Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Kardiomiopati kongestif/Dilatasi adalah suatu penyakit miokard yang primer atau idiopatik yang
ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan gagal jantung kongestif.
(FKUI,1996:1072)
Kardiomiopati kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang ditandai adanya dilatasi atau
pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri,
dan statis darah dalam ventrikel. (Smeltzer and Bare,Alih bahasa Agung Waluyo,2001:833)
Kardiomiopati dilatasi (DCM) adalah kerusakan yang luas pada miofibril dan mengganggu
metabolisme jantung. (Ignatavicus et al,1995:918)
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kardiomiopati adalah penyakit miokard
yang primer atau idiopatik dengan adanya kerusakan yang luas pada miofibril jantung yang
ditandai dengan dilatasi dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan
dinding otot, pembesaran antrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel.
Jantung kira- kira sebesar kepalan tangan dengan berat antara 220-260 gram.Basis jantung
berada pada costa ke-3 kanan, 2 cm dari sternum, ke atas ke costa kedua kiri, 1 cm dari jantung.
Sedangkan apeks jantung pada costa ke-5 dan ke-6 kiri atau ruang intercostal kelima kiri 4 cm
dari garis medial.
Epicardium
Miocardium
Endocardium.
Epicardium adalah bagian terluar dan merupakan jaringan yangtransparan. Miokardium adalah
bagian tengah yang terdiri atas serat otot striae yang bertanggung jawab atas kekuatan kontraksi
jantung. Endocardium , bagian jantung terdalam yang terdiri dari jaringan endotheal merupakan
bagianyang berbatasan dengan bilik jantung dan menutup 4 katup jantung.
a. Otot Jantung
Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung yang utama yaitu: otot atrium, otot ventrikel dan serat
otot dan serat otot khuss penghantar rangsangan dan pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan
ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka hanya saja kontraksi otot lebih
lama. Sebaliknya serat-serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan
lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit saraf kontraktif; malahan serat-serat
ini menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi, sehingga serat-serat ini dapat bekerja
sebagai suatu sistem jantung.
Otot jantung adalah bergaris lintang sama seperti otot rangka. selanjutnya otot jantung
mempunyai miofibril khas yang mengandung filamen aktin dan miosin hampir identik dengan
filamen aktin dan miosin yang terdapat pada otot rangka, dan filamen-filamen ini selama proses
kontraksi saling bertautan dn mengadakan sliding satu sama lainnya dengan cara yang sama
seperti yang terjadi pada otot rangka.
Jantung terdiri dari dua sinisium yang terpisah yaitu sinisium atrium dan sinisium ventrikel.
Sinisium ini satu sama lain dipisahkan oleh jaringan fibrosa di sekitar cincin-cincin katup, tetapi
potensial aksi dapat dihantarkan dari sinisium atrium ke sinisium ventrikel melalui sistem
penghantar khusus, berkas A-V.
Dinding otot disebut septum, memisahkan jantung menajdi dua bagian yaitu bagian kanan dan
kiri, masing-masing mempunyai ruangan atas disebut atrium dan ruangan bawah disebut
ventrikel.
Kebanyakan dari venous return mengalir dengan pasif dari atrium kanan melalui katup trikuspid
yang terbuka ke ventrikel kanan selama diastol ventrikuler. Sisa dari venous return secara aktif
didorong oleh atrium kanan selama atrium sisitol atau kontraksi.
Ventrikel kanan atau otot pemompa datar yang berada di belakang sternum ventrikel kanan
menghasilakan tekanan sekitar 25 mmHg untuk menutup katup trikuspid, untuk membuka katup
pulmonik dan untuk mendorong darah ke dalam arteri pulmonalis dan paru-paru. Beban kerja
ventrikel kanan berbeda dibandingkan dengan ventrikel kiri karena sistem pulmonary adalah
sebuah sistem bertekanan endah yang membebankan sedikit tahanan pada aliran.
Ventrikel kiri berebentuk elips dan yang terbesar dan banyak terdapat otot dalam jantung.
Dindingnya 2 sampai 3 kali tebalnya dinding ventrikel kanan. Ventrikel kiri menghasilkan
tekanan yang lebih tinggi daripada ventrikel kanan karena ventrikel kiri harus berkontraksi
melawan tekanan tinggi sirkulasi sistemik, yang membebankan tahanan yang lebih besar pada
aliran jika tekanan meningkat dalam sisitem sirkulasi (hipertensi) berarti ada tahanan yang lebih
besar. Lalu ventriel kiri harus menghasilakan tekanan yang lebih tinggi untuk membuka katup
aortik dan mengosongkan isinya, meningkatkan beban kerja ventrikel kiri.
