
Flow Rate, Jenis cairan dialisa, dosis pemakaian antikoagulan dan adekuasi
dialisis) - Membantu pemasangan Catheter double lumen. - Perawatan double
lumen. 3. Observasi selama proses dialisis - pre hemodialisa dilakukan
pemeriksaan fisik Berat Badan dan Vital Sign, menentukan akses
vaskularisasinya 34 - selama hemodialisa mengobservasi dan menganamnesa
keluhan yang timbul. - Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga
tentang masalahmasalah yang muncul dan cara atau tips untuk mengurangi,
menghindari keluhan yang ada. - Melakukan perawatan secara holistik. - Post
hemodialisa selalu melakukan pemeriksaan Berat Badan, tanda-tanda vital dan
melakukan pencatatan. 4. Perawatan Mesin Hemodialisa dan RO - Desinfektan
dengan menggunakan Bayclin setelah mesin digunakan oleh 1 pasien. -
Desinfektan dengan menggunakan Citrit Acid untuk melarutkan Kristal
bikarbonat yang ada di selang-selang mesin - Melakukan Water Rins sebelum
mesin digunakan. 5. Reuse tabung Dializer. Untuk membersihkan dan
mensterilkan tabung masih dilakukan secara manual, yakni dengan
menggunakan cairan RO, H2O2, dan formalin. 6. Pengawasan air RO
Pengawasan kualitas air RO dilakukan secara berkala selama 6 bulan sekali
untuk mengetahui adanya bakteri, jamur, endotoksin, dan lain-lain. Dan juga
melakukan pembersihan penampungan air secara periodik. 7. Membantu
memberikan informasi tentang pemasangan CAPD
Persiapan pre dan post pemasangan kateter.
Praktok pelatihan penggantian cairan (duel) ke penderita dan atau keluarga.
Memberi contoh cara perawatan exit site
Memberitahukan penggantian catheter extension selama 6 bulan sekali.
Memberikan penyuluhan tentang pola diet, kedisiplinan dalam melakukan
prosedur penggantian cairan serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa
dihindari dengan memperhatikan protokol penggantian secara benar. 35 Datang
sendiri Dokter praktek Rjk. Puskesmas Rjk.RS/instalasi lain Tempat
Penerimaan Pasien (TPP) Dirawat Dirujuk ke : UGD Poli Spesialis Rehab
medis RS lain POLIKLINIK Pemeriksaan penunjang Pulang Gambar 4.1 Alur
pasien rawat jalan 36
BAB V
LOGISTIK
A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat di Poliklinik 1.
Pengertian Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat di Poliklinik adalah permintaan
obat dan alat kesehatan ke instalasi farmasi atas permintaan dokter. 2. Prosedur :
a. Permintaan obat atau alat kesehatan ditulis pada resep rangkap 1 oleh dokter
poliklinik. b. Resep obat dilengkapi nama dokter, tanggal, nama pasien, ruangan
dan nomor register. c. Resep diberikan ke kasir untuk proses administrasi
selanjutnya.
B. Perencanaan Peralatan atau Peremajaan 1. Pengertian Suatu kegiatan
untuk merencanakan pengadaan peralatan baru, sesuai kebutuhan saat itu atau
sebagai pengganti alat yang rusak atau harus diganti karena keausannya. 2.
Tujuan Tujuan dari perencanaan pengadaan dan peremajaan peralatan adalah
agar peralatan dapat digunakan setiap saat tanpa adanya hambatan dan
menunjang proses pelayanan di masing-masing poliklinik. 3. Prosedur Kegiatan
a. Dilakukan pengecekan rutin, sehingga diketahui peralatan yang tidak dapat
digunakan atau tidak dapat diperbaiki, dan direncanakan dalam anggaran rutin
atau diganti yang baru. b. Pengajuan pembelian peralatan baru diketahui Kepala
Instalasi kepada tim pengadaan barang rumah sakit disertai perkiraan harga. c.