Darah didorong di aorta seluruhnya sirkulasi sistemik ke jaringan tubuh. Darah kembalai ke
atrium kanan karena perbedaan tekanan. Tekanan darah di aorta pada oranga dewasa muda
adalah sekitar 100-120 mmHg, sedangkan tekanan darah di atrium kanan adalah sekitar 0-5
mmHg. Perbedaan dalam tekanan menghasilakan tekanan gradien, sehingga darah mengalir dari
yang bertekanan tinggi ke yang bertekanan
Gambar 2.1
rendah. Struktur jantung dan pembuluh darah bertanggung jawab untuk mengatur tekanan ini.
a. Katup-katup jantung
Keempat katup merupakan struktur cuping yang berfungsi untuk mempertahankan aliran darah
(ke depan) dari arus darah melalui bilik-billik jantung. Katup-katup membuka dan menutup
sebagai respon terhadap tekanan dan volume dari bilik-bilik jantung. Katup-katup jantung
diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu:
1) Katup atrioventrikuler
Katup atrioventrikuler adalah katup trikusp[idalis yang terletak antara atrium dan ventrikel kanan
dan katup mitral yang terletak antara atrium dan ventrikel kiri. Katup trikuspidalis terdiri dari
tiga katup yang dipertahankan tetap pada tempatnya oleh saluran fibrosa yang disebut chordae
tendinae yang dieratkan kepada dinding ventrikuler oleh muskulus papilarsis otot. Katup mitral
ynag disebelah kiri dari jantung mempunyai dua daun katup. Dieratkan seperti katup
trikuspidalis. Chordae tendinae samngat penting karena menunjang katup-katup AV saat sistolik
dari ventrikuler guna mencegah prolaps dari katup ke dalam atrium. Daun katup saling tumpang
tindih selama sistolik untuk membentu mencegah arus darah yang membalik. Kerusakan chordae
tendinae dapat menyebabkan regurgitasi (arus membelik) ke atrium pada saat sistolik ventrikuler
(kontraksi) dan terbuka pada saat diastolik (relaksasi).
2) Katup Semilunaris
Katup semilunaris terdiri dari katup aorta dan pulmonal. Desain struktur dari katup-katup
semilunaris berbeda dengan katup AV, tiap katup trdori dari cuspidal yang berbentuk mangkok.
Terletak diantara ventrikel dan pembuluh darah besar kemana darah dialrkan. Katup ini terbuka
pada saat sistolik ventrikuler untuk mengalirkan darah ke aorta dan arteri pulmonalis dan
menutup pada waktu diastole guna mencegah arus balik dari aorta dan arteri pulmonalis masuk
dan kembali ke ventrikel bila katup berelaksasi.
b. Arteri Coronaria
Arteri koronaria keluar mulai dari permulaan aorta sebelah kanan dekat katup aorta. Fungsi arteri
ini adalah memberi darah ke miokardium. Terdapat dua arteri koronaria utama yaitu, yang kiri dn
kanan.
Arteri koronaria kiri mensuplai darah ke belahan jantung kiri yang akan terbagi dua menjadi
cabang Left Anterior Descending (LAD) cabang anteriort yang menurun dan The Circumflex
Coronary (CCA)/ Arteri koronaria yang melingkar. The Right Coronary Arteri (RCA) / Arteri
Coronaria Kanan mensuplai darah ke belahan jantung kanan. Hanya sedikit sambungan anatar
aarteri koronaria utama, karena itu bila terjadi sumbatan arteri koronaria atau salah satu
cabangnya akan menghilangkan aliran darah (ischemia) ke bagian otot jantung yang mendapat
suplai oleh pembuluh itu dan berakibat angina pektoris atau infark miokardial. Yang menjadi
penyumbat bisa bekuan darah yang paling sering deposit lemak /penumpukan lemak pada
dinding arteri koronaria.
Sistem vena jantung mempunyai tiga bagian yaitu, vene thebesian menyalurkan darah dari
bagian kanan miokardium atrium dan ventrikel, vena cardiac anterior menyalurkan bagian
terbesar dari ventrikel kanan dan sinus coronaria dengan cabang-cabangnya menyalur pada
ventrikel sebagian besar dari pengembalian darah vene miokardial.
c. Elektrofisiologi Jantung
Elektrofisiologi jantung bertanggung jawab mengatur heart rate dan ritme, sel-sel jantung
mempunyai sifat unik dan khusus yaitu:
otomatisasi
eksitability
konduktivitas
kontraktilitas
membiaskan
Otomatisasi mengacu pada kemampuan seluruh sel-sel jantung untuk menghasilakn impuls
secara spontan dan berulang-ulang. Eksitability merupakan kemampuan sel untuk merespon
stimulus denagn mengahsilkan impuls (depolarisasi). Konduktivity berarti bahwa sel-sel jatung
mentransmisikan impuls listrik yang diterima. Refractoriness/ membiaskan berarti bahwa sel-sel
jantung tidak dapat merespon stimulus karena tidak mempunyai repolarisasi dari stimulus
sebelumnya.
Sistem konduksi
Mekanisme kontraksi dari jantung dihasilkan dari proses respon stimulus. Perubahan potensi
terhadap stimulus dikenal dengan potensi kegiatan. Dua komponen dari potensial aksi adalah
depolarisasi (pancaran dari impuls) dan repolarisasi (sel kembali kepada kondisi istirahat). Arus
listrik merangsang dilepasnya kalsium yang menjadi katalisator kontraksi miokardial.
d. Siklus Cardiac
Siklus kardiak mempunyai dua fase yaitu diastoli dan sistoli. Relaksasi dan pengisian terjadi saat
diastolik kontraksi dan pengosongan terjadi pada saat sistolik.
Slow ventrikular filling ; terjadi karena volume darah meningkat, menimbulkan tekanan
ventrikuler meningkat berakibat pengisian seterusnya menjadi lambat.
Maximal ventrikular ejection : tekanan dalam ventrikel lebih besar daripada dalam aorta
atau arteria pulmonal mendrng untuk membuka katup-katup semilunaris dan darah terpompakan
ke sirkulasi paru-paru dan sirkulasi sistemik
Reduced ventrikular ejection ; ventrikel tetap berkontraksi dan haya sedikit darah didorong
pada saat terjadi akibat kontraksi; terkanan yang lebih tinggi di dalam aorta dan arteri pulmonal
dibanding dalam ventrikel menyebabkan menutupnya katup-katup semilunaris yaitu akhir dari
sistolikventrikular.
Akibat kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron maka darah dipompa masuk kedalam
sistem pulmonar dan sistemik. Volume darah yang dipompa oleh tiap ventrikel permeni5t
dikenal dengan istilah curah jantung. Cardiac output tergantung pada stroke volume dan Heart
rate
Curah sekuncup adalah volume darah yang dikeluarkan oleh ventrikel perdetik. Sekitar 2/3 dari
volume darah dalam ventrikel pada akhir diastole (volume akhir diasolik) dikeluarkan selama
sistolik. Jumlah darah yang dikeluarga tersebut dikenal dengan sebutan fraksi ejeksi; sedangkan
volume darah yang tersisa didalam ventrikel pada akhir sistolik disebut volume akhir sistolik.
Penekanan fungsi ventrikel menghambat kemampuan ventrikel untuk mengosongkan diri dan
dengan demikian mengurangi curah sekuncup dan fraksi ejeksi, dengan akibat peningkatan
volume sisa pada ventrikel.
o Preload
Preload mengacu pada derajat regangan serat miokardial pada akhir diastol beberapa saat
sebelum kontraksi. Regangan otot serabut ditentukan oleh volume ventrikel pada khir diastol.
Preload ditentukan oleh volume akhir ventrikel kiri-diastol (LVED).
Meningkatnya volume ventrikel meningkatkan panjang dan tekanan otot serat dapat
meningkatkan kontraksi dan stroke volume. Ini sesuai dengan hukum Starling yang
menyebutkan bahwa semakin banyak jantung tersisi selama diastol (dalam batas), semakin kuat
kontraksi. Bagaimanapun pengisian yang berlebih pada ventrikel menyebabkan tekanan dan
volume LVED berlebihan dan menurunkan cardiac output.
o Kontraktilitas
Kontraktilitas berkaitan dengan perubahan status inotropis (kekuatan berkontraksi) dari otot
tanpa perubahan kepanjangan serabut myocardial atau preload. Kontraktilitas dapat bertambah
oleh stimuls simpatis atau karena pemakaian bahan, seperti kalsium atau epinefrin. Peningkatan
kontraktilitas meningkatkan daya pengosongan ventrikular pada waktu sistolik maka terjadi
peningkatan stroke volume.