Bila sudah terealisasi kepala instalasi menerima alat dan menandatangani buku
penerimaan barang serta menuliskan pada buku inventaris 37
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan
pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah
sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan
terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien Dalam melaksanakan keselamatan
pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun
tujuh langkah tersebut adalah: 1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien. Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. 2.
Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien. 3. Mengintegrasikan aktivitas
pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta
melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial bermasalah. 4.
Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit). 38 5. Melibatkan
dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara komunikasi yang
terbuka dengan pasien. 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien. Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. 7. Mencegah cidera melalui
implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan informasi yang ada
tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan. Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien
harus diterapkan. Standar tersebut adalah: 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan
keluarga 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan
metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan
keselamatan pasien 6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien 7.
Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit: 1.
Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit. 2. Menyusun program keselamatan pasien
rumah sakit jangka pendek 1 -2 tahun 3. Mensosialisasikan konsep dan program
keselamatan pasien rumah sakit 4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien
rumah sakit bagi jajaran manajemen dan karyawan 5. Menetapkan sistem
pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien) 6. Menerapkan tujuh langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut di atas 7. Menerapkan
standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas) dan melakukan
self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien
rumah sakit 39 8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit 9.
Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.
Sasaran Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
WARAS WIRIS 1. Ketepatan Identifikasi Pasien Ketepatan identifikasi pasien
adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai
dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien. 2.
Peningkatan Komunikasi yang Efektif Komunikasi yang efektif adalah
komunikasi lisan yang menggunakan prosedur:
Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm). 3. Pengurangan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah,
pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi
infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat. 40
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Undang-Undang Nomor 36
tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja
ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut
di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di
dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27
ayat (2) disebutkan bahwa Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam hal ini yang dimaksud
pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat
manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral
dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Rawat Jalan dan
perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah
sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan
produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk
menjamin: a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar faktor-faktor produksi dapat
dipakai dan digunakan secara efisien. c. Agar proses produksi dapat berjalan
secara lancar tanpa hambatan. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : a. Kondisi
dan lingkungan kerja b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan c. Peranan dan
kualitas manajemen Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila : - Peralatan tidak
memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus - Alat-alat produksi tidak disusun
secara teratur menurut tahapan proses produksi 41 - Ruang kerja terlalu sempit,
ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau terlalu dingin -
Tidak tersedia alat-alat pengaman - Kurang memperhatikan persyaratan
penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai
untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi
perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi. 42
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU Dengan semakin meningkatnya pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan, maka saat ini masyarakat semakin
memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Pengendalian
mutu di instalasi rawat jalan harus dilakukan demi kepentingan dan kepuasan
dari pasien sehingga nantinya dapat kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan di Instalasi Farmasi pada khususnya dan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit WARAS WIRIS pada umumnya. Indikator Mutu Pelayanan