Tekanan ventrikular juga merupakan bagian dari besarnya ventrikular. Pemekaran dari ventrikel
berakibat kepada peningkatan volume ventrikular dan meningkatkan afterload. Peningkatan yang
terlalu besar dari aferload dapat mengganggu daya pengosongan ventrikular, menurunkan stroke
volume dan cardiac output.
o Afterload
Afterload adalah besarnya tegangan yang harus dihasilkan ventrikel untuk mengejeksikan darah
ke katup semilunar dan ke pembuluh darah perifer. Terutama merupakan fungsi dari tekanan
intraventrikular, ukuran atau radius intraventrikular dan ketebalan dinding ventrikel.
Dalam keadaan normal kecepatan jantung dikendalikan oleh aktifitas sinoatrial (SA) node.
Normal denyut jantung pada keadaan istirahat adalah 60-100 X/menit. Jumlah impuls yang
dihasilkan permenit oleh pacu jantung ini terutama berasal dari inervasi serabut cabang dari
simpatis dan para simpatis dari syaraf otonom (SSA/ANS-autonomic nervus sistem)
Faktor tambahan yang mempengaruhi denyut jantung adalah suhu tubuh, medikasi, pengaruh
hormonal, tekanan AGD dan konsentrasi elektrolit.
2. Etiologi
Tidak ada etilogi yang pasti dari kardimiopati, tetapi kemungkinan ada hubungan dengan
beberapa hal, yaitu:
b. Sekunder (penyakit otot dengan adanya penyebab atau kemungkinan penyebab), yaitu:
Kelainan autoimun
Hipertensi sistemik
3. Manifestasi Klinis
n. Hepatomegali
o. Asites
q. Kulit dingin
4. Patofisiologi
Kardiomiopati Dilatasi mengakibatkan disfungsi pada ventrikel kiri dan kanan sehingga
kekuatan kontraksi jantung menurun yang akan disertai penurunan kardiak outut. Penurunan
kardiak autput dapat berakibat pada beberapa hal yaitu :
Penurunan CO akan meningkatkan preload sehingga kongestif paru juga meningkat yang
menyebabkan darah residu di ventrikel kanan berlebihan. Karena darah residu di darah
berlebihan maka tekanan di ventrikel kanan juga meningkat sehingga aliran darah di atrium
kanan terganggu, aliran balik vena kava serta vena hepatika menjadi terhambat yang berefek
pada peningkatan tekanan partial dan statis darah di vena portal. Stasis darah yang berada di
vena porta lama kelamaan menyebabkan vena di hepar semakin membesar sehingga terjadilah
hepatomegali. Hepatomegali yang terjadi pada klien dengan kardiomiopati dilatasi akan
mengkibatkan menurunnya fungsi hepar sebagai pembentuk protein plasma yang mengatur
perpindahan tekanan osmotik koloid dari cairan intraseluler ke ekstraseluler. Terganggunya
perpindahan CIS ke CES akan mengakibatkan terjadinya asites.
Penurunan CO akan diikuti penurunan suplai darah dan Oksigen ke tubuh sehingga sup[lai
dan kebuthan darah sera oksigen yang diperlukan tubuh menjadi tidak seimabng dan perfusi
jaringan menjadi terganggu yang berdampak pada kelemahan dan kelelahan pada klien.
Kelemahan dan kelelahan yang dialami klien menyebabkan intoleransi aktivitas sehingga klien
immobilisasi. Immobilisasi yan terlalu lama akan mengakibatka penekanan yang menetap apda
daerah yang ,menonjol sehingga sirkulasi jaringan pada area tersebut akan terhambat dan terjadi
hipoksia jaringan yang jika dibiarkan akan terjadi gangguan pada integritas kulit.
Penurunan CO diiukti oleh penurunan suplai darah ke otak. Jika suplai darah ke otak
menurun menyebabkan perfusi di otak atau serebral terganggu yang dapat berakibat pada
perubahan status mental.
Gambar 2.2
(Ignatavicius et al,1995:919)
1) Sistem Pernafasan
Batuk dapat terjadi akibat darah kembali ke belakang entrikel menuju pulmonary vessels.
Abnormalitas ketiaknyamanan bernafas atau dispneu dapat terjadi disebabkan menurunnya
pengisian ventrikel kiri, meningkatnya tekanan vena pulmonar dan pulmonar kongestif.
Dispneu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.
Dispneu bahkan dapat terjadi saat istirahat matau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau
sedang. Dapat terjadi orttopnu, kesulitan bernafas saat berbaring. Pasien yang mengalami
ortopneu tidak akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat
tidur atau duduk di kursi, bahkan saat tidur.
2) Sistem Kardiovaskuler
Nyeri dada yang kemungkinan disebabkan adanya iskemik miokard. Adanya penurunanya curah
jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat
dari jaringan menyebabkan kelemahan.
3) Sistem Pencernaan
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena
di hepar. Bila proses ini berkembang maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat nsehingga
cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan
cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan disstres
pernafasan.
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan stasis vena di
dalam rongga abdomen.
4) Sistem Muskuloskeletal
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distres
pernafasan dan batuk.
5) Sistem Persyarafan
Menurunnya perfusi serebral akibat menurunnya cardiac out put menyebabkan terjadinya
perubahan mental status.
6) Sistem Integumen
Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah ke atas
tungkai dan paha dan akhirnya ke genetalia ekstyerna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral
sering jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang
dependen. Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ujung
jari, baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg.
7) Sistem Perkemihan
Nokturia, atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi renal didukung oleh
posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering malam hari karena curah
jantung akan membaik dengan istirahat.
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan
bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan,
terjadi juga dispneu, yang pada gilirannya memperberat kecemasan, menciptakan lingkaran
setan.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Obat Digitalis
Cardiak Output seperti digitalis mempunyai efek isotropic positif dan digunakan untuk
meninngalkan miokardium contractility dan cardiac output. Kegiatan mereka dengan
peningkatan cardiac output berlanjut dengan waktu kondisi, dan peningkatan refractory period .
Permulaan obat-obat tersebut diberikan dalam digitalis dosis untuk memperoleh efisiensi cardiac
output yang maksimal. Jika efektivitas obat itu diperoleh sangat besar, dosis lebih rendah
digunakan untuk pemeliharaan. Efek samping obat ini adalah mual dan muntah.
b. Vasodilator
Vasodilator menyebabkan relaksasi otot secara halus oleh karena mempersatukan vena,
menurunkan resistensi peripheral, dan akhirnya menurunkan daya kerja jantung. Vasodilator
dalam dosis rendah adalah aktivitas penurunan kapiler pulmonary dan ventrikel kiri sudut
tekanan, dalam dosis tinggi, hal itu menurunkan kelebihan daya. Efek samping obat ini
diantaranya hipotensi, mual, muntah, sakit kepala atau compensatory.
c. Istirahat
Pasien harus diletakan pada posisi untuk menghindari ketidakperluan membuang energi. Jika
pasien dalam ortopneu harus didukung dalam posisi fowler yang tingi. Pasien harus dimobilisasi
secara teratur untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah robeknyajaringan dikarenakan
tekanan dari edema.
Penambahan oksigen digunakan untuk menjamin secara adekuat oksigen ke sel-sel. Selama
pemberian oksigen ini, harus diobservasi warna, respirasi dan tanda-tanda vital.
Bila payah jantung, hal itu menyulitkan sirkulasi darah, dan akumulasi cairan di dalam jaringan.
Volume darah dapat diturunkan dengan menggunakan diuretic, diet pembatasan sodium. Bila
perlu dilakukan paracentesisi untuk mengangkat kelebihan cairan di operut. Perubahan CVP,
berat badan dan tekanan artery pulmonary adalah kemajuan yangbaik dalam indikasi mengurangi
volume darah. Seperti volume darah diturunkan penguatan kardiak akan meningkat dan oksigen
ke sel-sel diperbaiki.
Diuretik digunakan untuk meningkatkan pengeluaran cairan secara cepat. Bila pasien diberi
diuretic, biasanya pasien menjadi lemah atau kebimbangan. Harus diobservasi kehilangan
elektrolit, ketika diuretic digunakan. Kehilangan tersebut dapat berupa kehilangan potassium,
klorida, sodium, dan calsium. Kehilangan pitasium dan klorida dapat menajdi asidosis metabolic.
Observasi juga tanda-tanda kehilangan elektrolit yaitu haus, kram, pada poerut, lemah, banyak
tidur, kejang otot.