Instalasi Rawat Jalan RS WARAS WIRIS mengacu pada Pedoman Indikator
Mutu RS WARAS WIRIS yaitu:
1. Waktu Tunggu Di Rawat Jalan Ruang lingkup : Waktu Tunggu Di Rawat
Jalan Dimensi mutu : Efisiensi dan efektivitas Tujuan : Tersedianya pelayanan
rawat jalan pada hari kerja Definisi operasional : Waktu tunggu adalah waktu
yang diperlukan mulai pasien mendaftar sampai dilayani oleh dokter. Kriteria
inklusi : - Kriteria eksklusi : - Numerator : Jumlah pasien rawat jalan yang
menunggu lebih dari 15 menit Denominator : Jumlah seluruh pasien rawat jalan
dalam bulan tersebut. Standar : 1%
2. Pasien Rawat Jalan Tuberkulosis Yang Ditangani Dengan Strategi
DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse) Ruang lingkup : Pasien Rawat
Jalan Tuberkulosis Yang Ditangani Dengan Strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse) Dimensi mutu : Akses, efisiensi Tujuan :
Terselenggaranya pelayanan rawat jalan bagi pasien tuberkulosis dengan
strategi DOTS Definisi operasional : Pelayanan rawat jalan tuberkulosis dengan
strategi DOTS adalah pelayanan tuberkulosis dengan 5 strategi penanggulangan
tuberkulosis nasional. Penegakan diagnosis dan follow up pengobatan pasien
tuberkulosis harus melalui 43 pemeriksaan mikroskopis tuberkulosis,
pengobatan harus menggunakan paduan obat anti tuberkulosis yang sesuai
dengan standar penanggulangan tuberkulosis nasional, dan semua pasien yang
tuberkulosis yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan
penanggulangan tuberkulosis nasional. Kriteria inklusi : Pasien tuberkulosis
yang diterapi dengan strategi DOTS Kriteria eksklusi : Pasien tuberkulosis yang
tidak diterapi dengan strategi DOTS Numerator : Jumlah semua pasien rawat
jalan tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS Denominator : Jumlah
seluruh pasien rawat jalan tuberkulosis yang ditangani di rumah sakit dalam
bulan tersebut. Standar : 100%
3. Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Jalan Ruang lingkup :
Ketidaktepatan identifikasi pasien rawat jalan di Rumah Sakit Dimensi mutu :
Keselamatan pasien Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien Rawat Jalan
Definisi operasional : Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah penentuan
identitas pasien rawat jalan dengan tepat sejak awal pasien datang sampai
dengan pasien pulang terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
Kriteria inklusi : - Ketidaktepatan penulisan identitas (nama, tanggal lahir,
alamat, nomor RM) pada berkas Rekam Medis - Ketidaktepatan prosedur
pemanggilan pasien (pemanggilan dengan dua nama) - Ketidaktepatan prosedur
konfirmasi identitas pasien (konfirmasi dengan pertanyaan terbuka) Kriteria
eksklusi : - Numerator : Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien Denominator
: Jumlah pasien rawat jalan pada bulan tersebut Standar : 0 % 44
4. Insiden Komunikasi Yang Kurang Efektif Ruang lingkup : Komunikasi
lisan atau melalui telepon yang kurang efektif antar pemberi pelayanan tentang
pelaporan kembali hasil pemeriksaan dan kondisi pasien. Dimensi mutu :
Keselamatan pasien Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui
komunikasi lisan yang efektif Definisi operasional : Komunikasi yang kurang
efektif adalah komunikasi lisan yang tidak menggunakan prosedur: Write back,
Read back dan
Repeat Back (reconfirm) Kriteria inklusi : - Kesalahan Prosedur komunikasi
lisan atau via telepon:
Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm) - Pelaporan secara lisan
yang tidak menggunakan prosedur SBAR - Prosedur spelling atau ejaan tidak
digunakan untuk obat yang bersifat LASA atau NORUM Kriteria eksklusi :
Komunikasi non lisan atau tertulis Numerator : Jumlah ketidaktepatan
komunikasi lisan atau via telepon Denominator : - Standar : 0 (SBAR: Situation,
Background, Assessment, Recommendation)
6. Insiden Ketidakpatuhan Cuci Tangan Ruang lingkup : Ketidakpatuhan
cuci tangan oleh petugas kesehatan. Dimensi mutu : Keselamatan Pasien Tujuan
: Tercapainya Keselamatan Pasien melalui kegiatan mencuci tangan. Definisi
operasional : Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi ketidakpatuhan waktu
atau 5 momen cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci tangan Kriteria
inklusi : - Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci tangan - Tidak
melakukan cuci tangan sesuai 6 langkah cuci tangan Kriteria eksklusi : - 45
Numerator : Insiden kejadian ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas
kesehatan Denominator : - Standar : 0 46
BAB IX
PENUTUP Demikian telah disusun suatu Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat
Jalan, yang dapat dipakai sebagai acuan di dalam pelayanan rawat jalan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan di RS WARAS WIRIS.
Pedoman ini akan mengalami perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas dari
waktu ke waktu sehingga diperlukan suatu evaluasi secara teratur dan
berkelanjutan dalam hal pemantauannya. Dengan adanya suatu pedoman
pelayanan maka kegiatan pelayanan secara khusus di Instalasi Rawat Jalan
dapat mengutamakan kepuasan dan keselamatan pada setiap pasien.

También podría gustarte