Membatasi pemasukan sodium dalam cara lain, sehingga darah dapat diturunkan. Sodium
menyeabkan retensi air, sumber eliminasi diet dari sodium dapat mencegah dan mengontrol
rtensi cairan.
h. Rotating tourniquets
Memberikan tourniquet pada tungkai menurunkan kembalinya darah vena. Sirkulasi darah vena
di tungkai bawah dibatasi, dan muatan kerja dari jantung diperkecil/dikurangi. Tourniquet
biasanya digunakan selama dekompensasi dan edema pulmonary keras dan hanya sampai
kekuatan kardiak ditingkatkan. Beberapa ahli menentang penggunaan ini karena menyebabkan
darah berkumpul pada ekstremitas bagian bawah, tergantung pada posisi.
i. Pembedahan
Transplantasi jantung adalah pilihan pengobatan pada klien dengan kardiomiopati dilatasi berat
(DCM) Kriteria untuk seleksi dilakukannya transplantasi jantung adalah:
Proses keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis dan
sistematis, dinamis, dan teratur yang memerlukan pendekatan, perencanaan, dan pelaksanan
asuhan keperawatan yang metodis dan teratur dengan mempertimbangkan ciri-ciri pasien yang
bersifat bio-psiko-sosial-spiritual maupun masalah kesehatannya. (Depkes R.I, 1994:22).
Perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan klien harus melalui proses keperawatan
sesuai dengan teori dan konsep keperawatan dan diimplementasikan secara terpadu dalam
tahapan yang terorganisir meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan,
dan evaluasi.
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Data Demografi
Angka kejadian kardiomiopati dilatasi adalah 2 X terjadi pada laki-laki dan terjadi pada usia
pertengahan. (Ignatavicius et al, 1995:919)
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Umumnya klien datang dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang dirasakan bertambah bila
dilakukan aktivitas dan tidur terlentang dan berkurang bila diistirahatkan dan memakai 2-3
bantal. Sesak dirasakan pada daerah dada dan seperti tertindih benda berat. Skala sesak 0-4 dan
dirasakan sering pada siang dan malam hari.
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular infeksi seperti TB
dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung dan diabetes melitus di keluarga,
bila ada cantumkan dalam genogram.
Nutrisi klien dikaji adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan jenis makanan. Klien
mungkin akan merasa haus dan minum berlebihan (4000-5000 mL) akibat sekresi aldosteron.
Adanya penurunan aktivitas dan aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya lemah, letih dan
adanya dispneu. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun pada malam hari untuk
eliminasi BAK.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
Dispneu saat beraktivitas, Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bnatal, Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat paru kronis, penggunaan
bantuan pernafasan (oksigen dan medikasi), nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot aksesori
pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar dan mengi.
b) Sistem Kardiovaskular
Distensi vena jugularis, pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3 dan s4 pada auskultasi
jantung ,tekanan darah normal/turun, takikardi, disritmia (fibril atrium, blok jnatung dll)nadi
perifer mungkin berkurang,;perubahan denyutan dapat terjadi;nadi sentral mungkin kuat,
punggung kuku pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
c) Sistem Pencernaan
Kaji adanya peningkatan berat badan secara signifikan, mual dan muntah, anorexia, adanya nyeri
abdomen kanan atas, hepatomegali dan asites
d) Sistem Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus otot.
e) Sistem Persyarafan
Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan disorientasi
f) Sistem Perkemihan
Kaji adanya nokturia dan penurunanan berkemih, urine berwarna gelap, penggunaan dan
keadaan kateterisasi .
g) Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba dingin, adanya kebiruan, pucat, abu-
abu dan sianotik , dan adanya kulit yang lecet.
5) Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien akibat penyakit, keprihatinan
finansial dan hospitalisasi.
6) Data sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya,
hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut serta
dalam aktivitas sosial atau menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan.
7) Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya dihubungkan dengan agama
yang dianutnya.. Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.
8) Data Penunjang
Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama ventrikel kiri. Juga
ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura
Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan ventrikel, kelainan
segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi intraventrikular. Kadang-kadang
ditemukan voltase QRS yang rendah, atau gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri, dan kelainan katup
mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan pengisian yang abnormal.
Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume akhir
diastolik dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF)
mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta bisa terjadi lebih dini
dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi,
juga aneurisma ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai fungsinya yang
berkurang.
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar serta fungsinya
berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung berkurang dan tekanan pengisian
intraventrikular meninggi dan tekanan atrium meningkat.
Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan
dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana
neurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat terhadap data senjang
yang ditemukan sehingga diketahui permasalahan klien.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyimpangan yang menggunakan respon manusia (status
kesehatan, pola interaksi, baik aktual maupun potensial sebagai individu atau kelompok dimana
perawat dapat mengidentifikasi dan melaksanakan intervensi secara legal untuk mempertahankan
status kesehatan).
4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ( perubahan membran kapiler-
alveolus, contoh pengumpulan/perpindahan cairan kedalam area interstitial/alveoli )
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunan perfusi jaringan.
1. Perencanaan
Kriteria hasil :
- Menunjukkan tanda vital yang dapat diterima ( disritmia terkontrol atau hilang )
- Menunjukan tanda gagal jantung ( mis: parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran
urine adekuat )
Intervensi Rasional
1. Auskultasi nadi apical : kaji frekuensi, 1. Biasanya terjadi takhikardi ( meskipun
irama jantung ( dokumentasikan disritmia bila pada saat istirahat ) untuk mengkompensasi
tersedia telemetri ) penurunan kontraktilitas ventricular. Disritmia
ventricular yang tidak responsive terhadap
2. Catat bunyi jantung obat didugaaneurisma ventricular.
3. Palpasi nadi perifer
2. S1 dan S2 mungkin lemah karena
4. Pantau TD menurunnya kerja pompa. Irama gallops
umum ( S3 dan S4 ) dihasilkan sebagai aliran
5. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis darah ke dalam serambi yang distensi. Mur-
mur dapat menunjukkaninkompetensi/
6. Pantau haluaran urine, cata penurunan stenosis katup.
haluaran dan kepekatan/konsentrasi
3. Penurunan curah jantung dapat
7. Kaji perubahan pada sensori, contoh menunjukkan menurunnya nadi radial,
letargi, bingung, disorientasi, cemas dan popliteal, dorsalis pedis dan postibial. Nadi
depresi mungkin cepat hilang atau tidak teraturuntuk
dipalpasi dan pulsus alternan ( denyut kuat
8. Atur posisi semi rekumben pada tempat lain dan denyut lemah ) mungkin ada.
tidur atau kursi
4. Pada GJK dini, sedang dan kronis TD
9. Tinggikan kaki, hindari tekanan pada dapat meningkat sehubungan dengan SVR.
bawah lutut Pada GJK lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat
10. Periksa nyeri tekan betis, menurunnya normal lagi
nadi pedal, pembengkakan, kemerahan local
atau pucat pada ekstreimitas 5. Pucat menunjukkan menurunnya
perfusi perifer sekunder terhadap tidak
11. Kolaborasi pemberian oksigen adekuatnya curah jantung, vasokonstriktsi dan
tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai
indikasi refaktoriGJK. Area yang sakit sering
berwarna biru atau belang karena peningkatan
12. Kolaborasi pemberian obat : kongestif vena.
Kriteria hasil :
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya
kelemahan dan kelelahan
Intervensi Rasional
1. Periksa tanda vital sebelum dan 1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
sesudah segera aktivitas, khususnya bila aktivitas karena efek obat ( vasodilasi ),
pasien menggunakan vasodilator, diuretic, perpindahan cairan ( diurestik ) atau
penyekat beta. pengaruh fungsi jantung.
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1. Pantau haluaran urine, catat jumlah dan 1. Haluaran urine mungkin sedikit dan
warna saat hari dimana diuresis terjadi. pelkat ( khususnya selama sehari ) karena
penurunan perfusi ginjal. Posisi telentang
2. Pantau/hitung keseimbangan membantu diuresis : sehingga haluaran
pemasukkan dan pengeluaran selama 24 urine dapat ditingkatkan pada
jam. malam/selama tirah baring.
3. Pertahankan duduk atau tirah baring 2. Terapi diuretic dapat disebabkan oleh
dengan posisi semifowler selama fase akut. kehilangan cairan tiba-tiba/ berlebihan (
hipovolemia ) meskipun edema/asites
4. Timbang berat badan tiap hari. masih ada.
5. Kaji distensi leher dan pembuluh perifer. 3. Posisi telentang meningkatkan filtrasi
Lihat area tubuh dependen untuk edema ginjal dan menurunkan produksi ADH
dengan/tanpa pitting ; cata adanya edem sehingga meningkatkan diuresis.
tubuh umum ( anasarka ).
4. Peningkatan 2,5 kg menunjukkan
6. Ubah posisi dengan sering. Tinggikan kurang lebih 2 L cairan. Sebaliknya diuretic
kaki bila duduk. Lihat permukaan kulit, dapat mengakibatkan cepatnya
pertahankan tetap kering dan berikan kehilangan/perpindahan cairan dan
bantalan sesuai indikasi. kehilangan berat badan.
12. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi. 7. Kelebihan volume cairan sering
menimbulkan kongesti paru. Gejala edema
13. Dorong untuk menyatakan perasaan paru dapat menunjukan gagal jantung kiri
sehubungan dengan pembatasan. akut. Gejala pernafasan pada gagal jantung
kanan ( dispnea, batuk, ortopnea ) dapat
14. Palpasi hepatomegali. Catat keluhan timbul lambat tetapi lebih sulit membaik.
nyeri abdomen kuadran kanan atas/nyeri
tekan. 8. Dapat menunjukan terjadinya
komplikasi ( edema paru/emboli ) dan
15. Catat peningkatan lethargi, hipotensi berbeda dari ortopnea dan dispnea
dan kram otot. nocturnal paroksismal yang terjadi lebih
cepat dan memerlukan intervensi segera.
16. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi : diuretic, thiazid dan tambahan 9. Hipertensi dan peningkatan CVP
kalium . menunjukan kelebihan volume cairan dan
dapat menunjukan terjadinya/peningkatan
17. Pembatasan natrium sesuai indikasi. kongesti paru, gagal jantung.
18. Konsul dengan ahli diet. 10. Kongesti visceral ( terjadi pada GJK
lanjut )dapat menganggu fungsi
19. Kolaborasi foto torak gaster/intestinal.
d. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ( perubahan membran kapiler-
alveolus, contoh pengumpulan/perpindahan cairan kedalam area interstitial/alveoli )
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, 1. Menyatakan adanya kongesti
mengi. paru/pengumpulan secret menunjukan
kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas
dalam. 2. Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran oksigen.
3. Dorong perubahan posisi sering.
3. Membantu mencegah ateletaksis dan
4. Pertahankan duduk di kursi/tirah pneumonia.
baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-
30 derajat, posisi semi fowler. Sokong 4. Menurunkan konsumsi
tangan dengan bantal. oksigen/kebutuhan dan meningkatkan
inflamasi paru maksimal.
5. Kolaborasi pemeriksaan GDA, nadi
oksimetri. 5. Hipoksemia dapat menjadi berat
selama edema paru. Perubahan kompensasi
6. Kolaborasi pemberian oksigen biasanya ada pada GJK kronis.
tambahan sesuai indikasi.
6. Meningkatkan konsentrasi oksigen
7. Berikan obat sesuai indikasi : alveolar yang dapat memperbaiki
Diuretik dan bronkodilator /menurunkan hipoksemia jaringan.
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunan perfusi jaringan.
Kriteria hasil :
- Mempertahankan integritas kulit
Intervensi Rasional
1. Kaji kulit , catat penonjolan tulang, 1. Kulit beresiko karena gangguan
adanya edema, area sirkulasinya sirkulasi perifer, immobilitas fisik dan
terganggu/pigmentasi, atau gangguan status emosi.
kegemukan/kurus.
2. Meningkatkan aliran darah,
2. Pijat area kemerahan atau yang meminimalkan hipoksia jaringan.
memutih.
3. Memperbaiki sirkulasi/menurunkan
3. Ubah posisi sering di tempat waktu satu area yang mengganggu aliran
tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak darah.
pasif/aktif.
4. Terlalu kering atau lembab merusak
4. Berikan perawatan kulit sering , kulit dan mempercepat kerusakan.
meminimalkan dengan
kelembaban/ekskresi. 5. Edema dependen dapat menyebabkan
sepatu terlalu sempit, meningkatkan resiko
5. Periksa sepatu kesempitan/sandal dan tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.
ubah sesuai kebutuhan.
6. Edema interstitial dan gangguan
6. Hindari obat intramuskuler. sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan
7. Kolaborasi berikan tekanan kulit/terjadinya infeksi.
alternatif/kasur, kulit domba, perlindungan
siku/tumit. 7. Menurunkan tekanan pada kulit, dapat
memperbaiki sirkulasi.
Kriteria hasil :
3. Implementasi
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan melihat respon klien, mengacu
pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan proses yang menentukan sejauah mana tujuan telah
tercapai.